Anda di halaman 1dari 7

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti membahas mengenai hasil literature review tentang hubungan

pengetahuan dan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS pada anak usia sekolah

dasar. Berdasarkan hasil pencarian artikel yang sudah dipaparkan pada BAB V, maka

pembahasan hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS

pada anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut:

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang

dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa,

guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku

hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat sekolah

(Kemenkes RI, 2018). Tujuan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah agar lingkungan

menjadi bersih dan terhindar dari penyakit.Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah

adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu,

mau dan mampu mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan aktif dalam

mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat.


1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup

bersih dan sehat, dimana pada penelitian ini terdapat 5 artikel yang meneliti faktor pengetahuan

dengan PHBS pada anak usia sekolah dasar hasil penelitian. Dari 5 artikel yang di review oleh

peneliti bahwa 3 artikel menyebutkan hasil uji univariat variabel pengetahuan dalam kategori

responden berpengetahuan baik, 2 artikel myebutkan hasil uji univariat variabel pengetahuan

dalam kaegori responden berpengetahuan kurang, artinya dalam penelitan ini banyak anak usia

sekolah dasar yang berpengetahuan baik dari pada anak usia sekolah yang berpengetahuan

kurang. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Koem, Z. A. R., Barens, J &

Recky C. S. (2015) dari 112 responden penelitan didapatkan 61 (54,5%) responden

berpengetahuan baik dan 51 (45,5%) responden berpengetahuan kurang. Pengetahuan sangat

berperan penting dalam mempengaruhi PHBS karena pengetahuan yang baik dapat membuat

PHBS menjadi baik.

Menurut Hamdalah (2013) usia seseorang akan mempengaruhi pemahaman atau daya

tangkap dan pola pikir seseorang terhadap sebuah informasi yang diberikan. Semakin tua umur

maka semakin cepat manangkap suatu pemahaman. Selain faktor usia pengetahuan dari cukup

meningkat menjadi baik setelah promosi kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan.

Pendidikan dalam penelitian ini yaitu berjenjang sekolah dasar (SD) yang terbagi dalam 2 kelas

yaitu kelas IV dan V. Kelas IV dan V merupakan jenjang tingkat sekolah dasar yang mendekati

jenjang tertinggi di sekolah dasar, dimana dari hasil penelitian ini sebagian besar anak berjenjang

kelas V.

Pengetahuan responden dari cukup meningkat menjadi baik sesudah dilakukan promosi

kesehatan juga dikarenakan oleh faktor informasi. Promosi kesehatan dapat juga diartikan
sebagai pemberian informasi. Hasil observasi pada saat perlakuan responden sangat antusias

mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penulis lontarkan kepada

responden.Perubahan pengetahuan responden dari cukup meningkat menjadi baik dikarenakan

adanya tambahan informasi yang diperoleh dari promosi kesehatan.

Hasil penelitian tersebut berbading terbalik dengan hasil penelitan Sondakh, R. S.,

Sulaeman, E., & Christian, R. T. (2010) dari 56 responden penelitian didaptkan hasil 12 (9,8%)

responden berpengetahuan baik dan 44 responden berpengetahuan kurang hal ini menunjukan

bahwa anak usia sekolah dasar yang berpengetahuan kurang baik lebih banyak dari yang

berpengetahuan baik, pengetahuan yang cukup sangat berdampak pada pelaksanaan PHBS. Hal

ini didukung oleh pernyataan Lawrance Green yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku.

2. Sikap dengan PHBS pada anak usia sekolah dasar

Di samping diperlukan pengetahuan, sikap juga merupakan bagian penting yang

memungkinkan siswa melaksanakan PHBS. Sikap merupakan hal yang perlu diperhatikan

siswa di sekolah sebagai bahan untuk pembentukan karakter. Karakter yang baik terdiri dari

pengetahuan, sikap dan pikiran yang baik sehingga siswa dapat melakukan kebiasaan dalam

berperilaku seperti halnya dalam pelaksanaan PHBS (Taryatman, 2016). Dari hasil 5 artikel di

review didapatkan hasil uji univariat dengan karakteristik responden <50% kriteria sikap PHBS

pada anak usia sekolah dasar yang baik. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bawole,

B. B., Jootje M. L. U., & Oksfriani J. Sumampouw. (2018) dari 42 (50.6%) responden yang

bersifat baik dan 41 (49.4%) responden yang bersikap tidak baik. Sikap juga bisa saja berperan,

karena pada dasarnya sikap bisa dipelajari dank arena itu akan terjadi perubahan pada diri
seseorang. Jika terdapat suatu keadaan dimana didalamnya ada ketentuan tertentu yang bisa

memudahkan sikap pada orang tersebut.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra,

Fauzan A & Febriza. (2016). Dari 66 responden penelitian didaptkan hasil 32(48.5%)

responden bersikap baik dan 38 responden bersikap kurang hal ini menunjukan bahwa anak

usia sekolah dasar yang bersikap kurang baik lebih banyak dari yang bersikap baik, sikap yang

cukup sangat berdampak pada pelaksanaan PHBS. Hal ini didukung oleh pernyataan Lawrance

Green yang menyatakan bahwa sikap merupakan domain yang sangat penting bagi

terbentuknya perilaku.

Kemudian sikap tidak bisa berdiri sendiri tapi biasanya akan selalu memiliki

hubungan yang erat dengan objek tertentu. Dilihat dari sisi motivasi, perasaan, dan sifat inilah

menjadi pembedaan antara sikap dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang

(Notoadmodjo, 2010). Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu siswa tidak memiliki

keinginan untuk PHBS sedangkan faktor eksternalyaitu kurangnya informasi mengenai

pemberantasan sarang nyamuk (PHBS).

3. PHBS pada anak usia sekolah dasar

Pendidikan kesehatan di sekolah sangat efektif dilakukan karena sebagian besar

waktu anak anak berada di sekolah. Selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, sekolah

harus menjadi suatu tempat yang dapat meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dengan

meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Anak

sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau

pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan. Pada tahap ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah
dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan

berperilaku hidup bersih dan sehat ( Notoatmodjo, 2010). Dari hasil 5 artikel yang direview

didapatkan 4 artikel hasil uji univariat dengan variabel tindakan PHBS dengan kriteria baik,

dan 1 artikel menunjukkan hasil uji univariat dengan kriteria hasil tindakan PHBS kurang. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tambuwun, N. V., Rumayar, A. A., &

Ekeng, S. (2019) dari 55 responden penelitian didapat 47 (85.5%) responden PHBS yang baik

dan 8 (14.5%) responden yang PHBS kurang. Teman sebaya memiliki peran yang cukup besar

bagi pembentukan PHBS khususnya di lingkungan sekolah. Teman sebaya merupakan panutan

atau idola bagi teman lainnya, artinya bila salah satu anak mempraktikkan pesan-pesan PHBS

lalu ia mengajak/ mengingatkan teman-temannya. Seorang anak secara psikologis cenderung

meniru apa yang dilihat dalam kesehariannya termasuk juga perilaku kesehatan yang

dilakukan dan dipraktikkan temannya di sekolah, sehingga faktor tersebut juga dapat

berpengaruh terhadap penanaman praktik PHBS anak di lingkungan sekolah.

4. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku PHBS

Dari 5 artikel yang dilakukan review oleh penulis didapatkan hasil 90% artikel artikel

penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan PHBS pada anak usia

sekolah dasar. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata nilai p value adalah > 0,05%. Hasil ini

sejalan dengan hasil penelitian Tambuwun, N. V., Rumayar, A. A., & Ekeng, S. (2019) dengan

hasil uji statistic diperoleh nilai (p = 0,042 < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan tindakan PHBS pada anak usia sekolah dasar. Sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa sekolah dasar Rambipuji yaitu

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan siswa Sekolah dasar

tentang perilaku hidup bersih dan sehat (Luthviatin, 2011). Penelitian yang dilaksanakan
oleh Carmen (2008), menjelaskan bahwa disetiap perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan

perilaku. Dimana hal tersebut dapat berkemungkinan dikarenakan penerapan sistem promosi

kesehatan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bawole,

B. B., Jootje M. L. U., & Oksfriani J. Sumampouw. (2018) didapatkan nilai p value 0,213 >

0,05, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku PHBS. Hal ini

menunjukkan bahwa anak usia sekolah dasar dengan PHBS yang tidak maksimal dapat

disebabkan oleh pengetahuan responden

5. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku PHBS

Berdasarkan hasil review 5 artikel didapatkan hasil >50% artikel penelitian terdapat

hubungan antara sikap dengan perilaku PHBS pada anak sekolah usia dasar. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra, Fauzan A dan Febriza. (2016) dengan

hasil uji statistic diperoleh nilai p value 0,029 < 0,05, artinya terdapat hubungan antara sikap

dengan perilaku PHBS pada anak usia sekolah dasar. Adanya hubungan antara sikap dengan

penerapan PHBS didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan

kecenderungan untuk bertindak. Sehingga terdapatnya hubungan kedua variabel tersebut

dipengaruhi oleh sikap siswa yang menunjukkan sikap negatif, sebagian besar memiliki

nilai PHBS yang kurang, dan siswa yang menunjukkan sikap positif lebih banyak

memiliki nilai PHBS yang baik.

Seseorang yang memiliki sikap tidak mendukung cenderung memiki tingkatan hanya

sebatas menerima dan merespon saja, sedangkan seseorang dikatakan telah memiliki sikap
yang mendukung yaitu bukan hanya memiliki tingkatan menerima dan merespon tetapi sudah

mencapai tingkatan menghargai atau bertanggung jawab karena sikap yang ditunjukkan

seseorang merupakan respon batin dari stimulusyang berupa materi atau objek di luar

subjek yang menimbulkan pengetahuan berupa subjek yang selanjutnya menimbulkan

respon batin dalam bentuk sikap objek terhadap yang diketahuinya (Notoatmodjo, 2013).

Anda mungkin juga menyukai