PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
System kardiovaskular merupakan suatu system transport tertutup yang terdiri atas
jantung, komponen darah, dan pembuluh darah (Muttaqin, 2009). Fungsi system
kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh
jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap
jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga
jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. System kardiovaskular yang
berfungsi sebagai system regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons
seluruh aktivitas tubuh. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada
organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara system sirkulasi organ
tersebut.
Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses sirkulasi ini
akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan baik. Jika
pemompaan ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang dikompensasi oleh
jantung dengan meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila proses kompensasi terjadi terus
menerus, pada akhirnya jantung akan gagal melakukan pemompaaan. Pompa jantung
bekerja melalui tahapan yang disebut siklus jantung yang terdiri dari sistol dan diatol
(Ronny,dkk., 2008).
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada
waktu jantung menguncuo (sistol). Adapaun tekanan darah diastolic adalah tekanan darah
pada saat jantung mengendor kembali(diastole). Tekanan darah manusia dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah(hipotensi), normal(normotensi), dan
tinggi (hipertensi)(Gunawan, 2001).
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Apa definisi hipertensi?;
1.1.2 Apa etiologi hipertensi?;
1.1.3 Bagaimana patofisiologi hipertensi?;
1.1.4 Apa saja tanda dan gejala hipertensi?;
1.1.5 Bagaimana prosedur diagnostik penyakit hipertensi?;
1.1.6 Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?;
1.1.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi?.
1.2 Tujuan
1.2.1 Mengetahui definisi hipertensi;
1.2.2 Mengetahui etiologi hipertensi;
1.2.3 Mengetahui patofisiologi hipertensi;
1.2.4 Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi;
1.2.5 Mengetahui prosedur diagnostik hipertensi;
1.2.6 Mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi;
1.2.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada
medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut
ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan
abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurun dan berakibat
diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian
diubah menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan
volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
a. Curah jantung dan tahanan perifer
Mempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada
keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar
pasien dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun
tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang
besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel
otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan
konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008). Kontriksi otot polos
berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan
dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat
mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada hipertensi yang
sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah
disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas
simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan
kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke
jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel
secara substansial (Lumbantobing, 2008).
b. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling
penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat
juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau
kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan
sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin bertanggung jawab
mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru-paru
oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan
vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah
(Lumbantobing, 2008).
c. Sistem saraf otonom
Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan
dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting
dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai
jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).
d. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)
ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai
jawaban terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi
garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada
sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi (Lumbantobing,
2008).
4. Tanda dan Gejala Hipertensi
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
b. Sakit kepala
c. Epistaksis
d. Pusing / migrain
e. Rasa berat ditengkuk
f. Sukar tidur
g. Mata berkunang kunang
h. Lemah dan lelah
i. Muka pucat
j. Suhu tubuh rendah
6. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:
a. Terapi nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi
harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat
menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan
rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada
pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat
mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien
dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya hidup yang penting
yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary
Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet
rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada
sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi
satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat
membebaskan pasien dari menggunakan obat. 10 Program diet yang mudah
diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-
lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan
natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan
dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya
pasien mengerti rasionalitas intervensi diet:
1) Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan
berat badan ideal
2) Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)
3) Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan
tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk
4) Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe
2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.
5) Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
6) Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan
pembatasan natrium.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan
lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100
mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik
secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk
kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti
jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan
tekanan darah.
Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.
Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-
raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target.
Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit
kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling
berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.
b. Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB),
dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat
ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas
pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas
obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis
kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi
terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping.
Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator
digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat
utama.
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas
bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara
sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit.
Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu
berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah
menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan
biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah
diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat
reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat
antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan.
Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian
obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila
tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan
untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko
untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes,
disfungsi autonomik, dan lansia.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. pengertian Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang di berikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyleseikan masalah
kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status
kesehatan saat ini (riwayat penyakit sekarang), status kesehatan masa lalu
(riwayat penyakit dahulu), dan status kesehatan keluarga (riwayat penyakit
keluarga).
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila di
dalam keluhan utama tidak dijelaskan bagaiman bisa keluhan utama
dalam hipertensi itu muncul, maka di dalam riwayat penyakit sekarang
dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai keluhan yang
lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah bagaimana proses
keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang telah
dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang
muncul akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan),
bagaimana prosesnya sampai pasien dibawa ke rumah sakit. Misalnya
jika dalam hipertensi ini biasanya pasien merasa pusing. Hal-hal yang
ditanyakan meliputi:
1) Gambaran pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien
2) Kapan rasa pusing itu muncul?
3) Apakah yang menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah yang
dialami oleh pasien bertambah parah?
4) Apakah pasien telah menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan
gejala dari hipertensi tersebut?
5) Apakah efek samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak terhadap
rasa pusing atau sakit kepala yang dirasakan?
6) Dan sebagainya.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang
pernah diderita berdampak pada penyakit yang muncul pada pasien saat
ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya pasien punya riwayat
hipertensi dan pernah MRS dengan keluhan yang sama. Selain itu perlu
ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor
keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hipertensi
sebelumnya. Pengkajian pada riwayat kesehatan keluarga ini jangan
lupa sertakan genogram.
Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaab kesehatan
Pasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila ada
salah satu keluarganya yang sakit langsung dibawa ke RS.
2. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
1) Makan : 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi
2) Minum : 6-7 gelas sehari (air putih dan teh)
b. Selama sakit
1) Makan : 2 x 1 sehari, diit BKRG dari RS, habis ½ porsi
2) Minum : 5-6 gelas ukuran 200 cc, infus ±900 cc jenis RI
3. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
1) BAB normal ± 2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning.
2) BAK normal ± 6-8 kali sehari, warna kekuning-kuningan.
b. Selama sakit
1) BAB cair ± 1-2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning, bau khas.
2) BAK cair 6-8 kali sehari, bau khas.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sebelum sakit
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan
Diri
Makan/ √
Minum
Mandi √
Torleting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur
Berpindah √
Ambulasi/ √
Rom
2) Selama sakit
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan
Diri
Makan/ √
Minum
Mandi √
Torleting √
Berpakaian √
Mobilitas di √
tempat tidur
Berpindah √
Ambulasi √
*Keterangan:
0: Mandiri
1: Dibantu alat
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung
3.1.5 Pathway
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan afterload
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan yang dialami oleh pasien akibat hipertensi
c. Nyeri akut b.d sakit kepala
d. Kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. obesitas
pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran
menset yang tepat dan tehnik yang akurat.
Catat keberadaan , kualitas denyutan sentral dan parifer.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Amati warna kulit,kelembaban,suhu, dan masa pengisian kapiler.
Catat edema umum/tertentu.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi
jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal
priode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman; seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat tidur.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,aktivitas pengalihan.
Kolaborasi:
Berikan obat-obat sesuai dengan indikasi, contoh:
1. Diuretik tiazid, mis. Klorotiazid (diuril); hidroklorotiazid
(Esidrix/hidroDIURIL);bendroflumentiiazid (naturetin);
2. Diuretik loop, mis. Furosemid (lasix); asam etakrinic (edecrin);bumetanid
(burmex);
3. Diuritik hemat kalium, mis, spironolakton (aldactone); triamterene
(dyrenium); amilioride (midamore);
4. Inhibitor simpatis, mis, propanolol (inderal); metroponol (lepressor);atenolol
(ternomin); nadolol (corgard); metildopa (aldomet); reserpine (serpasil);
klonidin (catapres);
5. Vasodilator,mis, minoksidil (loniten); hidralazin (apresoline); bloker saluran
kalsium, mis, nifedipin (procardia); verapamil (calan);
6. Agen-agen antiadrenergik; alfa-1 blocker prazosin (minipres); tetazosin
(hytrin);
7. Bloker nuron adrenergik: guanadrel (Hyloree) quanetidin (Ismelin); reserpin
(Serpasil);
8. Inhibitor adrenergik yang kerja secara sentral: klonidin: (Catapres);
guanabens (Wytension); metildopa (Aldomet)
9. Vasolidator kerja-langsung: hidralazin (Apresoline); minoksidil; (Loniten)
10. Vasolidator oral yang bekerja langsung: diazoksid (Hyperstat); nitroprusid;
(Nipride, Nitropess)
11. Bloker ganglion mis., guanetidin (Ismelin); trimetapan (Arfonad). ACE
inhibitor, mis., kaptopril (Capoten)
12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13. Siapkan untuk pembedaan bila ada indikasi
b. Diagnosa Keperawatan 2
Intervensi Keperawatan:
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatiakn frekuensi nadi lebih dari 20 kali
per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan tekanan darah yang nyata selama
atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40mm/Hg atau tekan diastolik
meningkat 20mm/Hg); dispnea atau nyeri nada; keletihan dan kelemahan yang
berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, mis., menggunakan kursi
saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas
dengan perlahan.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat
ditolenransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
c. Diagnosa Keperawatan 3
Intervensi Keperawatan:
Mandiri:
1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut
2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya;
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu
kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.
3. Hilangkan atau minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala, misalnya; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
pendarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan
pendarahan.
Kolaborasi
Berikan sesuai indikasi : analgesik; antiansietas, misalnya; lorazepam (ativan),
diazepam (valium).
d. Diagnosa Keperawatan 4
Intervensi Keperawatan:
Mandiri
1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan.
2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam, dan gula sesuai indikasi.
3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, misalnya
penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.
6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan
dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
7. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan)
Kolaboratif
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi
Berikan S : Pasien
lingkungan mengatakan
tenang, istirahatnya
nyaman, sudah bisa
kurangi maksimal
aktivitas/kerib O : Kondisi
utan lingkungan
lingkungan, pasien
dibatasi kondusif
jumlah sesuai yang
pengunjung diinginkan
dan lamanya A : Teratasi
tinggal. seluruhnya
P:
Intervensi
dilanjutkan
S : Pasien
Telah mengatakan
dipertahankan kondisi
pembatasan dirinya
aktivitas membaik,
2. Intoleran seperti dan lebih
si istirahat di enteng
Aktivitas tempat O : Periode
tidur/kursi; istirahat
jadwal priode pasien tidak
istirahat tanpa terganggu,
gangguan; pasien
bantu pasien kooperatif
melakukan A : Teratasi
aktivitas seluruhnya
perawatan diri P:
sesuai Intervensi
kebutuhan. dilanjutkan
Telah S : Pasein
dilakukan mengatakan
tindakan- nyaman
tindakan yang ketika
nyaman; mendapatka
seperti pijatan n pijatan dari
punggung dan perawat.
leher, O : Pasien
meninggikan terlihat
kepala tempat
tidur. nyaman
A : Teratasi
seluruhnya
P:
Intervensi
dihentikan
3. Nyeri
Telah dikaji
akut
respons
berhubun
pasien S : Pasien
gan
terhadap mengatakan
dengan
aktivitas, baik-baik
sakit
diperhatiakan saja setelah
kepala
frekuensi aktivitas
nadi lebih O : Pasien
dari 20 kali terlihat baik-
per menit baik saja,
diatas TD 140/100
frekuensi mmHg
istirahat; A : Teratasi
peningkatan seluruhnya
tekanan darah P:
yang nyata Intervensi
selama atau dihentikan
sesudah
aktivitas
(tekanan
sistolik
meningkat
40mm/Hg
atau tekan
diastolik
meningkat
20mm/Hg);
dispnea atau
nyeri nada;
keletihan dan
kelemahan
yang
berlebihan;
diaforesis;
pusing atau
4. Perubaha pingsan.
n Nutrisi Telah
Lebih diinstruksika S : Pasien
dari n pasien mengatakan
Kebutuh tentang telah
an Tubuh tehnik melakukan
penghematan yang
energi, mis., diinsruksika
menggunakan n perawat
kursi saat O : Pasein
mandi, duduk terlihat baik
saat menyisir A : Teratasi
rambut atau seluruhnya
menyikat P:
gigi, Intervensi
melakukan dilanjutkan
aktivitas
dengan
perlahan.
Telah
diberikan S : Pasien
dorongan mengatakan
untuk telah
melakukan mencoba
aktivitas atau melakukan
perawatan aktivitas
diri bertahap serta
jika dapat perawatan
ditolenransi, diri sendiri.
diberikan O : Pasien
bantuan terlihat baik
sesuai A : Teratasi
kebutuhan. seluruhnya
P:
Telah Intervensi
diberikan dihentikan
tindakan
S : Pasien
nonfarmakolo
mengatakan
gi untuk
merasa
menghilangka
nyaman
n sakit kepala,
setelah
misalnya;
perawat
kompres
melakukan
dingin pada
tindakan
dahi, pijat
O : Pasien
punggung dan
terlihat
leher, tenang,
redupkan membaik
lampu kamar, A : Teratasi
teknik seluruhnya
relaksasi P:
(panduan Intervensi
imajinasi, dilanjutkan
distraksi) dan
aktivitas
waktu
senggang.
Telah
dihilangkan S : Pasien
atau mengatakan
minimalkan telah
aktifitas melakukan
vasokontriksi apa yang
yang dapat diinsruksika
meningkatkan n perawat
sakit kepala, O : Pasien
misalnya; terlihat
mengejan saat membaik
BAB, batuk A : Teratasi
panjang, seluruhnya
membungkuk. P:
Intervensi
dilanjutkan
Telah
ditunjukkan
perubahan
S : Pasien
pola makan
mengatakan
(misalnya
paham
pilihan
mengenai
makanan,
pola makan
kuantitas, dan
yang baik
sebagainya),
O : Pasien
mempertahan
terlihat
kan berat
kooperatif
badan yang
A : Teratasi
diinginkan
seluruhnya
dengan
P:
pemeliharaan
Intervensi
kesehatan
dihentikan
optimal.
Telah
diinstrksikan
Melakukan
atau
mempertahan S : Pasien
kan program mengatakan
olahraga yang akan bersaha
tepat secara olahraga
individual. O : Pasein
kooperatif
A : Teratasi
seluruhnya
P:
Intervensi
dihentikan
4.1 kesimpulan
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal atau
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu
hipertensi primer atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara
pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu,
misalnya penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis,
diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali),
koarktasioaorta.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan hipertensi dimulai
dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak
memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita
hipertensi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika harus
mengkonsumsi obat-obatan, lebih baik jika disertai dengan perubahan gaya hidup yang
dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.
DAFTAR PUSTAKA