Oleh (
Nind) Yulia*ati
+5---/---++-/
sudah rusak dan tidak berungsi lagi. &eron yang masih utuh dan berungsi
mengalami hipertrofi dan menghasilkan filtrat dalam jumlah banyak. Reabsorpsi
tubula juga meningkat alaupun laju filtrasi glomerulos berkurang. Kompensasi
neron yang masih utuh dapat membuat ginjal mempertahankan
ungsinya
sampai tiga perempat neron yang rusak
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik antara lain (Suitra, 200#)
a. Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari bulan, berupa
kelainan struktural atau ungsional, dengan atau tanpa penurunan
laju
filtrasi glomerulus (*+G), dengan maniestasi
• kelainan patologis
•
+.3 KlaSifikaSi
Klasifikasi menurut 0K$National Kidney Foundation1K$234
a. Stadium 1 (Kerusakan ginjal dengan G+R normalmeningkat) 5 G+R6
70mlmnt1, m2
b. Stadium 2 (Kerusakan ginjal dengan penurunan G+R ringan) G+R6 #01
87mlmnt1, m2
c. Stadium (Kerusakan ginjal dengan penurunan G+R sedang) G+R6 01
97mlmnt1, m2
d. Stadium : (Kerusakan ginjal dengan penurunan G+R berat) G+R6 191
27mlmnt1, m2
e. Stadium 9 (dialisis Gagal ginjal) G+R6 ; 19mlmnt1,
• Pria
• =anita
pada anita sedikit berbeda,
+./ Eti$l$i
Etiologi penyakit ginjal kronik sangat bervariasi, etiologi yang sering menjadi
penyebab penyakit ginjal kronik antara lain
a. Glomeruloneritis
Glomeruloneritis (G&) adalah penyakit parenkim ginjal progesi dan dius
yang sering berakhir dengan gagal ginjal kronik, disebabkan oleh respon
imunologik dan hanya jenis tertentu saja yang secara pasti telah diketahui
etiologinya. Secara garis besar dua mekanisme terjadinya G& yaitu
circulating immune complex dan terbentuknya deposit kompleks imun
secara in1situ. Kerusakan glomerulus tidak langsung disebabkan oleh
kompleks imun, berbagai aktor seperti proses in@amasi, sel
in@amasi,
mediator in@amasi dan komponen berperan pada kerusakan glomerulus
Glomeruloneritis ditandai dengan proteinuria, hematuri, penurunan ungsi
ginjal dan perubahan eksresi garam dengan akibat edema, kongesti aliran
darah dan hipertensi. Aaniestasi klinik G& merupakan sindrom klinik yang
terdiri dari kelainan urin asimptomatik, sindrom nerotik dan G& kronik. $i
4ndonesia G& masih menjadi penyebab utama penyakit ginjal kronik
dan
penyakit ginjal tahap akhir.
b. $iabetes Aellitus
$iabetes Aelitus ($A) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua1duanya. Biperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disungsi atau kegagalan
beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syara, jantung dan pembuluh
darah. Aasalah yang akan dihadapi oleh penderita $A cukup komplek
sehubungan dengan terjadinya komplikasi kronis baik mikro maupun
makroangiopati. Salah satu komplikasi mikroangiopati adalah
neropati diabetik yang bersiat kronik progresi. Perhimpunan
Nefrologi Indonesia pada tahun 2000 menyebutkan diabetes mellitus
sebagai penyebab nomor 2
terbanyak penyakit ginjal kronik dengan insidensi 18,#9C
c. Bipertensi
Bipertensi merupakan salah satu aktor pemburuk ungsi ginjal disamping
aktor lain seperti proteinuria, jenis penyakit ginjal, hiperglikemi dan aktor
lain.Penyakit ginjal hipertensi menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal
kronik. 4nsideni hipertensi esensial berat yang berakhir dengan gagal ginjal
kronik (Kristanto, 2001)
Penyebab lain dari gagal ginjal kronis meliputi
a. Ddanya ineksi pieloneritis kronik. Pieloneritis adalah ineksi bakteri pada
• *aju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemi dan
hipoalbuminemia.
• Dnemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang menurun.
• Jreum darah dan kreatinin serum meninggi.
• Fiasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 1.
Perbandingan ini bisa meninggi (ureum L kreatinin) pada perdarahan
saluran cerna, demam, luka bakar luas, penyakit berat dengan
Seiring penderita gagal ginjal kronik mengalami mual dan muntah oleh
karena itu porsi makanan diusahakan kecil tapi bernilai giHi dan diberikan
dalam rekuensi yang lebih sering. Aakanan dihidanhkan secara
menarik, bervariasi, sesuai dengan kebutuhan penderita. Karena penderita
sering mengalami malnutrisi maka perlu diperhatikan asupan energi dan
protein. Karbohidrat, protein, dan lemak merupakan sumber energi.
Pemenuhan asupan energi terutama diperoleh dari bahan makanan pokok.
Aasukan yang adekuat sangat diperlukan untuk mencapai status giHi optinal.
di antara
#. dialysis. n
Aembatasi asupa
. Aencukupi kebutuhan Hat IHat giHi lainnya terutama vitamin I vitamin
yang larut dalam proses dialisis.
S) arat diet (
• Energi cukup yaitu 0 1 9 kkalkg FF. Dsupan energi harus harus optimal
dari golongan bahan makanan non protein. 4ni dimaksudkan
untuk mencegah gangguan protein sebagai sumber energi, bahan I bahan
ini biasa diperoleh dari minyak, mentega, margarin, gula, madu, sirup,
jamu
dan lain I lain.
• Protein 0,# 1 0,9 gkg FF. Pembatasan protein dilakukan
berdasarkan berat badan, derajat insufisiensi renal, dan tipe dialisis yang
akan dijalani. Protein heani lebih dianjurkan karena nilai biologisnya
lebih tinggi ketimbang protein nabati. Autu protein dapat ditingkatkan
dengan
memberikan asam amino esensial murni.
1. $iet protein rendah 4 0 g protein , untuk FF 90 kg.
2. $iet protein rendah 44 9 g protein, untuk FF #0 kg.
. $iet protein rendah 444 :0 g protein, untuk FF #9 kg
elektrolit yang berat, perdarahan saluran cerna, gagal jantung bahkan bisa
menimbulkan kematian.
3. PenatalakSanaan denan tranS&lantaSi in>al atau &en:ank$kan
in>al
ransplatasi ginjal adalah terapi pengganti ginjal yang melibatkan
pencangkokan ginjal dari orang hidup atau mati kepada orang yang
membutuhkan. ransplatasi ginjal adalah terapi pilihan untuk sebagian besar
pasien dengan gagal ginjal kronik. ransplatasi ginjal menjadi pilihan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
ransplatasi ginjal biasanya diletakkan di ossa iliaka bukan diletakkan di
tempat ginjal yang asli, sehingga diperlukan pasokan darah yang berbeda,
sepeerti arteri renalis yang dihubungkan ke arteri iliaka eksterna dan vena
renalis yang dihubungkan ke vena iliaka ekstema.
erdapat sejumlah komplikasi setelah transplatasi, seperti penolakan
(rejeksi), ineksi, sepsis, gangguan polierasi lima pasca
transplatasi, ketidakseimbangan elektrolit.
+.@ K$m&likaSi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut SmeltHer dan Fare (2001)
yaitu
3. KONSEP HEMODIALISA
3. + DefiniSi
$ialisi adalah suatu proses diusi Hat terlarut dan air secara pasi melalui
suatu membran berpori dari satu kompartemen cair lainnya. Bemodialisi adalah
suatu mesin ginjal buatan (atau alat hemodialisis) terutama terdiri dari
membran semipermeabel dengan darah di satu sisi dan cairan dialisis di sisi
lain. (Price, 2009) Bemodoalisis adalah suatu dialisis eksternal terdiri dari
sebuah coil yang berungsi sebagai membran semipermeable (tembus air).
$arah pasien mengalir keluar dari tubuh dan melalui coil dan kemudian
kembali ke dalam tubuh. Selain coil, terdapat juga solusi hipertonic yang
disebut dialysate yang menarik produk1produk buangan yang berasal dari
darah melintasi membran semipermeable. (Reeves, 2001) Bemodialisa
adalah suatu tindakan yang
digunakan pada gagal ginjal untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan air,
cairan, dan untuk memperbaiki keseimbangan elektrolit, dengan prinsip filtrasi,
osmosis, dan diusi, dengan menggunakan sistem dialisa eksternalU
terdapat
beberapa tipe akses vaskular yang dapat digunakan
pirau1sementaraU sambungan eksternal diantara arteri dan venaU
fistula1permanen, sambungan internal atau tandur diantara arteri dan vena
dilengan atau pahaU jalur subklavia atau emoral1sementara, kateter eksternal
pada vena besar (urker, 1777) .
3. / PenatalakSanaan
a. PrinSi& DialiSe
$ialise berdasarkan tiga prinsip diusi, osmose dan ultrafiltrasi.
$iusi berhubungan dengan pergeseran partikel1pertikel dari daerah
konsentrasi yang tinggi ke daerah yang lebih rendah. $idalam tubuh ini
terjadi meleati membran semipermiabel. $iusi berhubungan dengan
keperluan pembersihan bahan yang terlarut dari tubuh pasien ke
hemodialise dan peritoneal dialise.
$iusi menyebabkan pergeseran urea, kreatinin dan uric acid dari
darah pasien ke larutan dialisat. *arutan mengandung lebih sedikit
partikel1partikel yang harus dibuang dari aliran darah dan harus ditambah
konsentrasi partikel1partikel yang lebih tinggi. Karena dialisis tidak
mengandung produk sisa protein, konsentrasi dari HatHat ini di dalam darah
akan berkurang karena peergeseran random partikel1partikel leat
membran semipermiabel ke dialisat. Prinsip yang sama berlaku untuk ionion
potasium. =alaupun konsentrasi sel1sel eritrosit dan protein lebih tinggi
didalam darah, molekul1
molekulnya lebih besar dan tidak bisa berdisusi melalui pori1pori
dari membran karena itu tidak terbuang dari darah.
dengan istirahat beberapa jam. Pasien harus diyakinkan baha semua gejala
tersebut adalah akan mereda, oleh karena itu peraatan pada saat prosedur
dialisa adalah memantau gejal1gejala tersebut tidak terjadi secara
berlebihanmenetap. (*ong, 177#)
3.6 K$m&likaSi
Komplikasi dari hemodialisa menurut Vevon (200:) adalah sebagai berikut
- Bemodialisis, akibat kerusakan sel darah merah ketika meleati pompa,
dapat menyebabkan hiperkalemia dan henti jantung. Dmati adanya nyeri
dada dan
dispnea. $arah didalam sirkuit vena mungkin memiliki tampilan Mport ineN
(Ddam E 2bsborne 1777)
- Embolisme udara amati adanya nyeri dada dan dispnea
- Reaksi terhadap membran jika menggunakan cuprophane (membran
dialiHer) berbahandasar selulosa, dapat menyebabkan sindrom respon
in@amasi sistemik (Bakim 177) yang dapat menyebabkan lambatnya
pemulihan ginjal dan peningkatan mortalitas (Bakim et al. 177:)
- $iskuilibrium komplikasi ini disebabkan oleh pengeluaran ureum dan toksin
uremik secara tiba1tiba dan pasien dapat mengalami nyeri kepala, muntah,
gelisah, konvulsi dan koma (Ddam 2sborne 1777)
- 4neksi perhatian yang ketat harus diberikan untuk mempertahankan kondisi
aseptik setiap saat
- Bipoglikemia
- Bipertensi
- Aalnutrisi
- Peningkatan berat badan berlebihan saat dialisa
untuk monitor gula darah. Fanyak pasien diabetes dengangagal ginjal terminal
terjadi penurunan kebutuhan insulin. Fanyak pasien diabetes pada aal
hemodialisis membutuhkaninsulin, dan sebagian kontrol gula darah dengan
sulonilurea. Sejumlah glukosa akan bergeser dari darah ke
kompartemen dialisat, diperkirakan2910 mg setiap kali prosedur
hemodialisis. Bipoglikemia
dapat terjadi pada pasien diabetes saat hemodialisis,hal ini disebabkan karena
a. Aenurunnya katabolisme insulin.
b. Aenurunnyaasupanmakanan
c. Resiko hipoglikemia meningkat pada pasien diabetes yangmalnutrisi
d. Aenggunakan W Floker (mempengaruhi glikogenolisis).Pada pasien diabetes
yang menjalanihemodialisis, untukmencegah hipoglikemia saat hemodialisis,
cairan dialisat harusdipertahankan mengandung 200 mgd* glukosa
(11
mmol*).
Suatu penelitian di Xugoslavia tahun 2001 pada 20 orang pasiendiabetes
yang menjalani hemodialisis, pasien dibagi atas 2 kelompokyaitu kelompok yang
menggunakan cairan dialisat dengan konsentrasiglukosa 9,9
mmol*, dibandingkan dengan kelompok kedua yang menggunakan cairan
dialisat dengan konsentrasi glukosa 11 mmol*,setelah diikuti selama 1:
minggu ternyata angka kejadian hipoglikemialebih tinggi pada pasien yang
menggunakan cairan dialisat yang rendah konsentrasi glukosanya.
Bipoglikemia merupakan kumpulan gejala klinis yang disebabkan
konsentrasi glukosa darah yang rendah. Bipoglikemia secara harafiah berarti
konsentrasi glukosa darah dibaah harga normal. Fatas konsentrasi glukosa
darah untuk mendiagnosis hipoglikemia tidak sama untuk setiap orang.
Sehingga untuk mendiagnosis hipoglikemia kita menggunakan Triad hipple,
yang terdiri dari gejala1gejala hipoglikemia (tabel 1), konsentrasi glukosa plasma
yang rendah, dan hilangnya gejala hipoglikemia setelah konsentrasi glukosa
plasma meningkat (omky, 2009).
Bipoglikemia dibagi menjadi hipoglikemia ringan, sedang, dan berat (Setyohadi et
al, 2012).
/.+ PenatalakSanaan
1. &on1+armakologik
Penatalaksanaan utama pada hipoglikemia adalah mengatasi
hipoglikemia dan mencari penyebabnya, penilaian keadaan pasien yang
meliputi keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, tanda vital (tekanan
darah, rekuensi pernaasan, rekuensi nadi, dan suhu),
pengukuran konsentrasi glukosa darah, pemasangan jalur intravena, riayat
penggunaan
insulin dan
penilaian obat antidiabetik
riayat nutrisi yangoral (aktu kepada
diberikan dan jumlah yang
pasien diberikan)
serta dan
tatalaksana
sesuai dengan alur pengelolaan hipoglikemi harus segera dilakukan. erapi
insulin atau obat antidiabetik lainnya yang menyebabkan hipoglikemia
segera dihentikan.
Vika pasien masih sadar dapat diterapi menggunakan sumber
karbohidrat oral, pilihlah jenis terapi yang tepat, atau menggunakan terapi
yang paling sederhana yaitu menggunakan larutan glukosa murni 2010
gram. Fila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu
gaat, pemberian made atau gel glukosa leat mukosa rongga mulut
(buccal) dapat dicoba (=aspadji, 2002).
2. +armakologik
Vika pasien tidak sadar atau tidak dapat mengkonsumsi apapun melalui
oral (nil per os!&P2), jalur intravena harus terpasang. Pemberian 90 cc
dekstrosa :0C secara bolus merupakan terapi aal yang dianjurkan. erapi
ini diteruskan setiap 10120 menit jika pasien belum sadar sampai pasien
sadar. Selain itu diberikan cairan dekstrosa 10C per inuse # jam per kol
untuk mempertahankan glukosa darah dalam nilai normal atau di atas
normal disertai pemantauan glukosa darah. Dpabila pasien tetap tidak sadar
tetapi glukosa sudah dalam batas normal, maka dilakukan pemberian
hidrokortison 100 mg per : jam selama 12 jam atau deksametason 10 mg iv
bolus, dilanjutkan 2 mg tiap # jam dan manitol iv 1,912 gkgFF setiap #18
jam. Selanjutnya cari penyebab lain dari hipoglikemia. Jntuk
menghindari hipoglikemia berulang, setiap selesai menatalaksana pasien
$A dengan hipoglikemia, perlu dilakukan pencarian penyebab timbulnya
hipoglikemia, atasi penyebab tersebut, dan jika terdapat indikasi, dapat
dilakukan evaluasi dosis dan aktu pemberian insulin atau obat
antidiabetik oral. Selain itu perlu diperhatikan jumlah dan aktu pemberian
nutrisi dan olahraga pada pasien (=aspadji, 2002)
6. ASUHAN KEPERAWATAN
6.+ Penka>ian
1i$data
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (9010 th),
usia muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 0 C pada pria.
Keluhan utama
Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan
(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, naas berbau
(ureum), gatal pada kulit.
Ri*a)at &en)akit
1) Sekarang
$iare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis, renjatan
kardiogenik.
2) $ahulu
Riayat penyakit gagal ginjal akut, ineksi saluran kemih, payah
jantung, hipertensi, penggunaan obat1obat nerotoksik, Fenign
Prostatic Byperplasia, prostatektomi.
) Keluarga
Ddanya penyakit keturunan $iabetes Aellitus ($A).
Tanda <ital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, naas cepat
dan dalam (Kussmaul), dyspnea.
PemerikSaan FiSik (
+8 PernafaSan 71 + ( 1reathin8
Ge>ala(
Tanda(
38 Cardi$<aS:ular 71 3 (
1leedin8 Ge>ala(
Tanda
/8 PerS)arafan 71 / ( 1rain8
Kesadaran $isorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai
koma.
68 PerkemihanEliminaSi Uri 71 6 ( 1ladder8
Ge>ala(
48 TulanOt$tInteumen 71 4 ( 1$ne8
Ge>ala(
&yeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat
malam hari), kulit gatal, adaberulangnya ineksi.
Tanda(
T N$ Dian$Sa
Tu>uan K riteria S tandart Inter<en
l DB Ke&era*atan
Aoderate
: Aild deviation
9 &one.
T N$ Dian$Sa
Tu>uan K riteria S tandart Inter<en
l DB Ke&era*atan
&20
1 1: . 2
be r a kt
Dctivity tolerance
d a m pingi pasie
iv it as
1 Severe compromised
2 Substantial compromised
Aoderate compromised
Keterangan Penilaian
1 Severe compromised
2 Substantial compromised
Aoderate compromised
Dlmatsier, S .200 .Penuntun Diet# Instalasi $izi Perjan &S() .Vakarta Gramedia .
Frenner FA, *aHarus VA. Prinsip!Prinsip Ilmu Penya*it Dalam.Tolume Edisi 1.
Vakarta EG0, 2000.1:911::.
Bartono, Dndry .200: . erapi GiHi dan $iett Rumah Sakit .Vakarta Fuku Kedokteran
EG0 .
Kristanto, $avid ...2011. Gagal Ginjal Kronik .Fekasi Aedia Komunitas 4no .
Aansjoer D, et al 2002. $agal ginjal Kroni* . Kapita Selekta Kedokteran Vilid 44 Edisi .
Vakarta Aedia Desculapius +KJ4
&ational Kidney +oundation, K$234. (linical Practice $uidelines for (hronic Kidney
Disease + EValuation# classication# and stratication. Dm V Kidney
$is. 2002U7(1).
SmeltHer S0 dan Fare FG. .2002.Fuku Djar Keperaatan Aedikal Fedah Frunner dan
Suddarth.Ed.8. Tol 2. Vakarta Kedokteran EG0
Suhardjono, *ydia D, Kapojos EV, Sidabutar RP.2001. $agal $injal Kroni* . Fuku Djar
4lmu Penyakit $alam Vilid 44 Edisi . Vakarta +KJ4
Suitra K. 200#. Penya*it $injal Kroni* . Fuku Djar 4lmu Penyakit $alam Vilid 4 Edisi 4T.
Vakarta Pusat Penerbitan $epartemen 4lmu Penyakit $alam +KJ4.
ierney *A, et al. $agal $injal Kroni* . $iagnosis dan erapi Kedokteran Penyakit
$alam Fuku 1. Vakarta Salemba Aedika.200.