Anda di halaman 1dari 52

Makalah Hipertensi

BAB I
PENDAHULUAN
ar belakang
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan
berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bustan MN,
2007). American Society of Hypertension (ASH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu
sindrom kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan. Kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang diperkirakan sekitar
80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15
milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15
juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang
dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka
cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor
risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial.
Data statistik kesehatan di Amerika menyebutkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa
menderita hipertensi. Apabila penyakit ini tidak terkontrol, maka akan menyerang organ target,
dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Data
Riskesdas (2010) juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah
stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua
umur di Indonesia (Depkes, 2010). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2008, penyakit hipertensi menempati peringkat pertama untuk penyebab
kematian terbesar pada puskesmas sentinel dengan jumlah kasus mencapai 63,66% sedangkan
pada tahun 2009, hipertensi menempati peringkat pertama dengan jumlah penderita mencapai
49,56%. Prevalensi penyakit hipertensi cenderung mengalami peningkatan di Kabupaten
Jeneponto, salah satu puskesmas dengan jumlah penderita hipertensi tertinggi di Kabupaten
Jeneponto terdapat di Puskesmas Bangkala. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas
Bangkala menunjukkan bahwa jumlah kasus hipertensi meningkat dari tahun 2011 hingga tahun
2012. Pada tahun 2011 sebanyak 997 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 1.260 kasus. (Mannan,
H.2012).

1.2 Rumusa masalah


a. Apa yang diketahui tentang penyakit hipertensi pada lansia?
b. Apa saja factor-faktor yang dimasukkan sebagai factor resiko hipertensi?
c. Bagaimana patofisiologi pada hipertensi lansia?
d. Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada penderita penyakit hipertensi?
1.3 Tujuan kegiatan
a. Mengetahui penyakit hipertensi pada lansia
b. Memahami factor-faktor yang dimasukkan sebagai factor hipertensi
c. Mengetahui partofisiologi penyakit hipertensi pada lansia
d. Memahami rencana asuhan keperawatan pada penderita penyakit hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Etiologi
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada
arteri. Tekanan dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan
dengan kenaikan tekanan diastolik, tekanan sistolik, atau kedua-duanya secara terus-menerus.
Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan dalam arteri bila jantung
berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi merupakan penyakit kronik
degeneratif yang banyak dijumpai dalam praktek klinik sehari-hari.15 Menurut Joint National
Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure tahun 2003,
hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat
keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah tinggi sampai maligna atau sekunder,
terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki.16
Peningkatan tekanan darah memberikan gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti
stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), dan hipertrofi
ventrikel kanan (untuk otot jantung). Hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa
kematian yang tinggi, dengan target organ di otak yang berupa stroke.
Cara meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
2. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang
pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan
kaku karena atherosklerosis.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Utara, U. S. (2010).

B. Faktor-faktor yang dapat dimasukkan sebagai faktor risiko hipertensi adalah:


1. Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya seiring
bertambahnya umur. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat.
Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala umur, namun paling sering dijumpai pada orang
berumur 35 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah,
dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu
terjadinya hipertensi.
2.Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup
bervariasi.9 Hingga usia 55 tahun lebih banyak ditemukan pada pria. Namun setelah terjadi
menopause (biasanya setelah usia 50 tahun), tekanan darah pada wanita meningkat terus, hingga
usia 75 tahun tekanan darah tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria.16 Hal ini
disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.35 Berdasarkan hasil penelitian
Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada wanita jika dibandingkan dengan pria
adalah 0,79.
3. Etnis
Penelitian klinis yang melibatkan sejumlah besar orang menunjukkan bahwa orang keturunan
Afrika atau Afro-Karibia memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibandingkan orang Kaukasia
(berkulit putih). Hipertensi pada orang keturunan Afrika lebih sensitif terhadap garam dalam
pola makan, yang diperkirakan berkaitan dengan sistem renin-angiotensin. Orang berkulit hitam
memiliki kadar renin yang lebih rendah.
4. Hereditas
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) mempertinggi risiko
terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan
penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.9 Penelitian menunjukkan bahwa
tekanan darah seorang anak akan lebih mendekati tekanan darah orangtuanya bila mereka
memiliki hubungan darah dibandingkan dengan anak adopsi. Hal ini menunjukkan bahwa gen
yang diturunkan, dan bukan hanya faktor lingkungan (seperti makanan atau status sosial),
berperan besar dalam menentukan tekanan darah.31 Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto
(2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki riwayat keluarga
hipertensi jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi adalah
6,29.
5. Stres Psikologis
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung,
bingung, cemas, berdebar-debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.
6. Pola Makan
a. Mengonsumsi garam dan lemak tinggi. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi
terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Garam
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel agar tidak
keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian
Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada responden yang memiliki kebiasaan
mengonsumsi makanan asin jika dibandingkan dengan yang tidak adalah 4,57.9 Lemak trans
(ditemukan pada makanan yang diproses, misalnya biskuit dan margarin) dan lemak jenuh
(ditemukan pada mentega, cake, pastry, biskuit, produk daging, dan krim) telah terbukti dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah
b. Jarang mengonsumsi sayur dan buah
Vegetarian mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pemakandaging dan diet
vegetarian pada penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah.

7. Gaya Hidup
a. Olahraga tidak terarur
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR
hipertensi pada responden yang tidak memiliki kebiasaan berolah raga jika dibandingkan dengan
yang memiliki kebiasaan berolah raga adalah 2,35.
b. Kebiasaan merokok
Selain dari lamanya kebiasaan merokok, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok
yang diisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan
hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses atherosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segera setelah
isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-
pembuluh darah amat kecil di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Berdasarkan hasil penelitian
Sugiharto (2007),
c. Mengonsumsi alcohol
Mengonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol perhari meningkatkan risiko
mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan
darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka
panjang, minum minuman beralkohol berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.
Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto (2007), menunjukkan bahwa OR hipertensi pada
responden yang sering mengonsumsi alkohol (3 kali/ minggu) jika dibandingkan dengan yang
jarang mengonsumsi alkohol adalah 4,86.
8. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengonsumsi makanan yang mengandung
tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin
besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan
ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi
meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. (Utara, U. S. (2010).
C. PATOFISIOLOGI
Hipertensi Pada Lansia Dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur
anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan
pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plague yang
menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah
menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dekompensasi dengan peningkatan
upaya pemompaan jantung yang memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi.
Tekanan darah tinggi biasa ditemui pada pasien yang sudah berusia lanjut (lansia).
Hal ini erat hubungannya dengan proses menua pada seseorang. Di sini terjadi perubahan berupa
berkurangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga terjadi kekakuan pembuluh darah. Keadaan
ini diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak di lapisan dalam pembuluh darah. Tekanan
darah tinggi pada orang lansia yang sering tampak adalah bagian sistol, atau yang terekam paling
atas dari alat pengukur tekanan darah.
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik Terisolasi
(HST), dan pada umumnya merupakan hipertensi primer. Adanya hipertensi, baik HST maupun
kombinasi sistolik dan diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang
lanjut usia. (Utara, U. S. (2010).

D. Klasifikasi hipertensi / pengelompokan hipertensi:


1. Menurut kasusnya :
a. Hipertensi esensial merupakan penyakit multifaktor yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Pengaruh faktor gentik ini sangat bervariasi, dilaporkan sekitar 15% pada populasi
tertentu sampai dengan 60% pada populasi lainnya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
tekanan darah antara lain obesitas, stres, peningkatan asupan natrium, konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan lain-lain.28 Pada hipertensi esensial, diastolik meninggi saat berdiri, penurunan
menunjukkan hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder, adalah jika penyebabnya diketahui. Pada sekitar 5- 10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1- 2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal
atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Hipertensi sekunder juga bisa disebabkan oleh
penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), dan
sindroma Cushing.
2. Menurut gangguan tekanan darah
a. Hipertensi sistolik; peninggian tekanan darah sistolik saja
b. Hipertensi diastolik; peninggian tekanan diastolik.
3. Menurut beratnya atau tingginya peningkatan tekanan darah
a. Hipertensi ringan
b. Hipertensi sedang
c. Hipertensi berat. (Utara, U. S. (2010)
E. TANDA DAN GEJALA
Hipertensi adalah penyakit yang biasanya tanpa gejala. Namun demikian,
secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan, dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Retina merupakan bagian tubuh yang secara
langsung bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah
kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan
yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa
retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati),
maka bisa ditentukan beratnya hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, maka dapat menunjukkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas,
gelisah, dan pandangan menjadi kabur. (Utara, U. S. (2010).

F. PENCEGAHAN HIPERTENSI
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial yaitu usaha pencegahan predisposisi terhadap hipertensi, belum terlihat
adanya faktor yang menjadi risiko hipertensi, contoh adanya peraturan pemerintah membuat
peringatan pada rokok, dengan melakukan senam kesegaran jasmani untuk menghindari
terjadinya hipertensi.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi,
dimana dilakukan penyuluhan faktor-faktor risiko hipertensi terutama pada kelompok risiko
tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah untuk mengurangi insidensi penyakit dengan cara
mengendalikan penyebab-penyebab penyakit dan faktor-faktor risikonya. (Utara, U. S. (2010).

G. PATHWAY
Ii, B. A. B., & Pengertian, A. (2003).
H. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA GERIATRI

Banyak penelitian menunjukkan bahwa pentingnya terapi hipertensi pada lanjut usia;
dimana terjadi penurunan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler dan
serebrovaskuler.1,2 Sebelum diberikan pengobatan, pemeriksaan tekanan darah pada lanjut usia
hendaknya dengan perhatian khusus, mengingat beberapa orang lanjut usia menunjukkan
pseudohipertensi (pembacaan spigmomanometer tinggi palsu) akibat kekakuan pembuluh darah
yang berat. Khususnya pada perempuan sering ditemukan hipertensi jas putih dan sangat
bervariasinya TDS.
A. Sasaran tekanan darah
Pada hipertensi lanjut usia, penurunan TDD
hendaknya mempertimbangkan aliran darah ke otak, jantung dan ginjal. Sasaran yang diajukan
pada JNCVI dimana pengendalian tekanan darah (TDS<140 mmHg dan TDD<90mmHg)
tampaknya terlalu ketat untuk penderita lanjut usia. Sys-Eur trial merekomendasikan penurunan
TDS < 160 mmHg sebagai sasaran intermediet tekanan darah, atau penurunan sebanyak 20
mmHg dari tekanan darah awal.
B. Modifikasi pola hidup
Mengubah pola hidup/intervensi non farmakologis pada penderita hipertensi lanjut usia, seperti
halnya pada semua penderita, sangat menguntungkan untuk menurunkan tekanan darah.
Beberapa pola hidup yang harus diperbaiki adalah : menurunkan berat badan jika ada
kegemukan, mengurangi minum alcohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik, mengurangi
asupan garam, mempertahankan asupan kalium yang adekuat, mempertahankan asupan kalsium
dan magnesium yang adekuat, menghentikan merokok, mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol.

C. Terapi farmakologis

Umur dan adanya penyakit merupakan faktor yang akan mempengaruhi metabolisme dan
distribusi obat, karenanya harus dipertimbangkan dalam memberikan obat antihipertensi.
Hendaknya pemberian obat dimulai dengan dosis kecil dan kemudian ditingkatkan secara
perlahan. Menurut JNC VI1 pilihan pertama untuk pengobatan pada penderita hipertensi lanjut
usia adalah diuretic atau penyekat beta. Pada HST, direkomendasikan penggunaan diuretic dan
antagonis kalsium. Antagonis kalsium nikardipin dan diuretic tiazid sama dalam menurunkan
angka kejadian kardiovaskuler. (RA. Tuty Kuswardhani. (n.d.).

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Mei 2012 di bangsal multazam B11, Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta. Data diperoleh dari pasien, keluarga, dan catatan medik
1. Identitas diri
Pasien Nama Tn. H, Umur 60 tahun, jenis kelamin laki laki. Alamat betongan, 01/07, mangu,
ngemplak, boyolali, status perkawinan sudah menikah, agama Islam, suku jawa, pendidikan SD,
pekerjaan sebagai petani, No. RM 068309, Diagnosa medik Hipertensi.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh kepalanya pusing. Riwayat kesehatan sekarang sebelum dibawa ke Rumah
Sakit pasien mengeluhkan kepalanya terasa pusing, perut terasa mual,muntah bercampur darah,
dan tangan terasa kesemutan. Kemudian oleh keluarga Tn. H langsung di bawa ke Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta agar segera mendapatkan penanganan lebih lanjut. Riwayat
kesehatan dahulu 9 tahun yang lalu Tn. H pernah di rawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta karena kecelakan.
B. Analisa Data
No Data fokus Problem Etiologi
1. DS : Pasien mengatakan kepala Gangguan perfusi jaringan Peningkatan tekanan
terasa pusing, tengkuk serebral Intrakranial
terasa kaku, tangan terasa
kesemutan ( jimpe jimpe
)
DO: Pasien tampak lemas, mata
sulit untuk di buka,
Tekanan darah 170/110
mmHg, Nadi; 92 x/mennit,
pernapasan; 24 x/menit,
suhu 36,8 c

DS2.: Pasien mengatakan Nutrisi kurang dari Intake yang tidak adekuat
makan hanya habis kebutuhan tubuh
porsi tenggorokanya sakit
saat menelan.
DO : Mukosa bibir kering, Berat
badan sebelum sakit 75
kg.
Status nutrisi:
a. Antropometri: Berat
badan:75kg, Tinggi badan:
170 cm
Indeks Masa Tubuh
( IMT ) : 25,95
b. Biochemical Data: Hb 14,6
g/dl., Hematokrit 42,7,
Trombosit 285.000, GDS
152 mg/dl.
c. Clinical Sign:Kesadaran
compos mentis, keadaan
lemah,turgor kulit baik
d. Dietary:BRG 1
3.DS: Pasien mengatakan tangan Intoleransi aktivitas Kelemahan fisik
kirinya sulit untuk
digerakkan (mengeggam ),
belum bisa duduk, kaki
juga masih kaku untuk
digerakkan, belum bisa
banyak gerak
DO: Semua kebutuhan pasien
dibantu oleh keluarga

C. Diagnosa dan intervensi keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan ; Tidak terjadi kerusakan jaringan
KH ; Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, Mengikuti regimen
farmakologi yang diresepkan
Intervensi ; a. Mempertahankann tirah baring selama fase akut
b. Pantau tanda tanda vital
c. Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, Misal ; kompres dingin pada
dahi, beri pijatan di leher atau punggung
d. Ajarkan teknik relaksasi
e. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
Misal ; mengejan saat buang air besar, batuk panjang, membungkuk f. Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian terapi analgetik.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan intake
yang tidak adekuat ( Doengoes, 2003 )
Tujuan ; Kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, peningkatan nafsu makan, mukosa bibir
lembab tidak terjadi penurunan berat badan.
KH ; Nafsu makan dapat meningkat, dapat mengabis kan diit dari rumah sakit, Timbang berat
badan setiap hari
Intervensi: a. Beri makan dalam porsi sedikit tapi sering
b. Kaji ulang pola makan pasien
c. Motivasi pasien untuk makan
d. Awasi pemasukan diit
e. Beri hygiene oral sebelum dan sesudah makan
f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemenuhan nutrisi bagi pasien
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan ; Dapat melakukan aktivitas
secara mandiri
KH ; Hasil aktivitas dapat dilakukan secara optimal, aktivitas dapat dilakukan sendiri
Intervensi ; a. Observasi keadaan umum
b. Kaji tingkat aktivitas pasien
c. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
d. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan
e. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi (Rumah,
M., Pku, S., & Surakarta, M. (2012).
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas intervensi yang
disusun sebelumnya, maka tindakan untuk diagnosa 1 tindakan keperawatan yang telah
dilakukan adalah: melakukan pengkajian dan menanyakan keluhan pasien, melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital, mengajarkan teknik napas dalam, memberikan tindakan
nonfarmakologis yaitu memberikan pijatan pada pundak, memberikan obat oral analsik 2 x 2 mg
dalam 24 jam, memberikan injeksi gastrofer 25 mg/ 12 jam obat masuk melalui selang infus.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas intervensi yang
disusun sebelumnya, untuk diagnosa 2 tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu:
mengobservasi keadaan umum pasien, menanyakan keluhan pasien, memberikan makanan
ringan tambahan pada pasien sesuai dengan diit hipertensi. memberikan injeksi dexametazone 5
mg/8 jam obat masuk melalui selang infus, carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan
brain act 250 mg/12 jam obat masuk melalui selang infus, mengobservasi keadaan umum pasien.
Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk diagnosa ke 3 adalah melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dan menanya keluhan
pasien, memberikan injeksi dexa 5 mg/8 jam, carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam,
obat masuk melalui selang infus, memberikan mengajarkan pasien untuk menggerakkan
tangannya dan menekukkan kaki, membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya membantu
pasien untuk duduk, menganjurkan keluarga untuk selalu membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhannya. (Rumah, M., Pku, S., & Surakarta, M. (2012).
E.Evaluasi Keperawatan
Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal yaitu (
130/90 mmHg - 140/95 mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala masih pusing,
masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg, sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian
dan penulis memodifikasi planning yaitu dengan memberikan ruangan dan suasana yang tenang
dan nyaman dengan cara membatasi pengunjung, tidak membiarkan semua keluarga untuk
menungguhi pasien.
Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis harapkan nafsu makan dapat meningkat dan
bisa menghabisakan diit menjadi 2/3 porsi, pasien mengatakan nafsu makan sudah
bertambah,mampu menghabiskan makanan sebanyak 2/3 porsi, tenggorokan sudah tidak sakit
saat menelan, sehingga masalah keperawatan teratasi, penulis menambahkan rencana yaitu
dengan menghidangkan makanan selagi hangat dan akan mempertahankan rencana tersebut.
Diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik criteria hasil
yang penulis harapkan yaitu pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara optimal. Pasien bisa
berganti posisi tidur dengan cara miring ekstremitas atas dan bawah sudah bisa digerakkan.
Sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian, maka penulis masih akan mempertahankan
rencana keperawatan yaitu dengan mendekatkan semua barang yang dibutuhkan didekat pasien
agar pasien tidak tergantung dengan orang lain. (Rumah, M., Pku, S., & Surakarta, M. (2012).
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Hipertensi merupakan penyebab paling penting untuk timbulnya penyakit kardiovaskuler-
renal. Prevalensi hipertensi semakin meningkat dengan bertambahnya usia, dan pemberian obat-
obatan terbukti sangat bermanfaat untuk mengobati hipertensi. Namun hanya pendekatan
pengobatan saja tidak dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler-renal akibat hipertensi
di masyarakat. Selanjutnya sangatlah sulit untuk menjamin bahwa semua pasien hipertensi sudah
terdeteksi dan diberikan pengobatan secara adekuat. Banyak obat=obat untuk hipertensi yang
harganya cukup mahal dan tidak mungkin terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
Pencegahan merupakan faktor penting untuk mencegah terjadinya komplikas dan kematian.
Pengobatan bersifat individualistis dan sepanjang masa dengan tetap memperhatikan perubahan
gaya hidup. (Budisetio, M. (2007).
DAFTAR PUSTAKA

Utara, U. S. (2010). Universitas Sumatera Utara 70, 2010.


Mannan, H. (2012). Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto
Tahun 2012, 113.
Ii, B. A. B., & Pengertian, A. (2003). No Title, 659.
RA. Tuty Kuswardhani. (n.d.). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal Penyakit Dalam FK
Unud, 7(2), 135140.
Rumah, M., Pku, S., & Surakarta, M. (2012). Asuhan keperawatan pada tn. h dengan hipertensi di bangsal multazam
rumah sakit pku muhammadiyah surakarta naskah publikasi ilmiah.
Budisetio, M. (2007). Pencegahan dan pengobatan hipertensi pada Penderita usia dewasa, 101107

Gizi pada Penderita Hipertensi

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang
tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif, termasuk penyakit jantung
(Congestif Heart Failure CHF), gagal ginjal (end stage renal disease), dan penyakit pembuluh darah
perifer. Hipertensi sering disebut a silent killer sebab penderita hipertensi dapat saja tidak menunjukkan
gejala hipertensi (asymptomatic) selama bertahun-tahun dan tiba-tiba mendapat serangan stroke atau
jantung yang fatal. Meskipun tidak ada pengobatan untuk keadaan ini, tetapi tindakan prevensi dan
manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan kekambuhan penyakit.

Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer Disease CVD) pada 2 dekade terakhir
menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya hidup
(lifestyle) berperan penting baik untuk mencegah hipertensi primer maupun manajemen hipertensi. Dari
seluruh penderita hipertensi, 90-95%-nya adalah penderita hipertensi esensial atau hipertensi primer, yang
penyebabnya tidak diketahui. Hampir bisa dipastikan disebabkan oleh banyak faktor, termasuk disfungsi
ginjal. 5% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder yang penyebabnya adalah penyakit lain,
biasanya penyakit endokrin. Karena berkaitan dengan penyakti lainnya, hipertensi jenis ini dapat
disembuhkan.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Definisi umum hipertensi adalah apabila tekanan sistolik (SBP) adalah 140 mm Hg atau lebih,
atau tekanan diastolik adalah 90 mm Hg atau lebih, atau pun kombinasi keduanya. Artinya, tekanan dalam
pembuluh darah secara konsisten berada di atas normal. Hipertensi terjadi bila diameter arteri berkurang
atau bila volume darah yang melalui arteri meningkat. Hipertensi sering merupakan gejala yang menyertai
penyakit jantung, ginjal, dan ketidakseimbangan hormon.

Gejala hipertensi tidak sama pada setiap orang. Gejala umumnya adalah sakit kepala, mudah
marah, telinga berdengung, mata berkunang-kuang, sukar tidur, sesak napas, dan pusing. Akan tetapi
gejala yang khas adalah sakit kepala yang dirasakan ada di sekitar tengkuk dan muncul di pagi hari dan
mulai menghilang seiring dengan tingginya matahari. Ciri khas lain adalah sakit kepala berupa pusing
yang tidak berdenyut tetapi terasa berat dan tegang.Berdasarkan Laporan ke-6 dari Joint National
Committee on Detection, Evaluation, and treatment of High Blood Pressure (JNC VI) hipertensi
diklasifikasikan pada tahapan / tingkatan (stage) berdasarkan risiko perkembangan penyakit
kardiovaskuler (CVD).

Tabel 1. klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa (18 tahun)

Tekanan Darah (mm Hg)

Kategori
Sistolik Diastolik

Optimal <120 dan <80

Normal <130 dan <85

Normal-tinggi 130 139 atau 85 89

Hipertensi

Stage I 140 159 atau 90 99

Stage 2 160 179 atau 100 109

Stage 3 180 atau 110


Keterangan:

Tekanan sistolik: tekanan darah yang terjadi saat jantung berkontraksi.

Tekanan Diastolik: tekanan yang terjadi saat jantung relaksasi atau saat darah masuk ke jantung.

Kategori normal tinggi juga disertakan sebab mereka yang termasuk di sana tergolong berisiko
tinggi terkena hipertensi primer dan penyakit kardiovaskuler. Hipertensi stage I (140-159 / 90-99 mm Hg)
merupakan level yang paling tinggi prevalensinya pada orang dewasa. Dengan kata lain, kelompok ini
adalah kelompok yang memiliki risiko infark pada myocardial (myocardial infarction) atau stroke. Tujuan
klasifikasi adalah arbitrary karena setiap stage peningkatan tekanan datah adalah berhubungan dengan
peningkatan insidensi CVD dan penyakit ginjal. Oleh sebab itu, normalisasi tekanan darah penting
dilakukan bagi setiap stage hipertensi.

MORBIDITAS DAN MORTALITAS


Meskipun hipertensi sering terjadi asimptomatik (tanpa gejala), bukan berarti penyakit ini bisa
disepelekan. Efek kronisnya dapat menyerang sistem kardiak (jantung), serebrovaskuler, dan renal
(ginjal).

Tabel 2. Manifestasi Hipertensi terhadap Organ Target


Sistem Organ Manifestasi

Secara klinis, elektrokardiografis, atau radiologis memperlihatkan bukti adanya penyakit pada
arteri koroner; hipertrofi pada ventrikel kiri; malfungsi pada ventrikel kiri atau gagal jantung.

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan tenaga ekstra keras.
Kardiak Otot jantung akan semakin menebal dan lemah sehingga kehabisan energi untuk memompa
(jantung) lagi. Parahnya lagi apabila terjadi penyumbatan pembuluh akibat aterosklerosis. Gejalanya
yaitu pembangkakan pada pergelangan kaki (swollen ankles), peningkatan berat badan, dan
napas tersengal-sengal.

Serangan ischemic sementara atau stroke

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh darah sulit
dilatasi sehingga aliran darah menuju otak kekurangan oksigen (hipoksia). Keadaan otak
Serebrovaskuler hipoksia ini mengakibatkan serangan yang disebut stroke. Pembuluh darah di otak juga sangat
sensitif sehingga ketika semakin melemah maka menimbulkan pendarahan akibat pecahnya
pembuluh darah (stroke haemorrhagic).

Ketiadaan satu atau lebih denyut nadi secara ekstrim (selain dorsalis pedis) dengan atau tanpa
Perifer
claudication yang sebentar-sebentar; aneurysm.

Serum creatinin >130 mcg/L (1,5 mg/dL); proteinuria (+1 atau lebih); micro-albuminemia.

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa yang tidak
diperlukan tubuh. Ketika tekanan ginjal terlalu tinggi, pembuluh darah kecil akan rusak. Ginjal
Renal
juga tidak mampu lagi menyaring dan mengeluarkan sisa. Umumnya, gejala kerusakan ginjal
tidak segera tampak. Namun jika dibiarkan, komplikasinya menimbulkan masalah serius.

Pendarahan (haemorrhages) atau penetesan darah, dengan atau tanpa papilledema.

Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah di belakang mata.
Retinopathy
Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.

Sumber: JNC V, Arch Intern Med 153:149, 1993.

Menurut AHA (2001) tekanan darah tinggi merupakan penyebab primer atau penyebab
kontributor pada 227.000 kasus kematian dari 2 juta kasus kematian pada tahun 1999. Antara tahun 1989
dan 1999, tingkat kematian akibat hipertensi yang berhubungan dengan usia, meningkat menjadi 21%;
kematian akibat hipertensi secara keseluruhan juga meningkat menjadi 46%. Tingkat kematian akibat
hipertensi pada ras kulit hitam adalah 4 kali lebih tinggi daripada ras kulit puih. Atherosklerosis,
penyebab CVD merupakan efek langsung hipertensi pada kegagalan organ. Pada pria usia baya,
peningkatan 20% mm Hg pada SBP meningkatkan risiko kematian akibat CVD sebesar 60%. Akibatnya,
50% penderita hipertensi meninggal karena jantung koroner (Coronary Heart Disease CHD), 33%
karena stroke, dan 10-15% karena gagal ginjal. Stroke dan infark myocardial, juga berkontribusi dalam
morbiditas hipertensi; antara 500.000 hingga 1 juta penderita setiap tahunnya.

Saat darah mengalir dengan tekanan tinggi, maka hal ini berpotensi merusak pembuluh darah dan
menyebabkan penumpukan platelet yang kemudian membentuk mikrotrombi. Mikrotrombi ini
menyebabkan lemak dan kolesterol tertahan dan menumpuk sehingga terbentuklah plak. Plak ini
menyebabkan penurunan fleksibilitas pembuluh darah sehingga pembuluh darah sulit melakukan vaso
konstriksi (menyempit) dan vaso dilatasi (meregang). Dengan demikian, laju aliran darah pun semakin
berkurang dan tekanan darah semakin meningkat. Konsekuensinya timbul kerusakan dan gangguan pada
organ-organ tubuh.

Faktor-faktor yang mengindikasikan prognosis buruk hipertensi

Ras kulit hitam

Muda

Pria

DBP >115 mm Hg secara persisten

Merokok

Diabetes Mellitus

Hiperkolesterolemia

Obesitas

Mengkonsumsi alkohol berlebihan

Terlihat penyakit pada organ target

PENYEBAB HIPERTENSI
Tekanan darah merupakan fungsi dari output jantung yang dapat digandakan oleh resistensi
perifer (resistensi pada pembuluh darah terhadap aliran darah). Diameter pembuluh darah secara nyata
mempengaruhi tekanan darah. Ketika dimater pembuluh darah mengecil (seperti pada kasus
atherosklerosis), maka terjadi peningkatan resistensi dan tekanan darah. Sebaliknya, ketika diameter
pembuluh darah membesar (seperti pada terapi obat vasodilator), resistensi menurun dan tekanan darah
menurun.

Banyak sistem untuk mengontrol homeostasis darah. Regulator utama adalah sistem syaraf
simpatis (untuk kontrol jangka pendek) dan ginjal (untuk kontrol jangka pnajang). Sebagai renspon dalam
penurunan tekanan darah, syaraf simpatis mengeluarkan noreepinephrine, suatu vasokonstriktor, yang
membuat arteri kecil dan arteriola meningkatkan resistensi dan meningkatkan tekanan darah. Ginjal
meregulasikan tekanan darah dengan mengontrol volume cairan ekstraseluler dan menyekresi renin yang
dapat mengaktivasi sistem renin-angiotensin.

Ketika sistem regulasi terganggu, terjadilah hipertensi. Penyebab yang paling mungkin adalah
sistem syaraf simpatis yang hiperaktif, sistem renin-angiotensin yang terstimulasi, pola makan rendah
potassium/kalium, dan penggunaan obat golongan cyclosporine. Seluruh faktor ini menyebabkan
terjadinya vasokonstriksi, yang berdampak pada ischemia atau perubahan pada arteri. Ada juga
kemungkinan faktor neurohormonal dan intrarenal yang menyebabkan abnormal tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus hipertensi, terjadi peningkatan resisten perifer. Resistensi ini memaksa ventrkel kiri
jantung meningkatkan usahanya dalam memompa darah ke seluruh sistem. Seiring waktu, terjadilah
hipertrofi ventrikuler dan akhirnya terjadi gagal jantung bawaan (Congestif Heart Failure CHF).

Sebagian besar hipertensi tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Biasanya disebut dengan
hipertensi primer, hipertensi esensial, atau hipertensi idiopatik. Akan tetapi ada beberapa hal yang
mungkin menjadi faktor pendorong hipertensi, yaitu: faktor keturunan, hiperaktif susunan syaraf simpatik,
sistem rennin-angiotensin, defek dalam ekstraksi natrium, peningkatan natrium dan kalsium intraseluler,
dan faktor gaya hidup (kebiasaan makan, alkohol, dan rokok).

Ada pula jenis hipertensi yang telah diketahui penyebabnya, tipe ini disebut hipertensi sekunder
atau hipertensi renal. Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
kelebihan berat badan, kelebihan kolesterol (dislipidemia), dan hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan.

FAKTOR RISIKO HIPERTENSI


1. Riwayat Kesehatan Keluarga (genetik)

Apabila ada di keluarga Anda seorang wanita yang berusia di bawah 65 tahun atau pria berusia di bawah
55 tahun menderita penyakit jantung, risiko Anda terkena hipertensi akan semakin besar.
2. Ras

Ras afro atau African-American memiliki tekanan darah yang cukup tinggi dibandingkan dengan ras
caucasian (kulit putih). Mereka juga cenderung sensitif terhadap natrium. Umumnya, hipertensi
menyerang mereka di usia muda. Oleh karena itu, mereka berisiko tinggi terhadap penyakit jantung,
stroke, dan ginjal.

3. Kelebihan Berat Badan

Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan kelompok etnik di
semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi
pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk
wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT
<25 (status gizi normal menurut standar internasional). Risiko perkembangan hipertensi pada obesitas
adalah 2 kali lebih tinggi daripada orang dengan berat badan normal (JNC, 1993). Dua puluh hingga 30%
hipertensi terlihat pada negara-negara yang memiliki prevalensi overweight tinggi. Peningkatan berat
badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Penelitian firmingham
menyebutkan bahwa setiap kenaikan 10% berat badan, maka terjadi peningkatan tekanan darah sebesar 7
mm Hg. Penelitin yang lain menyebutkan, rata-rata, setiap kenaikan berat badan 0,5 kg akan
meningkatkan tekanan sistolik 1 mm Hg dan diastolik 0,5 mm Hg. Sementara Davis (1993) menyatakan
bahwa pada pria, peningkatan 10% berat badan, maka tekanan darah akan meningkat sebesar 6,6 mmHg.
Selain itu, kelebihan lemak tubuh dapat meningkatkan volume plasma, menyempitkan pembuluh darah,
dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat.

Perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan
darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi syaraf simpatis dan sistem rennin-
angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal (Hall, 1994). Peningkatan konsumsi energi juga
meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretic potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium
dan peningkatan tekanan darah secara terus menerus. Penurunan berat badan resistensi vaskuler, total
volume darah, output kardiak, dan aktivitas sistem syaraf simpatis; penekanan sistem rennin-angiotensin;
dan meningkatkan resistensi insulin (NIH, 1998).

Sebagai bukti peningkatan prevalensi overweight di Amerika Serikat, manajemen berat badan
merupakan usaha utama yang dilakukan oleh banyak orang, terutama perempuan. Intervensi untuk
mencegah peningkatan berat badan sebaiknya dilakukan secara berkelompok sebelum mereka mencapai
usia paruh baya. Pada wanita kulit hitam, usia dewasa merupakan usia kritis dalam intervensi ini.
Screening BMI direkomendasikan dilakukan pada semua orang dewasa. BMI di bawah 30 merupakan cut
off obesitas, dan disarankan konsultasi kepada ahli gizi.
Identifikasi dini pada anak-anak yang berpotensi hipertensi juga disarankan. Komposisi lemak tubuh
>25% pada anak laki-laki dan >30% pada anak perempuan, meningkatkan risiko hipertensi. Tujuan utama
intervensi pada anak-anak adalah untuk mencegah adopsi gaya hidup yang salah (overweigt, konsumsi
tinggi garam, dan pola hidup sedentary) yang berhubungan dengan perkembangan hipertensi.

4. Usia

Bagi kebanyakan orang, peningkatan tekanan darah terjadi seseiring dengan bertambahnya usia. Bagi
kaum pria, hal ini terjadi lebih cepat daripada kaum wanita. Pria cenderung memiliki tekanan darah tinggi
saat usia 45-50 tahun, sedangkan wanita cenderung mengalami hipertensi setelah 7-10 tahun setelah
menopause.

5. Sensitivitas terhadap Natrium/sodium

Studi di Fakultas Kedokteran Indiana (2001) menunjukkan bahwa ada golongan orang yang sensitif
terhadap natrium, sehingga tekanan darahnya meningkat apabila mengkonsumsi diet tinggi natrium. Akan
tetapi tidak ada standar sensitif natrium. Studi lainnya menunjukkan bahwa 30% orang Amerika yang
menderita hipertensi disebabkan oleh tingginya konsumsi natrium. Oleh karena itu, National Research
Washington menganjurkan bahwa kebutuhan minimal Natrium adalah 500 mg dan konsumsi
maksimalnya adalah 2400 mg.

Terjadinya hipertensi karena konsumsi natrium juga mungkin dipengaruhi oleh genetik individu dan
kerusakan fisiologis. Individu yang peka terhadap hipertensi mempunyai risiko tinggi jika mengkonsumsi
natrium berlebihan. Orang yang ginjalnya tidak dapat berfungsi normal juga lebih sensitif terhadap
natrium sebab ginjal tidak dapat mengekskresikan natrium ke urin dalam jumlah normal.

6. Rokok

Kebiasaan merokok dapat memperberat kerja jantung sehingga mendorong naiknya tekanan darah.

7. Alkohol
Konsumsi lebih dari 250 ml alkohol sehari dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan otot
jantung, serta menyebabkan kegemukan dan atherosklerosis (penyempitan pembuluh darah). Akibatnya,
mempercepat timbulnya penyakit jantung yang kebih parah.

8. Diabetes dan Dislipidemia

Kedua penyakit ini dapat mempercepat terjadinya atherosklerosis dan meningkatkan tekanan darah.

PREVENSI PRIMER

The National High Blood Pressure Education Program (NHBPEP) adalah salah satu program
prevensi yang paling sukses di abad 20. Melalui usaha-usaha edukasi, deteksi, kewaspadaan, dan
treatment telah dikembangkan selama 30 tahun sejak kemunculannya. Perubahan-perubahan ini
berkontribusi dalam penurunan mortalitas CVD pada periode tersebut.

Pencegahan primer terhadap hipertensi dapat meningkatkan kualitas hidup dan biaya
dihubungkan dengan manajemen medis dan komplikasinya. Strategi kepada populasi adalah untuk
menurunkan tekanan darah yang di atas normal tetapi masih belum sampai dapat dikatakan hipertensi.
Penelitian cohort Framingham menunjukkan bahwa mereka yeng memiliki tekanan darah di atas normal
berhubungan dengan peningkatan risiko CVD. Penurunan tekanan darah sebesar 3 mm Hg akan
menurunkan risiko mortalitas stroke sebesar 8% dan CHD sebesar 5%. Orang-orang yang berisiko tinggi
terhadap hipertensi sangat disarankan untuk mengubah gaya hidupnya menjadi gaya hidup sehat.
Beberapa perubahan gaya hidup sangat penting dilakukan baik dalam mencegah maupun manajemen
hipertensi.

Faktor risiko hipertensi

Tekanan darah normal-tinggi

Riwayat keluarga hipertensi

Ras African-american

Overweight

Konsumsi garam berlebihan

Kurang aktivitas (physical inactivity)


Konsumsi alkohol

Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan manajemen hipertensi

Turunkan berat badan apabila overweight

Batasi konsumsi alkohol sampai tidak lebih dari 30 ml ethanol (misalnya 720 ml bir, 300 ml anggur atau 60 ml whiskey)
per hari untuk pria dan 15 ml untuk wanita dan orang dengan berat badan rendah

Tingkatkan aktivitas fisik aerobik 30-45 menit per hari

Turunkan konsumsi sodium (natrium) maksimal 2,4 g /hari atau 6 g NaCl

Pertahankan asupan potassium (kalium) 90 mmol/hari)

Pertahankan asupan kalsium dan magnesium untuk kesehatan

Berhenti merokok

Turunkan asupan lemak jenuh dan cholesterol untuk kesehatan cardiovaskuler

FAKTOR DIET/MAKANAN

Mengubah empat faktor yang dapat dimodifikasi bermanfaat dalam prevensi primer dan kontrol
hipertensi. Empat faktor tersebut adalah overweight, tinggi konsumsi garam, konsumsi alkohol dan
kurang aktivitas. Sebuah penelitian berupa intervensi 5 tahun terhadap pria dan wanita dengan tekanan
darah normal (normotensive) menunjukkan bahwa perubahan lifestyle menurunkan insidensi hipertensi.

Beberapa studi intervensi gizi, the Trials of Hypertension Prevention (TOHP) dan Dietary
Approach to Stop Hypertension (DASH) mendemostrasikan keberhasilan pencegahan hipertensi dan
menurunkan tekanan darah orang dengan tekanan darah normal-tinggi. Pada studi TOHP, ditargetkan
berat badan berkurang 4,5 kg atau juga dengan pembatasan sodium (target harian 80 mmol atau 80 mEq)
menurunkan insidensi hipertensi. Akan tetapi, perubahan perilaku tidak dikaji lebih lanjut. Sementara
penelitian dengan DASH menunjukkan bahwa diet tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu
nonlemak serta rendah rendah lemak total (Tabel 3), dapat menurunkan SBP rata-rata 6-11 mm Hg. Diet
secara total lebih efektif daripada hanya diet dengan penambahan sayur dan buah.

Tabel 3. Diet DASH*)

Kelompok Porsi sehari Ukuran saji Contoh dan catatan Signifikansi setiap
Makanan kelompok

Serealia dan produk 76 1 ptg Roti Roti gandum penuh, Sumber utama energi
olahan muffin, roti, sereal, dan serat
1 ckr Sereal kering oatmeal, kraker,
pretzel tawar dan
ckr nasi, pasta popcorn

Sayuran 45 1 ckr sayur berdaun Tomat, kentang, Sumber kaya


segar wortel, kacang potasium,
polong, brokoli, magnesium, dan
ckr sayur matang bayam, buncis serat.

6 oz jus sayur

Buah 45 6 oz es jus Pisang, kurma, Sumber utama


anggur, jeruk, jus potasium,
1 ptg sedang buah jeruk, jus anggur, magnesium, dan
mangga, melon, serat.
ckr buah kering peach, nanas,
strawberry.
ckr buah segar,
beku, atau kalengan

Susu dan produk 23 8 oz susu Susu, yoghurt dan Sumber utama


susu rendah lemak keju tanpa lemak kalsium dan protein
atau tanpa lemak 1 ckr yoghurt (skim) atau rendah
lemak (1%)
1 oz keju

Daging, unggas dan 2 atau kurang 3 oz daging, unggas, Buang lemak yang Sumber kaya protein
ikan atau ikan yang terlihat pada daging; dan magnesium
matang bakar, panggang,
atau rebus sebagai
pengganti goreng;
buang kulit unggas

Kacang-kacangan, 4 5 / minggu 1/3 ckr atau 1 oz Almond, kacang Sumber kaya energi,
biji-bijan, dan kacang-kacangan campuran, kacang magnesium,
kacang kering tanah, walnuts, biji potasium, protein
2 sdm atau oz bunga matahari, dan serat
lentil, dan kacang
bijian polong

ckr kacang kering

Lemak dan minyak 23 1 sdt margarin Margarin rendah Selain lemak yang
rendah lemak lemak, mayonnaise ditambahkan, perlu
rendah lemak, saus dipilih juga bahan
1 sdm mayonnaise salad ringan, minyak makanan yang
rendah lemak sayur (minyak rendah lemak
zaitun, minyak
2 sdm saus salad jagung)
ringan

Gula 5 / minggu 1 sdm gula Syrup, gula, jelly, Pemanis termasuk


selai jam, gelatin bahan rendah lemak
1 sdm jelly atau selai rasa buah, permen,
jam fruit punch, sorbet,
es krim
oz jelly beans

8 oz air limun

Sumber: National Institutes of Health (NIH), National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI): The DASH diet,
US Department of Health and Human Services, Public Health Services, NIH Publication No 99-4082, 1999.

*) Rencana diet dengan DASH berdasarkan 2000 kCal per hari. Jumlah porsi sehari bervariasi tergantung kebutuhan
energi perorangan.

Tabel 4. Contoh Menu dengan Diet DASH

Bahan Makanan Jumlah Kebutuhan Saji

Sarapan

Jus jeruk 6 oz 1 porsi buah

Susu rendah lemak 1% 8 oz (1 ckr) 1 porsi susu

Corn flakes (gula 1 sdt) 1 ckr 2 porsi serealia

Pisang 1 bh sedang 1 porsi buah

Roti gandum penuh 1 iris 1 porsi serealia

(dengan 1 sdm jelly)

Margarin rendah lemak 1 sdt 1 porsi lemak


Makan Siang

Salad Ayam ckr 1 porsi unggas

Roti pita iris besar 1 porsi serealia

Sayuran segar campuran: 1 porsi sayuran

Wortel dan seledri btg 3-4 potong panjang

Lobak 2

Daun selada 2 lembar

Keju mozarella skim 1,5 potong (1,5 oz) 1 porsi susu


Susu rendah lemak 1% 8 oz 1 porsi susu
Cocktail buah dengan syrup encer ckr 1 porsi buah

Makan Malam

Ikan bakar bumbu rempah 3 oz 1 porsi ikan

Beras 1 ckr 2 porsi serealia

Brokoli kukus ckr 1 sayuran

Tomat rebus ckr 1 sayuran

Salad bayam 1 porsi sayuran

Bayam ckr

Tomat cherry 2

Timun 2 iris

Saus salad italia rendah lemak 1 sdt porsi lemak lemak


Roti gulung

Margarin rendah lemak 1 bh kecil 1 porsi serealia


Melon (potong bentuk bola) 1 sdt 1 porsi lemak

ckr 1 porsi buah

Snacks

Buah aprikot kering 1 oz (3/4 ckr) 1 porsi buah

Kue pretzel mini 1 oz (3/4 ckr) 1 porsi serealia


Kacang campuran 1,5 oz (1/3 ckr) 1 porsi kacang

Ginger-ale diet 12 oz 0

Sumber: Appel Lj et al: A Clinical of The Effects of Dietary Patterns on Blood Pressure, N Engl J Med 336:1117,
1997.

Diet DASH digunakan baik untuk mencegah maupun mengontrol tekanan darah tinggi.
Keberhasilan mengadopsi metode ini membutuhkan perubahan perilaku: dua kali porsi sehari untuk buah,
sayuran dan produk susu; 1 1/3 dari porsi sehari untuk daging sapi, daging babi, dan ham; 1 porsi sehari
dari penggunaan lemak, minyak dan salad dressing; dan 1 snack dan pemanis. Orang dengan intoleransi
laktosa membutuhkan enzim laktosa buatan ataupun diatasi dengan cara yang lain. Assessment pasien
dalam mengubah dan melibatkan pasien dalam pemecahan masalahan mereka, membuat keputusan, dan
setting tujuan merupakan tindakan strategis dalam mempertahankan diet.

Konsumsi buah dan sayuran yang tinggi dalam diet DASH merupakan perubahan besar dalam
pola hidup orang Amerika. Untuk mencapai 8-10 porsi, 2-3 porsi buah dan sayuran dikonsumsi setiap
makan (Tabel 4). Pola diet DASH telah disesuaikan dengan pola gizi AHA (American Heart
Assosciation). Anjuran porsi sehari untuk berbagai kalori dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Porsi Sehari untuk Diet DASH untuk berbagai kalori


Kalori Serealia Sayuran Buah Susu Daging Kacang Lemak

1600 6 4 4 2 1 0,5 1

2000 8 5 5 3 2 1 2

2600 10 5 5 3 2 1 2

3100 13 6 6 4 2 1 3

LANGKAH-LANGKAH MENGATASI HIPERTENSI

Menurunkan BB bila status gizi obesitas

Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Penelitian
firmingham menyebutkan bahwa setiap kenaikan 10% berat badan, maka terjadi peningkatan tekanan
darah sebesar 7 mm Hg. Penelitin yang lain menyebutkan, rata-rata, setiap kenaikan berat badan 0,5 kg
akan meningkatkan tekanan sistolik 1 mmHg dan diastolik 0,5 mmHg. Sementara Davis (1993)
menyatakan bahwa pada pria, peningkatan 10% berat badan, maka tekanan darah akan meningkat sebesar
6,6 mmHg. Oleh karen itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.
Selain itu, kelebihan lemak tubuh dapat meningkatkan volume plasma, menyempitkan pembuluh darah,
dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat.

Mengontrol tekanan darah dalam batas normal

Kontrol tekanan darah seminggu sekali untuk mengetahui tekanan darah saat itu dan melakukan tindakan
evaluasi.

Mengurangi asupan natrium

Menurut penelitian hanya 20-50% pasien hipertensi yang sensitif garam. Apabila diet tidak membantu
dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.

Menurunkan intake cafein dan alkohol.

Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Meningkatkan intake calsium, kalium, magnesium

Kalsium

Hasil studi menunjukkan bahwa konsumsi Ca lebih sedikit pada kelompok hipertensi.

Penelitian oleh Bellisan, dkk. menunjukkan suplemen kalsium 1 g/hari pada orang dewasa sehat selama 5
bulan dapat menurunkan tensi.

Kebutuhan kalsium dewasa adalah: 500-800 mg / hari.

Sumber kalsium adalah susu, dan hasil susu. Serealia, kacang-kacangan, dan sayuran hijau juga merupakan
sumber kalsium, tetapi bahan makanan ini mengandung banyak zat yang menghambat penyerapan
kalsium seperti serat fitat, dan oksalat.

Kalsium dalam bahan makanan:

o Keju : 830 mg/ 100 g

o Teri kering : 600 mg/ 50 g

o Udang kering : 362,7 mg/ 30 g


o Ikan sarden (dengan tulang) : 354 mg/ 100 g

o Biji kedelai : 260 mg/ 100 g

o Kobis : 212 mg/ 100 g

o Yoghurt : 205 mg/ 180 g

Kalium

Suplemen kalium dapat menurunkan tensi (bila asupan natrium tinggi).

Kalium berfungsi sebagai diuretik (merangsang pengeluaran urin) sehingga pengeluaran natrium cairan
meningkat

Kalium menghambat pengeluaran renin sehingga mengubah sistem renin angiotensin

Kebutuhan kalium adalah 1500 3000 mg / hari.

Diit tinggi kalium yaitu dengan memperbanyak buah dan sayur.

Sumber Kalium:

o Pisang: 790 mg/ 200 g

o Pepaya: 221 mg/ 100 g

o Kacang merah: 288 mg/ 25 g

o Kacang hijau: 283 mg/ 25 g

o Bayam: 635 mg/ 100 g

o Tomat: 235 mg/ 100 g

o Wortel: 245 mg/ 100 g

Magnesium

Magnesium berfungsi sebagai vasodilator pada koroner dan arteri periferal.

Hipomagnesemia (keadaan rendah magnesium) banyak terjadi pada hipertensi, sehingga membutuhkan
dosis anti hipertensi lebih tinggi untuk mengontrol tensi.
Kebutuhan magnesium: 200-500 mg/hari

Sumber magnesium: sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian, daging, susu, coklat dan teri

Suplemen magnesium bermanfaat pada penderita hipertensi dengan hipomagnesemia

Magnesium dalam bahan makanan:

o Oatmeal: 5 mg/ 100 g

o Tepung terigu: 4 mg/ 100 g

Meningkatkan aktifitas fisik

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Pada
penelitian Firmingham, aktivitas sedang-tinggi adalah bersifat protektif terhadapstroke (Kiely et al, 1994).
Meskipun demikian masyarakat di dunia masih banyak yang memiliki gaya hidup sedentary.

Dua metaanalisis menunjukkan keuntungan dari berolahraga: Jalan-jalan dapat menurunkan


tekanan darah 2 mm Hg, sementara latihan aerobik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mm
Hg dan diastolik 2 mm Hg. Oleh karen aitu, aktivitas fisik meningkat dari rendah menjadi sedang,
antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.
1 of 30

Kebutuhan Gizi Pada Dewasa


2,752 views

Khoirul Ummah
Follow

Published on Mar 27, 2016

mugi bermanfaat:)
Published in: Education

0 Comments

4 Likes

Statistics

Notes

Be the first to comment

Kebutuhan Gizi Pada Dewasa

1. 1. KEBUTUHAN GIZI PADA DEWASA By: Kelompok 6 D 3 K e p e r a w a t a n S i o a r j o Gizi dan


Diet
2. 2. Kelompok Merah: 1. Ikbar Rana Pramesti (01) 2. Viola Aditya Sumarsana (07) 3. Evi Irawati
(12) 4. Lina Minarwati (21) 5. Riska Widyanawati (29) 6. Khoirul Ummah (39) I - B
3. 3. Kebutuhan Gizi Pada Dewasa Makanan menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi setiap
orang, karena itu kualitas dan kuantitas makanan yang di konsumsi harus diperhatikan. Secara
kuantitas artinya jumlah konsumsi makanan, tidak boleh kurang atau lebih dari yang di
butuhkan tubuh, sedangkan makanan yang berkualitas adalah makanan yang bergizi, yakni
makanan yang mengandung sekelompok zat yang esensial bagi kehidupan bagi kesehatan.
4. 4. Kebutuhan Gizi Pada Dewasa Kebutuhan energi pada orang dewasa 1700-2250 Kalori. Untuk
mencegah terjadinya penyakit gangguan metabolism perlu menyeimbangkan masukan energy
sesuai dengan kebutuhan tubuh, agar tidak terjadi penimbunan energy dalam bentuk cadangan
lemak dalam tubuh. Kebutuhan energi pada orang dewasa mengalami penurunan 5% setiap 10
tahun.
5. 5. Yang diperlukan pada orang dewasa : Karbohidrat Kebutuhan Karbohidrat sebagai sumber
energi utama pada usia dewasa () 46 % dari total masukan energi. Gula murni memberikan
sekitar 20% dari masukan energi setiap harinya. Gula ini menghasilkan energy tanpa
memberikan jenis-jenis nutrisi lainnya seperti vitamin dan mineral. Makanan sumber
karbohidrat adalah : Beras, Terigu, Umbi- umbian, Jagung, Gula.
6. 6. Yang diperlukan pada orang dewasa : Protein Kecukupan protein dewasa adalah 48 62
gr/hari untuk perempuan dan pada laki laki 55 66 gr/hari. Kebutuhan protein pada usia
dewasa adalah 50-60 g per hari atau berkisar 11% dari total masukan energy. Berbagai sumber
protein: Daging merah, Susu, Tempe, Kacang- kacang, dll.
7. 7. Yang diperlukan pada orang dewasa : Lemak Kebutuhan lemak pada orang dewasa tidak
boleh melebihi 630 kkal atau sekitar 30 % dari total kalori. Konsumsi lemak yang tinggi dari
makanan kemungkinan akan menaikkan kadar lipid darah yang disertai peningkatan risiko
terserang penyakit jantung koroner.
8. 8. Yang diperlukan pada orang dewasa : Vitamin Kebutuhan juga meningkat selama dewasa
muda karena pertumbuhan dan perkembangan cepat terjadi, karena energi yang meningkat,
maka pertumbuhan kebutuhan beberapa vitamin pun meningkat antara lain yang berperan
dalam metabolisme karbohidrat menjadi energi seperti : vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, dan
niacin.
9. 9. Yang diperlukan pada orang dewasa : Mineral dan Air Fungsi mineral yaitu untuk
pembentukan garam garam yang larut dan mengendalikan komposisi cairan tubuh dan sebagai
bahan dasar enzim dan protein.
10. 10. Yang diperlukan pada orang dewasa : Kalsium Kalsium untuk orang dewasa adalah 600-700
mg. Bagi laki-laki dewasa kebutuhan mineral akan kalsium cukup 0,45 gram sehari. Bahwa
kebutuhan kalsium 7,7,5 mg perkilogram berat badan adalah kurang lebih sama dengan 0,5-0,7
gram sehari bagi orang dewasa normal.
11. 11. Yang diperlukan pada orang dewasa : Zat Besi Jumlah seluruh besi didalam tubuh orang
dewasa terdapat sekitar 3,5 g, dimana 70 persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya
merupakan besi cadangan. Rata-rata besi simpanan 1000 mg pada orang dewasa.
12. 12. Kecukupan Zat Gizi Untuk Dewasa Perhari KEBUTUHAN PEREMPUAN LAKI LAKI Energi
(kcal) (20 45tahun): 2200kkal (20-45tahun) : 2800kkal Protein (gr) (20-45tahun) : 48gr (20-
45tahun) : 55gr Kalsium (mg) (20-45tahun) : 600mg (20-45tahun) : 500mg Besi (mg) (20-
45tahun) : 26 mg (20-45tahun) : 1,3 mg Vitamin A (RE) (20-45tahun) : 500 (20-45tahun) : 700
Vitamin E (mg) (20-45tahun) : 8mg (20-45tahun) : 10mg Vitamin B (mg) (20-45tahun) : 1 mg (20-
45tahun) : 1,2 mg Vitamin C (mg) (20-45tahun) : 60mg (20-45tahun) : 60mg Folat (mg) (20-
45tahun) : 150mg (20-45tahun) : 70mg
13. 13. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA DEWASA BERKAITAN DENGAN KEBUTUHAN ZAT GIZI
14. 14. Pada usia dewasa Pola Pertumbuhan Berhenti Beralih ke Tingkat Homostatis (Tidak
Berubah/Stabil). Konsep keseimbangan ini dapat dilihat pada metabolisme karbohidrat, lemak
dan terutama protein. Tingkat stabilitas metabolik tubuh tingkat dewasa merupakan hasil
keseimbangan antara tingkat pemecahan protein tubuh dan sintetis jaringan protein.
15. 15. Pada tahun-tahun awal pertumbuhan, tingkat sintetis protein lebih tinggi dari pada
pemecahannya. Sehingga jaringan baru dapat terbentuk. Namun setelah dewasa, tingkat
pemecahan jaringan protein secara bertahap melebihi sintetisnya.
16. 16. Perkembangan Fisik: Fase usia dewasa awal dikatakan sebagai puncak dan penurunan
perkembangan individu secara fisik. Kondisi kesehatan dapat ditingkatkan dengan cara: 1.
mengurangi gaya hidup yang merusak kesehatan, 2. nutrisi yang baik, 3. rutnitas berolahraga.
17. 17. Komposisi tubuh orang dewasabervariasi tergantung : 1.jeniskelamin, 2. berat badan, 3.
umur. Umumnya, dengan bertambahnya usia orang dewasa : 1. aktifitas fisik menurun, 2.
masa tubuh tanpa lemak menurun,
18. 18. Perkembangan Fisiologis Menurut under son ( dalam maptiare,17) terdapat 6 ciri
kematangan psikologi: 1. Berorientasi pada tugas 2. Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang
efisien 3. Mengendalikan perasaan pribadi 4. Memliki sifat objektif 5. Menerima kitik dan saran
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi
19. 19. Anemia Gondok Kebutaan
20. 20. Gejala kekurangan gizi orang dewasa Kelemahan otot dan kelelahan mengeluh kelelahan
sepanjang hari dan kurangnya energi Peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Lekas marah
dan pusing. Kulit dan rambut menjadi kering menderita diare yang terus menerus Haid
mungkin tidak teratur atau berhenti Depresi umum dalam gizi buruk
21. 21. Jantung koroner Kanker Diabetes Kolesterol tinggi Hipertensi Dampak kelebihan gizi
pada orang dewasa:
22. 22. Makanan Gizi Seimbang: Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang : 1. nasi, 2. jagung,
3. ubi jalar, 4. singkong Lauk untuk memberi rasa nikmat sehingga makanan pokok pada
umumnya mempunyai rasa netral, lebiih terasa enak seperti : 1. 1. lauk hewani (daging ayam,
ikan dan lain lain) 2. 2. lauk nabati (kacang-kacangan, hasil olahan tahu, tempe, oncom, dan lain-
lain.)
23. 23. Makanan Gizi Seimbang: Sayur, yaitu untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses
menelan makanan,karena biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah: 1. sayur 2. umbian, 3.
kacang-kacangan. Buah, untuk pencuci mulut : 1. pepaya, 2.nenas, 3. pisang,
24. 24. Ada beberapa peran dasar yang diharapkan dapat digunakan oleh orang dewasa dan sebagai
pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai
dan
25. 25. Jagalah sehatmu sebelum datang sakitmu..
26. 26. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk memperhatikan. Semoga bermanfaat! By:
Kelompok3 1B D3 Keperawatan Sidoarjo PoltekkesKemenkesSurabaya
27. 27. Source Istiani, A. dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
http://s2giziuns12.blogspot.com/2013/01/kebutuha n-nutrisi-untuk-dewasa.html
http://id.scribd.com/doc/111506013/Kebutuhan- Gizi-Dewasa
NURSING STUDY
BERSEMANGAT MERAIH CITA... MEWUJUDKAN MASA DEPAN YANG INDAH

Selasa, 25 Februari 2014


MAKALAH DIIT HIPERTENSI
MAKALAH DIIT HIPERTENSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah penyakit yang umum dijumpai. Diperkirakan satu dari empat populasi dewasa

di Amerika atau sekitar 60 juta individu dan hampir 1 milyar penduduk dunia menderita hipertensi,

dengan mayoritas dari populasi ini mempunyai risiko yang tinggi untuk mendapatkan komplikasi

kardiovaskuler. Data yang diperoleh dari Framingham Heart Study menyatakan bahwa prevalensi

hipertensi tetap akan meningkat meskipun sudah dilakukan deteksi dini dengan dilakukan pengukuran

tekanan darah (TD) secara teratur. Pada populasi berkulit putih ditemukan hampir 1/5 mempunyai

tekanan darah sistolik (TDS) lebih besar dari 160/95 mmHg dan hampir separuhnya mempunyai TDS

lebih besar dari 140/90 mmHg. Prevalensi hipertensi tertinggi ditemukan pada populasi bukan kulit

putih. Hipertensi yang tidak terkontrol yang dibiarkan lama akan mempercepat terjadinya

arterosklerosis dan hipertensi sendiri merupakan faktor risiko mayor terjadinya penyakit-penyakit

jantung, serebral, ginjal dan vaskuler. Pengendalian hipertensi yang agresif akan menurunkan komplikasi

terjadinya infark miokardium, gagal jantung kongestif, stroke, gagal ginjal, penyakit oklusi perifer dan

diseksi aorta, sehingga morbiditas dapat dikurangi.

Penderita hipertensi perlu mengatur pola makan dan apa yang konsumsi. Penatalaksaan diit pada

dengan tepat akan membantu menangani penyakit hipertensi.

B. Tujuan

1. Mengetahui tujuan dari diit pada penderita Hipertensi

2. Mengetahui prinsip dari diit pada penderita Hipertensi

3. Mengetahui macam diit pada penderita Hipertensi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan

diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996). Pendapat lain dikemukakan oleh Luckman Sorensen

(1996), Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan darah

diastolic lebih dari 90 mmHG. Dan juga Barbara Hearrison (1997) Hipertensi adalah suatu keadaan

dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90

mmHg ataulebih.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka

bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang

berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas

normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah

normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan

darah menurun saat tidur dan meningkat saat beraktifitas atau berolahraga.

B. Macam macam Hipertensi

1. Hipertensi Primary
Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat

dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan

mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena

penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stress

tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang

olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.

2. Hipertensi Secondary

Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi

sebagai akibat seseorang menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan

sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat

kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk.

Pregnancy Induced Hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi

wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil dapat tergolong sedang

ataupun berbahaya. Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia

dimasa kehamilan.

Preeclamsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga

merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang

membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak

hipertensi maka disebut eclamsia.

C. Penyebab Hipertensi
Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon,

termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat

meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang

mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah

tinggi.

Penyebab tekanan darah yang paling sering adalah aterosklerosis atau penebalan dinding arteri

yang membuat hilangnya elastisitas pembuluh darah. Sebab lainnya adalah faktor keturunan,

bertambahnya jumlah darah yang dipompa jantung, penyakit pada ginjal, kelenjar adrenal, dan sistem

syaraf sipatis. Pada mereka yang hamil, kelebihan berat badan, stres, dan tekanan mental, hipertensipun

kerap menghinggapinya. Akibat dari hipertensi bisa beragam, seperti komplikasi pembesaran jantung,

penyakit jantung koroner, dan pecahnya pembuluh darah otak.

D. Gejala Hipertensi

1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg

2. Sakit kepala

3. Epistaksis

4. Pusing / migrain

5. Rasa berat ditengkuk

6. Sukar tidur

7. Mata berkunang kunang

8. Lemah dan lelah

9. Muka pucat

10. Suhu tubuh rendah


E.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Tujuan Diit Hipertensi

Modifikasi diit atau pengaturan diit sangat penting pada klien hipertensi, tujuan utama dari

pengaturan diit hipertensi adalah mengatur tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan

darah tinggi dan mengurangi penyakiit kardiovaskuler. Secara garis besar, diit hipertensi untuk

menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana darah.

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah untuk penurunan mortalitas dan morbiditas yang

berhubungan dengan hipertensi. Mortalitas dan morbiditas ini berhubungan dengan kerusakan organ

target (misal: kejadian kardiovaskular atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal).

Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi

secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.

B. Prinsip Diit Hipertensi

Prinsip Diit yang berhubungan dengan pencegahan hipertensi, mencakup:

1. Upaya mempertahankan berat badan yang ideal / normal menurut tinggi badan dengan IMT yang tidak

melebihi 22 dan lingkaran perut yang tidak lebh dari 90 cm pada laki-laki serta 80cm pada perempuan.

2. Penerapan diit DASH yang kaya akan serat pangan dan mineral tertentu disamping diit rendah garam,

kolestrol , lemak terbatas serta diit kalori seimbang menurut penyakit penyertanya (hipertensi, DM).
3. Membatasi asupan garam dapir hingga 3gr/hari, dengan memperhatikan pemberian mineral seperti

kalsium dan magnesium menurut AKG.

a. Untuk pengurangan konsumsi natrium (biscuit, roti susu, keju, sosis, kecap dll), karena pembatasan

natrium akan memberikan efek yang menguntungkan dalam meningkatkan efektifitas terapi anti

hipertensi.

b. Asupan kalium yang memadai (singkong, kentang daging ayam, kacang hijau, apel, duku, bayam,

kembang kol, dll), karena asupan kalium yang memadai sangat penting untuk mempertahankan tekanan

darah yang rendah. Masalah ini menjadi penting khususnya jika pasien mendapatkan dieuretic yang

meningkatkan ekskresi kalium. Pasien harus diajnurkan untuk mengkonsumsi makanan dengan

kandungan kalium yang memadai , sehingga kadar serum yang normal dapat dipertahankan.

c. Asupan kalium/hari menurut AKG : 800mg/hari untuk laki-laki dan 1000mg/hari untuk wanita.

4. Membatasi bahan aditif pangan yang kaya akan natrium (MSG, sodium bilkarbonat, nitrit, sodium

benzoat) termasuk makanan 7 S (Snack, Saus, {saus tomat, kecap asin, taoco}, Sup yang dikalengkan ,

Salted meat/fish {ham bologna, ikan asin}, Smoked meat/fish {ikan/daging asap}, Seasoning {berbagai

bumbu yang kaya akan MSG} dan Saverkraut {acar dan sayur asin}).

5. Olahraga aerobic secara teratur.

C. Macam-macam Diit Hipetensi

Ada empat macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekana

darah (Astawan,2002) , yaitu :

1. Diit rendah garam


Diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta hipertensi. Tujuan diit rendah garam

adalah untuk menurunkan tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah

jantung). Adapun yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi

mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk

diperhatikan dalam melakukan diit rendah garam adalah komposisi makanan yang harus mengandung

cukup zat zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium

(Gunawan, 2001).

Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,MSG (Mono

Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat didalam saos, kecap,

selai, jelly), makanan yang dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit

kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih

dahulu. (Hayens, 2003).

Tujuan diit garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam

jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diit garam

rendah adalah :

a. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.

b. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.

c. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan/atau hipertensi.

Pemberian diit garam rendah tergantung pada berat tidaknya retensi garam/air dan hipertensi.

Terdapat 3 jenis diit garam rendah yaitu :

a. Diit Garam Rendah I (200-400 mg Na)


Diit garam rendah I ditujukan pada pasien dengan asites/edema dan hipertensi berat. Pada

kondisi ini tidak diperkenankan menambahkan garam ke dalam masakan yang dikonsumsi dan

menghindari makanan yang tinggi natrium.

b. Diit Garam Rendah II (600-800 mg Na)

Diit ini diberikan kepada pasien edema/asites, dan hipertensi yang tidak terlalu berat. Dianjurkan

menghindari makanan dengan kandungan natrium tinggi. Diperbolehkan menggunakan garam dalam

pemasakan sebesar 0,5 sendok teh (2g).

c. Diit Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)

Diit ini diberikan pada pasien dengan edema atau hipertensi ringan. Pada maskaannya boleh

ditambahkan garam dapur sebanyak 1 sendok teh (4g). Namun tetap menghindari jenis makanan yang

mengandung natrium tinggi

2. Diit rendah kolestrol dan lemak terbatas.

Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh

memperoleh kolestrol dari makanan sehari hari dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolestrol dapat

berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol

dapat terjadi karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan

tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 50 % dari setiap makanan (Amir, 2002).

3. Diit tinggi serat

Serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber) dan serat kasar banyak terdapat pada

sayuran dan buah buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan karbohidrat yaitu :

kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan

darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya

membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung

serat kasar yang cukup tinggi (Mayo, 2005).


4. Diit rendah kalori

Dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan

berisiko tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena

hipertensi. Dalam perencanaan diit, perlu diperhatikan hal hal berikut :

a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram

atau 0.5 kg berat badan per minggu.

b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.

c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit Hipertensi merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang mana dapat dihadapi

baik itu dibeberapa negara yang ada didunia maupun di Indonesia.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar dengan

menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau

mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan

garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.

Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1

sendok teh per hari.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan tekanan darah tinggi dimulai dengan

perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko

terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu

mengkonsumsi obat-obat untuk penderita darah tinggi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter.

Bahkan jika anda harus mengkonsumsi obat-obatan, alangkah baiknya disertai dengan perubahan gaya

hidup yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi tentang Diit pada Hipertensi. Makalah

ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya

rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada

kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://asaindah.blogspot.com/2008/12/penatalaksanaan-diet-pada-penderita.html

http://harliefelicetia.blogspot.com/2011/09/diet-pada-klien-dengan-penyakit.html

http://medicalera.com/3/9041/diet-garam-rendah

http://kholilahpunya.wordpress.com/2009/04/15/apa-itu-hipertensi/

Anda mungkin juga menyukai