Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS IMMINENS

OLEH
YOSSY CLAUDIA EVAN
I4052181025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2018
1. Konsep Dasar

a. Pengertian
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum
usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram
(Sofian, 2012).
Abortus iminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan
sebelum 20 minggu tanpa disertai keluarnya hasil konsepsi dan
dilatasi uterusdari beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut (Dharma, 2015).
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti
ini, kehamilan masih mungkin berlanjut dan dipertahankan.
(Khumaira, 2012).

Abortus imminens adalah keguguran yang mengancam,


keguguran belum terjadi sehingga dapat dipertahankan (Rustam,
2012)

Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam tanpa


pengeluaran hasil konsepsi. Keberadaan kram menyebabkan rasa
tidak nyaman. Perdarahan biasanya mulai terjadi 2 minggu setelah
kehamilan berhenti berkembang. (Sinclair, 2010).

Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan


dariuterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana
hasilkonsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasiserviks
(Wiknjosastro, 2007).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


abortusimminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uteruspada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil
konsepsimasih berada di dalam uterus.

b. Etiologi
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, menyebabkan kematian
janin atau cacat,penyebabnya antara lain:
a) Kelainan kromosom, misalnya lain trisomi, poliploidi dan
kelainan kromosom seks.
b) Endometrium kurang sempurna, biasanya terjadi pada ibu
hamil saat usia tua, dimana kondisi abnormal uterus dan
endokrin atau sindroma ovarium polikistik.
c) Pengaruh eksternal, misalnya radiasi, virus, obat-obat, dan
sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi
maupun lingkungan hidupnya dalam uterus, disebut
teratogen.
2. Kelainan plasenta, misalnya endarteritis terjadi dalam vili
koriales dan menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu,
sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini dapat terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.
3. Penyakit ibu, baik yang akut sepertipneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis,malaria, dan lain-lain, maupun
kronik seperti,anemia berat, keracunan, laparotomi,peritonitis
umum, dan penyakit menahunseperti brusellosis,
mononukleosis infeksiosa,toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genitalis, misalnyaretroversio uteri, mioma
uteri, atau kelainanbawaan uterus. Terutama retroversio
uterigravidi inkarserata atau mioma submukosayang
memegang peranan penting. Sebablain keguguran dalam
trimester dua ialahserviks inkompeten yang dapat
disebabkanoleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasiserviks
berlebihan, konisasi, amputasi, ataurobekan serviks yang luas
yang tidak dijahit (Sucipto, 2013).
Menurut Megasari (2015) etiologi abortus imminens adalah
sebagai berikut :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
2. Faktor kromosom.
3. Faktor lingkungan endometrium, endometrium yang belum
siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi, gizi ibu kurang
karena anemia atau terlalu pendek jarak kehamilan.
4. Pengaruh luar, infeksi endometrium, endometrium tidak siap
menerima hasil konsepsi. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat
dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
5. Kelainan pada plasenta, kita jumpai pada ibu yang menderita
penyakit
6. Nefritis, hipertensi, tosemia, gravidarum, anomali plasenta.

c. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala abortus imminens menurut Kasdu (2005)


yaitu terjadi perdarahan disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, rahim membesar, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa
wanita dapat terjadi perdarahan sedikit pada hari haid yang sudah
tidak datang. Biasanya, perdarahannya sedikit, warnanya merah,
cepat berhenti, dan tidak disertai mules-mules.

Adanya perdarahan pada awal kehamilan melalui ostium


uteri eksternum, disertai nyeri perut ringan atau tidak sama sekali.
Adanya gejala nyeri perut dan punggung belakang yang semakin
hari bertambah buruk dengan atau tanpa kelemahan dan uterus
membesar sesuai usia kehamilan (Sucipto, 2013).

d. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti


dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.
Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum


menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu,
penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada
plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya
(blightes ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta,
fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Pada abortus imminens peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis
abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit
atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan,
serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa
wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit pada saat haid yang
semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan
oleh penembusan villi korialis kedalam desidua, pada saat
implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,
warnanya merah dan cepat berhenti mules-mules.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. USG Transvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk
menentukan apakah janin viabel atau non viabel dan
membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri, mola,
atau missed abortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi
pemeriksaan USG dalam tujuh hari kemudian untuk
mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2 minggu kemudian.

USG dapat digunakan untuk mengetahui


prognosis.Pada umur kehamilan tujuh minggu, fetal poledan
aktifitas jantung janin dapat terlihat. Aktivitas jantung
seharusnya tampak dengan USG saat panjang fetal pole
minimal lima milimeter. Bila kantong gestasi terlihat,
keguguran dapat terjadi pada 11,5% pasien. Kantong gestasi
kosong dengan diameter 15mm pada usia tujuh minggu dan
21mm pada usia gestasi delapan minggu memiliki angka
keguguran 90,8%.Apabila terdapat yolk sac, angka keguguran
8,5%; dengan embrio 5mm, angka keguguran adalah 7,2%;
dengan embrio 6-10mm angka keguguran 3,2%; dan apabila
embrio 10mm, angka keguguran hanya 0,5%. Angka
keguguran setelah kehamilan 14 minggu kurang lebih 2,0%.

Pemeriksaan ukuran kantong gestasi transvaginal


berguna untuk menentukan viabilitas kehamilan intrauteri.
Diameter kantong rata-rata lebih dari 13mm tanpa yolk sac atau
diameter rata-rata lebih dari 17mm tanpa mudah diprediksikan
nonviabilitas pada semua kasus dengan spesifisitas dan nilai
prediksi positif 100%.Adanya hematoma subkorionik tidak
berhubungan dengan prognosis buruk. Bradikardia janin dan
perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dengan
hasil pemeriksaan USG menunjukkan prognosis buruk.

Data prospektif menyebutkan, bahwa jika terdapat satu


diantara tiga faktor risiko (bradikardia janin, perbedaan antara
kantung kehamilan dengan panjang crown to rump, dan
perbedaan antara usia kehamilan berdasarkan HPHT dan
pemeriksaan USG lebih dari satu minggu) meningkatkan
presentase kejadian keguguran dari 6% menjadi 84%.
Penelitian prospektif pada umumnya menunjukkan presentase
kejadian keguguran 3,4-5,5% jika perdarahan terjadi setelah
jantung janin mulai beraktivitas, dan identifi kasi aktivitas
jantung janin dengan USG di pelayanan kesehatan primer
memberikan presentase berlanjutnya kehamilan hingga lebih
dari 20 minggu sebesar 97%.

2. Biokimia Serum Ibu


Kadar human chorionic gonadotropin (hCG) kuantitatif
serial evaluasi harusmencakup pemeriksaan hCG serial kecuali
pasien mengalami kehamilan intauterin yang terdokumentasi
dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan kehamilan
ektopik.Kadar hCG kuantitatif serial diulang setelah 48 jam
digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik, mola,
abortus imminens, dan missed abortion.Kadar hCG serum
wanita hamil yang mengalami keguguran diawali dengan gejala
abortus imminens pada trimester pertama, lebih rendah
dibandingkan wanita hamil dengan gejala abortus imminens
yang kehamilannya berlanjut atau dengan wanita hamil tanpa
gejala abortus imminens.
3. Pemeriksaan Kadar Progesteron
Kadar hormon progesteron relatif stabil pada trimester
pertama, sehingga pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk
menentukan apakah kehamilan viabel; kadar kurang dari 5
ng/mL menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan dengan
sensitivitas 60%, sedangkan nilai 20 ng/mL menunjukkan
kehamilan yang viabel dengan sensitivitas 100% (Sucipto,
2013).

f. Penatalaksanaan
Penanganan pada ibu dengan abortus imminens :

1. Penderita diminta untuk melakukan istirahat sampai perdarahan


berhenti.
2. Pasien diingatkan untuk tidak melakukan senggama selama
lebih kurang 2 minggu. Tidak ada pengobatan khusus hanya
diberi sedativa, misalnya dengan luminal, codein, atau morfin
(sesuai protap dan intruksi dokter).
3. Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberi obat-
obatan hormonal dan antispasmodic misalnya progesteron 10
mg setiap hari untuk terapi substansi dan untuk mengurangi
kerentanan otototot uterus (misal: gestanon).
4. Pemberian spasmolitik agar uterus tidak terus berkontaksi
hingga rangsangan mekanik uterus berkurang (Maryuni, 2013).

Menurut Rukiyah (2010), penatalaksanaan pada abortus


imminens :

1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan


rangsang mekanik berkurang.
2. Periksa denyut nadi dan suhu badan 2 kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap 4 jam bila pasien panas.
3. Tes kehamilan dapat dilakukan, bila hasil negatif mungkin
jaringan sudah mati.
4. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus
imminens belum ada persesuaian paham. Sebagian besar ahli
tidak menyetujuinya, dan mereka yangmenyetujui bahwa harus
ditentukan dahulu adanya kekurangan hormone progesteron.
Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului
olehkematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan
oleh banyak factor,maka pemberian hormon progesteron
memang tidak banyak manfaatnya.
5. Pemeriksaan ultrasonografi penting di lakukan untuk
menentukan janin masih hidup.
6. Terapi kolaborasi obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30
mg. Berikan preprat hematinik misalnya, sulfas ferosus 600-
1000 mg.
7. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
8. Membersihkan vulva minimal 2 kali sehari dengan cairan
antiseptik.

2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang akurat dan
lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis unuk mengevaluasi
keadaan klien, maka pada pengkajian difokuskan pada:

- Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;


nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamat
- Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
- Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sampai saat klien pergi keRumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam diluar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu


Perlu dikaji juga klien mempunyai penyakit jantung, asma,
hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyaki tersebut sudah
ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya
kehamilan, dapat berisiko pada waktu persalinan.
3) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami olehklien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan
tersebutberlangsung Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji
tentang mennorhoe, siklus menstruasi,lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe sertakaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
4) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klienmulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatananaknya.
5) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yangdigunakan serta keluahn yang menyertainya.
6) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral,obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
7) Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baiksebelum
dan saat sakit.
- Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak
hanya terbataspada penglihatan tetapi juga meliputi indera
pendengaran danpenghidung.Hal yang diinspeksi antara lain
:mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesiterhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dankesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaanekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh
denganjari.
 Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajatkelembaban dan tekstur kulit atau menentukan
kekuatan kontraksiuterus.
 Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema,memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamatiturgor.
 Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeriyang abnormal.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak
langsung padapermukaan tubuh tertentu untuk memastikan
informasi tentang organ ataujaringan yang ada dibawahnya.
 Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yangmenunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau
konsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada
tidaknyarefleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakahada kontraksi dinding perut atau
tidak
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan
bentuanstetoskop dengan menggambarkan dan
menginterpretasikan bunyi yangterdengar. Mendengar:
mendengarkan di ruang antekubiti untuktekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bisingusus atau
denyut jantung janin (Johnson & Taylor, 2005)
- Pemeriksaan laboratorium :Darah dan urine serta pemeriksaan
penunjang:rontgen, USG, biopsi, pap smear.
- Keluarga berencana: Kaji mengenaipengetahuan klien tentang KB,
apakah klien setuju, apakah klienmenggunakan kontrasepsi, dan
menggunakan KB jenis apa.
- Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan pada kasus abortus iminens untuk
mengetahui apakah kehamilan dapat berjalan normal apa tidak,
seperti:pemeriksaan laboratorium, USG, periksa panggul luar,
pemeriksaan panggul dalam, PP test, hasil pemeriksaan dalam
(vaginal toucher) (Wildan dan Hidayat, 2008).
- Data lain-lain :
1) Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan
selamadirawat di RS.
2) Data psikososial. Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana
polakomunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban
pikiran klien danmekanisme koping yang digunakan.
3) Status sosio-ekonomi: Kaji masalah finansial klien
4) Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan
YME, dankegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3) Nyeri akut b.d kram abdomen
4) Ansietas b.d kurangnya pengetahuan

c. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa NOC NIC

1. Kekurangan Tujuan: Setelah 1. Monitor status hidrasi


volume cairan diberikan intervensi (kelembaban meran
b.d perdarahan kebutuhan volume cairan mukosa, nadi
terpenuhi adekuat, tekanan
Kriteria Hasil: darah ortostatik)
 Mempertahankan 2. Monitor vital sign
urine output sesuai 3. Monitor masukan
dengan usia dan BB , makanan/cairan dan
berat jenis urine hitung intake kalori
normal, HT normal harian
 Tekanan darah, nadi, 4. Pertahankan catatan
dan suhu tubuh dalam intake output yang
batas normal akurat
 Tidak ada tanda-tanda 5. Dorong masukan oral
dehidrasi, elastisitas 6. Kolaborasi pemberian
turgor kulit baik, cairan IV
membrane mukosa 7. Berikan cairan IV
lembab, tidak ada rasa pada suhu ruangan
haus yang berlebihan 8. Dorong keluarga utuk
membantu pasien
makan
9. Pelihara IV line
10. Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan

2. Intoleransi Tujuan: Setelah 1. Bantu klien


aktivitas b.d diberikan intervensi klien mengidentifikasi
kelemahan, mampu melakukan aktivitas yang mampu
penurunan aktivitas tanpa disertai dilakukan
sirkulasi peningkatan gejala 2. Bantu untuk memilih
aktivitas yang
Kriteria Hasil :
konsisten sesuai
 Berpartisipasi dalam dengan kemampuan
aktivitas fisik tanpa fisik, psikologi dan
disertai dengan sosial
peningkatan tekanan 3. Bantu untuk
darah, nadi dan RR mengidentifikasi dan
 Mampu melakukan mendapatkan sumber
aktivtas sehari-hari yang diperlukan
secara mandiri untuk aktivitas yang
 Tanda-tanda vital diinginkan
normal 4. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda
5. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
6. Bantu pasien
mengembangakan
motivasi diri dan
penguatan
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas

3. Nyeri akut b.d Tujuan: Setelah Pain Management


kram abdomen diberikan intervensi nyeri
1. Observasi reaksi
dapat diminimalisir
nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
2. Lakukan
 Mampu
pengkajian nyeri
mengontrol nyeri
secara
(tahu penyebab
komprehensif
nyeri,mampu
termasuk
menggunakan
lokasi,karakteristi
tehnik
k,durasi,frekuensi
nonfarmakologi
,kualitas dan
untuk mengurangi
faktor presipitasi
nyeri,mencari
3. Kaji kultur yang
bantuan)
mempengaruhi
 Melaporkan
respon nyeri
bahwa nyeri
4. Kontrol
berkurang dengan
lingkungan yang
menggunakan
dapat
manajemen nyeri
mempengaruhi
 Mampu
nyeri seperti suhu
mengenali nyeri
ruangan,pencahay
(skala,intensitas,
aan dan
frekuensi dan
kebisingan.
tanda nyeri)
5. Tingkatkan
 Menyatakan rasa
istirahat
nyaman setelah 6. Berikan analgetik
nyeri berkurang untuk mengurangi
 Skala nyeri nyeri
berada pada skala Analgesic Administration
ringan 1-3 atau 0
1. tentukan lokasi,
(tidak ada nyeri)
karakteristik,
kualitas,dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat.
2. Cek riwaayat
alergi
3. Tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri
4. Evaluasi
efektifitas
analgesik,tanda
dan gejala
4. Ansietas b.d Tujuan: Setelah 1. Bantu pasien dalam
kurang diberikan intervensi mengidentifikasi
pengetahuan ansietas dapat berkurang tujuan jangka pendek
Kriteria Hasil : dan jangka panjang
 Klien mampu yang tepat
mengidentifikasi dan 2. Dukung hubungan
mengungkapkan pasien dengan orang
gejala cemas yang memiliki
 Mengidentifikasi, ketertarikan dengan
mengungkapkan dan tujuan yang sama
menunjukkan tekhnik 3. Bantu pasien untuk
untuk mengontrol menyelesaikan
cemas masalah dengan cara
 Vital sign dalam yang konstruktif.
batas normal 4. Berikan penilaian
 Postur tubuh, kemampuan
ekspresi wajah, penyesuaian pasien
bahasa tubuh dan terhadap perubahan –
tingkat aktifitas perubahan dalam
menunjukkan citra tubuh sesuai
berkurangnya indikasi.
kecemasan 5. Dukung pasien untuk
mengidentifikasi
deskripsi yang
realistik terhadap
adanya perubahan
dalam peran
6. Berikan penilaian
mengenai
pemahaman pasien
terhadap proses
penyakit
7. Berikan penilaian dan
diskusikan respon
alternatif situasi yang
ada
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, K. S. (2015). Laporan Kasus Abortus Iminens Juni 2015 Faktor


Resiko, Patogenesis, Dan Penatalaksanaan. Intisari Sains
Medis, 3(1), 44-50.

Johnson dan Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan.Jakarta: EGC.

Kasdu, D. (2005). Solusi Problem Persalinan. Jakarta : Puspa Swara

Khumaira, Marsha. (2012). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka.

Maryuni, Anik dan Eka Puspita. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan


Maternal dan neonatal. Jakarta: Trans Info Media.

Megasari, Miratu dkk. (2015). Panduan Asuhan Kebidanan I. Ed 1.


Yogyakarta: Deepublish.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:
MediAction.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV


(Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.

Rustam, Mochtar. (2012). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri


Patologi. Jakarta: EGC.

Sofian, Amru. (2012). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri


Operatif Obstetri Social edisi 3 jilid 1 & 2. Jakarta: EGC.

Sinclair. (2010). Buku Saku Kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran.


Jakarta: EGC.

Sucipto, N. I. (2013). Abortus Imminens: Upaya Pencegahan,


Pemeriksaan, dan Penatalaksanaan. Jurnal CDK-206, 40(7).

Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta:YBPSP.


Wildan dan Hidayat. (2008). Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Salemba
medika.

Anda mungkin juga menyukai