A. Definisi
Plasenta previa berasal dari kata prae yang berarti depan dan
vias yang berarti jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir
(Manuaba dkk, 2016).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke arah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta (Norma, 2015).
Plasenta Previa
Seksio Cessar
Tipisnya pembuluh darah serviks
dan uterus segmen bawah
Luka post operasi
Kontraksi uterus
Jaringan terputus
Perdarahan
Merangsang area Resiko infeksi
sensorik dan motorik
Jumlah volume darah menurun
Nyeri
Ganggan perfusi jarigan (Ibu)
E. Menifestasi Klinis
Menurut Rukiyah, dkk (2015) tanda dan gejala plasenta previa yaitu, Ciri
yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi akhir trimester kedua
ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri.
Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu
kemudian jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih
banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta.
Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa
berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah
disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh
dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya
pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta, sebagai
komplikasi plasenta akreta (Winkjosastro, 2014)
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, pada palpasi abdomen
sering ditemui bagian bawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin
tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah
darah yang hilang, perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah
banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Pada janin turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam (Sofiian, 2015)
F. Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa
Untuk menegakan diagnosia pasti kejadian plasenta previa. Hal- hal yang
harus dilakukan menurut Manuaba dkk (2016):
1. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa
nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Perdarahan cenderung
berulang pada volume yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan
menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit
atau darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat
pucat atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal. Bila tekanan
darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau
tampak anemis.
4. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi Abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada pada
segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu yang kurus.
b. Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin bervarisi dari normal menjadi asfiksia dan
kemudian kematian dalam rahim.
c. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan apakah dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina
dan varises pecah.
d. Pemeriksan Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukan 40 cc larutan
NaCl 12,5% kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila
jarak kepala janin dan kandung kemih 1cm, kemungkinan terdapat
plasenta previa.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Plasenta Previa menutupi jalan
lahir baik total maupun sebagian maka tindakan bedah sesar merupakan pilihan
paling aman. Jika plasenta tidak menutupi mulut rahim (plasenta marginalis atau
letak rendah) maka pesalina pervaginam bisa dilakukan selama tidak ada
perdarahan banyak saat persalinan. Masalah yang sering terjadi adalah jika
terjadi perdarahan saat janin belum cukup bulan (38 minggu) maka tindakan
persalinan dapat dilakukan jika perdarahan berulang dan banyak. Maka
umumnya dokter akan memberikan obat pematangan paru bagi janin. Apabila
perdarahan berhenti maka dapat dilakukan tindakan konservatif (persalinan
ditunggu hingga janin cukup bulan). Penatalaksanaan medic dapat dilakukan
dengan :
a. Jika kehamilan < 36 minggu
Perdarahan sedikit : istirahat baring dan farmakologi, jika perdarahan
berkurang : obat oral dan USG, jika perdarahan masih ada lanjutkan
farmakologi.
Perdarahan bnyak : infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan
golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc
b. Jika kehamilan > 36 minggu
Jika perdarahan banyak infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan
golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc.
Menurut Wiknjosastro (2014), penatalaksanaan yang diberikan
untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya
yaitu :
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
9. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan
< 37 minggu.
H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Sofiian (2015) Diagnosa yang mungkin muncul yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
3. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
I. Perencanaan
Menurut Sofiian (2015) Rencana Tindakan Keperawatan yaitu :
Dx1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
b. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan.
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
6. Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan
J. Evaluasi
Menurut Rukiyah (2013) Evaluasi secara umum adalah hal terakhir yang
dilakukan dari proses asuhan kebidanan dengan plasenta previa. Kemungkinan
hasil evaluasi yang ditemukan :
a. Ibu telah diberitahu mengenai hasil pemeriksaan.
b. Ibu mulai menerima keadaannya dan mulai termotivasi setelah diberikan
dukungan psikologis.
c. Ibu mau dianjurkan untuk beristirahat bedrest.
d. Cairan dan nutrisi ibu terpenuhi dengan memberikan ibu minum dan makan.
e. Cairan infus telah terpasang pada ibu untuk memenuhi cairan tubuh ibu.
f. Keluarga telah menyiapkan donor darah apabila ibu terjadi hal yang
membutuhkan donor darah segera.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2016. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2015. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sofiian, A, 2015. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo