A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
a). Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian
d). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 189/Menkes/SK/III/ 2006
tentang Kebijakan Obat Nasional
e). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Masyarakat melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
f). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/ Menkes/427/2016 tentang
Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat.
1
- Melaksanakan Edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema
Cermat) di Kab/Kota
Untuk meningkatkan POR pada masyarakat, pada tahun 2015 telah dicanangkan
Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (GeMa CerMat). Gerakan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
masyarakat dalam memilih, mendapatkan, menyimpan dan menggunakan obat
dengan benar. Pelaksanaan gerakan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan
yang terkait dan dilakukan secara masif dalam berbagai pertemuan dan melalui
media. Keterlibatan lintas sektor ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan dan
pencapaian tujuan Gerakan.
- Peningkatan kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas di RS dan Puskesmas
serta POR di Puskesmas
Berdasarkan pasal 25 UU No. 40 tahun 2004 bahwa daftar dan harga obat, serta
bahan medis habis pakai yang dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, untuk itu
Kementerian Kesehatan telah menetapkan daftar obat di dalam Formularium
Nasional dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 328/MENKES/SK/IX/2013
tentang Formularium Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan dengan
mengutamakan patient safety sehingga tercapai penggunaan obat rasional. Bagi
tenaga kesehatan, Formularium Nasional bermanfaat sebagai “pengaman” bagi
penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan
perencanaan, dan penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya
Formularium Nasional maka pasien akan mendapatkan obat terpilih yang tepat,
berkhasiat, bermutu, aman dan terjangkau, sehingga akan tercapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
B. Penerima Manfaat
- Pembekalan Tenaga Kesehatan di Kab/Kota tentang Perizinan Apotek dan Toko
Obat serta Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Penerima manfaat dari kegiatan melalui pembekalan tenaga kesehatan di Kab/Kota
tentang pelayanan perizinan Apotek dan Toko Obat serta pelayanan kefarmasian di
Apotek adalah Dinas Kesehatan dan Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kab/Kota.
- Melaksanakan Edukasi Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema
Cermat) di Kab/Kota
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Kementerian
lain terkait, Organisasi Profesi Kesehatan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi
Kepemudaan, Organisasi Kemahasiswaan dan media massa.
- Peningkatan kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas di RS dan Puskesmas
serta POR di Puskesmas
Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah Ditjen Kefarmasian dan Alkes,
Kementerian Kesehatan RI, Satuan Kerja di bidang Kesehatan baik Pusat maupun
Daerah.
2
C. Strategi Pencapaian Keluaran
- Metode Pelaksanaan
1. Pembekalan Tenaga Kesehatan di Kab/Kota tentang Perizinan Apotek dan Toko
Obat serta Pelayanan Kefarmasian di Apotek
a. Pemantauan Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Kegiatan berupa pemantauan dan pemetaan data pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di Apotek untuk melihatsecara langsung kondisi riil di lapangan
terkait persayratan sarana & prasarana di APotek, penatalaksanaan di APotek
serta pelayanan kefarmasian yang nanti akan dikorelasikan dengan aturan yang
ada baik Permenkes No. 9 Tahun 2017 tentang Perizinan Apotek dan Permenkes
No. 36 Tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di Apotek.
Selanjutnya dapat dievaluasi persentase apotek yang memenuhi standar
b. Pembekalan Tenaga Kesehatan Kab/ Kota tentang Perizinan Apotek dan Toko
Obat serta Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Kegiatan ini berupa Pertemuan dengan mengundang petugas Kab/Kota
sebanyak 5 orang yang terdiri dari :
- Petugas pemroses perizinan sarana kefarmasian Dikes Kab/ Kota
- Kabid/ Kasi yang membawahi perizinan dan program kefarmasian di Kab/ Kota
- Petugas pemroses perizinan satu pintu
- Pejabat yang membawahi perizinan sarana di Kantor P2TSP
- Organisasi Profesi Ikatan Apoteker Indonesia
3
3. Peningkatan kemampuan SDM dalam Implementasi Fornas di RS dan Puskesmas
serta POR di Puskesmas
a. Peningkatan kemampuan SDM dalam Implementasi FORNAS di RS dan
Puskesmas
Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan berupa pertemuan dengan peserta Ketua
Medik, Ketua Komite Farmasi Terapi, Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Kepala Puskesmas, Pengelola obat Puskesmas serta Kadinkes Prov/Kab.Kota
secara swakelola melalui paparan materi, pengumpulan data pemantauan
penggunaan obat dan penerapan fornas, diskusi, dan tanya jawab. Narasumber
dari Ditjen Kefarmasian dan Alkes, Komite Nasional Fornas, Praktisi Rumah
Sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi. Oleh Karena itu dirasa perlu melaksnakan
kegiatann tersebut. Adapun peserta kegiatan :
o Peserta kabupaten jauh sebanyak 7 orang terdiri dari kabid/ kasi yang
membawahi program kefarmasian, Kepala IFK/ Pengelola laporan EPO,
kepala puskesmas perawatan terpilih, kepala IFRS, Wadir/ Kabid Pelayanan di
RS, Pengelola laporan EPO RS
o Peserta kabupaten dekat ditambah kepala puskesmas non perawatan terpilih
o Peserta provinsi : staf seksi TKO Yanfar dan RS Provinsi, seksi yankes rujukan
& seksi yandas
b. Peningkatan Kapasitas Dokter Puskesmas dalam Penggunaan Obat Rasional
Dokter merupakan pihak yang sangat menentukan dalam POR, karena itu
peresepan yang rasional akan sangat berdampak pada indikator POR. Cakupan
POR Provinsi tahun 2016 masih 47.71% dibanding target nasional 62%. Oleh
karena itu dirasa perlu untuk meningkatkan klesadaran dan keterampilan
dokter puskesmas dalam peresepan obat rasional. Kegiatan ini dilaksanakan di
Provinsi dengan metode ceramah dan diskusi dengan narasumber dari pakar/
p[raktisi dokter, pakar dari kemenkes RI, IDI dan pengelola obat POR dikes
provinsi. Peserta adalah dokter penulis resep di puskesmas.
4
E. Biaya yang diperlukan
Total serta rician pembiayaan pada kegiatan ini sebesar Rp. 429.732.000,- (Empat Ratus Dua
Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Tiga Puluh Dua Ribu Rupiah)