OLEH:
Aprisandy Dwinensevi
202020461011052
DEPARTEMEN
KELOMPOK 2
NIM: 202020461011091
Pembimbing CI Lahan
(……………………)
DAFTAR ISI
2
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN...........................................................................................................4
A. Definisi.................................................................................................................................................4
B. Etiologi.................................................................................................................................................4
C. Epidemiologi........................................................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala..................................................................................................................................4
E. Patofisiologi dan Pathway....................................................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................................................8
G. Penatalaksanaan....................................................................................................................................9
H. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................................................9
I. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................................11
J. Intervensi dan Luaran Keperawatan....................................................................................................11
K. Daftar Pustaka....................................................................................................................................14
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................................16
A. Pengkajian..........................................................................................................................................16
B. Analisa data........................................................................................................................................22
C. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................................22
D. Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan..............................................................................22
BAB III INTERVENSI KEPERAWATAN (EBN)....................................................................................24
A. Masalah Keperawatan.............................................................................................................................24
B. Intervensi Keperawatan..........................................................................................................................24
C. Daftar Pustaka........................................................................................................................................24
3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Kanker kolon merupakan kanker yang menyerang bagian usus besar, yakni bagian akhir dari
sistem pencernaan. Sebagian besar kasus kanker kolorektal dimulai dari sebuah
benjolan/polip kecil, dan kemudian membesar menjadi tumor (Yayasan Kanker Indonesia,
2018).
Kanker kolon adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon
(bagian terpanjang dari usus besar) (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).
B. Etiologi
Sebagian orang memang memiliki risiko tinggi terkena kanker kolorektal. Beberapa faktor
risiko tersebut ada yang tidak bisa diubah, seperti usia lebih dari 50 tahun, riwayat menderita
polip, riwayat menderita infeksi usus besar (colitis ulcerative atau penyakit Chron), dan
memiliki anggota keluarga yang mempunyai riwayat polip atau kanker usus besar. Faktor
risiko lain adalah pola hidup yang tidak sehat yang dapat meningkatkan risiko kanker
kolorektal di usia muda dibawah 40 tahun. Salah satunya adalah mengonsumsi daging
merah dan daging olahan secara berlebihan.
Oleh sebab itu, untuk mencegah timbulnya kanker kolorektal, batasi makanan tinggi lemak
termasuk daging merah. Merokok juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker kolorektal.
Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat dihubungkan
dengan rokok. Merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan
peningkatan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar. Faktor risiko tinggi lain
adalah pengonsumsian alkohol. Usus mengubah alkohol menjadi asetildehida yang
meningkatkan risiko kanker kolorektal. Lebih baik konsumsi buah dan sayur yang
mengandung probiotik, karena kandungan seratnya akan mengikat sisa makanan dan
membuat feses lebih berat sehingga mudah dibuang (Kemenkes RI, 2019).
C. Epidemiologi
Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal (KKR) adalah kanker ketiga
terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian ketiga terbanyak pada pria dan wanita
di Amerika Serikat. Berdasarkan survei GLOBOCAN 2012, insidens KKR di seluruh dunia
menempati urutan ketiga (1360 dari 100.000 penduduk [9,7%], keseluruhan laki-laki dan
perempuan) dan menduduki peringkat keempat sebagai penyebab kematian (694 dari
100.000 penduduk [8,5%], keseluruhan laki-laki dan perempuan). Di Amerika Serikat
sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan terdapat 95.270 kasus KKR baru, dan 49.190
kematian yang terjadi akibat KKR.3 Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker
kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%) (Ferlay et al., 2015). Risiko penyakit cenderung lebih
sedikit pada wanita dibandingkan pada pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko individual untuk terkena kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal telah
berkurang sejak 20 tahun terakhir. Ini berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan
kemajuan pada penanganan kanker kolorektal (American Cancer Society, 2014).
D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama
pasien pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor.
4
Tumor yang berada pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali sedikit kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen
usus lebih besar dari feses masih encer. Gejala klinis sering brupa rasa penuh, nyeri abdomen,
perdarahan dan symptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan berat
badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung mengakibatkan perubahan pola
defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan
komplikasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Tumor
pada rektum atau sigmoid bersifat lebih infiltratif pada waktu diagnosis dari leksi proksimal,
maka prognosisnya lebih jelek (Kumar, Contran, & Robbins, 2010).
Menurut Japaries (2013) Kanker usus besar dibagi menajadi dua stadium yaitu :
1. Stadium dini
a. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi : sering buang air besar, diare atau
obstipasi, kadang kala obstipasi dan diare silih berganti, tenesmus, anus turun tegang, sering
terdapat nyeri samar abdomen. Pasien lansia bereaksi tumpul dan lamban, tidak peka
nyeri, kadang kala setelah terjadi perforasi tumor, peritonitis baru merasakan nyeri dan
berobat.
b. Hematokezia : tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah segar atau merah gelap,
biasanya tidak banyak, intermitan. Jika posisi tumor agak tinggi, darah dan feses becampur
menjadikan feses mirip selai. Kadang kala keluar lendir berdarah.
c. Ileus : ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri sering ditemukan .
kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplstik menginvasi kesekitar dinding usus membuat
lumen usus menyempit hingga ileus, sering berupa ileus mekanik nontotal kronis, mula-mula
timbul perut kembung, rasa tak enak perut intermiten, borborigmi, obstipasi atau feses
menjadi kecil (seperti pensil atau tahi kambing) bahkan tak dapat buang angin atau feses.
Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan karsinoma kolon tipe infiltratif. Tidak jarang
terjadi intususepsi dan ileus karena tumor pada pasien lansia, maka pada lansia dengan
intususepsi harus memikirkan kemungkinan karsinoma kolon. Pada ileus akut maupun
kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat muntah, mungkin usus kecil (khususnya
proksimal) sudah terinvasi tumor.
d. Massa abdominal. Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu didaerah abdomen dapat
diraba adanya massa, sering ditemukan pada koon belahan kanan. Pasien lansia umumnya
mengurus, dinding abdomen relatif longgar, massa mudah diraba. Pada awalnya massa
bersifat mobil, setelah menginvasi sekitar menjadi infeksi.
e. Anemia, pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik lain. Karena pertumbuhan
tumor menghabiskan nutrisi tubuh, perdarahan kronis jangka panjang menyebabkan anemia;
infeksi sekunder tumor menyebabkan demam dan gejala toksik.
2. Stadium lanjut
Selain gejala lokal tersebut diatas, dokter harus memperhatikan tumo adalah penyakit
sistemik, pada fase akhir progresi kanker usus besar timbul grjala stadium lanjut yang
sesuai. Misal, invasi luas tumor dalam kavum pelvis menimbulkan nyeri daerah lumbosakra,
iskialgia dan neuralgia obturatoria; ke anterior menginvasi mukosa vagina dan vesika
urinaria menimbulkan perdarhan pervaginam atau hematuria, bila parah dapat timbul fistel
rektovaginal, fistel rektovesikel; obstruksi ureter bilateral menimbulkan anuria, uremia;
tekanan pada retra menimbulkan retensi urin; asites, hambatan saluran limfatik atau tekanan
5
pada vena iliaka menimbulkan udem tungkai, skrotal, labial; perforasi menimbulkan
peritonitis akut, abses abdomen; metastasis ke paru menimbulkan batuk, nafas memburu,
hemoptisis; metastasis ke otak menyebabkan koma; metastasis tulang menimbulkan nyeri
tulang, pincang dll. Akhirnya dapat timbul kakeksia, kegagalan sistemk (Japaries, 2013)
6
Faktor Resiko Kanker Colon
Menuju colon
Meningkatkan Perubahan
sel karsinogen abnormal pada
dinding usus
Kanker Kolon
Asupan nutrisi
MK: Gangguan citra tubuh
Perawatan tidak adekuat
luka tidak
intensif
Kerusakan
jaringan lunak MK: Defisit nutrisi
pasca bedah
Post de entree
7
MK: Nyeri akut
PATHWAY CA COLON
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien dengan kanker kolorektal adalah
sebagai berikut (Sayuti & Nouva, 2018)
a. Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk menegakkan
diagnosa maupun monitoring perkembangan atau kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap
kanker ini antara lain pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang
merupakan pemeriksaan rutin. Anemia dan hipokalemia kemungkinan ditemukan oleh
karena adanya perdarahan kecil. Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan
tinja. Selain pemeriksaan rutin diatas, dalam menegakkan diagnosa karsinoma kolorektal
dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma Embrionic Antigen). Carcinoma Embrionic
Antigen merupakan pertanda serum terhadap adanya karsinoma kolon dan rektum.
Carcinoma Embrionic Antigen adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan
sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk
memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke
hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa
digunakan sebagai skrining kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum,
bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA
berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari penyakit dan adanya
metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA serum merupakan faktor
prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada
monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.
b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah terhadap
bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil
pemeriksaan ini adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari
pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis kanker
maupun karsinoma di kolorektal ini.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen atau
menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double
kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang
berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan
cara yang hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak
dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang
pada pasien yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko
perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02 %. Jika
terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus digunakan daripada
barium enema. Computerised Tomography (CT) scan, Magnetic Resonance Imaging
(MRI), Endoscopic Ultrasound (EUS) merupakan bagian dari teknik pencitraan yang
digunakan untuk evaluasi, staging dan tindak lanjut pasien dengan kanker kolon, tetapi
teknik ini bukan merupakan skrining tes.
d. Kolonoskopi
8
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon
dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran pencernaan dengan menggunakan
alat kolonoskopi, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi
dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat
menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan
kolonoskopi sebesar 94%, lebih baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya
sebesar 67%. Kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi, mengontrol
perdarahan dan dilatasi dari striktur. Kolonoskopi merupakan prosedur yang sangat aman
dimana komplikasi utama (perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul
kurang dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat berguna untuk
mendiagnosis dan manajemen dari inflammatory bowel disease, non akut divertikulitis,
sigmoid volvulus, gastrointestinal bleeding, megakolon non toksik, striktur kolon dan
neoplasma. Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada diagnostik
kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi terapeutik,
sedangkan perforasi merupakan komplikasi utama dari kolonoskopi diagnostik.
G. Penatalaksanaan
Prinsip tatalaksana kanker kolon pada tabel 2.5 adalah:
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015)
Stadium Terapi
Stadium 0 (TisN0M0) Eksisi lokal atau polipektomi sederhana
Reseksi en-bloc segmental untuk lesi yang
tidak memenuhi syarat eksisi lokal
Stadium I (T1-2N0M0) Wide surgical resection dengan
anastomosis tanpa kemoterapi adjuvan
Stadium II (T3N0M0, T4a-bN0M0) Wide surgical resection dengan
anastomosis Terapi adjuvan setelah
pembedahan pada pasien dengan risiko
tinggi
Stadium III (T apapun N1-2 M0) Wide surgical resection dengan
anastomosis Terapi adju
Stadium IV (T apapun, N apapun, M1) Reseksi tumor primer pada kasus kanker
kolorektal metastasis yang dapat direseksi
Kemoterapi sistemik pada kasus kanker
kolorektal dengan metastasis yang tidak
dapat direseksi dan tanpa gejala
10
5) Hidung : Perlukaan, darah, cairan, nafas cuping, kelainan anatomi akibat trauma ?
6) Mulut : Benda asing, gigi, sianosis, kering ?
7) Bibir : Perlukaan, pendarahan, sianosis, kering ?
8) Rahang : Perlukaan, stabilitas ?
9) Leher : Bendungan vena, deviasi trakea, pembesaran kelenjar tiroid
e. Pemeriksaan dada
1) Inspeksi : Bentuk simetris kanan kiri, inspirasi dan ekspirasi pernapasan, irama, gerakkan
cuping hidung, terdengar suara napas tambahan.
2) Palpasi : Pergerakkan simetris kanan kiri, taktil premitus sama antara kanan kiri dinding
dada.
3) Perkusi : Adanya suara-suara sonor pada kedua paru, suara redup pada batas paru dan
hepar.
4) Auskultasi : Terdengar adanya suara visikoler di kedua lapisan paru, suara ronchi dan
wheezing
f. Kardiovaskuler
1) Inspeksi: Bentuk dada simetris
2) Palpasi: Frekuensi nadi,
3) Parkusi: Suara pekak
4) Auskultasi: Irama regular, systole/ murmur g. System pencernaan / abdomen
1) Inspeksi : Pada inspeksi perlu diperliatkan, apakah abdomen membuncit atau datar, tapi
perut menonjol atau tidak, lembilikus menonjol atau tidak, apakah ada benjolan benjolan /
massa.
2) Palpasi : Adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa ( tumor, teses) turgor kulit perut
untuk mengetahui derajat bildrasi pasien, apakah tupar teraba, apakah lien teraba?
3) Perkusi : Abdomen normal tympanik, adanya massa padat atau cair akan menimbulkan
suara pekak ( hepar, asites, vesika urinaria, tumor).
4) Auskultasi : Secara peristaltic usus dimana nilai normalnya 5- 35 kali permenit.
h. Pemeriksaan extremitas atas dan bawah meliputi:
1) Warna dan suhu kulit
2) Perabaan nadi distal
3) Depornitas extremitas alus
4) Gerakan extremitas secara aktif dan pasif
5) Gerakan extremitas yang tak wajar adanya krapitasi
6) Derajat nyeri bagian yang cidera
7) Edema tidak ada, jari-jari lengkap dan utuh
8) Reflek patella i. Pemeriksaan pelvis/genitalia
1) Kebersihan, pertumbuhan rambut
2) Kebersihan, pertumbuhan rambut pubis, terpasang kateter, terdapat lesi atau tidak.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan
asuhan keperawatan (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017). Diagnosa yang mungkin muncul
menurut (PPNI, 2017):
11
a. Risiko Infeksi dengan faktor resiko dari efek prosedur invasive dan kondisi klinis terkait
dengan kanker (D.0142)
b. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek tindakan/ pengobatan (D.0083)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. B Nama : Tidak Terkaji
Umur :74 thn Umur : Tidak Terkaji
Jenis Kelamin :P Jenis Kelamin : Tidak Terkaji
Agama : Islam Agama : Tidak Terkaji
Pendidikan : Tidak Terkaji Pekerjaan : Tidak Terkaji
Pekerjaan : Tidak Terkaji Alamat : Tidak Terkaji
Gol. Darah : Tidak Terkaji Hubungan dengan Klien : Tidak Terkaji
Alamat : Gedangan
17
III. DIAGNOSA MEDIS
Ca Colon dengan post laparotomy dan ileocolostomy
18
Pola Eliminasi BAK dan BAB pasien lancar Tidak terkaji
BAK : Jumlah, Warna, Bau,
Masalah, Cara Mengatasi.
2. Riwayat Psikologi
Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat maupun orang lain sangat baik dan lancer serta
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Orang yang paling dekat dengan pasien
adalah anaknya.
19
3. Riwayat Sosial
Pasien mengatakan interaksi dengan orang lain baik dan tidak ada masalah. Reaksi saat
interaksi dengan pasien kooperatif ddan tidak ada gangguan konsep diri
4. Riwayat Spiritual
Sebelum sakit pasien sering untuk beribadah namun sejak sakit beliau jarang melakukannya
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata( + ), Kelopak mata/palpebra oedem ( - ), peradangan (
- ), luka( - ), benjolan ( - ), Bulu mata tidak rontok, Konjunctiva dan sclera perubahan warna
(anemis), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (isokor)
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (adakah
pembengkokan tidak). Amati meatus : perdarahan ( - ), Kotoran ( - ), Pembengkakan ( - ),
pembesaran / polip ( - )
c. Mulut
20
Amati bibir : lesi ( - ), Bibir pecah (- ), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries ( - ), Kotoran
(- ), Gigi palsu (- ), Gingivitis ( - ), Warna lidah merah muda Perdarahan (- ) dan abses (- ).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : ( tidak )
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk …Ukuran … Warna …, lesi ( - ), nyeri tekan ( - ),
peradangan ( - ), penumpukan serumen ( - ). Dengan otoskop periksa membran tympany
amati, warna ....., transparansi ......, perdarahan ( - ), perforasi ( - ).
e. Keluhan lain: tidak ada keluhan
21
Terdapat luka laparotomy bagian region iliaka kanan dengan luka jahitan kira kira
panjangnya kurang lebih 6 cm dan pada luka ileocolostomy pada region iliaka kiri dengan
terpasang colostomy. Pada area yang terpasang colostomy didapatkan kemerahan di sekitar
colostomy.
PALPASI: terdapat nyeri tekan saat melakukan perawatan luka pada area operasi
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Abdomen : terdapat nyeri saat dilakukan rawat
luka dan terdapat luka bekas operasi pada perut pasien sebelah kanan dan kiri
4. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
Keluhan: aktivitas terbatasi di karenakan terdapat luka bekas operasi laparotomy dan
ileocolostomi dan jika aktivitas dibantu.
5. Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit
Palpasi : Tekstur (kasar ), Turgor/Kelenturan(jelek) karena sudah tua, Struktur (keriput),
nyeri tekan ( - )
b. Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata), rontok (-), warna hitam bercampur putih
(beruban)
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : kebersihan kuku terjaga
( Aprisandy Dwinensevi )
22
B. Analisa data
ANALISA DATA PASIEN Ny. B POST LAPARATOMOY DAN ILEOCOLOSTOMY
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA COLON DI RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
C. Diagnosa Keperawatan
23
Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas:
1. Resiko infeksi dengan faktor resiko efek prosedur invasive (D.0142)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
24
D. Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Edukasi
Edukasi e. Menjelaskan tanda dan
e. Jelaskan tanda dan gelaja gelaja infeksi
infeksi
f. Mengajarkan cara
f. Ajarkan cara memeriksa memeriksa kondisi luka
kondisi luka operasi operasi
22
Anjurkan meningkatkan Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi. asupan nutrisi.
Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238) Observasi S:
Nyeri akut b.d
agen pencedera intrevensi Observasi 1. Mengidentifikasi lokasi, P : Klien mengatakan
fisik (D.0077) keperawatan, maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, nyeri.
tingkat nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, Q : Klien mengatakan
menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri seperti disayat
kriteria hasil : intensitas nyeri benda tajam (perih) dan
2. Mengidentifikasi skala nyeri ditusuk-tusuk.
a. Keluhan nyeri
2. Identifikasi skala nyeri R : Klien mengatakan
menurun 3. Mengidentifikasi respon
nyeri pada area luka post
3. Identifikasi respon nyeri nyeri non verbal
b. Meringis op haparotomy dan
non verbal
menurun 4. Mengidentifikasi faktor ileocolostomy.
4. Identifikasi faktor yang yang memperberat dan S : Klien mengatakan
c. Gelisah menurun
memperberat dan memperingan nyeri skala nyeri 4
memperingan nyeri menggunakan skala nyeri
Terapeutik numerik.
Terapeutik 5. Memberikan tehnik non T : Klien mengatakan
5. Berikan tehnik non farmakologis untuk nyerinya hilang timbul.
farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri O : Klien masih tampak
mengurangi rasa nyeri meringis saat dilakukan
Edukasi
rawat luka dengan skala
Edukasi 6. Menjelaskan strategi
nyeri 4.
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
meredakan nyeri A : masalah belum
7. Menganjurkan memonitor teratasi
7. Anjurkan memonitor nyeri nyeri secara mandiri
P : Lanjutkan intervensi
secara mandiri
8. Mengajarkan tehnik non
farmakologis untuk
23
8. Ajarkan tehnik non mengurangi rasa nyeri
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
24
BAB III INTERVENSI KEPERAWATAN (EBN)
A. Masalah Keperawatan
1. Resiko infeksi
2. Nyeri akut
B. Intervensi Keperawatan
1. Resiko infeksi
a. Infection Control: Hand hygiene in the OR: Using evidence-based practices
Berisikan tentang mengontrol infeksi dengan cara cuci tangan dengan menggunakan
sabun dan air dapat mendekontaminasi dan mengurangi transmisi virus dan bakteri dan
menurut AORN mengatakan sabun dan air, antiseptic dan air, atau antiseptic hand rub
dapat digunakan jika tangan tidak terlalu terlihat kotor (Garbutt, 2011).
b. Wound Healing and Nutrition: Going Beyond Dressings With a Balanced Care Plan
Jurnal tersebut menjelaskan tentang penyembuhan luka menggunakan dressing yang pas
untuk luka pada pasien dan asupan nutrisi untuk penyembuhan luka serta untuk
menghindari terjadinya infeksi pada luka (Gruen, 2010).
c.
1. Nyeri akut
a. Pain Management in Enhanced Recovery after Surgery (ERAS) Protocols
Jurnal dengan judul tersebut berisikan tindakan manajemen nyeri dengan menggunakan obat
analgesic setelah dilakukannya operasi (Simpson, Bao, & Agarwala, 2019).
b. Pain Prevalence and Pain Management in a Chinese Hospital
Jurnal tersebut menjelaskan tentang observasi pasien dengan cara memberikan kuesioner
kepada pasien tentang data demografis pasien (jenis kelamin, usia, status menikah, alamat,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan), lokasi dan durasi rasa sakit, pengkajian skala nyeri,
pengkajian intensitas nyeri harian (0 – 100 skala analog visual) dan managemen rasa sakit
(Xiao et al., 2018).
c. Relaxation Therapy with Guided Imagery for Postoperative Pain Management: An
Integrative Review
Jurnal yang menjelaskan tentang pemberian teknik nonfarmakologi menggunakan guided
imagery untuk mengurangi nyeri setelah dilakukan operasi (Felix, Ferreira, da Cruz, &
Barbosa, 2019).
d. The Effects of Massage Therapy on Pain and Anxiety after Surgery: A Systematic Review
and Meta-Analysis
Jurnal tersebut menjelaskan tentang terapy massage yang dilakukan untuk mengurangi
rasa nyeri serta kelelahan setelah dilakukannya operasi (Kukimoto, Ooe, & Ideguchi,
2017).
e.
C. Daftar Pustaka
Felix, M. M. dos S., Ferreira, M. B. G., da Cruz, L. F., & Barbosa, M. H. (2019). Relaxation
Therapy with Guided Imagery for Postoperative Pain Management: An Integrative Review.
Pain Management Nursing, 20(1), 3–9. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2017.10.014
Ferlay, J., Soerjomataram, I., Dikshit, R., Eser, S., Mathers, C., Rebelo, M., … Bray, F. (2015).
25
Cancer incidence and mortality worldwide: sources, methods and major patterns in
GLOBOCAN 2012. Int J Cancer. https://doi.org/10.1002/ijc.29210
Garbutt, M. S. J. (2011). Hand hygiene in the OR. OR Nurse, 5(2), 10–12.
https://doi.org/10.1097/01.orn.0000394524.96696.d1
Gruen, D. (2010). Wound healing and nutrition: Going beyond dressings with a balanced care plan.
Journal of the American College of Certified Wound Specialists, 2(3), 46–49.
https://doi.org/10.1016/j.jcws.2010.11.001
Kukimoto, Y., Ooe, N., & Ideguchi, N. (2017). The Effects of Massage Therapy on Pain and
Anxiety after Surgery: A Systematic Review and Meta-Analysis. Pain Management Nursing,
18(6), 378–390. https://doi.org/10.1016/j.pmn.2017.09.001
Simpson, J. C., Bao, X., & Agarwala, A. (2019). Pain Management in Enhanced Recovery after
Surgery (ERAS) Protocols. Clinics in Colon and Rectal Surgery, 32(2), 121–128.
Xiao, H., Liu, H., Liu, J., Zuo, Y., Liu, L., Zhu, H., … Ye, L. (2018). Pain prevalence and pain
management in a Chinese hospital. Medical Science Monitor, 24, 7809–7819.
https://doi.org/10.12659/MSM.912273
26