Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Puskesmas
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. (Kemenkes RI, 2014:3)
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. (Kemenkes RI, 2014:5)
Dalam melaksanakan tugas, puskesmas juga menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di
wilayah kerjanya; dan
2. Penyelenggarakan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat pertama di
wilayah kerjanya. (Kemenkes RI, 2014:6)
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. (Kemenkes RI,
2014:19)
1. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dilakukan
Puskesmas meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
kesehatan masyarakat pengembangan:
a. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama
Upaya kesehatan masyarakat esensial, meliputi:
1) Pelayanan promosi kesehatan
2) Pelayanan kesehatan lingkungan
3) Pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
4) Pelayanan gizi
5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (Kemenkes RI, 2014:19)

6
7

b. Upaya kesehatan masyarakat pengembangan


Upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatif dan bersifat ekstensifikasi serta intensifikasi
pelayanan yang disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-
masing Puskesmas. (Kemenkes RI, 2014:19)
2. Upaya kesehatan perorangan tingkat pertama
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama yang dilakukan oleh
Puskesmas, dilaksanakan dalam bentuk:
1) Rawat jalan
2) Pelayanan gawat darurat
3) Pelayanan satu hari (one day care)
4) Home care
5) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan
(Kemenkes RI, 2014:19)
Dalam pelaksaan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan
upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, Puskesmas harus
menyelenggarakan:
1. Manajemen Puskesmas
2. Pelayanan Kefarmasian
3. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
4. Pelayanan laboratorium (Kemenkes RI, 2014:20)

B. Puskesmas Rawat Inap Satelit Kota Bandar Lampung


Merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Puskesmas Rawat Inap Satelit berada di Kecamatan Kedamaian
yaitu di Jl. Gajah Mada No. 01 Kecamatan Kedamaian. Wilayah kerja BLUD
UPT Puskesmas Rawat Inap Satelit seluas 901,54 Ha dan mempunyai 7
Kelurahan di Kecamatan Kedamaian, yaitu:
1) Kelurahan Tanjung Gading
2) Keluruhan Tanjung Raya
3) Kelurahan Kedamaian
8

4) Kelurahan Bumi Kedamaian


5) Kelurahan Tanjung Baru
6) Kelurahan Kali Balau Kencana
7) Kelurahan Tanjung Agung Raya
Batas wilayah kerja BLUD UPT Puskesmas Rawat Inap satelit:
1. Sebelah Utara : Berbatas dengan Kecamatan Way Halim dan Sukarame
2. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kecamatan Bumi Waras dan Enggal
3. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kecmatan Tanjung Karang Timur
4. Sebelah Timur : Berbatas dengan Kecamatan Sukabumi
b. Visi dan Misi Puskesmas Rawat Inap Satelit
Visi : Prima dalam pelayanan demi terwujudnya masyarakat sehat dan
mandiri.
Misi :
1. Menjadi pusat pelayanan yang berwawasan kesehatan di wilayah kerja
2. Memberikan pelayanan kesehatan dasar paripurna, bermutu dan terjangkau
kepada seluruh lapisan masyarakat.
3. Meningkatkan kinerja dan kompetensi petugas.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai.
5. Membina peran serta masyarakat.
6. Membudayakan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) pada seluruh lapisan
masyarakat.
c). Instalasi Farmasi Puskesmas Rawat Inap Satelit
Di Puskesmas Rawat Inap Satelit memiliki tenaga kefarmasian berupa
1 orang Apoteker dan 1 orang Asisten Apoteker. Instalasi Farmasi juga
memiliki motto “Anda Sehat Kami Bahagia” ini memiliki tujuan
mendukung tercapainya tujuan pembangunan Kesehatan Nasional dan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas.
9

C. Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien.
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian di Puskesmas bertujuan untuk:
1. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian;
2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian; dan
3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety). (Kemenkes RI,
2016:3)
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu:
kegiatan yang bersifat manjerial berupa Pengelolaan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan Pelayanan Farmasi Klinik.
(Kemenkes RI, 2016:12)
Kegiatan Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
b. Permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dngan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat.
10

c. Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai


Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan.
Penerimaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta perbekalan kesehatan
di bidang farmasi harus diatur dengan administrasi. (Syamsuni, H.A, 2006)
d. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin,sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
e. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pendistribusiaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
f. Pemusnahan dan Penarikan
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penarikan Sediaan Farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM atau berdasarkan inisiasi
sukarela oleh pemilik izin edar dengan tetap memberikan laporan kepada
Kepala BPOM.
g. Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar.
11

h. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima,
disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan
lainnya.
i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan secara periodik. (Kemenkes RI, 2016:13-17)

D. Pelayanan Farmasi Klinik


1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat
merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket, menyerahkan sediaan
farmasi dengan informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan:
a. Pasien memperoleh obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.
b. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada tenaga kesehatan lain di
lingkungan Puskesmas, pasien dan masyarakat.
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan Obat.
12

c. Menunjang penggunaan Obat yang rasioanal.


Kegiatan Pelayanan Informasi Obat, meliputi:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara pro aktif
dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melaui telepon,
surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap
serta masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
1) Sumber informasi obat
2) Tempat
3) Tenaga
4) Perlengkapan
3. Konseling
Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan
dan rawat inap, serta keluarga pasien.
Tujuan dilakukannya konseling adalah meberikan pemahaman yang
benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek
samping, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Mananyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
13

d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan


menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
4. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan
secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi dan lain-lain.
Tujuan:
a. Memeriksa Obat pasien.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
Obat.
d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap Obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak
dikenal dan frekuensinya jarang.
b. Menentukan frekuensi dan insidensi fek samping obat yang sudah sangat
dikenal atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a. Menganalisis laporan efek samping Obat.
b. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
efek samping obat.
c. Mengisi formulir Monitoring Efek samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu dipehatikan:
14

a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.


b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan obat.
b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Membuat catatan awal.
c. Memperkenalkan diri pada pasien.
d. Memberikan penjelasan pada pasien.
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan Obat secara
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
b. Melakukan valuasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.
(Kemenkes RI, 2016:19-25)

E. Sumber Daya Kefarmasian


1. Sumber Daya Manusia
Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimalharus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung
jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai
kebutuhan. (Kemenkes RI, 2016:26)
15

Jumlah kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio


kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan
pengembangan Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di
Puskesmas bila memungkinkandiupayakan 1 (satu) Apoteker untuk 50 (lima
puluh) pasien perhari. (Kemenkes RI, 2016:26)
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan
surat izin praktik untuk melaksanakan PelayananKefarmasian di fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas,sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Kemenkes RI, 2016:26)
2. Sarana dan Prasarana
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:
(Kemenkes RI, 2016:28-29)
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
b. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara terbatas
meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Diruang
peracikan disediakan peralatan peracikan, timbangan Obat, air minum
(air mineral) untuk pengencer, sendok Obat, bahan pengemas Obat,
lemari pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan
label Obat, buku catatan pelayanan resep, buku-buku referensi/standar
sesuai kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar
mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan
disediakan pendingin ruangan (airconditioner) sesuai kebutuhan.
c. Ruang penyerahan Obat
Ruang penyerahan Obat meliputi konter penyerahan Obat, buku pencatatan
penyerahan dan pengeluaran Obat. Ruang penyerahan Obat dapat
digabungkan dengan ruang penerimaan.
16

d. Ruang Konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling,
lemaribuku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat
bantu konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip
(filling cabinet), serta 1(satu) set komputer, jika memungkinkan.
e. Ruang penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang
cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari
Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat
khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
f. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus
yang memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen
dalam rangka untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan,
persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan,
setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak, maka
dapat digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat
pemisahan yang jelas antar fungsi.

F. Pemberian Informasi Obat


Pemberian informasi obat memiliki peran yang penting dalam rangka
memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan yang
bermutu bagi pasien. (Rantucci dalam Athiyah;dkk, 2014:6)
17

Evaluasi pelayanan informasi obat pada pasien rawat jalan di instalasi


farmasi Puskesmas Grabag I, komponen informasi obat yang selalu
disampaikan meliputi nama obat, cara pemberian, indikasi, aturan dan efek
samping, didapatkan hasil bahwa pelayanan informasi obat yang
disampaikan kepada pasien telah terlaksana namun masih terdapat
komponen informasi obat yang disampaikan kepada pasien kurang lengkap,
seperti komponen informasi obat yang paling sedikit disampaikan adalah
lama penggunaan obat dan juga dosis. (Novitasari, 2016:56)

G. Kesesuaian Pemberian Informasi Obat


Pemberian Informasi Obat terdiri dari: (Kemenkes RI, 2016:43)
1. Nama Obat: Pada kemasan terdiri dari nama dagang dan zat aktif.
Contoh:
a. Nama Dagang: Panadol
b. Nama Zat Aktif: Paracetamol atau Acetaminophen. (Depkes RI, 2008:11)
2. Jenis Sediaan Obat: Sediaan obat dapat berupa puyer, tablet, kapsul, dan
lain-lain. (Depkes RI, 2008:15)
3. Dosis Obat: Takaran obat yang menimbulkan khasiat yang tepat dan aman
bila dikonsumsi (Suljani;dkk, 2013:38). Menyampaikan informasi tentang
kekuatan sediaan suatu obat seperti: 50mg, 100mg.
4. Cara Pemakaian Obat: Menyampaikan informasi mengenai penggunan obat
yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti: obat oral, obat
luar, sublingual, suppositoria dan frekuensi pemberian obat sesuai dengan
farmakokinetik, contoh: 3 X sehari, serta penggunaan obat berdasarkan
reabsorpsi seperti sebelum/sesudah makan.
5. Cara Penyimpanan Obat: Aturan cara penyimpanan obat yang benar.
Contoh: Simpan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung
atau ikutin aturan yang tertera pada kemasan. (Depkes RI, 2008:31)
6. Indikasi Obat: Bahwa harus diperlakukan dengan cara tertentu, baik dengan
diberi pengobatan atau menjalani terapi tertentu. (Sulanjani;dkk, 2013:37)
7. Efek Samping Obat: Suatu obat atau pengaruh yang merugikan dan tak
diinginkan, yaitu timbul sebagai hasil dari suatu pengobatan lain seperti
18

pembedahan atau efek yang tidak diinginkan dari pengobatan seperti rambut
rontok disebabkan oleh kemoterapi, dll. (Sulanjan;dkk, 2013:37)
8. Interaksi Obat: Situasi dimana suatu obat mempengaruhi aktivitas obat lain
yang digunakan secara bersamaan, yaitu meningkatkan atau menurunkan
efeknya, atau menghasilkan efek baru yang tidak diinginkan atau
direncanakan. (Sulanjani;dkk, 2013:37-38)
9. Kontraindikasi Obat: Situasi obat dimana obat atau terapi tertentu tidak
dianjurkan karena dapat meningkatkan risiko. (Sulanjani;dkk, 2013:37)
10.Stabilitas Obat: Ketahanan suatu produk sesuai dengan batas-batas tertentu
selama penyimpanan dan penggunaannya atau umur simpan suatu produk
dimana suatu produk tersebut masih mempunyai sifat dan karakteristik yang
sama seperti pada waktu pembuatan. (Umar;dkk, 2014:162)
19

H. Kerangka Teori
Puskesmas

Standar Pelayanan Kefarmasian di


Puskesmas

Pengelolaan Obat dan Pelayanan Farmasi Sumber Daya


Bahan Medis Habis Klinik Kefarmasian
Pakai

1. Perencanaan 1. Pengkajian resep, 1. Sumber Daya Manusia


2. Permintaan Penyerahan Obat dan 2. Sarana dan Prasarana,
3. Penerimaan Pemberian Informasi meliputi:
4. Penyimpanan Obat: a. Ruang Penerimaan
5. Pendistribusian Hal-hal yang perlu Resep
6. Penarikan dan disampaikan kepada b. Ruang Pelayanan Resep
pemusnahan pasien: da Peracikan
7. Pengendalian a. Nama obat c. Ruang Penyerahan Obat
8. Administrasi b. Jenis Sediaan Obat d. Ruang Konseling
9. Pemantauan dan c. Dosis Obat e. Ruang Penyimpanan
evaluasi d. Cara Pemakaian Obat Sediaan Farmasi, Alat
e. Cara Penyimpanan Kesehata dan Bahan
Obat Medis Habis Pakai
f. Indikasi Obat f. Ruang Arsip
g. Efek Samping Obat
h. Interaksi Obat
i. Kontraindikasi Obat
j. Stabilitas Obat
2. Pelayanan Informasi Obat
3. Konseling
4. Ronde/Visite Pasien
5. Monitoring Efek Samping
Obat (MESO)
6. PemantauanGambar 2.1
Terapi Obat
(PTO)
Kerangka Obat
7. Evaluasi Penggunaan teori

Sumber:
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016
halaman 13-25 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas)
20

I. Kerangka Konsep

Gambaran Pemberian Informasi


Obat di Puskesmas Rawat Inap
Satelit Kota bandar Lampung

Hal-hal yang perlu disampaikan kepada pasien:


1. Jenis Tenaga Kefarmasian
2. Nama obat
3. Jenis Sediaan Obat
4. Dosis Obat
5. Cara Pemakaian Obat
6. Cara Penyimpanan Obat
7. Indikasi Obat
8. Efek Samping Obat
9. Interaksi Obat

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 tentang
Gambar 2.2 di Puskesmas
Standar Pelayanan Kefarmasian
21

J. Definisi Operasional

Tabel 2.1
Definisi Operasional
NO. Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Jenis Tenaga Tenaga yang Checklist Observasi 1.Apoteker Ordinal
Kefarmasian melakukan 2. TTK
pekerjaan 3. Petugas Non
kefarmasian Kefarmasian
2. Nama Obat Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
informasi 1= MTL
mengenai nama 2= MDL
dari suatu obat.
3. Jenis Sediaan Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
Obat informasi tentang 1= MTL
jenis sediaan obat 2= MDL
dalam bentuk
puyer, tablet,
kapsul dan lain-
lain.
4. Dosis Obat Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
informasi 1= MTL
tentangkekuatan 2= MDL
sediaan suatu obat
seperti: 50mg,
100mg
.
5. Cara Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
Pemakaian informasi 1= MTL
Obat mengenai 2= MDL
penggunan obat
yang benar
terutama untuk
sediaan farmasi
tertentu seperti:
obat oral, obat
luar, sublingual,
suppositoria dan
frekuensi
pemberian obat
sesuai dengan
farmakokinetik,
contoh: 3 X
sehari, serta
penggunaan obat
berdasarkan
reabsorpsi seperti
sebelum/sesudah
makan.
6. Cara Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
Penyimpanan informasi 1= MTL
Obat mengenaiaturan 2= MDL
cara penyimpanan
22

obat yang benar,


contoh: Simpan di
tempat sejuk dan
terhindar dari
sinar matahari
langsung atau
ikutin aturan yang
tertera pada
kemasan.
7. Indikasi Obat Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
informasi 1= MTL
mengenai khasiat 2= MDL
atau kegunaan
dari suatu obat.

8. Efek Samping Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal


Obat informasi 1= MTL
mengenai efek 2= MDL
yang akan timbul
setelah
mengkonsumsi
obat.
9. Interaksi Obat Menyampaikan Checklist Observasi 0= TM Ordinal
informasi tentang 1= MTL
dimana kerja obat 2= MDL
dipengaruhi obat
lain atau makanan
yang diberikan
bersamaan.

Keterangan :
0= Tidak Menyampaikan
1= Menyampaikan Tidak Lengkap
2= Menyampaikan Dengan Lengkap

Anda mungkin juga menyukai