Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN DENGAN CPD

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH:

APRISANDY DWINENSEVI

NIM: 202020461011052

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN DENGAN CPD

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS

KELOMPOK 2

NAMA: APRISANDY DWINENSEVI


NIM: 202020461011052
PERIODE PRAKTEK/ MINGGU KE : 30 Agustus s/d 4 September 2021/Minggu
Ke-2

Malang, 30 Agustus 2021


Mahasiswa, Pembimbing,

Aprisandy Dwinensevi Juwitasari, S.Kep., Ns., M.S

CI lahan

Sunarni, SST, M.MKes

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................4
A. Definisi........................................................................................................................................4
B. Etiologi........................................................................................................................................4
C. Patofisiologi.................................................................................................................................7
D. Komplikasi................................................................................................................................10
E. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................11
F. Penatalaksanaan.........................................................................................................................11
G. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................................13
H. SLKI dan SIKI...........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................19

3
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran

pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin

tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervagina (Varney, 2007).

B. Klasifikasi

Klasifikasi Panggul Sempit (Disproporsi Sefalo Pelvic) menurut Prawirohardjo (2012)

antara lain :

a) Kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)

(1) Pembagian intensitasan panggul sempit

(a) Intensitas I : Conjugata Vera 9-10 cm = borderline

(b) Intensitas II : Conjugata Vera 8-9 cm = relatif

(c) Intensitas III : Conjugata Vera 6-8 cm = ekstrim

(d) Intensitas IV : Conjugata Vera 6 cm = mutlak (absolut)

(2) Pembagian menurut tindakan

(a) Conjugata Vera 8-10 cm = partus percobaan

(b) Conjugata Vera 6-8 cm = SC primer

(c) Conjugata Vera 6 cm = SC mutlak (absolut)

(d) Inlet dianggap sempit bila Conjugata Vera

C. Etiologi

Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul menurut Munabi, Luboga, Luboobi,

& Mirembe (2016) sebagai berikut :

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan

1. Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil

4
2. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa

3. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuranmuka belakang

4. Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.

5. Panggul belah : symphyse terbuka

b. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

1. Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan

lain-lain

2. Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang

3. Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring

c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang

1. Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong

2. Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.

d. Kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia. Salah

satu anggota menyebabkan panggul sempit miring.

e. Fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul

Etiologi cephalopelvic disproportion (CPD) dibagi menjadi dua faktor yaitu maternal dan

janin. Cephalopelvic disproportion terjadi ketika ada gangguan pada faktor maternal, janin,

atau kombinasi keduanya (Cunningham et al., 2014).

Cephalopelvic Disproportion Absolut

Cephalopelvic disproportion absolut terjadi bila ukuran panggul terlalu sempit dan dapat juga

dikombinasi dengan ukuran janin terlalu besar.

Faktor Maternal (Passageway)

Faktor Maternal yang dapat menyebabkan CPD absolut antara lain:

a. Panggul sempit baik diameter inlet, midpelvis, atau outlet

b. Eksostosis pelvis

5
c. Spondilolistesis

d. Tumor di anterior sacrococcygeal

Faktor Janin (Passenger)

Faktor janin yang dapat menyebabkan CPD absolut adalah sebagai berikut:

a. Makrosomia (berat janin >4.000 gram)

b. Hidrosefalus

Cephalopelvic Disproportion Relatif

Cephalopelvic disproportion relatif terjadi akibat kelainan letak, posisi, atau defleksi kepala

janin sehingga kepala tidak dapat melewati panggul dan mempersulit persalinan per vaginam.

Pada beberapa literatur, beberapa penyebab CPD relatif dikelompokkan tersendiri sebagai

malpresentasi.

Faktor janin yang menyebabkan CPD relatif adalah sebagai berikut:

a. Kepala janin tidak fleksi sempurna (defleksi)

b. Presentasi occiput-posterior

c. Presentasi face-brow

d. Ketidakmampuan kepala janin untuk terkompresi (mold)/ molase menyesuaikan

ukuran dan bentuk pintu pelvis dikarenakan adanya suatu sindrom/ kelainan kongenital

atau karena proses osifikasi tulang.

D. Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan CPD antara lain usia ibu yang muda, tinggi badan

yang rendah, tipe pelvis tertentu, malnutrisi kronis pada ibu sebelum hamil, obesitas, diabetes

gestasional, riwayat terapi fertilitas, polihidramnion, riwayat SC sebelumnya, dan usia

kehamilan >41 minggu (Tsvieli, Sergienko, & Sheiner, 2012).

1. Usia

6
Risiko CPD meningkat pada ibu hamil usia muda dan usia remaja pada usia <20 tahun.

Penelitian di Romania dalam kurun waktu 2007-2014 menunjukkan bahwa CPD sangat umum

ditemukan pada ibu hamil berusia remaja. Pada usia remaja, ukuran dan bentuk panggul belum

berkembang secara sempurna (Socolov et al., 2017).

2. Tinggi Badan

Tinggi badan ibu yang ≤145 cm menandakan ukuran panggul yang lebih sempit sehingga

meningkatkan risiko terjadinya CPD. Penelitian di Thailand dan Indonesia juga menunjukkan

bahwa ibu dengan tinggi badan ≤145 cm lebih berisiko mengalami CPD dan meningkatkan

angka persalinan dengan sectio caesarea (Sihombing, Saptarini, & Putri, 2017; Toh-Adam,

Srisupundit, & Tongsong, 2012).

Tinggi badan ibu hamil dapat memberikan gambaran ukuran panggul. Ibu hamil di negara-

negara Asia Tenggara mayoritas lebih pendek dibandingkan ibu hamil di negara barat.

Walaupun ukuran janinnya lebih kecil, namun ibu hamil dengan tinggi badan ≤145 cm tetap

memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami partus macet (obstructed labor). Pada penelitian

lain, angka prevalensi cephalopelvic disproportion pada kelompok ibu dengan tinggi badan

≤145 cm adalah sebesar 16,3% dengan odds ratio  2,4, sedangkan angka prevalensi

keseluruhan SC adalah 8,1% (Sihombing et al., 2017).

3. Tipe Pelvis

Tipe pelvis android dan platipeloid memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami CPD. Tipe

pelvis ginekoid dan antropoid yang dapat ditemukan pada 75% perempuan merupakan bentuk

pelvis yang mempermudah proses persalinan per vaginam (Sihombing et al., 2017).

E. Patofisiologi

Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah disproporsi antara ukuran janin dan ukuran

pelvis, yakni ukuran pelvis tertentu tidak cukup besar untuk mengakomodasi keluarnya janin

tertentu melalui pelvis sampai terjadi kelahiran pervagina. Dari sini perlu dilakukan

7
pembedahan yang biasa disebut dengan setio caesaria. Sectio caesaria adalah pembedahan

untuk melahirkan janin dengan membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu

histerektomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Dari sini klien mengalami adaptasi

fisiologi dan psikologi (Pahlavi, Sari, & Ramkita, 2017).

Pada adaptasi fisiologi seperti terputusnya kontiunitas yang dapat menyebabkan nyeri.

Komplikasi, pendarahan, dan volume darah menurun dapat menyebabkan resti kurang volume

cairan serta jalan masuk organisme dapat menyebabkan resti infeksi serta Hb turun, O2 dan

nutrisi ke sel berkurang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas, efek anestesi menyebabkan

peristaltik usus menurun serta apabila belum flaktus tidak boleh makan minum akibatnya

pemenuhan nutrisi bertahap dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola makan yang akan

menyebabkan munculnya konstipasi. Penurunan hormon estrogen dan progesteron dapat

menyebabkan multimulasi hipofisis anterior dan posterior menimbulkan sekresi prolaktin yang

menimbukan laktasi yang menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancar yang dapat

menimbulkan pembengkakan payudara (Pahlavi et al., 2017).

Adaptasi psikologi itu ada taking in, taking hold dan letting go. Kalau taking in dapat

menyebabkan ketergantungan yang mengakibatkan mobilitas fisik menurun yang dapat

menyebabkan gangguan perawatan diri sedangkan taking hold dan letting go kurangnya

informasi yang dimiliki pasien tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi yang benar

menyebabkan kurang pengetahuan tentang perawatan bayi dan cara menyusui bayi yang benar

(Pahlavi et al., 2017).

8
CPD

Sectio cesar

Insisi Abdomen

Adaptasi fisiologi Adaptasi psikologi

Taking in Taking hold


letting go
Terputusnya Komplikasi Jalan masuk Penurunan hormone
kontuitas organisme estrogen dan progesterone
Ketergantungan
Kurang informasi
Multimulasi hipofisis tentang perawatan
Perdarahan Resiko infeksi bayi dan cara
Nyeri anterior dan posterior
Mobilisasi fisik menyusui bayi
menurun dengan benar
Volume darah menurun Sekresi
Hb menurun
prolaktin

Resiko O2 dan nutrisi ke Defisit perawatan Defisit pengetahuan


Laktasi
hipovolemia sel berkurang diri

Pengeluaran ASI
Intoleransi aktivitas tidak lancar

Menyusui
tidak efektif
F. Komplikasi

CPD dapat menyebabkan persalinan lama, yang dapat memicu terjadinya perdarahan postpartum dan ruptur uteri.

Komplikasi Maternal

Komplikasi maternal akibat partus macet pada CPD antara lain:

1. Ruptur uteri

2. Infeksi intrauterin

3. Trauma kandung kemih atau rektum akibat penekanan kepala janin terlalu lama selama proses persalinan yang menimbulkan

inkontinensia atau fistula vesico-vagina atau recto-vagina.

4. Perdarahan postpartum yang dapat berakibat syok hemoragik dan kematian

5. Hipoglikemia

6. Gangguan kontraksi rahim

7. Laserasi vagina, perineum, serviks

8. Fraktur sakrum dan coccyx

Komplikasi pada Janin

Komplikasi yang dapat ditemukan pada janin adalah:

1. Asfiksia

10
2. Distosia bahu

3. Trauma pada persalinan : fraktur klavikula, cedera kepala maupun servikal

4. Molase

5. Kerusakan jaringan otak

6. Prolaps tali pusat

7. Kematian janin (Moegni, 2013)

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Radiologi

Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto

a. Foto pintu atas panggul

Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus diatas pintu atas panggul

b. Foto lateral

Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya samping

H. Penatalaksanaan

a. Persalinan Percobaan

11
            Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan

dapat berlangsung per vaginam dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya

akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau

kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar

sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang menjadi penyulit persalinan percobaan.

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran

kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas,

kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila

hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana

sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan

tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri,

penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk

melahirkan bahu depan.

b. Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang

nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti

12
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.

            Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau

ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

c. Simfisiotomi

            Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

d. Kraniotomi dan Kleidotomi

            Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak

dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.

Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak  dapat lahir spontan atau tidak, disamping

banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan

bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak

mungkin melewati panggul tersebut.

1) CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau

ditolong dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya

2) CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer

3) CV=6 cm dilakukan SC primer mutlak.

Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada:

13
a. His atau tenaga yang mendorong anak.

b. Besarnya janin, presentasi dan posisi janin

c. Bentuk panggul

d. Umur ibu dan anak berharga

e. Penyakit ibu

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan mengenai masalah kesehatan klien yang aktual atau potensial yang dapat dikelola melalui

intervensi keperawatan mandiri. Diagnosis keperawatan adalah pernyaataan yang ringkas, jelas, berpusat pada klien dan spesifik pada klien

(Rosdahl & Kowalski, 2014):

A. Nyeri

B. Resiko hipovolemia

C. Resiko infeksi

D. Intoleransi aktivitas

E. Menyusui tidak efektif

F. Defisit perawatan diri

G. Defisit pengetahuan

14
Sumber: (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

J. SLKI dan SIKI

No SDKI SLKI SIKI


1 Nyeri Setelah dilakukan Manajemen nyeri
tindakan keperawatan 3 x Observasi :
24 jam maka tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik,
menurun dengan kriteria durasi, frekwensi, kualitas, dan
hasil : intensitas nyeri
- Keluhan nyeri cukup
- Identifikasi skala nyeri
menurun
- Meringis cukup - Identifikasi respon nyeri non verbal
menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan
- Gelisah cukup menurun memperingan nyeri
- Kesulitan Tidur Terapeutik
menurun - Berikan teknik non farmakologi
(terapi music, kompres hangat,
kompres dingin, teknik relaksasi
napas dalam)

- Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri

15
- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber


nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
bila perlu

16
2 Resiko Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
hipovolemia tindakan keperawatan 3 x Observasi
24 jam maka status cairan - Periksa tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hypovolemia (mis.fruekensi nadi
hasil : meningkat, nadi teraba lemah,
- Turgor kulit tekanan darah menurun, turgor
cukup meningkat kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urin menurun,
- Edema perifer cukup
haus, lemah)
menurun
- Monitor intake dan output cairan

- Monitor fruekensi dan kekuatan


nadi

- Monitor tekanan darah

- Monitor waktu pengisian kapiler

- Monitor jumlah, warna, dan berat


jenis urine

Terapeutik

- Hitung kebutuham cairan

Edukasi

17
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)

- Kolaborasi pemberian cairan IV


hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
monitor 0,4%)
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
tindakan keperawatan 3 x Observasi
24 jam maka resiko - Monitor tanda dan gejala infeksi local
infeksi berkurang dengan dan sistemik
kriteria hasil :
Terapeutik
- Demam: menurun
- Batasi jumlah pengunjung
- Kemerahan : menurun
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
- Nyeri : menurun
kontak dengan pasien dan lingkungan
- Bengkak: menurun
pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada pasien
resiko tinggi

Edukasi
- Ajarkan cara cuci tangan yang benar

18
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi
4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi

aktivitas tindakan keperawatan 3 x Observasi


24 jam maka toleransi - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
aktivitas meningkat mengakibatkan kelelahan
dengan kriteria hasil :
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
- Keluhan lelah
- Monitor pola dan jam tidur
menurun
- Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
- Kecepatan berjalan
selama melakukan aktivitas
meningkat
Terapeutik
- Jarak berjalan
- Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat
rendah stimulus
- Frekuensi nadi
- Lakukan latihan rentang gerak pasif
membaik
dan/atau aktif

- Berikan aktivitas distraksi yang


menenangkan

19
- Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan aktivitas secara


bertahap

- Anjurkan menghubungi perawat jika


tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang

- Ajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
5 Menyusui tidak Setelah dilakukan Edukasi menyusui
tindakan keperawatan 3 x Observasi
efektif
24 jam maka status - Identifikasi Kesiapan dan kemampuan
menyusui meningkat menerima informasi
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Dukung ibu meningkatkan kepercayaan

20
- Perlekatan bayi pada diri dalam menyusui
payudara ibu : - Libatkan system pendukung
Meningkat Edukasi
- Kemampuan ibu - Berikan konseling menyusui
memposisikan bayi - Jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan
dengan benar: bayi
meningkat - Ajarkan perawatan payudara antepartum
- Berat badan bayi: - Ajarkan perawatan payudara post
meningkat partum

- Suplai asi adekuat:


meningkat
6 Defisit Setelah dilakukan Dukungan Perawatan Diri
tindakan keperawatan 3 x Observasi:
perawatan diri
24 jam maka perawatan - Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
diri meningkat dengan diri sesuai usia
kriteria hasil : - Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu
- Kemampuan mandi
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan
meningkat
makan
- Kemampuan
Terapeutik:
mengenakan pakaian
- Sediakan lingkungan yang teraupetik
meningkat

21
- Kemampuan makan - Siapkan keperluan pribadi
meningkat - Dampingi dalam melakukan perawatan
- Kemampuan ke toilet diri sampai mandiri
(BAB/ BAK) - Fasilitasi untuk menerima keadaan
meningkat ketergantungan
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
7 Defisit Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.12383)

pengetahuan tindakan keperawatan 3 x Observasi

(D.0111) 24 jam maka Tingkat - Identifikasi kesiapan dan kemampuan


pengetahuan meningkat menerima informasi
dengan kriteria hasil :
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat
- Perilaku sesuai meningkatkan dan menurunkan
anjuran meningkat (5) motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
- Pertanyaan tentang
masalah yang dihadapi Terapeutik
menurun (5) - Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
- Persepsi yang keliru
terhadap masalah - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

22
menurun (5) kesepakatan

- Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
- Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan

- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

- Ajarkan strategi yang dapat digunakan


untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
Sumber: (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

23
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S., Hoffman, B. L.,
… Sheffield, J. S. (2014). Williams Obstetrics (24th ed.). United States of America:
McGraw-Hill Education.
Moegni, E. dan O. (2013). Kontrasepsi. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar Dan Rujukan, 231–256.
Munabi, I. G., Luboga, S. A., Luboobi, L., & Mirembe, F. (2016). Association between
Maternal Pelvis Height and Intrapartum Foetal Head Moulding in Ugandan Mothers
with Spontaneous Vertex Deliveries. Obstetrics and Gynecology International, 2016,
7–9. https://doi.org/10.1155/2016/3815295
Pahlavi, I. R., Sari, R. D. P., & Ramkita, N. (2017). Multigravida dengan Riwayat Sectio
Caesarea Atas Indikasi Disproporsi Kepala Panggul dengan Penyerta Tumor Paru,
Kekurangan Energi Kronik dan Anemia Berat. Jurnal Medula, 7(4), 30–36.
Prawirohardjo, S. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (2nd ed.). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar (10th ed.).
Jakarta: EGC.
Sihombing, N., Saptarini, I., & Putri, D. S. K. (2017). The Determinants of Sectio Caesarea
Labor in Indonesia ( Further Analysis of Riskesdas 2013). Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 8(1), 63–75. https://doi.org/10.22435/kespro.v8i1.6641.63-75
Socolov, D. G., Iorga, M., Carauleanu, A., Ilea, C., Blidaru, I., Boiculese, L., & Socolov, R.
V. (2017). Pregnancy during Adolescence and Associated Risks: An 8-Year Hospital-
Based Cohort Study (2007-2014) in Romania, the Country with the Highest Rate of
Teenage Pregnancy in Europe. BioMed Research International, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/9205016
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.).

24
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Toh-Adam, R., Srisupundit, K., & Tongsong, T. (2012). Short stature as an independent risk
factor for cephalopelvic disproportion in a country of relatively small-sized mothers.
Archives of Gynecology and Obstetrics, 285(6), 1513–1516.
https://doi.org/10.1007/s00404-011-2168-3
Tsvieli, O., Sergienko, R., & Sheiner, E. (2012). Risk factors and perinatal outcome of
pregnancies complicated with cephalopelvic disproportion: a population-based study.
Arch Gynecol Obstet, 4(285), 931–936. https://doi.org/10.1007/s00404-011-2086-4

25
26

Anda mungkin juga menyukai