Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

SOSIALISASI PP 51/ 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN


DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
TAHUN 2012

Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan RI


Unit Eselon I : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Program : Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Hasil :Pelayanan kefarmasian yang sesuai standar
Unit Eselon II / Satker : Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
Kegiatan : Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian
Indikator Kinerja Kegiatan : 1. Persentase Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Pemerintah yang melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar (35 %)
2. Persentase Puskesmas Perawatan yang
melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai
standar (25 %)
3.Persentase penggunaan obat rasional di
sarana pelayanan kesehatan (50 %)
Satuan Ukur dan jenis Keluaran : Laporan kegiatan dan pembinaan di bidang
pelayanan kefarmasian
Volume : 1 (satu) laporan

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran
Negara RI Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3671);
2. Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3821);
3. Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (lembaran Negara
RI Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5062);
4. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan; (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 138,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3781);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5044);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 1575/Per/Menkes/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan;
1
2. Gambaran Umum
Sesuai dengan Visi Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan yaitu Ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan menuju
masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat, maka pengembangan sumber daya manusia
(SDM) kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu.

Pekerjaan/ praktek kefarmasian dapat dilakukan di sarana produksi, distribusi/ penyaluran


dan sarana pelayanan kesehatan. Seorang profesi Apoteker harus bertanggung jawab
terhadap efektifitas, keamanan dan mutu obat yang digunakan. Sejalan dengan tuntutan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu maka pelayanan
kefarmasian di rumah sakit, puskesmas, apotek dan sarana kesehatan lainnya sebagai
bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan juga harus menyesuaikan diri dengan
melaksanakan pelayanan kefarmasian yang mengacu kepada konsep pharmaceutical
care. Kegiatan pelayanan yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi bertambah menjadi pelayanan yang komprehensif berbasis pasien dengan tujuan
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peran apoteker tidak hanya bertanggung jawab
dalam pengelolaan dan penyediaan produk obat (drug oriented), tetapi juga menjamin agar
obat digunakan sebagaimana mestinya untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal bagi
pasien (patient oriented).
Untuk dapat merealisasikan hal tersebut telah diatur pada Peraturan pemerintah No. 51
tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh
seorang Apoteker yang akan berpraktek di sarana produksi, distribusi/ penyaluran dan
sarana pelayanan kefarmasian.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian bertujuan


memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/ atau
menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian; mempertahankan dan meningkatkan
mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peraturan perundang-undangan dan memberikan
kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga kesehatan.

Untuk pelaksanaan peraturan pemerintah tersebut perlu adanya komitmen dan tindakan
untuk merealisasikan pelaksanaannya, sehingga semua stake holder perlu memiliki
persepsi dan pemahaman yang sama dalam mengimplementasikan peraturan pemerintah
tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh stake holder yang ada
sehingga dapat memahami akan tugas dan kewajibannya.

Dengan diterapkannya PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan Kefarmasian di seluruh


wilayah Indonesia, diharapkan penerapan pekerjaan/ praktik kefarmasian di sarana
produksi, distribusi/ penyaluran maupun pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek,
puskesmas dan sarana kesehatan lainnya diharapkan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.

c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan


Para stake holder dapat mendukung penerapan PP No. 51/2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian oleh Apoteker di sarana kesehatan.

B. Kegiatan Yang dilaksanakan


1. Uraian Kegiatan
Melalui pertemuan untuk mensosialisasikan PP No. 51/2009 di sarana kesehatan.

2. Batasan Kegiatan
Kegiatan dibatasi pada penerapan Pekerjaan Kefarmasian pada sarana kesehatan

C. Maksud dan Tujuan


1. Maksud Kegiatan
Pertemuan dimaksudkan untuk mensosialisasikan PP No. 51/2009 di sarana kesehatan.

2
2. Tujuan Kegiatan
Stake holder terkait dapat menerapkan PP No. 51/2009 di sarana kesehatan

D. Indikator Keluaran dan Keluaran


1. Indikator Keluaran
Pekerjaan Kefarmasian di sarana kesehatan dapat dilaksanakan sesuai standar
2. Keluaran
Tersosialisasinya PP No. 51/2009 di sarana kesehatan

E. Cara Pelaksanaan Kegiatan


a. Metode pelaksanaan
Dilaksanakan melalui pertemuan
b. Tahapan Kegiatan
Pertemuan Sosialisasi penerapan PP No. 51/2009

F. Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Dilaksanakan disalah satu hotel di Kota Bengkulu

G. Pelaksana dan penanggungjawab Kegiatan


a. Pelaksana Kegiatan
Narasumber Pusat : 2 orang
Panitia : 7 orang
Peserta Daerah : 35 orang
b. Penanggungjawab Kegiatan
Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu.

H. Jadwal Kegiatan
a. Waktu Pelaksanaan kegiatan : Juni tahun 2012
b. Matrik Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan Kegiatan Bulan ke


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pertemuan sosialisasi
Persiapan X
Pelaksanaan X
Laporan X

I. Biaya Yang Dibutuhkan


Untuk melaksanakan kegiatan ini dibutuhkan biaya Rp. 83. 933. 000,- (Delapan Puluh Tiga
Juta Sembilan Ratus Tiga Puluh Tiga Ribu Rupiah). sebagaimana RAB terlampir

Penanggung Jawab Kegiatan


Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

YUYUN YUNIARTY, S.Sos


NIP . 19580110 198201 2 002

Anda mungkin juga menyukai