Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah,
Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Akut Di Ruang Melati Di
Tujuan studi kasus ini adalah untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada
a. Mampu memberikan gambaran pengkajian pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut
b. Mampu memberikan gambaran diagnosa pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut
c. Mampu memberikan gambaran rencana pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut
e. Mampu memberikan gambaran evaluasi pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut
Akut
1.3.1 Bagi Institusi Prodi D III Keperawatan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Ageng Tirtayasa tentang Gagal Ginjal Akut untuk tambahan referensi pengembangan
Sebagai bahan untuk menambah keluasan ilmu dan teknologi trepan bidang
2.1.2 Etiologi
Sampai saat ini pra praktisi klinik masing membagi etiologi gagal ginjal akut
dengan tiga kategori meliputi:
Prarenal
Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya
laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis meliputi hal – hal sebagai berikut:
1. Hipovolemik (perdarahan postpartum, luka bakar, kehilangan cairan dari
gastrointestinal, pankreatitis, pemakaian diuretik berlebihan).
2. Vasodilatasi (sespis atau anafilaksis).
3. Penurunan curah jantung (distritmia, infrak miokardium, gagal jantung
kongestif, syok kardiogenik, emboli paru).
4. Obtruksi pembuluh darah ginjal bilateral (emboli, trombosis).
Renal
Kondisi renal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus atau
tubulus ginjal. Kondisi klinis yang umum adalah sebagai berikut:
1. Trauma langsung pada ginjal dan cedera akibat luka terbakar
2. Iskemia (pemakaian NSAID, kondisi syok pascabedah)
3. Reaksi tranfusi (DIC akibat tranfusi tidak cocok)
4. Penyakit glumerovaskular ginjal: glumerulonefritis, hipertensi maligna
5. Nefritis interstitial akut: infeksi berat, induksi obat – obatan nefrotoksin
Pascarenal
Etiologi pascarenal terutama obstruksi aliran urine pada bagian distal ginjal, seperti
pada kondisi sebagai berikut:
1. Obtruksi muara vesika urinaria: hipertrofi prostat, karsinoma
2. Obstruksi ureter bilateral oleh obstruksi batu saluran kemih, bekuan darah atau
sumbatan dari tumor
2.1.4 Patofisiologi
Suatu hipotensis tentang pathogenesis GGA adalah kerusakan tubulus yang
menyebabkan tidak dapat menyeimbangkan sodium secara normal sehingga
mengaktivasi system renin-angiotesin-aldosteron. Kembalinya aliran darah ke renal
akibat peningkatan tonus arteri afferent dan efferent, sehingga terjadi iskemia yang
menyebabkan peningkatan vasopressin, edema seluler menghambat sintesis
prostaglandin yang berakibat pada testimulasinya system rennin-angiotensin. Penurunan
aliran darah ke ginjal menyebabkan penurunan tekanan glomerulus, rata-rata filtasi
glomerulus, arus tubular sehingga menimbulkan oliguria.Selain itu ada teori yang
mengemukakan sampah sel dan protein didalam tubulus menyubat saluran tubulus
sehingga terjadi peningkatan tekanan intratubular.Hal ini mengakibatkan peningkatan
tekanan onkotik yang berlawanan dengan tekanan filtrasi hingga filtrasi glomerulus
berhenti.Penurunan liran darah ke renal menyebabkan berkurangnya peredaran oksigen
ke tubulus proksimal.Hal ini menyebabkan penurunan ATP (adeno-sisn triposfat) sel
yang menimbulkan peningkatan konsentrasi citosolik dan kalsium mitokondria akibat
dari kondisi ini berupa kematian sel nekrosis tubular.Nefropati vasomotor menyebabkan
terjadinya spasme kapiler pelitubular yang mengakibatkan pada kerusakan tubulus.
2.1.5 Komplikasi
a. Hiperkalemia
b. Hipertensi
c. Anemia
d. Asidosis metabolik
e. Kejang
f. Perikarditis
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medic terhadap GGA tergantung pada proses penyakit.
Tujuannya untuk memelihara keseimbangan kadar normal kimia dalam tubuh,
mencegah komplikasi, memperbaiki jaringan ginjal, dan mengembalikan fungsi
ginjal sebaik mungkin. Penatalaksaan medic yang dapat dilakukan antara lain:
1. Dialisis: ditunjukan untuk mengoreksi abnormalitas kadar biokimia,
menyeimbangkan cairan, protein, inteksodium, kecenderungan pendarahan dan
membantu penyembuhan luka.
2. Penatalaksana hiperkalemia
3. Memelihara keseimbangan cairan
4. Pemberian diuretik
5. Penggantian elektrolit
6. Memberikan diet tinggi kalori rendah protein
7. Mengoreksi asidosis dan peningkatan fosfat
8. Monitoring selama fase pemulihan.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a.Keluhan utama
Biasanya mual muntah dan diare, perasaan mengantuk, sakit kepala, keram otot.
Selain itu ditemukan pengeluaran urin kurang,
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama pada
prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama keluhan
penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine output
tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti pasca perdarahan
setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas, cedera luka bakar,
setelah mengalami episode serangan infark, adanya riwayat minum obat NSAID
atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat pemasangan tranfusi darah, serta
adanya riwayat trauma langsung pada ginjal.
c.Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan yang
berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal.Penting untuk dikaji
tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit ginjal dalam keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran biasanya baik atau kompos
mentis, dan sering terjadi perubahan penyakit kelainan kongenital ginjal dan
saluran kemih.
B. Pemeriksaan fisik persistem
1. B1 (Breathing)
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas yang merupakan respon terhadap azotemia dan sindrom akut
uremia. Pasien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering
didapatkan pada fase ini. Pada keadaan beberapa keadaan respons uremia
akan dijadikan asidosis metabolik sehingga didapatkan pernapasan
kussmaul.
2. B2 (Blood)
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
perikardial sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering
didapatkan adanya anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut
merupakan kondisi yang tidak dapat dielakkan sebagai akibat dari
penurunan produksi eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan
usia sel darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI.
Adanya penurunan curah jantung sekunder dari gangguan fumgsi jantung
akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan tekanan darah sering
didapatkan adanya peningkatan.
3. B3 (Brain)
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Pasien berisiko
kejang, efek sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala,
penglihatan kabur, kram otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama
pada fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia.
4. B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pada periode oliguri akan terjadi penurunan
frekuensi dan penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada
periode diuresis terjadi peningkatan yang menunjukkan peningkatan
jumlah urine secara bertahap, disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus.
Pada pemeriksaan didapatkan perubahan warna urine menjadi
pekak/gelap.
5. B5 (Bowl)
Didaptkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering
didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan
6. B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus gagal ginjal akut:
a.Hipervolemia
1. Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraseluler
2. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Ortopnea
2. Dispnea
3. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif
1. Edema anasarka dan/ atau edema perifer
2. Berat badan meningkat dalam waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP) dan/ atau Cental Venous Pressure
(CVP) meningkat
4. Refleks hepatojugular positif
dari hari ke hari yang harus dilakukan dan didokumentasikan dengan cermat. Perawat
pula menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang
2.2.2 Evaluasi
dilakukan tindakankeperawatan.
2. Objektif (O): data objeketif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
3. Analisa (A): Interpretasi dari data subjektif dan objektif. Analisis merupakan
ditentukan sebelumnya.
BAB III
pada masa kini (Nusalam, 2013). Jenis rancangan penelitian deskriptif yang akan
digunakan adalah studi kasus. Menurut Notoatmodjo (2012), studi kasus merupakan
rancangan penelitian yang mengkaji permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari
unit tunggal. Meskipun dalam studi kasus yang diteliti hanya berbentuk unit tunggal
Studi kasus ini adalah studi untuk melakukan asuhan keperawatan dalam
Hipervolemia pada pasien Gagal ginjal akut di Ruang Melati Rumah Sakit Sari Asih
Subyek dalam studi kasus ini adalah dua klien dengan memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Kriteria inklusi yaitu penderita osteoarthritis diwilayah Rumah Sakit
Sari Asih Serang, jenis kelamin laki – laki , rentang usia 35- 44 tahun dengan tinggal
anggota keluarga mengenai pola makan nutrisi osteoarthritis yang boleh dimakan atau
Instrumen yang digunakan adalah format asuhan keperawatan, lembar observasi, dan
alat-alat pemeriksaan fisik tanda-tanda vital (stetoskop, tensimeter, thermometer, dan jam
detik).
N Masalah
O Tujuan ( SLKI ) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
( SDKI )
1. Hipervolemia Manajemen Hipervolemia 1. Periksa tanda dan gejala
hipervolemia ( mis.
Kriteria Hasil:
Ortopnea, dispnea, edema,
3 x 24 jam diharapkan JVP/CVP meningkat,
refleks hepatojugular
Hipervolemia teratasi dengan
positif, suara naas
kriteria hasil : tambahan)
2. Identifikasi hipervolemia
Kekuatan nadi meningkat 3. Monitor status
Turgor kulit membaik hemodinamik (mis.
Output urin membaik Frekuensi jantung, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP,
PCWP,CO, CI, jika tersedia
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor tanda
hemokonsentrasi (mis.
Kadar natrium, BUN,
hematokrit, berat jenis urin)
6. Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma
(mis. Kadar protein dan
albumin meningkat)
7. Monitor kecepatan infus
secara ketat
8. Monitor efek samping
diuretik (mis. Hepotensi
ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
No Waktu Implementasi
1. Mengidentifikasi hipervolemia.
jenis urin).
albumin meningkat).
hipokalemia, hiponatremia.
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala primer
peningkatan CVP).
kulit pucat).
No Waktu Evaluasi
1. Tempat StudiKasus
Studi kasus ini dilakukan di ruang Melati di Rumah Sakit Sari Asih Serang
2. Waktu StudiKasus
Studi kasus ini dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik di Program Studi D3
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang
abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat diperlihatkan
adalah:
a. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil berbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang
tersebut. Jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu
c. Checklist
Checklist atau daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-
aspek yang diamati. Check list dapat menjamin bahwa penelitimen catat tiap-tiap
Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk tekstural yaitu penyajian data
berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data yang jumlahnya kecil serta
memerlukan kesimpulan yang sederahan dapat disertai cuplikan ungkapan verbal dari
subjek penelitian yang merupakan data pendukung penyajian secara tekstural biasanya
digunakan untuk penelitian atau data kualitatif, penyajian tabel digunakan untuk data
Studi kasus ini menggunakan metode studi deskriptif dalam bentuk studikasus
Etik studi kasus adalaah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkat lakunya.Etik penelitian
penelitian.
Prinsip etik menurut ANA yang berkaitan dengan peran perawat sebagai seorang
1. Otonomi
nasibnya sendiri (independen). Hak untuk memilih apakah ia disertakan atau tidak
suatu bentuk persetujuan yang telah diterima subjek penelitian setelah mendapatkan
keterangan yang jelas mengenai perlakuan dan dampak yang timbul pada penelitian
2. Beneficience
Muttaqin Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika