Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN POST OP SECTIO CAESAREA DENGAN

PRE EKLAMPSIA BERAT DI RUANG KEBIDANAN


RSUD DEPATI BAHRIN SUNGAILIAT
STASE ANAK DAN MATERNITAS

Disusun Oleh :
Nama : Riski Pebrianti
Nim : 21300069

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI KELAS REGULER


STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
TAHUN 2021/2022
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2018).
Sectio caesarea adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut
(Nurarif & Kusuma, 2018).
Sectio caesarea adalah suatu proses persalinan buatan yang
dilakukan melalui pembedahan dengan cara melakukan insisi pada
dinding perut dan dinding rahim ibu, dengan syarat rahim harus
keadaan utuh, serta janin memiliki bobot badan diatas 500 gram. Jika
bobot janin dibawah 500 gram, maka tidak perlu dilakukan tindakan
persalinan seksio sesarea (Solehati, 2017).

2. Etiologi
Penyebab sectio caesarea yaitu sebagai berikut (Solehati, 2017) :
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Penyebab sectio caesarea yang berasal dari ibu yaitu ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat
I-II, komplikasi kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit
(jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri, dan sebagainya). Selain itu terdapat beberapa etiologi
yang menjadi indikasi medis dilaksanakannya sectio caesarea antara
lain : CPD (Chepalo Pelvik Disproportion), PEB (Pre-Eklamsi
Berat), KPD (Ketuban Pecah Dini), Faktor Hambatan Jalan Lahir
b. Etiologi yang berasal dari janin
Gawat janin, mal presentasi, dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan
vakum atau forceps ekstraksi.
3. Jenis Operasi Sectio Caesarea
Operasi sectio caesarea dibagi menjadi 2 jenis yaitu sebagai
berikut (Aditya, 2020) :
a. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus
uteri
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus
uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan
cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik,
sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal. Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih
sering terjadi rupture uteri spontan
b) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada
segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan: Penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan
reperitonealisasi yang baik, Tumpang tindih dari peritoneal flap
baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga
peritoneum, Perdarahan tidak begitu banyak, Kemungkinan
rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan
perdarahan banyak. Keluhan pada kandung kemih post operasi
tinggi
c) SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis
dengan demikian tidak membuka cavum abdominal
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
a) Sayatan memanjang (longitudinal)
b) Sayatan melintang (Transversal)
c) Sayatan huruf T (T insicion)

4. Anatomi dan Fisiologi


a. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

b. Fisiologi
Sistem reproduksi wanita terdiri dari 2 bagian yaitu sebagai
berikut (Aditya, 2020) :
a. Genetalia Eksterna
1) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi
perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
clitoris, hymen, vestibulum, orificium uretra eksternal,
kelenjar-kelenjar pada dinding vagina
2) Mons pubis
Lapisan lemak dibagian anterior symphisis os pubis. Pada
masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
3) Labia Mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis kearah bawah dan
belakang, banyak mengandung pleksus vena.
4) Labia Minora
Lipatan jaringan tipi dibalik labia, tidak mempunyai
folikel rambut.
5) Klitoris
Terdiri dari capur/glans clitoridis yang terletak dibagian
superior vulva dan corpus clitoridis yang tertanam didalam
dinding anterior vagina.
6) Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti
perahu atau lojong, terletak diantara labia minora, klitoris dan
fourchette.
7) Perineum
Daerah muskular yang ditutupi kulit antara intoritus
vagina dan anus.
b. Genetalia Interna
1) Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak didalam rongga
peritoneum, sepasang kiri-kanan. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid.
2) Tuba Fallopi
Sepasang tuba fallopi melekat pada fundus uterus. Tuba
fallopi merupakan jalan bagi ovum.
3) Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung yang tampak mirip buah pir yang terbalik. Uterus
normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan
teraba padat. Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi
dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu endometrium,
miometrium dan peritonium parietalis.
4) Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat
melipat dan mampu meregang secara luas.

5. Kontraindikasi Sectio Caesarea


Sectio caesarea tidak boleh dikerjakan kalau ada keadaan berikut
ini (Solehati, 2017) :
a. Kalau janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga
kemungkinan hidup kecil, dalam keadaan ini tidak ada alasan
melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan
b. Kalau jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk
caesarea extraperitoneal tidak tersedia
c. Kalau dokter bedahnya tidak berpengalaman, kalau keadaanya tidak
menguntungkan bagi pembedahan atau kalau tidak tersedia tenaga
asisten yang memadai

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Sectio caesarea yaitu sebagai berikut (Aditya,
2020) :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus terletak di umbilicus
d. Aliran lockhea sedang bebas membeku yang tidak berlebihan
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 750-1000
f. Menahan batuk akibat rasa nyeri yang berlebihan
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah
i. Akibat nyeri terbatas untuk melakukan pergerakan
j. Bonding attachment pada anak yang baru lahir
7. Patofisiologi/Pathway
Pathway Sectio Caesarea (SC) (Padila, 2018).

ETIOLOGI SC
1. Berasal dari ibu : CPD, ketuban
pecah dini,pre-eklampsia berat, dll
2. Berasal dari janin : gawat janin, dll

Sectio Caesarea

Pre Operasi Post Operasi

Nyeri akibat HIS Kurang informasi Fisiologis Psikologis Sistem


muskuloskletal

Kurang Sistem integumen Taking in,


Nyeri taking hold, Kelemahan
pengetahuan, Diskontinuitas fisik
Melahirkan khawatir dan cemas letting go
jaringan Kurangnya
Perubahan
Ansietas peran baru mobilisasi
Luka
Luka terpapar Pencapaian Gangguan
Radang mendadak
dunia luar Peran Menjadi Mobilitas Fisik
Rangsangan reseptor Perkembangb Orang Tua
nyeri iakan kuman
dan bakteri
Nyeri Akut
Resiko
Infeksi
8. Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada operasi sectio caesarea
yaitu sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2018) :
a. Infeksi Puerferal (nifas)
a) Ringan dengan kenaikan suhu hanya beberapa hari saja
b) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c) Berat dengan peritonitis, sepsisdan illeus paralitik. Infeksi berat
sering kita jumpai pada partus terlantar, sebelum timbul
infeksinifas, telah terjadi infeksi intra partum karena ketuban
pecah terlalu lama
b. Perdarahan karena :
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia uteri
c) Perdarahan pada placental bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.Kemungkinan ruptur uteri spontan
pada kehamilan mendatang

9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan sebelum operasi sectio
caesarea adalah sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2018) :
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferesial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada pasien dengan sectio caesarea yaitu sebagai
berikut (Solehati, 2017) :
1) Perawatan Pre Operasi Sectio Caesarea
a) Persiapan Kamar Operasi
a. Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
b. Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain
operasi
b) Persiapan Pasien
a. Pasien telah dijelaskan prosedur operasi
b. Informed consent telah ditanda tangani oleh keluarga pasien
c. Perawat member support kepada pasien
d. Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut pubis di
cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan
antiseptic)
e. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk
mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh pasien
f. Pemeriksaan laboratorium (darah, urine)
g. Pemeriksan USG
h. Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
2) Perawatan Post Operasi Sectio Caesarea
a) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rat dapat disuntik 75 mg
Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan
untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara
serupa 10 mg morfin
a. Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang
diberikan adalah 50 mg
b. Wanita dengan ukurn besar, dosis yang lebih tepat adalah 100
mg Meperidin
c. Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat narkotik
b) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan
tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang
dan keadaan fundus harus diperiksa
c) Terapi cairan dan diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti
sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama
berikutnya, meskipun demikian jika output urine jauh di bawah
30 ml/jam, pasien harus segera dievaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua
d) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi atau pada
keesokan paginya setelah operasi. Biasanya bising usus belum
terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua
bising usus masih lemah dan usus baru aktif kembali pada hari
ketiga
e) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan
perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar, sekurang-
kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan
pertolongan
f) Perawatan luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka
yang alternative ringan tanpa banyak plester sangat
menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka
insisi
g) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi
hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila terdapat
kehilangan darah yang tidak biasa atu keadaan lain yang
menunjukkan hipovolemia
h) Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
kompesi, biasanya mengurangi rasa sakit
i) Memulangkan pasien dari Rumah Sakit
Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila
diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke
lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi hanya
untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
a) Identitas klien, meliputi : umur, suku bangsa , jenis kelamin dan
pekerjaan.
b) Identitas penanggung jawab, meliputi : nama, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatkan cairan ketuban
yang keluar pervaginam secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan
b) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus
c) Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien
d. Pola fungsi kesehatan
a) Pola Persepsi Kesehatan atau Menejemen Kesehatan
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta
kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan
masalah dalam perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi-Metabolik
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya
c) Pola Aktivitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri
d) Pola Eliminasi
Pada pasien post partum sering terjadi adanya perasaan
sering/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB
e) Istirahat dan Tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f) Pola Hubungan dan Peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain
g) Pola Sensori dan Kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya
h) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,
lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
i) Pola Reproduksi dan Sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya
proses persalinan dan nifas
e. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae
g) Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih
terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat
h) Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak
i) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
rupture
j) Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks, pengeluaran
janin ditandai dengan mengeluh nyeri, perineum terasa tertekan,
ekspresi wajah meringis, uterus teraba membulat
b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi, krisis
situasional dibuktikan dengan merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah, tampak tegang, mengeluh
pusing, merasa tidak berdaya, muka tampak pucat
Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis,
gelisah, sulit tidur, frekuensi nadi meningkat, tekanan darah
meningkat
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dibuktikan
dengan nyeri saat bergerak, merasa cemas saat bergerak, gerakan
terbatas, fisik lemah
c. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
d. Pencapaian peran menjadi orang tua berhubungan ditandai dengan
perilaku positif menjadi orang tua, saling berinteraksi dalam
merawat bayi, mengungkapkan kepuasan dengan bayi
3. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi

No Diagnosa SLKI SIKI


. Keperawatan
1. Nyeri melahirkan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan ASKEP 2x24 jam Observasi
dilatasi serviks, diharapkan nyeri  Identifikasi lokasi,
pengeluaran janin dapat teratasi dengan karakteristik, durasi,
ditandai dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
mengeluh nyeri, Tingkat nyeri intensitas nyeri
perineum terasa  Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
tertekan, ekspresi dengan skala 4/5  Identifikasi respon nyeri
wajah meringis,  Meringis dengan non verbal
uterus teraba skala 4/5 Terapeutik
membulat  Perineum terasa  Berikan tehnik non
tertekan dengan farmakologis untuk
skala 4/5 mengurangi rasa nyeri
 Uterus teraba  Kontrol lingkungan yang
membulat dengan memperberat rasa nyeri
skala 4/5  Fasilitasi istirahat dan tidur
Status intrapartum Edukasi
 Dilatasi serviks  Jelaskan penyebab,
dengan skala 4/5 periode, dan pemicu nyeri
 Perdarahan vagina  Jelakan strategi meredakan
dengan skala 4/5 nyeri
 Nyeri dengan  Ajarkan teknik
kontraksi dengan nonfarmakologi untuk
skala 4/5 mengurangi rasa nyeri
 Frekuensi Kolaborasi
kontraksi uterus  Kolaborasi pemberian
dengan skala 4/5 analgetik, jika perlu
 Periode kontraksi
uterus dengan
skala 4/5
 Intensitas
kontraksi uterus
dengan skala 4/5
2. Ansietas Setelah dilakukan Reduksi ansietas
berhubungan dengan ASKEP selama 1x24 Observasi
krisis situasional jam diharapkan  Identifikasi saat tingkat
dibuktikan dengan tingkat ansietas ansietas berubah
merasa khawatir menurun dengan  Identifikasi kemampuan
dengan akibat dari kriteria hasil mengambil keputusan
kondisi yang Tingkat ansietas  Monitor tanda-tanda
dihadapi, tampak  Verbalisasi ansietas
gelisah, tampak khawatir akibat Terapeutik
tegang, mengeluh kondisi yang  Ciptakan suasan terpeutik
pusing, merasa tidak dihadapi dengan untuk menumbuhkan
berdaya, muka skala 4/5 kepercayaan
tampak pucat  Perilaku gelisah  Gunakan pendekatan yang
dengan skala 4/5 tenang dan meyakinkan
 Perilaku tegangan Edukasi
dengan skala 4/5  Jelaskan prosedur,
 Keluhan pusing termaksud sensasi yang
dengan skala 4/5 mungkin dialami
 Anoreksia dengan  Anjurkan keluarga untuk
skala 4/5 tetap bersama pasien
 Frekuensi  Latih tehnik relaksasi
pernapasan Kolaborasi
dengan skala 4/5  Kolaborasi pemberian
 Frekuensi nadi obat antiansietas
dengan skala 4/5
 Tekanan darah
dengan skala 4/5
 Pucat dengan
skala 4/5
 Konsentrasi
dengan skala 4/5
 Perasaan
keberdayaan
dengan skala 4/5

Post Operasi
No Diagnosa SLKI SIKI
. Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri
berhubungan dengan ASKEP 2x24 jam Observasi
agen pencedera fisik diharapkan nyeri  Identifikasi lokasi,
(prosedur operasi) dapat teratasi dengan karakteristik, durasi,
dibuktikan dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
mengeluh nyeri, Tingkat nyeri intensitas nyeri
tampak meringis,  Keluhan nyeri  Identifikasi skala nyeri
gelisah, sulit tidur, dengan skala 4/5  Identifikasi respon nyeri
frekuensi nadi  Meringis dengan non verbal
meningkat, tekanan skala 4/5 Terapeutik
darah meningkat  Perineum terasa  Berikan tehnik non
tertekan dengan farmakologis untuk
skala 4/5 mengurangi rasa nyeri
 Uterus teraba  Kontrol lingkungan yang
membulat dengan memperberat rasa nyeri
skala 4/5  Fasilitasi istirahat dan tidur
Status intrapartum Edukasi
 Dilatasi serviks  Jelaskan penyebab,
dengan skala 4/5 periode, dan pemicu nyeri
 Perdarahan vagina  Jelakan strategi meredakan
dengan skala 4/5 nyeri
 Nyeri dengan  Ajarkan teknik
kontraksi dengan nonfarmakologi untuk
skala 4/5 mengurangi rasa nyeri
 Frekuensi Kolaborasi
kontraksi uterus  Kolaborasi pemberian
dengan skala 4/5 analgetik, jika perlu
 Periode kontraksi Perawatan pasca persalinan
uterus dengan Observasi
skala 4/5  Monitor tanda-tanda vital
 Intensitas  Monitor keadaan lokia
kontraksi uterus  Periksa perineum atau
dengan skala 4/5 robekan
 Monitor nyeri
 Monitor tanda homan
Terapeutik
 Berikan kenyamanan pada
ibu
Edukasi
 Ajarkan ibu mengatasi
nyeri secara
nonfarmakologis
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan mobilisasi
fisik berhubungan ASKEP 2x24 jam Observasi
dengan nyeri diharapkan  Identifikasi adanya nyeri
dibuktikan dengan Gangguan mobilitas atau keluhan fisik lainnya
nyeri saat bergerak, fisik dapat teratasi  Identifikasi toleransi fisik
merasa cemas saat dengan kriteria melakukan pergerakan
bergerak, gerakan hasil :  Monitor kondisi umum
terbatas, fisik lemah Mobilitas fisik selama melakukan
 Nyeri dengan mobilisasi
skala 4/5 Terapeutik
 Kecemasan  Fasilitasi aktivitas
dengan skala 4/5 mobilisasi dengan alat
 Gerakan terbatas bantu
dengan skala 4/5  Fasilitasi melakukan
 Kelemahan fisik pergerakan, jika perlu
dengan skala 4/5  Libatkan keluarga untuk
Toleransi Aktifitas membantu pasien dalam
 Kemudahan dalam meningkatkan pergerakan
melakukan Edukasi
aktifitas sehari-hari  Jelaskan tujuan dan
dengan skala 4/5 prosedur mobilisasi
 Kekuatan tubuh  Anjurkan melakukan
bagian atas dengan mobilisasi dini
skala 4/5  Ajarkan mobilisasi
 Kekuatan tubuh sederhana yang harus
bagian bawah dilakukan
dengan skala 4/5
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan luka
dibuktikan dengan ASKEP 2x24 jam Observasi
peningkatan paparan diharapkan resiko  Monitor karakteristik luka
organisme patogen infeksi dapat teratasi  Monitor tanda-tanda
lingkungan dengan kriteria infeksi
hasil : Terapeutik
Tingkat infeksi  Lepaskan balutan dan
 Kebersihan tangan plester secara perlahan
dengan skala 4/5  Bersihkan dengan cairan
 Kebersihan badan NaCl atau pembersih
dengan skala 4/5 nontoksik sesuai
 Demam dengan kebutuhan
skala 4/5  Berikan salep yang sesuai
 Kemerahan ke kulit/lesi, jika perlu
dengan skala 4/5  Pasang balutan sesuai
 Nyeri dengan dengan jenis luka
skala 4/5  Pertahankan teknik steril
 Bengkak dengan saat melakukan perawatan
skala 4/5 luka
 Ganti balutan sesuai
dengan jumlah eksudat
dan drainase
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
 Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
Perawatan pasca persalinan
Observasi
 Monitor tanda-tanda vital
 Monitor keadaan lokia
 Periksa perineum atau
robekan
 Monitor nyeri
 Monitor tanda homan
Terapeutik
 Berikan kenyamanan pada
ibu
Edukasi
 Ajarkan ibu mengatasi
nyeri secara non
farmakologis
4. Pencapaian peran Setelah dilakukan Dukungan penampilan
menjadi orang tua ASKEP 3x24 jam peran
berhubungan diharapkan Observasi
ditandai dengan Pencapaian peran  Identifikasi berbagai peran
perilaku positif menjadi orang tua dan periode transisi sesuai
menjadi orang tua, berhasil dengan tingkat perkembangan
saling berinteraksi dapat teratasi dengan  Identifikasi peran yang ada
dalam merawat bayi, kriteria hasil : dalam keluarga
mengungkapkan Peran menjadi orang  Identifikasi adanya peran
kepuasan dengan tua yang tidak terpenuhi
bayi  Perilaku positif Terapeutik
menjadi orang tua  Fasilitasi adaptasi peran
dengan skala 4/5 keluarga terhadap
 Interaksi perubahan peran yang tidak
perawatan bayi diinginkan
dengan skala 4/5  Fasilitasi diskusi tentang
 Verbalilasi peran orang tua, jika perlu
kepuasaan Edukasi
memiliki bayi  Diskusikan perilaku yang
dengan skala 4/5 dibutuhkan dalam
 Keinginan pengembangan peran
meningkatkan  Diskusikan strategi positif
peran menjadi untuk mengelola perubahan
orang tua dengan peran
skala 4/5  Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh pasien
untuk memenuhi peran
Kolaborasi
 Rujuk dalam kelompok
untuk mempelajari peran
baru
Edukasi orang tua : fase
bayi
Observasi
 Identifikasi pengetahuan
dan kesiapan orang tua
belajar tentang perawatan
bayi
Terapeutik
 Berikan panduan tentang
perubahan pola tidur bayi
selam tahun pertama
Edukasi
 Jelaskan nutrisi bayi
 Jelaskan keamanan dan
pencegahan cedera pada
bayi
 Anjurkan memegang,
memeluk, memijat,
bermain dan menyentuh
bayi
 Ajarkan keterampilan
merawat bayi baru lahir
 Ajarkan cara merawat dan
mencegah ruam popok
 Ajarkan cara stimulasi
perkembangan bayi
DAFTAR PUSTAKA
Aditya. (2020). Hubungan Frekuensi Menyusui dengan Involusi Uterus
pada Ibu Post Sectio Caesarea di RSIA Bunda Kota Bandar
Lampung Tahun 2020. (Skripsi). Bandar Lampung :
POLTEKKES Tanjung Karang
Faiqoh. (2018). Hubungan karakteristik ibu, anc dan kepatuhan perawatan
ibu hamil dengan terjadinya preeklampsia. Jurnal Berkala
Epidemiologi
Kurniawati, Sugiarti & Arimin. (2018). Profil Ibu Hamil Risiko Tinggi
Berdasarkan Umur dan Paritas: 1-5
Nurarif & Kusuma. (2017). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis nanda NIC NOC Jilid 3. Yogjakarta :
MediAction
Padila. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha
Medika
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
III. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan
II. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Putra. (2017). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukit
Tinggi. (Skripsi). Sumatera Barat : STIKES Prima Nusantara
Rochjati. (2018). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya :
Airlangga Universitas Press
Solehati. (2017). Konsep Relaksasi dalam Keperwatan Maternitas.
Bandung : PT Refika Aditama
Widatiningsih & Dewi. (2017). Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.
Yogyakarta : Trans Medika

Anda mungkin juga menyukai