Anda di halaman 1dari 40

Dosen : Iskandar Zulkarnaen, S.Kep., Ns., M.

Kep
Keperawatan Medikal Bedah II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL


AKUT (GGA)

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Nurul Mutmainnah (22106014)


2. Reski Eka Putri (21806059)
3. Sonya Anggraeni Nompo (22106020)
4. Yohana Viktoria Mowol (22106043)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


MAKASSAR
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Gagal Ginjal Akut

Gangguan ginjal akut (GGA) adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh

kerusakan metabolik atau patologis pada ginjal yang ditandai dengan penurunan

fungsi ginjal secara tiba-tiba selama beberapa hari atau minggu, dengan atau tanpa

oliguria, sehingga mengakibatkan kemampuan ginjal untuk mempertahankan

homeostasis tubuh. ginjal akut ditandai dengan sementara fungsi ginjal (laju filtrasi

glomerulus/LFG), peningkatan kreatinin serum dan produk lain dari metabolisme

nitrogen serum, dan ketidakmampuan ginjal untuk mengatur homeostasis cairan dan

elektrolit. Pergeseran paradigma dalam klasifikasi dan ketidakmampuan untuk

mengenali gejala awal dan prognosis mengakibatkan istilah gangguan ginjal akut

(Dwi, 2021).

Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut

(GGA, acute renal failure (ARF]) merupakan salah satu sindrom klinik akibat

adanya gangguan fungsi ginjal yang terjadi secara akut, ditandai dengan

berkurangnya volume urine dalam 24 jam (Fredy, 2023).

Gangguan ginjal akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal yang di tandai

dengan peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya atau

penurunan urine output (UO). Acute kidney injury (AKI) adalah penurunan cepat

(dalam jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya
berlangsung reversible, diiikuti kegagalann ginjal untuk mengekskresi sisa

metabolisme nitrogen dengan tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

(Fredy, 2023).

B. Klasifikasi Gagal Ginjal Akut

Menurut (Fredy, 2023) Gagal ginjal akut diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)

tipe, yaitu pre-renal (gagal ginjal sirkulatorik), renal (gagal ginjal intrinsik), dan

post renal (uropati obstruksi akut).

1. Tipe Pre-renal

Merupakan respon adaptasi ginjal terhadap penurunan volume dan

hipotensi. Penyebab ini biasanya berkaitan dengan struktur nefron ginjal.

Penurunan volume biasanya disebabkan oleh perdarahan dari internal

(misalnya perdarahan saluran pencernaan) atau eksternal tubuh. GGA Pre-

renal juga dapat diakibatkan oleh penurunan perfusi ginjal pada pasien gagal

jantung atau shock. GGA Pre- renal merupakan tipe paling umum dari GGA

dan dapat bertransformasi menjadi GGA Intrinsik.

2. Tipe Renal (instrinsik)

Merupakan respon ginjal terhadap adanya cytotoxic, ischemic, atau

inflamasi yang menyebabkan kerusakan structural dan gangguan fungsi

ginjal. Salah satu penyebab umum dari GGA intrinsic adalah

glomerulonephritis. GGA intrinsic merupakan GGA yang paling progresif

dibandingkan GGA tipe lain.


3. Tipe Post-renal

Merupakan gagal ginjal yang disebabkan oleh obstruksi intra renal

dan ekstra renal, misalnya obstruksi saluran kemih, tumor, batu saluran

kemih.

C. Etiologi Gagal Ginjal Akut

Menurut (Fredy, 2023) etiologi gagal ginjal akut berdasarkan klasifikasi, yaitu :

1. Penyebab pre-renal, adalah hipoperfungsi ginjal, disebabkan oleh:

a. Hipovolemia, penyebab hipovolemi misalnya pada perdarahan, luka

bakar, diare, asupan kurang, pemakaian diuretik yang berlebihan.

Kurang lebih sekitar 3% neonatus masuk di ICU akibat gagal ginjal

prerenal.

b. Penurunan curah jantung pada gagal jantung kongestif, infark

miokardium, tamponade jantung, dan emboli paru.

c. Vasodilitasi perifer terjadi pada syok septic, anafilaksis dan cedera, dan

pemberian obat antihipertensi.

d. Gangguan pada pembuluh darah ginjal, terjadi pada proses pembedahan,

penggunaan obat anestesi, obat penghambat prostaglandin, sindrom

hepato-renal, obstruksi pembuluh darah ginjal, disebabkan karena

adanya stenosis arteri ginjal, embolisme, trombosis, dan vasculitis.


e. Pada wanita hamil disebabkan oleh sindrom HELLP, perlengketan

plasenta dan perdarahan postpartum yang biasanya terjadi pada

trimester.

2. Penyebab gagal ginjal pada renal (gagal ginjal intrinsik) dibagi antara lain:

a. Kelainan pembuluh darah ginjal, terjadi pada hipertensi maligna, emboli

kolesterol, vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik, sindrom

uremia hemolitik, krisis ginjal, scleroderma, dan toksemia kehamilan.

b. Penyakit pada glomerolus, terjadi pada pascainfeksi akut,

glomerulonefritis, proliferatif difus dan progresif, lupus eritematosus

sistemik, endokarditis infektif, sindrom Goodpasture, dan vaskulitis.

c. Nekrosis tubulus akut akibat iskemia, zat nefrotksik (aminoglikosida,

sefalosporin, siklosporin, amfoterisin B, aziklovir, pentamidin, obat

kemoterapi, zat warna kontras radiografik, logam berat, hidrokarbon,

anaestetik), rabdomiolisis dengan mioglobulinuria, hemolisis dengan

hemoglobulinuria, hiperkalsemia, protein mieloma, nefropati rantai

ringan.

d. Penyakit interstisial pada nefritis interstisial alergi (antibiotika, diuretic,

allopurinol, rifampin, fenitoin, simetidin, NSAID), infeksi (stafilokokus,

bakteri gram negatif, leptospirosis, bruselosis, virus, jamur, basil tahan

asam) dan penyakit infiltratif (leukemia, limfoma, sarkoidosis).

3. Penyebab gagal ginjal post-renal dibagi menjadi dua yaitu terjadinya:


a. Sumbatan ureter yang terjadi pada fibrosis atau tumor retroperitoneal,

striktura bilateral pasca operasi atau radiasi, batu ureter bilateral,

nekrosis papiler lateral, dan bola jamur bilateral.

b. Sumbatan uretra, hipertrofi prostate benigna, kanker prostat, striktura

ureter, kanker kandung kemih, kanker serviks dan kandun kemih “

neurogenik”.

D. Patofisiologi Gagal Ginjal Akut

1. Fase Inisiasi

Fase inisiasi dimulai dengan yangtor yang berkontribusi/penyebab.

Hal ini disertai dengan berkurangnya aliran darah ke nefron sampai nekrosis

tubular akut. Nekrosis tubular akut mengacu pada kematian sel-sel ditubulus

pengumpul nefron, tempat reabsorpsi air, elektrolit, dan ekskresi sisa protein

dan zat metabolik berlebih (Malisa,2022).

2. Fase Oliguri

Fase oliguri dikaitkan dengan ekskresi yang kurang volume urin. Fase

ini dimulai dalam 48 jam setelah gangguan seluler awal dan dapat

berlangsung selama 10-14 hari atau lebih lama. Terjadi kelebihan volume

cairan, yang menyebabkan edema, hipertensi, dan komplikasi

kardiopulmoner. Azotemia, akumulasi urea dan limbah nitrogen lainnya

seperti kreatinin dan asam urat dalam darah, menciptakan potensi perubahan

neurologis seperti seperti kejang, koma, dan kematian (Malisa,2022).


Pada kondisi ini ada pengobatan yang lebih baik adalam mengatasi

penyebab GGA. karena, beberapa klien masih mengeluarkan urin volume

lebih besar dari 500 mL/hari. Berat jenis urin rendah, karena tidak memiliki

jumlah normal zat yang diekskresikan seperti kelebihan kalium dan ion

hidrogen, untuk mempertahankan homeostasis. Akibatnya tanda yang muncul

adalah hiperkalemia, asidosis metabolik, dan uremia, keadaan toksik yang

disebabkan oleh akumulasi limbah nitrogen, berkembang terlepas dari volume

air yang dikeluarkan (Malisa,2022).

3. Fase Diuretik

Fase diuresik dimulai saat fungsi nefron meningkat/pulih. Meskipun

ada peningkatan volume urin, ekskresi limbah dan elektrolit terus terganggu.

Tetapi BUN, kreatinin, kadar kalium, dan fosfat tetap tinggi didalam darah

(Malisa,2022).

4. Fase Pemulihan

Fase pemulihan mungkin memebutuhkan 1 tahun atau lebih sampai

filtrasi glomerulus normal dan fungsi tubulus dipulihkan. Beberapa klien pulih

sepenuhnya, sedangkan yang lain berkembang bervariasi derajat disfungsi

ginjal permanen (GGK) (Malisa,2022).


E. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Akut

Manifestasi klinis GGA dilihat berdasarkan perkembangan klinis GGA yang

ditandai beberapa fase. Efek GGA yang meluas, konsekuensi utamanya sbebagai

berikut (Malisa,2022) :

1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Kelebihan cairan atau deplesi,

hiperkalemia, hiponatremia,hipokalsemia dan hipermagnesemia)

2. Asidosis

3. Meningkatnya kerentanan terhadap infeksi sekunder

4. Anemia

5. Disfungsi trombosit

6. Komplikasi gastrointestinal (anoreksi, mual, muntah, diare, konstipasi dan

stomatitis

7. Meningkatnya kejadian perikarditis

8. Ensefalopati uremia yang dicirikan oleh apatis, tidak semepurnanya ingatan

pada kejadian terakhir, abtundasi episodik, disatria, tremor. kejang dan koma

9. Terhambatnya pemulihan luka

F. Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Akut

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain (Malisa,2022) :

1. Pemeriksaan fungsi ginjal (tes darah) ditemukan : peningkatan BUN,

kreatinin. kalium, magnesium, dan fosfor. penurunan Kadar kalsium, hitung

eritrosit, hematokrit, dan hemoglobin. PH darah menunjukan asidosis


2. Urinalisis menunjukkan penurunan berat jenis

3. Biopsi ginjal menunjukkan destruksi nefron

4. Radiografi dan ultrasonografi menunjukkan cacat struktural pada ginjal, ureter

dan bladder

5. Angiografi Ginjal menunjukan adanya obstruksi pembuluh darah

G. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Akut

Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan dan mencegah

komplikasi yang meliputi hal-hal sebagai berikut dialisis, koreksi hiperkalemi,

terapi cairan dan diet rendah protein tinggi karbohidrat serta koreksi asidosis

dengan natrium bikarbonat dan dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah

komplikasi Acute Kidney Injury yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis,

dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan,

protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan

kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka. Koreksi

hiperkalemi ialah peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian

enema. Natrium polistrirensulfonat bekerja dengan mengubah ion kalium menjadi

natrium di saluran interstinal (Simatupang, 2019).

H. Komplikasi

Odema paru terjadi karena gagal jantung kongestif. Keadaan ini terjadi akibat

ginjal tidak dapat mensekresi urin, garam dalam jumlah yang cukup. Posisi pasien

setengah duduk agar cairan dalam paru dapat di distribusi ke vaskular sistemik, di
pasang oksigen, dan di berikan diuretik kuat (furosemide injeksi). Aritmia terjadi

karena efek dari hiperkalemia yang mempengaruhi kelistrikan jantung. Gangguan

elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia dan asidosis). Penurunan kesadaran terjadi

karena perubahan perfusi dan penurunan aliran darah ke otak. Infeksi terjadi

karena retensi sisa metabolisme tubuh dalam peredaran darah (BUN, kreatinin).

Anemia, terjadi akibat penurunan produksi eritropoietin sehingga eritrosit yang

dihasilkan juga akan berkurang (Simatupang, 2019).


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL AKUT

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Nama : Tn.N

Umur : 52 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Nelayan

Alamat : Jl. Kakap RT 08 Juata laut Kalimantan utara

Tanggal masuk RS : 17 Mei 2019

Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2019

No Rekam Medik : 3177xx

Tempat : Ruang Perawatan Dahlia.A

Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Akut

b. Penanggung jawab

Nama : Ny.M

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Hubungan keluarga : Istri


Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Kakap RT 08 Juata laut Kalimantan utara

2. Status Kesehatan

a. Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri pada bagian perut bawah sebelah kiri

b. Riwayat keluhan utama

Klien mengatakan masuk ke RSUD Tarakan karena perutnya yang besar dan

nyeri serta tidak ada selera makan. Makanan dan minuman yang dikonsumsi

oleh pasien dirasa pahit di lidah. Pengaruh penyakit terhadap pasien ialah

tidak merasa nyaman karena merasa nyeri dan tidak dapat makan ataupun

minum yang disukainya. Sulit beraktivitas berat seperti bernelayan dan

mengangkat jaring. Harapan pasien akan pelayanan kesehatan yakni bisa

cepat pulih dari penyakitnya dan dapat pulang ke rumah. Klien terlihat lemas,

dan klien mengatakan lemas dan terlihat meringis.

c. Riwayat kesehatan masa lalu

Awal mula penyakit muncul secara tiba-tiba dengan keluhan perut kembung

pada Oktober 2018. Klien pergi ke puskesmas dan mendapat pengobatan

namun, keluhan yang dirasakan masih sama dan dirujuk ke RSAL Tarakan

dengan kondisi penyakit yang sama. Penyakit masa kanak-kanak klien adalah

malaria yang di idapnya sejak umur 8 tahun hingga sekarang. Klien

mengatakan tidak mendapatkan imunisasi. Tidak ada alergi makanan maupun

obat. Pernah dirawat sebelumnya di RSAL dengan kasus seperti saat ini
selama 2 hari pada Januari 2019. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya

ialah perut kembung dan sakit yang diderita sudah 7 bulan lamanya, pasien

melakukan pemeriksaan kesehatannya bila dirasa sudah sakit parah, obat yang

dikonsumsi hanya dari dokter dan obat bebas. Bila obat dari dokter telah

habis, klien tidak kembali ke dokter

d. Riwayat penyakit

P : Nyeri perut bawah sebelah kiri

Q : Seperti tertusuk-tusuk

R : Nyeri menjalar keperut sebelah kanan

S : 5(1-10)

T : Hilang timbul

e. Data medik

1) Klien datang ke RS diantar oleh istrinya sendiri

2) Diagnosa medik: Gagal ginjal akut

f. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram keluarga 3 generasi tn.n

X X X
X

X 73 X X 65
?
57 55 50
52 45
45

35 33 25 20

Keterangan
: Laki-laki : Meninggal

: Peremnpuan ? : Tidak diketahui umur

: Garis pernikahan ----- : Tinggal serumah

: Garis keturunan : Klien


Kesimpulan:

A. GI : Kedua orang tua klien meninggal karena faktor usia

B. GII : Klien anak pertama dari 3 bersaudara

C. GIII : Klien memiliki 4 orang anak

g. Riwayat psikososial ekonomi dan spiritual

1) Sebelum sakit

a) Peran klien dalam keluarga ialah sebagai seorang ayah yang mencari

nafkah.

b) Hubungan klien dengan masyarakat dengan mengunjungi tetangga di

dekat rumahnya.

c) Orang kepercayaan klien untuk membantu saat kesulitan ialah istri dan

kedua anaknya.

d) Selalu mengikuti kegiatan masyarakat.


e) Tidak ditemukan masalah utama selama masuk rumah sakit.

f) Klien taat beribadah dengan sholat 5 waktu dan menggantungkan

hidupnya hanya kepada Allah SWT.

2) Saat sakit

Peran klien dalam keluarga ialah seorang ayah dan di masyarakat klien

sebagai masyarakat yang bekerja sebagai nelayan. Teman dekat ialah istri

yang membantunya saat kesulitan dengan menemani dan menjaga serta

merawat klien selama sakit Saat sakit tidak mengikuti kegiatan

masyarakat. Masalah utama masuk rumah sakit ialah biaya pengobatan

yang digunakan ialah BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Nasional)

dengan pengobatan yang minimal. Klien selalu berdoa kepada Allah agar

cepat pulih dari penyakitnya.

h. Pola kebiasaan sehari

NO POLA KEBIASAAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT


1. Makanan
 Frekuensi  3x sehari  3x sehari
 Komposisi  Nasi putih, ikan asin  Bubur putih dan
goreng, ayam telur rebus
goreng, sayur bening
 Nafsu makan  Baik  Kurang baik (
hanya
menghabiskan 4
sendok saja setiap
makan)
2. Minuman
 Frekuensi  4 gelas  2 gelas
 Volume  250 ml  200 ml
3. Eliminasi BAK
 Frekuensi  4-5x sehari  10x sehari
 Warna  Kuning jernih  Kuning jernih
 Bau  Bau khas amoniak  Bau khas amoniak
Eliminasi BAB
 Frekuensi  3x sehari  2x sehari
 Konsistensi  Padat  Cair
 Warna  Kuning kecoklatan  Kuning
 Bau  Khas  Khas
5. Istirahat tidur
 Kebiasaan tidur malam  23.00-05.00  23.00-05.00
 Kebiasaan tidur siang  14.00-16.00  14.00-16.00
 Kesulitan tidur  Tidak ada  Tidak ada
 Lama tidur  6 jam  6 jam
6. Aktivitas dan gerak
 Pengalaman kerja  Bekerja sebagai Aktivitas sehari
 Lama kerja nelayan dibantu istrinya
 6 jam dala sehari
7. Personal hygine
Mandi  2x sehari  1x sehari
Mencuci rambut  1x sehari  Tergantung kotor
Menggosok gigi  2x sehari  1x sehari
Memotong kuku  Tergantung panjang  Tergantung
panjang
Penampilan  Sesuai usia  Sesuai usia
Hambatan  Tidak ada  ADL terpasang
infus sodium
chloride 0,9% 500
ml.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang karena pasien

hanya mendapatkan perawatan minimal dan

mampu ambulasi secara mandiri namun,

pasien mengatakan lemas.

b. TTV

TD :100/60 mmHG

N :70x/mnt

S : 36,8℃

P : 18X/mnt

c. Pemeriksaan head to toe

1) Kepala

Inspeksi : Bentuk mesochepal, simetris bagian kiri dan kanan tidak di

temukan adanya benjolan. Tidak ditemukan adanya lesi.

Rambut berwarna putih keabuan, distribusi merata, tidak

ditemukan adanya ketombe.


Palpasi : Deformitas tidak teraba di kepala klien, tidak teraba adanya

benjolan. Tidak ditemukan adanya nodul. Hidrasi kulit cepat

dan lembab.

2) Mata

Inspeksi : Ukuran pupil 2.5 mm kiri dan kanan 2.5mm (isokor). Reaksi

terhadap cahaya ada saat dilakukan pengkajian. Tidak ada

peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler). Akomodasi

penglihatan mampu melihat jelas tanpa adanya kabur. Bentuk

simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis. Fungsi

penglihatan dapat melihat tulisan kecil dikoran.

3) Hidung

Inspeksi : Reaksi alergi tidak ditemukan adanya pada klien.Tidak

ditemukan adanya sekret saat pengkajian, terlihat silia lebat.

Tidak ada ditemukan pendarahan, maupun polip. Fungsi

penciuman mampu membedakan aroma kopi, teh dan minyak

kayu putih. Tidak ada trauma maupun epitaksis pada pasien.

4) Mulut dan tenggorokan

Inspeki : Warna mukosa bibir merah muda. Gigi geligi terlihat berjarak

dan kehitaman. Tidak ada stomatis, maupun sariawan saat

mengkaji di daerah mulut klien. Ukuran tonsil T1dengan tidak

ada pembesaran tonsil. Mampu berbicara secara jelas dan tepat


tanpa adanya gangguan saat berbicara. Klien mengatakan tidak

pernah melakukan pemeriksaan gigi.

Palpasi : Bibir lembab

5) Telinga

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, warna sawo matang, tidak ada

serumen, terlihat bersih, pendengaran baik.

Palpasi : Tidak ditemukan nodul

6) Leher

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan, vena tidak mengalami pembesaran,

tidak ditemukan lesi.

Palpasi : Posisi trakea berada ditengah, , tidak teraba pembesaran,

kelenjar getah bening

7) Payudara

Inspeksi : Payudara simestris kiri dan kanan, puting menonjol

Palpasi : Tidak ada keluar sekret dan tidak ditemukan adanya lesi, tidak

terasa adanya massa dan pembesaran kelenjar getah bening.

8) Thorax

Inspeksi : Bentuk dada normochest, pernafasan jenis upnea, irama

regular simetris pengembangan dada kiridan kanan.

Palpasi : Temperatur hangat, vocal premitus terdapat getaran kuat di

daerah thorax.
Perkusi : Lapang paru kanan dan kiri terdengarsonor. Batas jantung ictus

cordis di ICS3 midline kiri.

Auskultasi:Suara jantung S1(lup)S2(dup),irama regular suara

lapang paru terdengar vesikuler dimulai dari ICS2 sampai

ICS4.

9) Abdomen

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan pembesaran pada perut bagian kiri

bawah, bentuk umbilicus kedalam.

Palpasi : Nyeri tekan di kuadran kiri bawah. Turgor kulit elastis dan

lembab. Teraba keras.

Perkusi : Terdengar pekak

Askultasi: Bising usus 10x/mnt

10) Genetalia

Inspeksi : Testis terlihat bersih. Tidak terpasang kateter.

Palpasi : Tidak ditemukan adanya nodul maupun cairan yang keluar.

Tidak ada massa.

11) Anus

Inspeksi : Kulit lembab

Palpasi : Tidak teraba adanya massa.

12) Lengan dan tungkai

Inspeksi : Pergerakan sendi mampu bergerak bebas tanpa hambatan,

warna kulit sawo matang


Palpasi : Tonus otot kuat, temperatur 36,5 , tidak teraba edema

13) Columna Vertebralis

Inspeksi : Bentuk tulang lordosis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

14) Uji saraf cranialis

Nervus I: Klien dapat mengidentifikasi aroma kopi dan minyak kayu

putih

Nervus II: Ukuran pupil 2,5 mm kiri dan kanan (isokor), refleksi terhadap

cahaya, dan lapang pandang tidak menyempit

Nervus III: Tidak terdapat tosis, tidak ada ditemukan nistagmus.

Nervus IV: Diplopia maupun strabismus tidak ditemukan saat mengkaji

kepasien,refleksI pupil(+)terhadap rangsangan cahaya (isokor).

Nervus V: Klien dapat merasakan sensasi benda tajam tetapi dapat

mengidentifikasi sensasi sentuhan kapas, tidak terjadi

kelemahan ditandai dengan kekuatan otot masseter saat

mengatupkan rahang,refleksi kornea(+).

Nervus VI: Refleks pupil (+) terhadap rangsangan cahaya (isokor), klien

dapat mengikuti arahan gerakan jari di delapan arah mata

angin.

Nervus VII:Klien dapat mengangkat kedua alis serta dapat membuka dan

menutup mata secara cepat, tidak terjadi deviasi ujung bibir,


klien dapat mengidentifikasi rasa manis gula, rasa asam jeruk

dan pahit kopi.

Nervus VIII:Hasil tes Rinne (+) hambatan udara lebih baik dari pada

hantaran tulang. Tes Weber tidak terdapat lateralisasi, tes

Schwabach hasilnya memanjang.

Nervus IX:Uvula terangkat saat klien mengatakan“aaaaa”

Nervus X: Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam menelan.

Nervus XI: Hasil pemeriksaan otot strenokleiudomastoideus dapat

menahan arah tahanan kepala klien,hasil pemeriksaan otot

trapezius posisi bahu simetris dan dapat melawan arah tahanan

tangan pemeriksa.

Nervus XII:Lidah terlihat berkerut, klien dapat menarik-menjulurkan lidah

secara cepat.

15) Kulit

Inspeksi : Hygiene kulit bagus, kulit lembab

Palpasi : CRT (Capillary Refill Time) ±4 detik, tekstur kulit lembab,

turgor menurun. Kelainan kulit :Kulit kering dan kasar di kaki.

d. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 27 Mei 2019

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Hematologi lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin L10.8g/dL 14.0-18.0

Leukosit
9.50x103/𝜇𝐿 4.00-12.00

Eritrosit L3.85 x106/𝜇𝐿 4.50-6.00

Hematokrit L32.1 % 40.0-48.0

Trombosit H515x103/𝜇𝐿 150-450 ribu

Indeks Eritrosit

MCV 83.4 fL 82.0-96.0

MCH 28.1 pg 27.0-31.0

MCHC 33.6g/L 32.0-37.0

HitungJenis

Neutrofil 62.9 % 50-70

Limfosit 25 % 20.0-40.0

MXD H 12.1 % 2.0-8.0

b) Kimia Darah

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Ureum H91.40 mg/dL 10-40

Kreatinin H3.16 mg/dL 0.67-1.50

Ureum H79.0 mg/dL 10-40

Kreatinin H2.70 mg/dL 0.67-1.50

c) GFR

Rumus Cockroft–Gault (140-umur) x berat (kg) / (72xSerum

Kreatinin) (140–52 tahun)x47kg / (72x2.70%)= 21.275 ml/min.

4. Analisis Data

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Gangguan Risiko
- Klien mengatakan Ketidakseimbangan
Mekanisme Regulasi
frekuensi BAK 10x Volume Cairan
dalam sehari dan
jumlah hanya sedikit
- Klien mengatakan
frekuensi BAB 1x/hari
dengan konsistensi cair
- Klien mengatakan
perutnya membesar
DO :
- Perut tampak
membesar
- Produksi urine kurang
dari 300 cc/hari
- Hematokrit 32.1%
- Ureum 79.0 mg/dL
- Kreatinin 2.70 mg/Dl
- Total produksi urin
500 cc dalam sehari
- GFR 21,275 ml/min
DS : Agen Cedera Nyeri Akut
- Klien mengatakan Fisiologis (Iskemik)
lokasi nyeri berada di
kuadran kiri bawah.
- Klien mengatakan
kualitas nyeri seperti
tertusuk-tusuk
- Klien mengatakan
nyeri bertambah bila
melakukan aktivitas
ringan seperti bepindah
tempat.
DO :
- Klien tampak selalu
memegang perut
bagian kirinya
- Klien terlihat meringis
- Skala nyeri 5 (1-10)
durasi 10 mnt
DS : Kurang Minat Pada Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan Makanan Nutrisi : Kurang dari
lemas Kebutuhan Tubuh
- Klien mengatakan
minum 2 gelas/hari
- Klien mengatakan
tidak ada selera makan
DO :
- Klien tampak lemah

5. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko Ketidakseimbangan Volume Cairan (00025) berhubungan dengan

gangguan mekanisme regulasi

b. Nyeri Akut (00132) berhubungan dengan agen cedera fisiologis (iskemik)

c. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh (00002)

berhubungan dengan kurang minat pada makanan

6. Rencana Asuhan Keperawatan

No NOC NIC
Dx
1 Risiko Ketidakseimbangan Manajemen Cairan (4120)
Volume Cairan - Dukung pasien dan keluarga untuk
Keseimbangan Cairan (0601) membantu dalam pemberian makan
- (060109) Berat badan stabil 2/4 dengan baik
- (0601020) Berat jenis urin 2/4 - Berikan cairan dengan tepat
- (060115) Kehausan 2/4 - Timbang berat badan

2. Manajemen Nyeri (1400)


Nyeri, Akut
- Dorong pasien untuk memonitor
Tingkat Nyeri (2102)
nyeri dan menangani nyerinya
- (210201) Nyeri yang dengan tepat
dilaporkan 3/5 - Dorong pasien untuk untuk

- (210206) Ekspresi nyeri wajah menggunakan obat-obatan penurun

2/4 nyeri yang adekuat


- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
- (210221) Menggosok area
untuk membantu penurunan nyeri
yang terkena dampak 2/4
3. Nutrisi : Ketidakseimbanagan, Konseling Nutrisi (5246)
Lebih dari Kebutuhan Tubuh - Bina hubungan terpeutik
Status Nutrisi : Asupan Makanan berdasarkan rasa percaya
dan Cairan (1008) dan saling menghormati
- (100801) Asupan makanan - Diskusikan makanan yang
secara oral 2/4 disukai dan yang tidak
- (100803) Asupan cairan secara disukai pasien
oral 2/4 - Bantu pasien untuk
mencatat makanan yang
biasanya dimakan dalam
waktu 24 jam

7. Implementasi dan Evaluasi


Hari pertama

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal/
Waktu
1. Senin 1 NIC 4120 Manajemen Subjektif :
27-05- Cairan - Klien
2019 1. Dukung pasien dan mengatakan
09.00 keluarga untuk frekuensi BAK
membantu dalam 10x dalam
pemberian makan sehari dan
dengan baik jumlah hanya
Hasil : sedikit
Pasien diberikan - Klien
edukasi terkait mengatakan
makanan yang frekuensi BAB
mengandung banyak 1x/hari dengan
nutrisi agar konsistensi cair
mempercepat - Klien
pemulihan yang mengatakan
optimal perutnya
09.20 2. Berikan cairan dengan membesar
tepat Objektif :
Hasil : - Berat badan
Pasien diberikan stabil 2
cairan IV dan - Berat jenis
dianjurkan minum 8 urin 2
gelas sehari - Kehausan 2
09.50 3. Timbang berat badan Assessment :
Hasil : Masalah belum
TB : 160 teratasi
BB : 45 Planning :
Lanjutkan
Intervensi 1, 2, 3
2. 10.00 2 NIC 1400 Manajemen Subjektif :
Nyeri - Klien
1. Dorong pasien untuk mengatakan
memonitor nyeri dan lokasi nyeri
menangani nyerinya berada di
dengan tepat kuadran kiri
Hasil : bawah.
Skala nyeri 5 (1-10) - Klien
10.20 2. Dorong pasien untuk mengatakan
untuk menggunakan kualitas nyeri
obat-obatan penurun seperti
nyeri yang adekuat tertusuk-tusuk
Hasil : - Klien
Pasien diberikan obat mengatakan
pereda nyeri nyeri
10.40 3. Dukung bertambah bila
istirahat/tidur yang melakukan
adekuat untuk aktivitas ringan
membantu seperti
penurunan nyeri bepindah
Hasil : tempat.
Pasien dianjurkan Objektif :
untuk lebih banyak
- Nyeri yang
istirahat
dilaporkan 3

- Ekspresi
nyeri wajah 2

- Menggosok
area yang
terkena
dampak 2
Assesment :
Masalah belum
teratasi
Planning :
Lanjutkan
intervensi 1, 2,3
3. 11.00 3 NIC 5246 Subjektif :
Konseling - Klien
Nutrisi mengatakan
1. Bina lemas
hubungan - Klien
terpeutik mengatakan
berdasarkan minum 2
rasa percaya gelas/hari
dan saling - Klien
menghormati mengatakan
Hasil : tidak ada selera
Pasien sangat makan
percaya dan Objektif :
menghargai - Asupan
petugas makanan
kesehatan secara oral 2
11.20 2. Diskusikan - Asupan
makanan cairan secara
yang disukai oral 2
dan yang Assessment :
tidak disukai Masalah sebagian
pasien teratasi
Hasil : Planning :
Pasien Lanjutkan
mengatakan intervensi 2,3
tidak
menyukai
makanan
seperti bubur
tanpa
campuran
apapun tetapi
dia menyukai
bubur kacang
hijau
11.40 3. Bantu pasien
untuk
mencatat
makanan
yang
biasanya
dimakan
dalam waktu
24 jam
Hasil :
Pasien lebih
sering makan
nasi dengan
telur saja

Hari kedua

No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Tanggal/
Waktu
1. Selasa 1 NIC 4120 Manajemen Subjektif :
28-05- Cairan - Klien
2019 1. Dukung pasien dan mengatakan
09.00 keluarga untuk frekuensi
membantu dalam BAKnya sudah
pemberian makan membaik
dengan baik 1x/sehari
Hasil : - Klien
Pasien mulai mengatakan
mengkonsumsi yang perutnya sudah
mengandung banyak terasa
nutrisi, seperti membaik
sayuran, buah-buahan, Objektif :
susu, karbohidrat, - Berat badan
kacang-kacangan. stabil 3
09.20 2. Berikan cairan dengan - Berat jenis
tepat urin 3
Hasil : - Kehausan 3
Pasien masih Assessment :
diberikan cairan IV Masalah belum
dan mulai minum air 5 teratasi
gelas sehari Planning :
09.50 3. Timbang berat badan Lanjutkan
Hasil : Intervensi 1, 2, 3
TB : 160
BB : 47
2. 10.00 2 NIC 1400 Manajemen Subjektif :
Nyeri - Pasien
1. Dorong pasien untuk mengatakan
memonitor nyeri dan bahwa
menangani nyerinya nyerinya mulai
dengan tepat berkurang
Hasil : dengan skala
Skala nyeri 4 (1-10) nyeri 4
10.20 2. Dorong pasien untuk Objektif :
untuk menggunakan
- Nyeri yang
obat-obatan penurun
dilaporkan 4
nyeri yang adekuat
- Ekspresi
Hasil :
nyeri wajah 3
Pasien mengatakan
bahwa nyerinya mulai - Menggosok
berkurang setelah area yang
diberikan obat pereda terkena
nyeri dampak 3
10.40 3. Dukung Assesment :
istirahat/tidur yang Masalah belum
adekuat untuk teratasi
membantu Planning :
penurunan nyeri Lanjutkan
Hasil : intervensi 1, 2,3
Pasien mulai
melakukan istirahat
dengan teratur
3. 11.00 3 NIC 5246 Subjektif :
Konseling - Klien
Nutrisi mengatakan
1. Diskusikan sudah tidak
makanan lemas lagi
yang disukai - Klien
dan yang mengatakan
tidak disukai minum 5
pasien gelas/hari
Hasil : - Klien sudah
Pasien memiliki selera
memakan makanan
makanan Objektif :
yang dia - Asupan
sukai bubur makanan
kacang hijau secara oral 3
11.20 2. Bantu pasien - Asupan
untuk cairan secara
mencatat oral 3
makanan Assessment :
yang Masalah sebagian
biasanya teratasi
dimakan Planning :
dalam waktu Lanjutkan
24 jam intervensi 2,3
Hasil :
Pasien
diberikan
makanan
yang lebih
sehat dan
teratur agar
mempercepat
pemulihan

Hari Ketiga
No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi
Tanggal/
Waktu
1. Rabu 1 NIC 4120 Manajemen Subjektif :
29-05- Cairan - Klien
2019 1. Dukung pasien dan mengatakan
09.00 keluarga untuk frekuensi
membantu dalam BAKnya sudah
pemberian makan membaik
dengan baik 1x/sehari
Hasil : - Klien
Pasien sudah mengatakan
mengkonsumsi yang perutnya sudah
mengandung banyak terasa
nutrisi, seperti membaik
sayuran, buah-buahan, Objektif :
susu, karbohidrat, - Berat badan
kacang-kacangan. stabil 4
09.20 2. Berikan cairan dengan - Berat jenis
tepat urin 4
Hasil : - Kehausan 4
Pasien sudah tidak Assessment :
diberikan cairan IV Masalah sudah
karena sudah teratasi
membaik dan mulai Planning :
09.50 minum air 8 gelas Intervensi
sehari dihentikan
3. Timbang berat badan
Hasil :
TB : 160
BB : 53
2. 10.00 2 NIC 1400 Manajemen Subjektif :
Nyeri - Pasien
1. Dorong pasien untuk mengatakan
memonitor nyeri dan bahwa sudah
menangani nyerinya tidak ada nyeri
dengan tepat dengan skala
Hasil : nyeri 3
Skala nyeri 3 (1-10) Objektif :
10.20 2. Dorong pasien untuk
- Nyeri yang
untuk menggunakan
dilaporkan 5
obat-obatan penurun
- Ekspresi
nyeri yang adekuat
nyeri wajah 4
Hasil :
- Menggosok
Pasien mengatakan
area yang
bahwa sudah tidak ada
terkena
nyeri
dampak 4
10.40 3. Dukung
Assesment :
istirahat/tidur yang
Masalah sudah
adekuat untuk
teratasi
membantu
Planning :
penurunan nyeri
intervensi
Hasil :
dihentikan
Pasien sudah
melakukan istirahat
dengan teratur
3. 11.00 3 NIC 5246 Subjektif :
Konseling - Klien
Nutrisi mengatakan
1. Diskusikan sudah tidak
makanan lemas lagi
yang disukai - Klien
dan yang mengatakan
tidak disukai minum 8
pasien gelas/hari
Hasil : - Klien sudah
Pasien sudah memiliki selera
mau makanan
memakan Objektif :
makanan - Asupan
yang sehat makanan
dan bergizi secara oral 4
11.20 2. Bantu pasien - Asupan
untuk cairan secara
mencatat oral 4
makanan Assessment :
yang Masalah sudah
biasanya teratasi
dimakan Planning :
dalam waktu Intervesi
24 jam dihentikan
Hasil :
Pasien sudah
mau
memakan
makanan
yang sehat
dan bergizi
PENYIMPANGAN KDM

Iskemia atau Nefrotoksin

Penurunan aliran Kerusakan sel Kerusakan


tubulus glomerulus

Obstruksi tubulus
Ultrafiltrasi
glomerulus turun

Penurunan GFR

Gagal Ginjal Akut

Penurunan produksi urin


Azotemia

Diuresi ginjal Peninngkatan metabolik Peningkatan


pada jaringan metabolik pada
gastrointestinal
Aliran darah
keginjal menurun Peninngkatan kelelahan otot
kramotot meningkat Bau amonia pada
mulut, mual dan
RAA turun muntah
Kelemahan fisik respon
Retensi NA dan nyeri
H2O Intake nutrisi tidak
Type equation here. adekuat
Nyeri Akut
Risiko
Ketidakseimba Ketidakseimbang
ngan Volume an Nutrisi :
Cairan Kurang dari
Kebutuhan
Tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Dwi, Wiwit Nurbadriyah. 2021. Asuhan Keperawatan Penyakit Ginjal Kronis dengan

Pendekatan 3S. Malang : Literasi Nusantara.

Fredy, Khalid Saputra,. Aldiana Astuti,. Taufiqurrahman,. Ni Ketut Yuliana Sari,.

Juliana Neng Rifka Sarman,. Septiyani,. Rizka Adela Fatsena,. Zulkifli,.

Pomalongo,. Aulia Asman,. Resti Ariani. 2023. Penyakit Gagal Ginjal Akut

(Acute Kidney Injury). Banten : Media Sains Indonesia.

Malisa, Novi,. Fitriani Agustina,. Yasin Wahyurianto,. Dewi Siti Oktavianti,.

Suslawati. 2022. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah DIII Keperawatan

Jilid I. Jakarta : Mahakarya Citra Utama.

Simatupang, Ulpenta. 2019. Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan Acute Kidney

Injury di Ruang Dahlia A Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi

Kalimantan Utara. Tarakan : Universitas Borneo Tarakan.

Anda mungkin juga menyukai