Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggungjawab
tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah
menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi
terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya (Nursalam, 2008).
Pre Conference adalah komunikasi katua tim/ penanggung jawab dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab primer. Sedangkan Post Conferencce adalah komunikasi ketua tim/
penanggung jawab dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum
operan kepada shift berikutnya. Isinya adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal
penting untuk operan (tindak lanjut). Post Conference ketua tim atau penanggung jawab primer.
Timbang terima yang dilakukan di nurse stasion merupakan tahap awal pelaksanaan timbang
terima yang diintegrasikan dengan penerapan keselamatan pasien. Semua informasi penting
mengenai perkembangan pasien, disampaikan pada tahap ini. Tahap selanjutkan adalah
mengunjungi pasien/ walk round. Tahap ini pasien melihat langsung kondisi pasien untuk
Hasil pengkajian di Ruang Melati dari observasi didapatkan bahwa beberapa kali dalam
pergantian shift, system timbang terima dilakukan di nurse stasion saja tanpa ke ruang perawatan/
bed pasien. Sehingga system timbang terima belum optimal, mengingat pentingnya kegiatan
tersebut maka kelompok membantu memberi gambaran kembali bagaimana timbang terima yang
Program kerja yang telah dilakukan, diharapkan dapat mengoptimalkan penerapan timbang
terima yang sesuai prosedur. Timbang terima yang optimal dapat bermanfaat bagi perawat juga
pasien. Manfaat timbang terima yang optimal yaitu meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna, pelaksanaan Asuhan
Keperawatan terhadap pasien dapat berkesinambungan, serta klien dapat menyampaikan masalah
Adapun factor pendukung dari pelaksanaan role play yaitu adanya peran aktif mahasiwa
praktikan dalam memerankan role play , adanya dukungan dari pembimbing sebagai supervisior
role play dan adanya feedback dari perawat ruangan untuk mengikuti pre post conference serta
timbang terima yang mahasiswa laksanakan. Sementara factor penghambat dari pelaksanaan role
plya yaitu keterbatasan waktu yang dimilki mahasiswa sehingga sulit menyesuaikan terkait
jadwal mahasiswa.
Untuk rencana tindak lanjut berikutnya kami menyarankan pentingnya komitmen untuk
mengoptimalkan pelaksaan timbang terima melalui kebijakan dalam bentuk standard an prosedur
timbang terima, pengarahan dan evaluasi/ supervise pelaksanaan timbang terima untuk
pasien.