Anda di halaman 1dari 14

Konsep Dasar Plasenta Previa

A. Definisi
Plasenta previa berasal dari kata prae yang berarti depan dan
vias yang berarti jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir
(Manuaba dkk, 2016).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke arah
proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim ikut berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta
tersebut bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas
dalam persalinan kala satu bisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup
oleh plasenta (Norma, 2015).

B. Klasifikasi Plasenta Previa


Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa
pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan
anatomi,melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka
klasifikasi akan berubah setiap waktu. Misalnya pada pembukaan yang masih
kecil, seluruh permukaan ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa totalis),
namun pada pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta
previa lateralis.
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh
plasenta.
b. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh
plasenta.
c. Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada
pinggir ostium uteri internum
d. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen
bawah uterus.

C. Etiologi Plasenta Previa


Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi
plasenta previa meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas
secsio sesarea, bekas aborsi, kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara
pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta
previa yaitu :
a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga diberpulakan perluasan
plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada
chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada
grande multi para, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan
leiomioma uteri. (Norma, dkk. 2013)
Menurut Sofian (2015), penyebab plasenta previa yaitu :
a. Endometrium yang inferior
b. Chorion leave yang persesiten
c. Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang
kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan
Brown menekankan bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada
desidua kapsularis.
D. Patofisiologi Plasenta Previa
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian
plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan (Norma,
2015)
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan
plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan
terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah
setelah persalinan mulai (Norrma, 2015).
C. Pathway
Riwayat aborsi Riwayat Insisi Riwayat

Uterus kelahiran besar


Kehamilan Ganda Kehamilan > 35
Kerusakan lapisan tahun
uterus
Embrio lebih dari Uterus tua
satu Penipisan
endometrium Vaskulasi uterus
Kebutuhan O2 dan menurun
Nutrisi meningkat Vakulasi uterus tempat
blastosit berimplansi Plasenta meluas
kepermukaan
Plasenta lebih
Blastosit inplansi didekat
besar
segmen bawah uterus

Plasenta menutupi seluruh


ataupun sebagaian jalan

Plasenta menutupi seluruh


ataupun sebagaian jalan

Plasenta Previa

Pembentukan segmen dibawah uterusdan dilatasi Menutupi pembukaan


ostium uteri jalan lahir

Seksio Cessar
Tipisnya pembuluh darah serviks
dan uterus segmen bawah
Luka post operasi

Kontraksi uterus
Jaringan terputus

Perdarahan
Merangsang area Resiko infeksi
sensorik dan motorik
Jumlah volume darah menurun

Nyeri
Ganggan perfusi jarigan (Ibu)
E. Menifestasi Klinis
Menurut Rukiyah, dkk (2015) tanda dan gejala plasenta previa yaitu, Ciri
yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi akhir trimester kedua
ke atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri.
Perdarahan kembali terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu
kemudian jadi berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih
banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai
persalinan, perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta.
Perdarahan diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu
berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa
berlangsung sampai pasca persalinan. Perdarahan bisa juga bertambah
disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh
dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya
pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta, sebagai
komplikasi plasenta akreta (Winkjosastro, 2014)
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, pada palpasi abdomen
sering ditemui bagian bawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin
tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa
nyeri dan perut tidak tegang. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah
darah yang hilang, perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah
banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
Pada janin turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP)
akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam (Sofiian, 2015)
F. Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa
Untuk menegakan diagnosia pasti kejadian plasenta previa. Hal- hal yang
harus dilakukan menurut Manuaba dkk (2016):
1. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa
nyeri, tanpa alasan terutama pada multigravida. Perdarahan cenderung
berulang pada volume yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan
menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin dalam rahim.
2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit
atau darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat
pucat atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal. Bila tekanan
darah, nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau
tampak anemis.
4. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi Abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada pada
segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan suatu
bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu yang kurus.
b. Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin bervarisi dari normal menjadi asfiksia dan
kemudian kematian dalam rahim.
c. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal
perdarahan apakah dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina
dan varises pecah.
d. Pemeriksan Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukan 40 cc larutan
NaCl 12,5% kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila
jarak kepala janin dan kandung kemih 1cm, kemungkinan terdapat
plasenta previa.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Plasenta Previa menutupi jalan
lahir baik total maupun sebagian maka tindakan bedah sesar merupakan pilihan
paling aman. Jika plasenta tidak menutupi mulut rahim (plasenta marginalis atau
letak rendah) maka pesalina pervaginam bisa dilakukan selama tidak ada
perdarahan banyak saat persalinan. Masalah yang sering terjadi adalah jika
terjadi perdarahan saat janin belum cukup bulan (38 minggu) maka tindakan
persalinan dapat dilakukan jika perdarahan berulang dan banyak. Maka
umumnya dokter akan memberikan obat pematangan paru bagi janin. Apabila
perdarahan berhenti maka dapat dilakukan tindakan konservatif (persalinan
ditunggu hingga janin cukup bulan). Penatalaksanaan medic dapat dilakukan
dengan :
a. Jika kehamilan < 36 minggu
Perdarahan sedikit : istirahat baring dan farmakologi, jika perdarahan
berkurang : obat oral dan USG, jika perdarahan masih ada lanjutkan
farmakologi.
Perdarahan bnyak : infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan
golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc
b. Jika kehamilan > 36 minggu
Jika perdarahan banyak infuse, farmakologi, pemeriksaan HB, leukosit, dan
golongan darah, siapkan darah dan persiapan sc.
Menurut Wiknjosastro (2014), penatalaksanaan yang diberikan
untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya
yaitu :
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
9. Lanjutkan terapi ekspektatif bila KU baik, janin hidup dan umur kehamilan
< 37 minggu.

G. Fokus Pengkajian Keperawatan


1. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar (pengkajian)
Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data dan
mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat diketahui
masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan klien. Data-
data yang dikumpulkan meliputi:
a. Biodata (istri dan suami)
Yang perlu dikaji yaitu : Nama, umur, agama, suku, pendidikan,
pekerjaan dan alamat. Maksud pertanyaan ini adalah untuk
mengidentifikasi pasien. Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa,
pada biodata istri perli diperhatikan usia ibu. Prevalensi plasenta previa
meningkat 3 kali pada umur ibu >35 tahun.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit dan
apa saja yang dirasakan klien. Dasarnya : Keluhan pada plasenta previa
yaitu perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan
bewarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu
menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai siklus
normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan yang mempengaruhinya),
banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala kelainan banyaknya
darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah klien menderita nyeri
setiap haid)
d. Riwayat Obstetrik yang lalu
Dasarnya : Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus
plasenta previa yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim,
riwayat kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya.
e. Riwayat kehamilan sekarang
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa terjadi perdarahan bewarna
merah segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin
terjadi pada TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa
sakit walaupun kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak
mengalami perdarahan sama sekali.
f. Riwayat kesehatan
Dasarnya : Pada kasus plasenta previa, salah satu faktor penyebab
terjadinya plasenta previa yaitu riwayat pembedahan rahim
g. Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit turunan,
penyakit menular, riwayat kehamilan kembar atau riwayat kehamilan
postterm Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, salah satu faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya plasenta previa yaitu kehamilan
kembar.
h. Riwayat seksualitas
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah selama berhubungan
atau tidak. Dasarnya : Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat
memicu perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya.
Jangankan berhubungan seks, tidak berhubungan pun perdarahan bisa
mungkin terjadi. Itulah mengapa jika ada gangguan plasenta previa
hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah
sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh.

2. Langkah II : Intepretasi data


a. Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta previa
adalah kecemasan karena ibu merasa cemas dengan kondisi yang ibu
alami dan cemas dengan keadaan janinnya.
b. Kebutuhan
Kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa yaitu
dukungan psikologis, hidrasi, pengosongan kandung kemih, defiksasi
dan rasa nyaman

H. Diagnosa Keperawatan
Menurut Sofiian (2015) Diagnosa yang mungkin muncul yaitu :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.
3. Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.

I. Perencanaan
Menurut Sofiian (2015) Rencana Tindakan Keperawatan yaitu :
Dx1 : Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus.
Tujuan : klien dapat beradaptasi dengan nyeri
Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri.
b. Klien kooperatif dengan tindakan yang dilakukan.
Intervensi :
1. Jelaskan penyebab nyeri pada klien
Rasional : dengan mengetahui penyebab nyeri, klien kooperatif terhadap
tindakan
2. Kaji tingkat nyeri
Rasional : menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
3. Bantu dan ajarkan distraksi relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan perhatian klien pada nyeri yang dirasakan.
4. Memberikan posisi yang nyaman (miring kekiri / kanan.
Rasional : posisi miring mencegah penekanan pada vena cava.
5. Berikan masage pada perut dan penekanan pada punggung
Rasional : memberi dukungan mental.
6. Libatkan suami dan keluarga
Rasional : memberi dukungan mental
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
Rasional : pemberian analgesik dapat membantu gurangi nyeri yang dirasakan

Dx 2 :Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : suplai / kebutuhan darah kejaringan terpenuhi
Kriteria hasil : Conjunctiva tidak anemis, acral hangat, Hb normal muka tidak
pucat, tidak lemas.
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
Rasional : pasien percaya tindakan yang dilakukan
2. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
Rasional : pasien paham tentang kondisi yang dialami
3. Monitor tanda-tanda vital
Rasional : tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi
menunjukkan gangguan sirkulasi darah.
4. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
Rasional : mengantisipasi terjadinya syok
5. Catat intake dan output
Rasional : produksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan
fungsi ginjal.
6.Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
Rasional : cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang
akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen
darah yang hilang akibat perdarahan.

Dx 3 : Resti defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam keadaan normal
2. Perdarahan berkurang sampai dengan berhenti
3. Kulit tidak pucat
Intervensi :
1. Kaji kondisi status hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3. Catat haluaran dan pemasukan
Rasional : Mengetahui penurunanan sirkulasi terhadap destruksi sel darah
merah.
4. Observasi Nadi dan Tensi
Rasional : Mengetahui tanda hipovolume (perdarahan).
5. Berikan diet halus
Rasional : Memudahkan penyerapan diet
6. Nilai hasil lab. HB/HT
Rasional : Menghindari perdarahan spontan karena proliferasi sel darah
merah.
7. Berikan sejumlah cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan tranfusi
mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif

J. Evaluasi
Menurut Rukiyah (2013) Evaluasi secara umum adalah hal terakhir yang
dilakukan dari proses asuhan kebidanan dengan plasenta previa. Kemungkinan
hasil evaluasi yang ditemukan :
a. Ibu telah diberitahu mengenai hasil pemeriksaan.
b. Ibu mulai menerima keadaannya dan mulai termotivasi setelah diberikan
dukungan psikologis.
c. Ibu mau dianjurkan untuk beristirahat bedrest.
d. Cairan dan nutrisi ibu terpenuhi dengan memberikan ibu minum dan makan.
e. Cairan infus telah terpasang pada ibu untuk memenuhi cairan tubuh ibu.
f. Keluarga telah menyiapkan donor darah apabila ibu terjadi hal yang
membutuhkan donor darah segera.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2016. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2015. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Sofiian, A, 2015. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info
Media
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2014. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai