Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM HIPERVOLEMIA PADA PASIEN GAGAL

GINJAL AKUT DI RUANG MELATI RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGARA


SERANG TAHUN 2020 – 2021

PROPOSAL STUDI KASUS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan ( Amd. Kep)
Disusun oleh
ESTER ELISABET NAINGGOLAN
344070180023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN AJARAN 2020 - 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata berbentuk mirip kacang, sebagai
bagian dari system urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran(terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Progresivitas penurunan fungsi
ginjal berbeda-beda, yaitu dapat berkembang cepat atau lambat.
Gagal ginjal akut ialah suatu sindroma klinik akibat adanya gangguan fungsi ginjal
yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa jam-hari) yang menyebabkan retensi sisa
metabolisme nitrogen dan non nitrogen. Diagnosis GGA berdasarkan pemeriksaan
laboratorium ditegakkan bila terjadi peningkatan secara mendadak kreatin serum 0,5 mg
% pada pasien dengan kadar kreatinin awal <2,5 mg% atau meningkat >20% bila
kreatinin awal >2,5 mg%.
Penyebab dari GGA ini dapat dibagi menjad 3, yaitu penyebab pre renal, renal, dan
post renal. GGA post renal merupakan 10% dari keseluruhan GGA. GGA post renal
disebabkan oleh obstruksi intrarenal dan ekstrarenal. Obstruksi intrarenal terjadi karena
deposisi kristal (urat, oksalat, sulfonamid) dan protein (mioglobin , hemoglobin).
Obstruksi ekstra renal dapat terjadi pada pelvis-ureter oleh obstruksi intrinsik (tumor,
batu, nekrosis papila) dan ekstrinsik (keganasan pada pelvis dan retroperitoneal, fibrosis),
serta pada kandung kemih (batu, tumor, hipertrofi/ keganasan prostat), dan uretra.
GGA post renal terjadi bila terjadi obstruksi akut pada uretra, buli-buli dan ureter
bilateral, atau obstruksi pada ureter unilateral dimana ginjal satunya tidak berfungsi.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah,

Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Akut Di Ruang Melati Di

Rumah Sakit Sari Asih Serang Tahun 2020.


1.2 Tujuan Studi Kasus

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Gagal Ginjal Akut di Rumah Sakit Sari Asih Serang

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mampu memberikan gambaran pengkajian pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut

b. Mampu memberikan gambaran diagnosa pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut

c. Mampu memberikan gambaran rencana pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut

d. Mampu memberikan implementasi pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut

e. Mampu memberikan gambaran evaluasi pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut

f. Mampu memberikan gambaran Dokumentasi pada pasien dengan Gagal Ginjal

Akut

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Bagi Institusi Prodi D III Keperawatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Memberikan tambahan informasi bagi prodi D III Keperawatan Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa tentang Gagal Ginjal Akut untuk tambahan referensi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya keperawatan.

1.3.2 Rumah Sakit Umum Dr. dradjat Prawiranegara

Sebagai bahan untuk menambah keluasan ilmu dan teknologi trepan bidang

keperawatan dalam Gagal Ginjal Akut

1.3.3 Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan khususnya

studi kasus tentang pelaksanaan Gagal Ginjal Akut


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi
Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara mendadak
akibat kegagalan sirkulasi renal, serta gangguan fungsi tubulus dan glomerulus dengan
manifestasi penurunan produksi urine dan terjadi azotemia (peningkatan kadar nitrogen
darah, peningkatan kreatinin serum, dan retensi produk metabolit yang harus
dieksresikan oleh ginjal).

2.1.2 Etiologi
Sampai saat ini pra praktisi klinik masing membagi etiologi gagal ginjal akut
dengan tiga kategori meliputi:
 Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya
laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis meliputi hal – hal sebagai berikut:
1. Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, pankreatitis, pemakaian diuretik berlebihan).
2. Vasodilatasi (sespis atau anafilaksis).
3. Penurunan curah jantung (distritmia, infrak miokardium, gagal jantung
kongestif, syok kardiogenik, emboli paru).
4. Obtruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis).
 Renal
Kondisi renal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau
tubulus ginjal. Kondisi klinis yang umum adalah sebagai berikut:
1. Trauma langsung pada ginjal dan cedera akibat luka terbakar
2. Iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pascabedah)
3. Reaksi tranfusi (DIC akibat tranfusi tidak cocok)
4. Penyakit glumerovaskular ginjal: glumerulonefritis, hipertensi maligna
5. Nefritis interstitial akut: infeksi berat, induksi obat – obatan nefrotoksin
 Pascarenal
Etiologi pascarenal terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal, seperti
pada kondisi sebagai berikut:
1. Obtruksi muara vesika urinaria: hipertrofi prostat, karsinoma
2. Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumbatan dari tumor

2.1.3 Manifestasi Klinis


Pasien dengan GGA terlihat sebagai seseorang yang sakit berat dan letargi disertai
mual muntah dan diare persistem akibatnya kulit dan mukosa membrane kering napas
berbau urin (bau ureum) disertai manifestasi gangguan system saraf pusat berupa:
perasaan mengantuk, sakit kepala, keram otot. Selain itu ditemukan pengeluaran urin
kurang, mungkin berdarah, dan memiliki berat jenis 1010 (normal 1015-1025).

2.1.4 Patofisiologi
Suatu hipotensis tentang pathogenesis GGA adalah kerusakan tubulus yang
menyebabkan tidak dapat menyeimbangkan sodium secara normal sehingga
mengaktivasi system renin-angiotesin-aldosteron. Kembalinya aliran darah ke renal
akibat peningkatan tonus arteri afferent dan efferent, sehingga terjadi iskemia yang
menyebabkan peningkatan vasopressin, edema seluler menghambat sintesis
prostaglandin yang berakibat pada testimulasinya system rennin-angiotensin. Penurunan
aliran darah ke ginjal menyebabkan penurunan tekanan glomerulus, rata-rata filtasi
glomerulus, arus tubular sehingga menimbulkan oliguria.Selain itu ada teori yang
mengemukakan sampah sel dan protein didalam tubulus menyubat saluran tubulus
sehingga terjadi peningkatan tekanan intratubular.Hal ini mengakibatkan peningkatan
tekanan onkotik yang berlawanan dengan tekanan filtrasi hingga filtrasi glomerulus
berhenti.Penurunan liran darah ke renal menyebabkan berkurangnya peredaran oksigen
ke tubulus proksimal.Hal ini menyebabkan penurunan ATP (adeno-sisn triposfat) sel
yang menimbulkan peningkatan konsentrasi citosolik dan kalsium mitokondria akibat
dari kondisi ini berupa kematian sel nekrosis tubular.Nefropati vasomotor menyebabkan
terjadinya spasme kapiler pelitubular yang mengakibatkan pada kerusakan tubulus.
2.1.5 Komplikasi
a. Hiperkalemia
b. Hipertensi
c. Anemia
d. Asidosis metabolik
e. Kejang
f. Perikarditis

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan kreatinin dan BUN (Blood Urea Nitrogen)
Kadar BUN meningkat ; besarnya tergantung tingkat pemecahan protein, perfusi
ginjal dan intake protein kadar kreatinin berhubungan dengan tingkat keparahan
kersakan glomerulus.
2. Pemeriksaan kalium darah
Katabolisme protein mengeluarkan patossium kedalam cairan tubuh sehingga
menyebabkan peningkatan kadar kalium serum hiperkalemia. Hiperkalemia dapat
menyebabkan disritmia dan henti jantung
3. Analisa gas darah
Asidosis metabolic sebagai akibat kegagalan ginjal mengeluarkan hasil metabolisme
tubuh, sehingga meningkatkan keasaman dalam tubuh
4. Pemeriksaan elektrolit serum
Elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan
produk fosfor-kalsium, dengan natrium serum rendah
5. Kadar HB
Kadar HB rendah (anemia dan hematocrit dibawah rentang normal)

2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medic terhadap GGA tergantung pada proses penyakit.
Tujuannya untuk memelihara keseimbangan kadar normal kimia dalam tubuh,
mencegah komplikasi, memperbaiki jaringan ginjal, dan mengembalikan fungsi
ginjal sebaik mungkin. Penatalaksaan medic yang dapat dilakukan antara lain:
1. Dialisis: ditunjukan untuk mengoreksi abnormalitas kadar biokimia,
menyeimbangkan cairan, protein, inteksodium, kecenderungan pendarahan dan
membantu penyembuhan luka.
2. Penatalaksana hiperkalemia
3. Memelihara keseimbangan cairan
4. Pemberian diuretik
5. Penggantian elektrolit
6. Memberikan diet tinggi kalori rendah protein
7. Mengoreksi asidosis dan peningkatan fosfat
8. Monitoring selama fase pemulihan.

2.2 ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL GINJAL AKUT


2.2.1 Pengkajian
Menurut Muttaqin Arif dan Kumala Sari (2011) langkah pertama dari proses
keperawatan yaitu pengkajian, dimulai perawat menerapkan pengetahuan dan
pengalaman untuk mengumpulkan data tentang pasien. Pengkajian dan
pendokumentasikan yang lengkap tentang kebutuhan pasien dapat meningkatkan
efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan, Pengkajian pada pasien Gagal Ginjal
Akut meliputi:
1. Identitas pasien
Identitas klien meliputi nama pasien, jenis kelamin, tempat tanggal lahir/
pekerjaan, pendidikan, alamat, rekam medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosis medis, serta data penanggung jawab pasien terdiri dari nama, umur,
pekerjaan, dan hubungan dengan pasien. Penderita gagal ginjal akut biasanya
terjadi pada usia 35- 44 tahun. Klien yang menderita gagal ginjal akut umumnya
adalah laki – laki. (Riskedas, 2013)

2. RIWAYAT KESEHATAN
a.Keluhan utama
Biasanya mual muntah dan diare, perasaan mengantuk, sakit kepala, keram otot.
Selain itu ditemukan pengeluaran urin kurang,
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama pada
prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan
penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine output
tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan
setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar,
setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID
atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta
adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c.Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal.Penting untuk dikaji
tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.

3. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran biasanya baik atau kompos
mentis, dan sering terjadi perubahan penyakit kelainan kongenital ginjal dan
saluran kemih.
B. Pemeriksaan fisik persistem
1. B1 (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas yang merupakan respon terhadap azotemia dan sindrom akut
uremia. Pasien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering
didapatkan pada fase ini. Pada keadaan beberapa keadaan respons uremia
akan dijadikan asidosis metabolik sehingga didapatkan pernapasan
kussmaul.
2. B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering
didapatkan adanya anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut
merupakan kondisi yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan
usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI.
Adanya penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fumgsi jantung
akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan darah sering
didapatkan adanya peningkatan.
3. B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Pasien berisiko
kejang, efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala,
penglihatan kabur, kram otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama
pada fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia.
4. B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pada periode oliguri akan terjadi penurunan
frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada
periode diuresis terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan
jumlah urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus.
Pada pemeriksaan didapatkan perubahan warna urine menjadi
pekak/gelap.
5. B5 (Bowl)
Didaptkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan
6. B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu. Keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus gagal ginjal akut:
a.Hipervolemia
1. Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraseluler
2. Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Ortopnea
2. Dispnea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
 Objektif
1. Edema anasarka dan/ atau edema perifer
2. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP) dan/ atau Cental Venous Pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular positif

3. Gejala dan Tanda Minor


 Subjektif
(Tidak tersedia)
 Objektif
1. Distensi vena jugularis
2. Terdengar suara napas tambahan
3. Hepatomegali
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7. Kongesti paru

b. Penurunan Curah Jantung


1. Definisi
Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.
2. Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Perubahan irama jantung
1) Palpitasi
2. Perubahan preload
2) Lelah
3. Perubahan afterload
3) Dispnea
4. Perubahan kontraktilitas
1) Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
2) Ortopnea
3) Batuk
 Objektif
1. Perubahan irama jantung
1) Bradikardia/ takikardia
2) Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
2 Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena jugularis
3) Central venous pressure (CVP) meningkat/ menurun
4) Hepatomegali
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3 detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat dan/ atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung S3 dan/ atau S4
2) Ejektion fraction (EF) menurun

3.Gejala dan Tanda Minor


 Subjektif
1. Perubahan preload
(tidak tersedia)
2. Perubahan afterload
(tidak tersedia)
3. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
4. Perilaku/emosional
1) Cemas
2) Gelisah
 Objektif
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertambah
3) Pulmonary artery wedge pressure (PAWP) menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular resistance (PVR) meningkat/menurun
2) Systemic vascular resistance (SVR) meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI) menurun
2) Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun
3) Stroke volume index (SVI) menurun
4) Perilaku/emosional
(tidak tersedia)

2.2.3 Intervensi Keperawatan


N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
O
1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia ( mis.
keperawatan selama 1x24 jam
Ortopnea, dispnea, edema,
diharapkan membaik dengan JVP/CVP meningkat,
refleks hepatojugular
kriteria hasil :
positif, suara naas
-Kekuatan nadi meningkat tambahan)
2. Identifikasi hipervolemia
-Turgor kulit membaik
3. Monitor status
-Output urin membaik hemodinamik (mis.
Frekuensi jantung, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP,
PCWP,CO, CI, jika tersedia
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor tanda
hemokonsentrasi (mis.
Kadar natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis urin)
6. Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma
(mis. Kadar protein dan
albumin meningkat)
7. Monitor kecepatan infus
secara ketat
8. Monitor efek samping
diuretik (mis. Hepotensi
ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
2. Penurunan Curah Setelah dilakukan tindakan 5. Identifikasi tanda dan gejala
Jantung keperawatan selama 1x24 jam primer penurunan curah jantung
(meliputi dyspnea, kelelahan,
diharapkan meningkat dengan
edema, ortopnea, paroxysmal
kriteria hasil : nocturnal dyspnea peningkatan
CVP)
6. Identifikasi tanda dan gejala
sekunder penurunan curaj
jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegli
distensi, vena jugularis,
palpitasi, oliguria, batuk, kulit
pucat
7. Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
ortostatik)
8. Monitor intake dan output
cairan
9. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
10. Monitor saturasi oksigen
11. Monitor keluhan nyeri dada
(intensitas, lokasi,
radiasi,durasi, presivitas yang
mengurangi nyeri)
12. Monitor EKG 12 sadapan
13. Monitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
14. Monitor nilai laboratorium
jantung(mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
15. Monitor fungsi alat pacu
jantung
16. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
17. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Beta
blocker, ACE inhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi proses keperawatan terdiri dari rangkaian aktivitas keperawatan

dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat

melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan

pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang

diharapkan. Bagian pengumpulan data ini memprakarsai tahap evaluasi proses

keperawatan (Dinarti, 2009).

2.2.2 Evaluasi

Menurut Dinarti, 2009. Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap

diagnosa keperawatan. Evaluasi setiap diagnosa keperawatan meliputi:

1. Subjektif (S): Menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakankeperawatan.

2. Objektif (O): data objeketif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau

hasil observasi secara langsung kepada klien.

3. Analisa (A): Interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis merupakan

suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi


4. Planning (P): Perencanaan keperawatan yang akan di lanjutkan, di hentikan, di

modifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah

ditentukan sebelumnya.

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi

pada masa kini (Nusalam, 2013). Jenis rancangan penelitian deskriptif yang akan

digunakan adalah studi kasus. Menurut Notoatmodjo (2012), studi kasus merupakan

rancangan penelitian yang mengkaji permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari

unit tunggal. Meskipun dalam studi kasus yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal

namun dianalisis secara mendalam mencakup berbagai aspek yangluas.

Studi kasus ini adalah studi untuk melakukan asuhan keperawatan dalam

Hipervolemia pada pasien Gagal ginjal akut di Ruang Melati Rumah Sakit Sari Asih

Serang Tahun 2020.

3.2 Subjek Studi Kasus

Subyek dalam studi kasus ini adalah dua klien dengan memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu penderita osteoarthritis diwilayah Rumah Sakit

Sari Asih Serang, jenis kelamin laki – laki , rentang usia 35- 44 tahun dengan tinggal

bersama anggota keluarga lainnya, menderita penyakit osteoarthritis + / - tahun,

bersedia menjadi responden/ subjek penelitian. Kriteria eksklusi yaitu penderita

osteoarthritis dengan komplikasi Diabetes Melitus.

3.3 Fokus Studi


Fokus studi kasus ini adalah memenuhi kebutuhan nutrisi dengan penerapan

pendidikan kesehatan pada lansia menderita osteoarthritis.

3.4 Definisi Operasional

Penerapan pendidikan kesehatan nutrisi osteoarthritis pada lansia adalah pemberian

informasi tentang kesehatan lansia menderita osteoarthritis yang tinggal bersama

anggota keluarga mengenai pola makan nutrisi osteoarthritis yang boleh dimakan atau

tidak boleh dimakan dan atau jenis makanan.

Tabel Definisi Operasional

No. Variable Definisi Operasional


1. Gagal Ginjal Akut Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan
penurunan fungsi ginjal secara
mendadak akibat kegagalan sirkulasi
renal, serta gangguan fungsi tubulus dan
glomerulus dengan manifestasi
penurunan produksi urine dan terjadi
azotemia (peningkatan kadar nitrogen
darah, peningkatan kreatinin serum, dan
retensi produk metabolit yang harus
dieksresikan oleh ginjal).
2. Hipervolemia Peningkatan volume cairan
intravaskuler, interstisial, dan/ atau
intraseluler
3. Penurunan Curah Jantung Ketidakadekuatan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh.

3.5 Instrumen Studi kasus

Instrumen yang digunakan adalah format asuhan keperawatan, lembar observasi, dan

alat-alat pemeriksaan fisik tanda-tanda vital (stetoskop, tensimeter, thermometer, dan jam

detik).
N Masalah
O Tujuan ( SLKI ) Intervensi (SIKI)
Keperawatan

( SDKI )
1. Hipervolemia Manajemen Hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia ( mis.
Kriteria Hasil:
Ortopnea, dispnea, edema,
3 x 24 jam diharapkan JVP/CVP meningkat,
refleks hepatojugular
Hipervolemia teratasi dengan
positif, suara naas
kriteria hasil : tambahan)
2. Identifikasi hipervolemia
 Kekuatan nadi meningkat 3. Monitor status
 Turgor kulit membaik hemodinamik (mis.
 Output urin membaik Frekuensi jantung, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP,
PCWP,CO, CI, jika tersedia
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor tanda
hemokonsentrasi (mis.
Kadar natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis urin)
6. Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma
(mis. Kadar protein dan
albumin meningkat)
7. Monitor kecepatan infus
secara ketat
8. Monitor efek samping
diuretik (mis. Hepotensi
ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)

2. Penurunan Curah Jantung 18. Identifikasi tanda dan gejala


Curah Jantung primer penurunan curah jantung
Kriteria Hasil : (meliputi dyspnea, kelelahan,
3 x 24 jam diharapkan edema, ortopnea, paroxysmal
penurunan curah jantung teratasi nocturnal dyspnea peningkatan
dengan kriteria hasil : CVP)
19. Identifikasi tanda dan gejala
Gambaran EKG artimia
sekunder penurunan curaj
menurun jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegli
Nyeri dada menurun distensi, vena jugularis,
palpitasi, oliguria, batuk, kulit
Diaphoresis menurun pucat
20. Monitor tekanan darah
Mual muntah tidak ada
(termasuk tekanan darah
Tanda-tanda vital membaik ortostatik)
21. Monitor intake dan output
cairan
22. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
23. Monitor saturasi oksigen
24. Monitor keluhan nyeri dada
(intensitas, lokasi,
radiasi,durasi, presivitas yang
mengurangi nyeri)
25. Monitor EKG 12 sadapan
26. Monitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
27. Monitor nilai laboratorium
jantung(mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, Ntpro-BNP)
28. Monitor fungsi alat pacu
jantung
29. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
30. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Beta
blocker, ACE inhibitor, calcium
channel blocker, digoksin)

No Waktu Implementasi
1. Mengidentifikasi hipervolemia.

Memonitor status hemodinamik (mis.


Frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,

CVP, PAP, PCWP,CO, CI, jika tersedia.

Monitor intake dan output cairan.

Memonitor tanda hemokonsentrasi (mis.

Kadar natrium, BUN, hematokrit, berat

jenis urin).

Memonitor tanda peningkatan tekanan

onkotik plasma (mis. Kadar protein dan

albumin meningkat).

Memonitor kecepatan infus secara ketat.

Memonitor efek samping diuretik (mis.

Hepotensi ortortostatik, hipovolemia,

hipokalemia, hiponatremia.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala primer

penurunan curah jantung (meliputi

dyspnea, kelelahan, edema, ortopnea,

paroxysmal nocturnal dyspnea,

peningkatan CVP).

Mengidentifikasi tanda dan gejala

sekunder penurunan curah jantung

(meliputi peningkatan berat badan,

hepatomogali, distensi venajugularis,

palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk,

kulit pucat).

Memonitor tekanan darah.

Memonitor keluhan nyeri dada.


Memonitor EKG 12 sadapan .

No Waktu Evaluasi

3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus

1. Tempat StudiKasus

Studi kasus ini dilakukan di ruang Melati di Rumah Sakit Sari Asih Serang

2. Waktu StudiKasus

Studi kasus ini dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik di Program Studi D3

Keperawtan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Semester VI.

3.7 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang

abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat diperlihatkan

penggunaanya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan

lainnya. (Sudaryono, 2011).

Prosedur pengumpulan data dan instrumen yang di gunakan penulis disisni

adalah:

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah suatu hasil berbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian

untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai

indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik

perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Natoatmodjo, 2012).

b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang

sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan prang

tersebut. Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu

pertemuan atau percakapan (Natoatmodjo, 2012).

c. Checklist

Checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-

aspek yang diamati. Check list dapat menjamin bahwa penelitimen catat tiap-tiap

kejadian sekecil apapun yang dianggap penting.

3.8 Penyajian Data

Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk tekstural yaitu penyajian data

berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data yang jumlahnya kecil serta

memerlukan kesimpulan yang sederahan dapat disertai cuplikan ungkapan verbal dari

subjek penelitian yang merupakan data pendukung penyajian secara tekstural biasanya

digunakan untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian tabel digunakan untuk data

yang sudah diklafikasikan (Notoatmodjo, 2012).

Studi kasus ini menggunakan metode studi deskriptif dalam bentuk studikasus

dengan pendekatan asuhan keperawatan, yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan danevaluasi.

3.9 Etika Studi Kasus

Etik studi kasus adalaah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi

pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkat lakunya.Etik penelitian

adalah prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam penelitian.(Sudibyo Suorardi &

Rustika,).Sebelum melakuakn penelitian, peneliti terlebih dahulu mendapat rekomendasi


dari institusi untuk mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat

penelitian.

Prinsip etik menurut ANA yang berkaitan dengan peran perawat sebagai seorang

pneliti adalah sebagai berikut:

1. Otonomi

Prinsip ini berkaitan dengan kebebasan seseorang dalam menentukan

nasibnya sendiri (independen). Hak untuk memilih apakah ia disertakan atau tidak

dalam suatu proyek penelitian dengan memberi persetujuannya dalam informed

consent.Perssetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian (informed consent)adalah

suatu bentuk persetujuan yang telah diterima subjek penelitian setelah mendapatkan

keterangan yang jelas mengenai perlakuan dan dampak yang timbul pada penelitian

yang akan dilakukan.

2. Beneficience

Perawat selalu berupaya agar segala tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasien mengandung prinsip kebaikan (promotegood).


DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai