OLEH :
A. Pengertian KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan
dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda-tanda persalinan (Manuaba, 1998).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada sembarang
usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001).
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm. (saifudin,2002)
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina serviks. (Sarwono
Prawiroharjo, 2002)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Sarwono Prawirohardjo,
2005)
B. Etiologi
Menurut Nugraha (2010), penyebab KPD masih belum diketahui dan dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang
menjadi faktor predesposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina
atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada servik uteri (akibat persalinan, curetage).
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion, gemelli. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisisi atau penyebab terjadinya KPD. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amnosintesis menyebabakan terjadinya
KPD karena biasanya disertai infeksi.
4. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi
pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian
bawah.
5. Keadaan sosial ekonomi biasa karena kejadian ketuban pecah sebelum waktunya
dapat disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja
6. Faktor lain
C. Faktor Resiko
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh membran fetal akibat
kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran yang mengalami ruptur prematur ini
tampak memiliki defek fokal. Daerah dekat tempat pecahnya membran ini disebut “restricted
zone of extreme altered morphology” yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan
kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast maupun spongiosa.
Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini dan merupakan daerah yang rusak
pertama kali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya
penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah
dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko tinggi.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput
ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba,1998).
E. Pathway
Jalan
2 lahir terbuka bayi lahir Janin belum cukup janin
preterm bulan untuk tertekan
Ancaman
Cairan ketuban keluar terhadap
Resiko Pembukaan serviks belum
3 terus menerus diri
hipotermia sempurna/belum membuka
sendiri/jan
in
Ruptur membran
Janin sulit
4 amniotik
dikeluarkan
Ansietas
Resiko infeksi
maternal Resiko Resiko gawat
cidera janin janin
F. Tanda dan Gejala
1. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih
merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran’ Tetapi bila ibu duduk
atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugraha (2010), pemeriksaan penunjang untuk ketuban pecah dini yaitu
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi, bau dan pH nya
b. Cairan yang keluar dari vagina ada kemungkinan air ketuban, urine atau secret vagina
c. Sekret vagina ibu hamil pH: 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap
kuning.
d. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
e. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan
kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4 - 4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1 - 7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni.
1. Ultrasonografi (USG)
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
4. ProteinC-reaktif
H. Penatalaksaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim
terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensial. Oleh karena itu, penatalaksanaan
ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci, sehingga dapat menurunkan kejadian
persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim. Memberikan profilaksis antibiotik dan
membatasi pemeriksaan dalam merupakan tindakan yang perlu diperhatikan. Disamping itu
makin kecil umur kehamilan makin besar peluang terjadi infeksi dalam lahir yang dapat
memicu terjadinya persalinan prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg (Manuaba,
1998).
a. Penanganan Konservatif
2) Berikan antibiotika, bila ketuban pecah lebih > (Ampicillin 4 x 500 mg/eritromisin
atau Gentamycin 1x80mg.) Metronidazole.
3) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35
minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal sangat tergantung pada
kemampuan perawatan bayi premature).
5) Jika umur kehamilan 34-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi berikan tokolitik,
deksametason dan induksi sesudah 2 jam.
7) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memicu kematangan paru
janin (Sarwono, 2001).
b. Penanganan Aktif
1) Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi oxytiksin bila gagal seksio caesaria
dapat pula diberikan Misoprostol 50 mg intra vaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2) Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan kehamilan diakhiri
I.Pencegahan
2. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebihan atau sedikit tetapi terus
menerus melalui vagina, biasanya berbau agak amis, warnanya jernih dan tidak kental.
Kemngkinan besar cairan tersebut keluar/merembes karena selaput ketuban mengalami robekan.
Konsultasi segera untuk memastikan apakah itu cairan ketuban/bukan
4. Konsumsi zat
K. Komplikasi
3) prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering
terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).
4) oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, no.
medical record, nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan , suku, agama, alamat, tanggal
pengkajian.
2. Keluhan utama : keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban
sudahkering
3. Riwayat haid : umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
5. Riwayat Obstetris : berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG ,
darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana
cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga : adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita
penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh
keluarga
8. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu makan,
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah pinggang
sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan
kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di anjurkan
untuk bedresh total
f.Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b. Head to toe
1) Rambut : warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet
3) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen/tidak, apakah klien
menggunakan alat bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi pendengaran klien
baik/tidak
5) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau kering,
keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan, apakah ada karies
gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada
ibu hamil pada umum nya berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami
penurunan kalsium
7) Paru-paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba pembengkakan/tidak, getaran dinding
dada apakah simetris/tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
8) Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat/tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS% Midclavikula
P : bunyi jantung
9) Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk PAP/belum
P : bunyi abdomen
10) Payudara : puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi mamae,
kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
11) Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada oedema/tidak
12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada daerah
genitalia klien
13) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat dilakukan dengan kertas
nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7
sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air
seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
jumlah air ketuban yang terdapat di dalam rahim
B.Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi maternal b.d ruptur membran amniotik
2. Resiko tinggi gawat janin b.d partus yang tidak segera
3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d melahirkan bayi prematur/tidak matur
4. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin
D.Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Resiko tinggi infeksi maternal b.d ruptur membran amniotik.
Tujuan : Infeksi maternal tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Ibu bebas dari tanda- tanda infeksi (tidak demam (suhu : 36,5-37.5), cairan amnion
jernih, hampir tidak berwarna, dan tidak berbau)
b. Leukosit normal 6000-10.000/mm3
c.
Intervensi Rasional
Kolaborasi
1. Berikan cairan parenteral sesuai 1. Meski tidak boleh sering dilakukan,
indikasi. Berikan enema pembersih namun evaluasi usus dapat
bila sesuai indikasi meningkatkan kemajuan persalinan
dan menurunkan resiko infeksi
2. Pemeriksaan spesimen vagina 2. Mengetahui ada tidaknya invasi
bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi
3. Berikan drip oksitosin bila 3. Dapat meningkatkan kontraksi/his
pembukaan belum sempurna sehingga dapat membantu
persalinan
4. Pemberian antibiotik sebelum dan 4. Mencegah dan meminimalkan
sesudah persalinan sesuai indikasi terjadinya infeksi
5. Lakukan induksi pada janin bila 5. Janin harus dikeluarkan karena
janin sudah cukup umur dapat terjadi fetal death
(persalinan normal atau seksio
sesaria)
Mandiri
1. Memantau keadaan umum klien, 1. Setelah membran ruptur, insiden
seperti kesadaran klien, cairan yg korioamnionitis menigkat secara
keluar dari vagina klien, TTV progresif sesuai dengan waktu yang
(terutama suhu) ditunjukkan melalui TTV (suhu
dapat menunjukkan tanda-tanda
infeksi)
2. Lakukan perawatan perineum dan 2. Mengurangi resiko terjadinya
personal hygiene dengan benar infeksi
3. Monitoring DJJ tiap 5-10 menit
4. Evaluasi cairan yang keluar dari
vagina
2. Diagnosa : Resiko tinggi gawat janin b.d partus yang tidak segera
Tujuan : Gawat janin tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Janin dapat diinduksi
b. Tidak keluar cairan berwarna putih dan keruh dari vagina
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau posisi janin 1. Menghindari janin dalam posisi
sungsang
2. Monitor DJJ tiap 5-10 menit 2. Mengontrol keadaan janin
Kolaborasi
Lakukan induksi persalinan Mencegah terjadinya fetal death
3. Diagnosa : Resiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan melahirkan bayi
prematur/tidak matur
Tujuan : Tidak terjadi cedera pada janin
Kriteria hasil :
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda cedera (kondisi fisik normal, RR normal, tidak
ada tanda-tanda infeksi)
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Mengontrol keadaan janin
2. Pantau tentang pertumbuhan janin 2. Mengetahui perkembangan janin
dan tinggi fundus uteri janin sehingga dapat menentukan waktu
persalinan
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan USG 1. Memantau keadaan janin
DAFTAR PUSTAKA
Gopar, Adul.(2009).Ketuban Pecah Dini. Diakses tanggal 11 Maret 2011, dari
adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/ketuban-pecah-dini.pdf
Jakarta : EGC. Allih bahasa: Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Etsu Tiar.
Wilkinson, M. Judith. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 7. Jakarta : EGC.
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis:
Mosby