Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG CEMPAKA


RSUD Dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Stase Keperawatan Maternitas

OLEH :

M. Andri Prahardy, S.Kep


NIM. 20.300.00649

Preseptor Akademi Preseptor Klinik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA
TAHUN 2020-2021
Laporan Pendahuluan Ketuban Pecah Dini (KPD)

A. Pengertian KPD

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998).

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang
usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001).

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)

Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono
Prawiroharjo, 2002)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo,
2005)

B. Etiologi

Menurut Nugraha (2010), penyebab KPD masih belum diketahui dan dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang
menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).

3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya
KPD karena biasanya disertai infeksi.

4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.

5. Keadaan sosial ekonomi biasa karena kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja

6. Faktor lain

a. Faktor golongan darah


b. Akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan
bawaan termasuk kelemahan jarinngan kulit ketuban.
c. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
d. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
e. Defisiesnsi gizi dari tembaga atau asam askorbat (Vitamin C).

C. Faktor Resiko

Faktor risiko ketuban pecah dini persalinan preterm

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)


2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu)
8. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
D. Patofisiologi

Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membran fetal akibat
kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran yang mengalami ruptur prematur ini
tampak memiliki defek fokal. Daerah dekat tempat pecahnya membran ini disebut “restricted
zone of extreme altered morphology” yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan
kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa.

Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakan daerah yang rusak
pertama kali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah
dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi.

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput
ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba,1998).

E. Pathway

Ketuban pecah dini

Jalan
2 lahir terbuka bayi lahir Janin belum cukup janin
preterm bulan untuk tertekan
Ancaman
Cairan ketuban keluar terhadap
Resiko Pembukaan serviks belum
3 terus menerus diri
hipotermia sempurna/belum membuka
sendiri/jan
in
Ruptur membran
Janin sulit
4 amniotik
dikeluarkan
Ansietas
Resiko infeksi
maternal Resiko Resiko gawat
cidera janin janin
F. Tanda dan Gejala

1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran’ Tetapi bila ibu duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.

Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nugraha (2010), pemeriksaan penunjang untuk ketuban pecah dini yaitu
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi, bau dan pH nya
b. Cairan yang keluar dari vagina ada kemungkinan air ketuban, urine atau secret vagina
c. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning.
d. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan
kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4 - 4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1 - 7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.

1. Ultrasonografi (USG)

a. Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau


melokalisasi kantong cairan amnion pada amniosintesis. Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahan pada penderita oligohidramnion

2. Amniosintesis

Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.

3. Pemantauan janinMembantu dalam mengevaluasi janin

4. ProteinC-reaktif

Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

H. Penatalaksaan

Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, penatalaksanaan
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Memberikan profilaksis antibiotik dan
membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping itu
makin kecil umur kehamilan makin besar peluang terjadi infeksi dalam lahir yang dapat
memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg (Manuaba,
1998).

a. Penanganan Konservatif

1) Rawat di rumah sakit

2) Berikan antibiotika, bila ketuban pecah lebih > (Ampicillin 4 x 500 mg/eritromisin
atau Gentamycin 1x80mg.) Metronidazole.

3) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35
minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada
kemampuan perawatan bayi premature).
5) Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik,
deksametason dan induksi sesudah 2 jam.

6) Nilai tanda-tanda infeksi. (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).

7) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu kematangan paru
janin (Sarwono, 2001).

b. Penanganan Aktif

1) Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oxytiksin bila gagal seksio caesaria

dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan kehamilan diakhiri

I.Pencegahan

1. Melakukan ANC secara rutin (melakukan pemeriksaan USG)

2. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebihan atau sedikit tetapi terus
menerus melalui vagina, biasanya berbau agak amis, warnanya jernih dan tidak kental.
Kemngkinan besar cairan tersebut keluar/merembes karena selaput ketuban mengalami robekan.
Konsultasi segera untuk memastikan apakah itu cairan ketuban/bukan

3. Lakukan perawatan perineum dan personal hygiene dengan benar

4. Konsumsi zat

K. Komplikasi

1) infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.

2) persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.

3) prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering
terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
4) oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.

Komplikasi infeksi intrapartum

- komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis


CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat
terjadi syok septik sampai kematian ibu.

- komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian jani

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian

1. Biodata klien

Biodata klien berisi tentang : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, no.
medical record, nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan , suku, agama, alamat, tanggal
pengkajian.

2. Keluhan utama : keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudahkering

3. Riwayat haid : umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus

4. Riwayat Perkawinan : kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa, apakah


perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua

5. Riwayat Obstetris : berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh

6. Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana
cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang

7. Riwayat kesehatan keluarga : adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita
penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh
keluarga
8. Kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan,
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan

b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang
sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum)

c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia


(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass
atau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat
BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.

d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah

e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan
untuk bedresh total

f.Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu

b. Head to toe

1) Rambut : warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet

2) Mata : sklera nya apakah ikterik/tdk, konjungtiva anemis/tidak, apakah palpebra


oedema/tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik/tidak, apakah klien menggunakan
alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya ibu hamil konjungtiva anemis

3) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen/tidak, apakah klien
menggunakan alat bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien
baik/tidak

4) Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah terdapat


serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak

5) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering,
keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies
gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada
ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami
penurunan kalsium

6) Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tiroid

7) Paru-paru

I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nya

P : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba pembengkakan/tidak, getaran dinding
dada apakah simetris/tidak antara kiri dan kanan

P : bunyi Paru

A : suara nafas

8) Jantung

I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat/tidak

P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula

P : bunyi jantung

A : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien

9) Abdomen

I : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet

P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP/belum

P : bunyi abdomen

A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak

10) Payudara : puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi mamae,
kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum

11) Ekstremitas

Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada oedema/tidak

Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak

12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada daerah
genitalia klien
13) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas
nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air
seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim

B.Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: pasien mengatakan Selaput ketuban pecah Resiko tinggi
keluar cairan berwarna ↓ infeksi maternal
putih jernih dari vagina Cairan ketuban keluar terus
seperti air ketuban , menerus
demam ↓
DO: Ruptur membran amniotik
Suhu lebih dari 37,5oC,
adanya cairan yang keluar
dari vagina berwarna putih
jernih, sel darah putih
meningkat lebih dari
10000 (rata-rata 8000)
millimeter kubik darah

DS: - Ketuban pecah dini Resiko tinggi gawat


↓ janin
Janin belum cukup bulan untuk
DO: DJJ cepat, selaput dikeluarkan
ketuban robek ketuban ↓
kering Pembukaan serviks belum
sempurna

Janin sulit dikeluarkan

DS: - Ketuban pecah dini Resiko tinggi


↓ cedera pada janin
DO: Janin belum cukup bulan untuk
Selaput ketuban robek dikeluarkan
ketuban kering ↓
Pembukaan serviks belum
sempurna/belum membuka

Janin sulit dikeluarkan

DS: Ketuban pecah dini Ansietas


Pasien mengatakan takut ↓
dan khawatir akan Janin belum cukup bulan untuk
keselamatan janinnya dikeluarkan
DO: ↓
Pasien tampak cemas, Pembukaan serviks belum
gelisah dan khawatir sempurna/belum membuka

Janin lahir premature

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi maternal b.d ruptur membran amniotik
2. Resiko tinggi gawat janin b.d partus yang tidak segera
3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d melahirkan bayi prematur/tidak matur
4. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin

D.Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi maternal b.d ruptur membran amniotik.
Tujuan : Infeksi maternal tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Ibu bebas dari tanda- tanda infeksi (tidak demam (suhu : 36,5-37.5), cairan amnion
jernih, hampir tidak berwarna, dan tidak berbau)
b. Leukosit normal 6000-10.000/mm3
c.
Intervensi Rasional
Kolaborasi
1. Berikan cairan parenteral sesuai 1. Meski tidak boleh sering dilakukan,
indikasi. Berikan enema pembersih namun evaluasi usus dapat
bila sesuai indikasi meningkatkan kemajuan persalinan
dan menurunkan resiko infeksi
2. Pemeriksaan spesimen vagina 2. Mengetahui ada tidaknya invasi
bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi
3. Berikan drip oksitosin bila 3. Dapat meningkatkan kontraksi/his
pembukaan belum sempurna sehingga dapat membantu
persalinan
4. Pemberian antibiotik sebelum dan 4. Mencegah dan meminimalkan
sesudah persalinan sesuai indikasi terjadinya infeksi
5. Lakukan induksi pada janin bila 5. Janin harus dikeluarkan karena
janin sudah cukup umur dapat terjadi fetal death
(persalinan normal atau seksio
sesaria)
Mandiri
1. Memantau keadaan umum klien, 1. Setelah membran ruptur, insiden
seperti kesadaran klien, cairan yg korioamnionitis menigkat secara
keluar dari vagina klien, TTV progresif sesuai dengan waktu yang
(terutama suhu) ditunjukkan melalui TTV (suhu
dapat menunjukkan tanda-tanda
infeksi)
2. Lakukan perawatan perineum dan 2. Mengurangi resiko terjadinya
personal hygiene dengan benar infeksi
3. Monitoring DJJ tiap 5-10 menit
4. Evaluasi cairan yang keluar dari
vagina

2. Diagnosa : Resiko tinggi gawat janin b.d partus yang tidak segera
Tujuan : Gawat janin tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Janin dapat diinduksi
b. Tidak keluar cairan berwarna putih dan keruh dari vagina

Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau posisi janin 1. Menghindari janin dalam posisi
sungsang
2. Monitor DJJ tiap 5-10 menit 2. Mengontrol keadaan janin

Kolaborasi
Lakukan induksi persalinan Mencegah terjadinya fetal death

3. Diagnosa : Resiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi
prematur/tidak matur
Tujuan : Tidak terjadi cedera pada janin
Kriteria hasil :
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda cedera (kondisi fisik normal, RR normal, tidak
ada tanda-tanda infeksi)
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Mengontrol keadaan janin
2. Pantau tentang pertumbuhan janin 2. Mengetahui perkembangan janin
dan tinggi fundus uteri janin sehingga dapat menentukan waktu
persalinan
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan USG 1. Memantau keadaan janin

4.Diagnosa : Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin


Tujuan : Ansietas hilang atau terkontrol
Kriteria hasil :
a. Wajah ibu tidak tegang
b. Klien tidak gelisah
c. RR normal
Intervensi Rasional
1. Ciptakan hubungan terapeutik atas 1. Mempermudah asuhan
dasar saling percaya dan saling keperawatan untuk pasien
menghargai, berikan privasi dan
kepercayaan diri klien
2. Pantau tingkat kecemasan yang 2. Kecemasan yang tinggi dapat
dialami klien menyebabkan penurunan penilaian
objektif klien tentang keadaannya
3. Anjurkan klien untuk 3. Menggali masalah yang dihadapi
mengungkapkan ketakutan dan klien
menanyakan masalah.
4. Bantu klien mengidentifikasi 4. Melibatkan klien secara aktif
penyebab kecemasan dalam tindakan keperawatan
merupakan dukungan yang
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
5. Jelaskan pada klien dan keluarga 5. Konseling bagi klien sangat
tentang kondisi yang dialami dan diperlukan bagi klien untuk
hal lain yang perlu diketahui meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system
keluarga untuk mengurangi
kecemasan klien dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Gopar, Adul.(2009).Ketuban Pecah Dini. Diakses tanggal 11 Maret 2011, dari
adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/ketuban-pecah-dini.pdf

Hidayati, Ratna.(2009).Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan


Patologis.Jakarta : Salemba Medika.

Moeloek, Farid Ansafa.(2006).Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi.Jakarta :


POGI

Nugroho, Taufan.(2010).Kasus Emergency Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.

Sastrawinata, Sulaiman (Ed).(2004).Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.Jakarta :


EGC.
Nanda  International, Nursing Diagnosis: Deffintion & Classification 2009-2011.

Herdman, Heather T. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.

Prawirohajo, sarwono. 2008. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT bina pustaka.


Manjoer, arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta : Aesculapius.

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis:
Mosby

Anda mungkin juga menyukai