DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH:
APRISANDY DWINENSEVI
NIM: 202020461011052
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
KELOMPOK 2
CI lahan
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Definisi........................................................................................................................................4
B. Etiologi........................................................................................................................................4
C. Patofisiologi.................................................................................................................................7
D. Komplikasi................................................................................................................................10
E. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................11
F. Penatalaksanaan.........................................................................................................................11
G. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................13
H. SLKI dan SIKI...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................19
3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran
pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin
B. Klasifikasi
antara lain :
C. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul menurut Munabi, Luboga, Luboobi,
4
2. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
3. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka belakang
1. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan
lain-lain
d. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia. Salah
Cephalopelvic disproportion absolut terjadi bila ukuran panggul terlalu sempit dan dapat juga
b. Eksostosis pelvis
5
c. Spondilolistesis
Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut adalah sebagai berikut:
b. Hidrosefalus
Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi, atau defleksi kepala
janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul dan mempersulit persalinan per vaginam.
Pada beberapa literatur, beberapa penyebab CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai
malpresentasi.
b. Presentasi occiput-posterior
c. Presentasi face-brow
ukuran dan bentuk pintu pelvis dikarenakan adanya suatu sindrom/ kelainan kongenital
D. Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan CPD antara lain usia ibu yang muda, tinggi badan
yang rendah, tipe pelvis tertentu, malnutrisi kronis pada ibu sebelum hamil, obesitas, diabetes
1. Usia
6
Risiko CPD meningkat pada ibu hamil usia muda dan usia remaja pada usia <20 tahun.
Penelitian di Romania dalam kurun waktu 2007-2014 menunjukkan bahwa CPD sangat umum
ditemukan pada ibu hamil berusia remaja. Pada usia remaja, ukuran dan bentuk panggul belum
2. Tinggi Badan
Tinggi badan ibu yang ≤145 cm menandakan ukuran panggul yang lebih sempit sehingga
meningkatkan risiko terjadinya CPD. Penelitian di Thailand dan Indonesia juga menunjukkan
bahwa ibu dengan tinggi badan ≤145 cm lebih berisiko mengalami CPD dan meningkatkan
angka persalinan dengan sectio caesarea (Sihombing, Saptarini, & Putri, 2017; Toh-Adam,
Tinggi badan ibu hamil dapat memberikan gambaran ukuran panggul. Ibu hamil di negara-
negara Asia Tenggara mayoritas lebih pendek dibandingkan ibu hamil di negara barat.
Walaupun ukuran janinnya lebih kecil, namun ibu hamil dengan tinggi badan ≤145 cm tetap
memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami partus macet (obstructed labor). Pada penelitian
≤145 cm adalah sebesar 16,3% dengan odds ratio 2,4, sedangkan angka prevalensi
3. Tipe Pelvis
Tipe pelvis android dan platipeloid memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami CPD. Tipe
pelvis ginekoid dan antropoid yang dapat ditemukan pada 75% perempuan merupakan bentuk
pelvis yang mempermudah proses persalinan per vaginam (Sihombing et al., 2017).
E. Patofisiologi
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran
pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin
tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervagina. Dari sini perlu dilakukan
7
pembedahan yang biasa disebut dengan setio caesaria. Sectio caesaria adalah pembedahan
untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Dari sini klien mengalami adaptasi
Pada adaptasi fisiologi seperti terputusnya kontiunitas yang dapat menyebabkan nyeri.
Komplikasi, pendarahan, dan volume darah menurun dapat menyebabkan resti kurang volume
cairan serta jalan masuk organisme dapat menyebabkan resti infeksi serta Hb turun, O2 dan
nutrisi ke sel berkurang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas, efek anestesi menyebabkan
peristaltik usus menurun serta apabila belum flaktus tidak boleh makan minum akibatnya
pemenuhan nutrisi bertahap dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola makan yang akan
menyebabkan multimulasi hipofisis anterior dan posterior menimbulkan sekresi prolaktin yang
menimbukan laktasi yang menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancar yang dapat
Adaptasi psikologi itu ada taking in, taking hold dan letting go. Kalau taking in dapat
menyebabkan gangguan perawatan diri sedangkan taking hold dan letting go kurangnya
informasi yang dimiliki pasien tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi yang benar
menyebabkan kurang pengetahuan tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi yang benar
8
CPD
Sectio cesar
Insisi Abdomen
Pengeluaran ASI
Intoleransi aktivitas tidak lancar
Menyusui
tidak efektif
F. Komplikasi
CPD dapat menyebabkan persalinan lama, yang dapat memicu terjadinya perdarahan postpartum dan ruptur uteri.
Komplikasi Maternal
1. Ruptur uteri
2. Infeksi intrauterin
3. Trauma kandung kemih atau rektum akibat penekanan kepala janin terlalu lama selama proses persalinan yang menimbulkan
5. Hipoglikemia
1. Asfiksia
10
2. Distosia bahu
4. Molase
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul
b. Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya samping
H. Penatalaksanaan
a. Persalinan Percobaan
11
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan
dapat berlangsung per vaginam dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau
kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar
sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang menjadi penyulit persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran
kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,
kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila
hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana
sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan
tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,
penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk
b. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang
nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
12
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau
ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.
c. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
d. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping
banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan
bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak
mungkin melewati panggul tersebut.
1) CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau
13
a. His atau tenaga yang mendorong anak.
c. Bentuk panggul
e. Penyakit ibu
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui
intervensi keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah pernyaataan yang ringkas, jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien
A. Nyeri
B. Resiko hipovolemia
C. Resiko infeksi
D. Intoleransi aktivitas
G. Defisit pengetahuan
14
Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
15
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
bila perlu
16
2 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
hipovolemia tindakan keperawatan 3 x Observasi
24 jam maka status cairan - Periksa tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hypovolemia (mis.fruekensi nadi
hasil : meningkat, nadi teraba lemah,
- Turgor kulit tekanan darah menurun, turgor
cukup meningkat kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urin menurun,
- Edema perifer cukup
haus, lemah)
menurun
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Edukasi
17
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
Edukasi
- Ajarkan cara cuci tangan yang benar
18
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi
4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
19
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5 Menyusui tidak Setelah dilakukan Edukasi menyusui
tindakan keperawatan 3 x Observasi
efektif
24 jam maka status - Identifikasi Kesiapan dan kemampuan
menyusui meningkat menerima informasi
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Dukung ibu meningkatkan kepercayaan
20
- Perlekatan bayi pada diri dalam menyusui
payudara ibu : - Libatkan system pendukung
Meningkat Edukasi
- Kemampuan ibu - Berikan konseling menyusui
memposisikan bayi - Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan
dengan benar: bayi
meningkat - Ajarkan perawatan payudara antepartum
- Berat badan bayi: - Ajarkan perawatan payudara post
meningkat partum
21
- Kemampuan makan - Siapkan keperluan pribadi
meningkat - Dampingi dalam melakukan perawatan
- Kemampuan ke toilet diri sampai mandiri
(BAB/ BAK) - Fasilitasi untuk menerima keadaan
meningkat ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
7 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.12383)
22
menurun (5) kesepakatan
Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
23
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S., Hoffman, B. L.,
… Sheffield, J. S. (2014). Williams Obstetrics (24th ed.). United States of America:
McGraw-Hill Education.
Moegni, E. dan O. (2013). Kontrasepsi. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan, 231–256.
Munabi, I. G., Luboga, S. A., Luboobi, L., & Mirembe, F. (2016). Association between
Maternal Pelvis Height and Intrapartum Foetal Head Moulding in Ugandan Mothers
with Spontaneous Vertex Deliveries. Obstetrics and Gynecology International, 2016,
7–9. https://doi.org/10.1155/2016/3815295
Pahlavi, I. R., Sari, R. D. P., & Ramkita, N. (2017). Multigravida dengan Riwayat Sectio
Caesarea Atas Indikasi Disproporsi Kepala Panggul dengan Penyerta Tumor Paru,
Kekurangan Energi Kronik dan Anemia Berat. Jurnal Medula, 7(4), 30–36.
Prawirohardjo, S. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2nd ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar (10th ed.).
Jakarta: EGC.
Sihombing, N., Saptarini, I., & Putri, D. S. K. (2017). The Determinants of Sectio Caesarea
Labor in Indonesia ( Further Analysis of Riskesdas 2013). Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 8(1), 63–75. https://doi.org/10.22435/kespro.v8i1.6641.63-75
Socolov, D. G., Iorga, M., Carauleanu, A., Ilea, C., Blidaru, I., Boiculese, L., & Socolov, R.
V. (2017). Pregnancy during Adolescence and Associated Risks: An 8-Year Hospital-
Based Cohort Study (2007-2014) in Romania, the Country with the Highest Rate of
Teenage Pregnancy in Europe. BioMed Research International, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/9205016
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).
24
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Toh-Adam, R., Srisupundit, K., & Tongsong, T. (2012). Short stature as an independent risk
factor for cephalopelvic disproportion in a country of relatively small-sized mothers.
Archives of Gynecology and Obstetrics, 285(6), 1513–1516.
https://doi.org/10.1007/s00404-011-2168-3
Tsvieli, O., Sergienko, R., & Sheiner, E. (2012). Risk factors and perinatal outcome of
pregnancies complicated with cephalopelvic disproportion: a population-based study.
Arch Gynecol Obstet, 4(285), 931–936. https://doi.org/10.1007/s00404-011-2086-4
25
26