Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL MATERNAL

PENGARUH DISTRAKSI DAN RELAKSASI PADA NYERI PERSALINAN

Oleh:

Adelia Putri Sartinah (2019.04.001)

Ayu Chandani (2019.04.007)

Dessi Natalia (2019.04.015)

Ni Putu Kusuma W (2019.04.051)

Nadiah Dea (2019.04.046)

Rinaldy R (2019.04.062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2019
LEMBAR PENGESAHAN

REVIEW JURNAL MATERNAL PENGARUH DISTRAKSI DAN RELAKSASI PADA


NYERI PERSALINAN TELAH DISAHKAN OLEH:

PADA TANGGAL:

PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING INSTITUSI

( ) ( )
1. PENDAHULUAN
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang normal. Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(dikutip dari Sunarsih Dkk, 2016).
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri yang terjadi
dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan
stres. Stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada
persalinan yang lama. Apabila hal ini tidak cepat teratasi maka dapat menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi (dikutip dari Sunarsih Dkk, 2016).
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Secara fisiologi nyeri
persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase aktif dan fase laten, pada fase laten
terjadi pembukaan sampai 3 cm. Pada primigravida kala 1 persalinan bisa berlangsung ±
20 jam, pada multigravida ± 14 jam. Nyeri disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi
serviks. Makin lama nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada
fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm. Intensitas nyeri selama persalinan
mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan, dan kesejahteraan janin (dikutip
dari Sunarsih Dkk, 2016).
Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan saat kala I penting dilakukan
sebagai penentu apakah ibu dapat menjalani persalinan secara normal atau memerlukan
tindakan karena adanya penyulit akibat nyeri hebat. Berbagai metode baik secara
farmakologi dengan obat analgetik mau pun non farmakologi dapat digunakan dalam
penanganan nyeri.
Nyeri persalinan perlu mendapatkan penanganan yang baik dan tidak
menimbulkan komplikasi yang dapat mengganggu persalinan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan sistematik review tentang terapi nonfarmakologi yaitu terapi massage,
medengarkan musik, menghirup aroma terapi, melakukan kompres hangat, berdo’a,
untuk mengindentifikasi berbagai metode yang digunakan dalam penanganan nyeri
persalinan. Sistematik review ini juga bertujuan untuk mengetahui metode yang efektif
dalam mengurangi nyeri persalinan, sehingga dapat digunakan sebagai alternatif
penanganan nyeri pada ibu bersalin.
Terapi Massage dapat mengurangi nyeri karena pijat dapat merangsang tubuh
untuk melepaskan endorfin, yang merupakan bahan penghilang rasa sakit alami dan
merangsang produksi hormon oksitosin, menurunkan hormon stres, dan rangsangan
neurologis (Chauhan, Rani, & Bansal, 2016). Terapi pijat mempengaruhi permukaan
kulit, jaringan lunak, otot, tendon, ligamen, dan fasia secara manual. Pelepasan
endorphin, mengendalikan nerve gate dan menstimulasi saraf simpatis, sehingga dapat
menimbulkan perasaan tenang, pengurangan intensitas nyeri, dan relaksasi otot (Kimber,
McNabb, Mc Court, Haines, Brocklehurst, 2008).
Terapi Musik dapat mengurangi nyeri karena pada saat seseorang mendengarkan
musik ketika nyeri, maka otak akan menerima dua persepsi. Impuls musikakan
dipersepsikan terlebih dahulu oleh otak daripada impuls nyeri, sehingga musik dapat
memberikan distraksi atau pengalihan atau pengurangan konsentrasi terhadap nyeri
(Kimber, McNabb, Mc Court, Haines, Brocklehurst, 2008) dan Ritme musik dapat
memberikan efek relaksasi pada tubuh karena tubuh akan bernafas lebih dalam dan
lambat mengikuti irama musik, sehingga berpengaruh pada aliran darah, denyut jantung
lebih stabil, dan timbul rasa tenang.Mendengarkan musik dengan pilihan irama yang
tepat memberikan efek tenang bagi tubuh, sehingga merangsang endorphine dalam
mengurangi nyeri (Bassano, 2009).
Berdo’a dapat mengurangi nyeri karena Hawari (2010) menyatakan bahwa Doa
dari sudut pandang ilmu kedokteran jiwa atau kesehatan mental merupakan terapi
psikiatrik, setingkat lebih tinggi dari pada psikoterapi biasa. Hal ini dikarenakan doa
mengandung unsur spiritual kerohanian, keagamaan, yang dapat membangkitkan harapan
dan percaya diri pada diri klien atau penderita, yang pada gilirannya kekebalan tubuh dan
kekuatan psikis meningkat sehingga mempercepat proses penyembuhan atau adaptasi
dengan nyeri yang dirasakan.
Aromaterapi dapat mengurangi nyeri karena molekul-molekul aromaterapi yang
telah dihirup dapat diserap dengan cepat melalui sistem pernapasan yang kemudian
masuk ke aliran darah. Aroma yang keluar tersebut merangsang sistim limbik untuk
melepaskan neurokimia otak, sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan
menimbulkan efek tenang.
Kompres hangat dapat mengurangi nyeri karena efektifitas terapi kompres hangat
ini berkaitan dengan mekanisme panas yang dapat merangsang pelepasan hormon
endorphin, sehingga timbul respon perasaan nyaman dan penurunan rasa nyeri. Selain itu,
kompres hangat mampu menurunkan nyeri karena efek fisiologisnya
yangdapatmemvasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah, sehingga
memperlancar sirkulasi oksigenisasi mencegah terjadinya spasme otot, membuat otot
rileks, dan menurunkan rasa nyeri (Potter, dkk, 2010; Berman, 2009). Efek hangat yang
ditimbulkanjuga dapat merangsang serat saraf yang akan menutup penyebab nyeri,
sehingga impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak akan dihambat (Potter & Perry,
2010). Kompres hangat pada ibu bersalin bekerja untuk mempertahankan komponen
pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi, sehingga sirkulasi darah ke otot panggul
mengalami homeostasis, maka nyeri akan berkurang dan ibu merasa nyaman (Manurung,
2011).
Latihan Nafas (Breathing Exercise) dapat mengurangi nyeri karena Nyeri pada
kala II persalinan terlokalisai pada abdomen bagian bawah dan dapat dikontrol dengan
baik menggunakan teknik pernafasan yang tepat. Pelaksanaan teknik bernafas yang tepat
saat persalinan kala II akan memfasilitasi kontrol nyeri sebagai metode yang efektif untuk
mengurangi tekanan yang mendesak pada perineum sekaligus mengurangi keinginan ibu
untuk mengejan sebelum waktunya (Yuksel Dkk, 2017).
Latihan birthball posisi upright (berdiri, berjalan, berjongkok) sangat membantu
ibu untuk mengurangi nyeri pada awal fase persalinan. Posisi seperti ini akan mengurangi
respon nyeri pada area lumbar dengan berkurangnya tekanan pada saraf di sendi
iliosakral dan sekitarnya. Maka dari itu, ibu bersalin dengan posisi ini pada umumnya
hanya memerlukan sedikit narkose atau analgesik epidural dibandingkan posisi supine
saat bersalin (Taavoni, Sheikhan, Abdolahian, dan Ghavi, 2016).

2. Metode PICOT
Metode yang digunakan dalam literatur review ini dalam mencari literatur
menggunakan PICOT framework (Populasi, intervensi, Comprasi, Outcome, Time).

3. HASIL REVIEW
Pada jurnal Tetti S, Dkk (2018) mengatakan bahwa Terapi non farmakologi untuk
mengatasi nyeri persalinan antara lain terapi massage, musik, aromaterapi, kompres
hangat, latihan nafas (breath exercise), dan latihan birthball. Selain mudah dilakukan,
terapi non farmakologi menimbulkan efek samping yang sedikit dan biaya yang
dikeluarkan sedikit. Studi lebih lanjut terkait tindakan non farmakologi dapat dilakukan
lebih mendalam menganai tindakan mana yang paling efektif untuk mengurangi nyeri
persalinan. Pendekatan program juga dapat mendukung pengaplikasian terapi
nonfarmaklogi pada saat persalinan sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan
ibu dan janin.

4. IMPLIKASI
Kesenjangan pada tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri pada persalinan
masih perlu dikaji ulang pada orang-orang yang mempunyai mekanisme koping terhadap
nyeri buruk atau rendah dan pasien yang tidak mau menjadi responden.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan review jurnal yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa berdo’a
dan nafas dalam sangat efektif untuk mengurangi nyeri pada ibu melahirkan.

Anda mungkin juga menyukai