Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan adalah tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan memegang peranan penting
dalam meningkatkan kesejahteraan manusia, dan sebagai sumber daya pembangunan. Derajat
kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas dan memperkuat daya saing bangsa
yang semakin ketat di dunia (Hasbi dkk, 2012).
Salah satu pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan sarana kesehatan masyarakat
terdepan yang memberi layanan kesehatan kepada masyarakat diseluruh pelosok tanah air.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Hasbi dkk, 2012).
Dalam sarana kesehatan puskesmas, farmasi merupakan salah satu faktor penting dalam
menunjang pelayanan kesehatan. Profesi farmasi saat ini telah mengalami perkembangan yaitu
dari orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan pada
asas pharmaceutical care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas
hidup pasien. Dengan bertambahnya kesadaran mengenai kesehatan dan berkembangnya
keinginan untuk ikut memikul tanggung jawab bagi kesehatan pasien tersebut.
2
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk mencapai
keberhasilan dalam tujuan pendidikan, yang dapat diperoleh melalui pendidikan di kelas,
laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai pengalaman belajar pada tatanan yang nyata
dan komprehensif sehingga mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri, maka dilaksanakan
Praktik Kerja Lapangan pada mahasiswa D3 Farmasi AKFAR ISFI Banjarmasin. Dengan
adanya Praktik Kerja Lapangan para mahasiswa dapat mengetahui langsung kondisi dan
situasi pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam dunia
kerja dan belajar untuk menganalsis suatu gejala dan masalah yang timbul agar kelak dapat
diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan pengarahan.
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti Pengantar Praktik Kerja Lapangan ini mahasiswa diharapkan mampu
memberikan pelayanan kefarmasian dengan pendekatan pharmaceutical care.
1. Tujuan khusus
Setelah mengikuti Pengantar Praktik Keja Lapangan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Pelayanan pengobatan (kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari pengelolaan obat
yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang akan ikut
menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.
2. Upaya pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan dalam upaya
pemulihan kesehatan.
Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah suatu kecamatan, dengan beberapa
faktor yaitu: kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi, dan keadaan infrastruktur
lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah
kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau
kelurahan, dusun atau rukun warga (Depkes RI, 2006).
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu:
Adapun kewajiban dan wewenang dari setiap petugas Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Kepala Puskesmas
1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan pengelolaan obat dan pencatatan pelaporan di
Puskesmas
5) Melaporkan semua obat yang hilang, rusak, kadaluarsa dan obat yang tidak
dibutuhkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin , GFK (Gudang Farmasi
Kotamadya) setempat
1) Menerima, menyimpan, memelihara obat yang ada di gudang dan membuat catatan
mutasi obat yang keluar maupun yang masuk gudang obat Puskesmas dalam kartu
stok
9) Melaporkan obat yang tidak dipakai, hilang, rusak dan kadaluarsa kepada Kepala
Puskesmas
2) Memelihara dan menyimpan resep obat secara tertib (untuk bukti pengeluaran obat
kepada pasien)
3) Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat dan jumlah penerimaan
resep (umum, Askes, dan gratis)
4) Membuat laporan dan secara berkala mengajukan permintaan obat kepada Kepala
Puskesmas/petugas gudang obat
5) Melayani permintaan obat untuk keperluan Kamar Suntik, Puskesmas Keliling dan
Posyandu
2) Setiap awal bulan (jika stok hampir habis) mempersiapkan obat kepada Kepala
Puskesmas/petugas kamar obat
3) Menyimpan obat yang ada di kamar suntik dengan baik/pada tempat yang sesuai
2) Setiap awal bulan mempersiapkan data pemakaian obat, sisa stok dan melaporkan
serta mengajukan permintaan obat kepada Kepala Puskesmas/petugas gudang obat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
untuk memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan
kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
1. Melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, pangan, alat kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi standar, dengan sasaran yang akan dicapai
sebagai berikut :
a. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
b. Meningkatkan pengawasan penggunaan sediaan farmasi, pangan dan alat
kesehatan
1. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak
menular. Dengan sasaran yang akan dicapai yakni menurunnya kejadian kematian atau
kecacatan akibat penyakit
2. Meningkatkan upaya pencegahan, penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan
bencana secara terpadu dengan melibatkan peran aktif masyarakat. Dengan sasaran
yang akan dicapai yakni meningkatkan deteksi dini, respon cepat penanggulangan KLB
dan bencana.
3. Meningkatkan kemandirian individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat.
4. Meningkatkan peran pemegang kepentingan terhadap pembangunan kesehatan.
Dengan sasaran yang akan dicapai yakni meningkatkan kegiatan-kegiatan di bidang
kesehatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi non pemerintah dan institusi lain.
5. Meningkatkan jejaring dengan pemegang kepentingan di bidang kesehatan. Dengan
sasaran yang akan dicapai yakni meningkatkannya organisasi non pemerintah dan
institusi lain yang akan berkonstribusi dalam pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya dapat dicapai melalui pembinaan,
pengembangan dan pelaksanaan serta pemantapan fungsi-fungsi administrasi kesehatan.
Selain itu juga didukung oleh informasi kesehatan, ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
serta hukum kesehatan. Fungsi-fungsi kesehatan tersebut, terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian serta pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
menyediakan obat dan menyerahkan bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Pelayanan resap adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus
dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat
kepada pasien. Pelayanan terhadap resep merupakan salah satu pelayanan farmasi di
Puskesmas, selain itu penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi untuk Puskesmas.
Pelayanan obat bertujuan agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan dapat
informasi bagaimana menggunakannya. Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi
aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien (Anief,2007).
Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah suatu proses yang merupakan
suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
dan penyerahan. Tujuannya adalah tersedianya perbekalan farmasi yang bermutu serta jumlah,
jenis dan waktu yang tepat (Depkes RI, 2006).
1. Perencanaan
Suatu proses kegiatan seleksi sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan untuk
menentukan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis
dan waktu yang tepat. Tujuan perencanaan untuk pengadaan obat adalah :
1. Mendapat jenis dan jumlah sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang sesuai
kebutuhan
2. Menghindari terjadinya kekosongan obat/penumpukan obat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Pola penyakit
2. Kemampuan/daya beli masyarakat
3. Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)
Kegiatan pokok dalam perencanaan adalah memilih dan menentukan sediaan farmasi dan
perbekalan yang akan diadakan (Depkes RI, 2008).
Perencanan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat
publik dan perbekalan kesehatan (POPPK) di Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan
oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan
kebutuhan obat tahunan. Oleh karena itu data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan
obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota. Dalam proses perencanaan
kebutuhan obat per tahun Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat (LPLPO).
Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan) yang akan
melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerjanya
(Depkes RI, 2003).
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit pelayanan
kesehatan adalah:
a) Metode konsumsi
Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelunnya. Hal yang perlu diperhatikan
adalah pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan
perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
b) Metode epidemiologi
Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah yang perlu
dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah
kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,
menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan menyesuaikan dengan alokasi dana yang tersedia.
c) Metode campuran
1. Permintaan obat
Tujuannya permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan di masing-masing unit pelayanan
kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Sumber penyediaan obat
di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan
untuk disediakan di- Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap
tahun oleh menteri kesehatan dan merujuk kepada daftar obat esensial nasional (DOEN).
Ketentuan tersebut, antara lain:
a) Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi
pelayanan kesehatan puiblik
e) Meningkatkan efektifitas dan efesiansi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik
1) Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota.
2) Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila: kebutuhan meningkat,
menghindari kekosongan, penanganan kejadian luar biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan oleh
Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mengunakan
format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit kepala puskesmas dilakukan secara
periodik menggunakan LPLPO sub unit. Berdasarkan pertimbangan efesiensi dan ketepatan
waktu penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat secara
langsung dari UPOPPK ke Puskesmas. Data yang di perlukan menentukan jumlah permintaan
obat adalah data pemakaian obat sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data penyakit,
frekuensi distribusi obat oleh UPOPPK (Depkes RI, 2003).
1. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan
dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya. Tujuannya
penerimaan adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan di Puskesmas. Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK,
kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu. Semua
petugas yang terlibat dalam kegiataan pengelolaan obat bertanggung jawab atas
ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya. Pelaksanaan fungsi pengendalian distribusi
obat kepada Puskesmas Pembantu dan sub unit kesehatan lainnya merupakan
tanggung jawab Kepala Puskesmas Induk.
Petugas penerimaan obat wajib menerima pengecekan terhadap obat-obat yang
diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah obat, bentuk obat sesuai
dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima/diketahui
Kepala Puskesmas bila tidak memenuhi syarat petugas penerima obat wajib menuliskan
jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat, dicatat
dan dibukukan pada buku penerima obat dan kartu stok (Depkes RI, 2003).
1. Distribusi
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain
sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas (kamar obat, laboratorium).
Tujuannya distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan
yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu.
Kegiatan distribusi meliputi:
2) Sisa stok
3) Pola penyakit
2) Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit-sub unit pelayanan.
Obat diserahkan bersama-sama dengan formulir LPLPO dan lembar pertama disimpan
sebagai tanda bukti penerimaan obat (Depkes RI, 2003).
1. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima
agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan
mutunya dapat dipertahankan.
Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua
perbekalan farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di Puskesmas. Adapun persyaratan
gudang obat Puskesmas sebagai berikut:
1. Pengendalian
Pengendalian persediaan adalah suatu kegitan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Kegiatan pengendalian yaitu :
b) Menentukan :
1. Stok optimum adalah jumlah obat yang disarankan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan dan kekosongan
2. Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadi sesuatu hal
yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan pengiriman di UPOPPK
3. Menentukan waktu tunggu (leadritme), yaitu waktu yang di perlukan dari mulai
pemesanan sampai obat di terima
Pengendalian obat terdiri dari :
a) Pengendalian persediaan
b) Pengendalian penggunaan
c) Pengendalian obat hilang
1. Kegiatan Pelayanan
a) Penataan Ruang Pelayanan Obat
2. Luas ruang pelayanan berukuran kurang lebih 3×4 meter dan mempunyai penerangan yang
cukup
1. Tempat penyerahan obat harus mempunyai loket yang memadai untuk komunikasi
dengan pasien
2. Ruang pelayanan harus terkunci bila ditinggalkan, bila perlu setiap jendela dilengkapi
dengan teralis
3. Tempat penyimpanan obat
Obat disimpan di lemari, rak atau kotak-kotak tertentu. Untuk obat-obat narkotika, psikotropika
hendaknya ditempatkan di dalam lemari terkunci. Tempatkan obat secara terpisah berdasarkan
bentuk seperti kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain. Vaksin dan serum ditempatkan di
dalam lemari pendingin.susunan obat berdasarkan alfabetis, dan terapkan sistem FIFO.
1. Tempat peracikan
a) Ruangan harus terlalu bersih, rapi dan teratur
d) Wadah obat harus selalu tertutup rapat dengan baik untuk menghindari kemungkinan
terkontaminsi dan udara lembab
e) Wadah obat harus di beri label sesuai dengan obat yang ada di dalamnya
Perlengkapan peralatan racikan
c) Kalau obat yang diminta tidak ada, konsultasikan obat alternatif/pengganti kepada pembuat
resep
Penyerahan Obat
1. Sebelum obat diserahkan, dilakukan pengecekan terakhir mengenai nama pasien, jenis
obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan dan sebagainya
2. Obat diberikan melalui loket
3. Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien
4. Informasi
Sebab utama penderita tidak menggunakan obat dengan tepat adalah karena penderita tidak
mendapatkan penjelasan yang cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang
menyerahkan obat. Oleh karena itu, sangatlah penting menyediakan waktu untuk memberikan
penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan
1. Etika pelayanan
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, karena disamping itu perlu
sopan santun dan kesabaran dalam melayani pasien, karena pasien sebagai penderita
penyakit biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosinya (Depkes RI,
2003).
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang
telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber
data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga bertujuan untuk
mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor. Pencatatan
stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat Narkotika, Psikotropika ataupun
bukan jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing-masing. Pencatatan stok
dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik per hari, minggu ataupun perbulan.
Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke-
apotek di Puskesmas.
TINJAUAN UMUM PUSKESMAS KUIN RAYA
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya menurut data terakhir adalah 41.237
jiwa dan 4.874 KK, sedangkan penduduk miskinnya sebanyak 5.149 jiwa perincian sebagai
berikut :
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya mayoritas beragama Islam dengan kondisi
sosial dan ekonominya menengah ke bawah. Wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya mempunyai
iklim yang sama dengan wilayah lain di Kota Banjarmasin yaitu beriklim tropis dengan
kelembaban udara rata – rata 70 – 95 %.
Puskesmas Kuin Raya terletak di Kelurahan Kuin Cerucuk, Kecamatan Banjarmasin Barat Kota
Banjarmasin. Wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya terdiri dari 3 wilayah kelurahan yaitu :
Secara geografis batas batas wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya adalah sebagai berikut :
1. Kelurahan Kuin Cerucuk
Luas wilayah kelurahan adalah 2,05 km2 dengan jumlah RT sebanyak 86 RT. Luas wilayah
kerja Puskesmas Kuin Raya 3,70 Ha dengan kepadatan 26,021 / km2 . Berdasarkan letak
Puskesmas Kuin Raya, maka jarak tempuh wilayah kerja Puskesmas Kuin Raya tersebut dari
yang terjauh adalah kurang lebih 30 menit dengan menggunakan roda empat. Kondisi jalan
berupa jalan beraspal, jalan semen cor, sarana transportasi sebagian menggunakan jalan darat,
hanya sebagian kecil yang menggunakan jalan air berupa perahu kecil atau kelotok.
3.3 Falsafah, Visi dan Misi Puskesmas Kuin Raya
1. Falsafah
Puskesmas Kuin Raya didirikan pada tahun 1974 sesuai dengan Instruksi Presiden
dimana awalnya tanah milik salah satu penduduk sekitar lingkungan Puskesmas, yang
kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin (Pemko) dan didirikan
sebuah Puskesmas dengan satu lantai. Akan tetapi, didirikannya Puskesmas ini masih
belum memiliki sertifikat yang asli dan sah, serta surat Izin Membuat Bangunan (IMB)
karena masih terbentur permasalahan dengan keturunan dari yang menghibahkan tanah
tersebut.
Untuk pertama kalinya pada tahun 2007 Puskesmas ini dibangun ulang atau direnovasi
menjadi dua lantai. Pada tahun 2009 telah berdiri mandiri dalam mengupayakan
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan yang baik untuk masyarakat.
Puskesmas Kuin Raya sekarang dipimpin oleh dr.H.Ris Mohammad Abrar dengan
jumlah 35 orang karyawan. Adapun kualifikasi tenaga kerja yang ada dari lulusan
dengan ijazah Sarjana (S1), Sarjana Muda, Diploma (DIII), Diploma (DI), SLTA, serta
SMP.
Lantai 1 Lantai 2
– Gudang
– WC Karyawan
Struktur organisasi Puskesmas Kuin Raya dapat dilihat pada daftar gambar.
3.5 Apotek Puskesmas
Di apotek Puskesmas Kuin Raya terdapat 1 orang Apoteker dan 1 orang Asisiten Apoteker
yang bertanggung jawab atas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas.
Apotek Puskesmas Kuin Raya memberikan pelayanan setiap hari mulai pukul 08.00-
12.00WITA, kecuali pada hari Jum’at mulai pukul 08.00-10.00WITA dan pada hari Sabtu
pukul 08.00-11.00WITA. Puskesmas Kuin Raya melayani 4 jenis resep, yaitu resep “Umum”
untuk masyarakat umum, resep “Askes” untuk resep yang diterima oleh peserta asuransi
kesehatan, dan resep “Jamkesmas”, untuk masyarakat pemegang kartu Jamkesmas, dan
untuk masyarakat di luar wilayah kerja puskesmas atau pasien umum yang bayar.
PEMBAHASAN
8 Bidan 6 orang
11 Sanitarian 2 orang
15 TKS 3 orang
Jumlah 35 orang
Pengelola Apotek Puskesmas Kuin Raya adalah seorang Apoteker. Apoteker sebagai tenaga
ahli di bidang obat sangatlah diperlukan dalam rangka pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan yang baik dan benar di Puskesmas. Apoteker di Puskesmas Kuin Raya memiliki
tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya sesuai dengan kompetensi
Apoteker di Puskesmas. Tugas dan tanggung jawab tersebut dikerjakan semata-mata untuk
menjamin ketersediaan obat dan untuk menjamin mutu obat dan perbekalan kesehatan agar
memiliki kualitas yang baik dan mutunya dapat terjamin. Tenaga Farmasi di Puskesmas Kuin
Raya adalah seorang Apoteker dan seorang Asisten Apoteker.
Di Apotek Puskesmas Kuin Raya, Apoteker dan Asisten Apoteker memiliki tugas masing-
masing. Adapun tugas tersebut sebagai berikut adalah :
a. Apoteker
Nama : Faridah, S.Farm., Apt
Tugas :
1) Tugas Pokok:
a) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan obat
sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien tentang
pemakaian obat
b) Merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kefarmasian baik bulanan dan tahunan
c) Mengelola pemasukan obat dan alkes baik dari Gudang Farmasi, ASKES maupun
Jamkesmas
2) Fungsi :
Sebagai Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas kepala Puskesmas dalam pengelolaan
dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian di Puskesmas yang dalam pelaksanaannya
dibantu oleh Asisten Apoteker.
d) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas
untuk kelancaran pelaksanaan tugas
1. Tugas Tambahan :
Membantu pelaksanaan kegiatan Poskesdes, Posyandu Lansia dan Posyandu Balita.
b. Asisten Apoteker
Nama : Maisyarah
Tugas :
1) Tugas Pokok:
a) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan obat
sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien tentang
pemakaian obat
2) Fungsi:
Sebagai Asisten Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas Apoteker dalam pengelolaan
dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian
c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai dengan bidang tugas untuk
kelancaran pelaksanaan tugas
4) Tugas Tambahan :
Selain pelayanan resep, penyediaan perbekalan farmasi, para petugas Apotek juga memiliki
tugas masing-masing atas pencatatan data obat yang masuk dan keluar serta jumlah resep
yang masuk dan keluar serta jumlah resep yang masuk, sehingga dapat mempermudah
dalam penyesuaian laporan tiap akhir bulan, tetapi tugas-tugas yang diberikan terhadap
masing-masing tidak membuat petugas tersebut hanya bertanggung jawab terhadap
tugasnya saja, melainkan juga bertanggung jawab terhadap tugas lain ketika petugas lain
ada keperluan yang mendesak. Puskesmas Kuin Raya mempunyai denah alur pengobatan,
sehingga pasien dapat mengetahui tata cara berobat di Puskesmas. Lihat di lampiran.
4.2 Manajemen Perbekalan Farmasi
1. Perencanaan
Perencanaan obat dan perbekalan farmasi Puskesmas Kuin Raya dilakukan tiap satu
tahun sekali oleh Apoteker selaku koordinator farmasi puskesmas yang dibantu oleh
Asisten Apoteker yang disusun berdasarkan data pemakaian obat tahun lalu, pola
penyakit yang sering muncul dan gabungan yang disesuaikan dengan alokasi anggaran
yang telah ditentukan oleh Gudang Farmasi Kota Banjarmasin.
Jika terjadi kebutuhan obat meningkat (missal : pada penanganan kejadian luar biasa), maka
Puskesmas Kuin Raya akan melakukan permintaaan khusus ke Gudang Farmasi Kota dengan
menggunakan bon obat, yang nantinya data dari bon tersebut akan dimasukkan ke LPLPO
bulan berikutnya
Jumlah dan jenis obat yang sudah dipenuhi oleh Gudang Farmasi akan dikirim biasanya pada
pertengahan bulan, kemudian oleh petugas penerima wajib melakukan pengecekan terhadap
obat yang diserahkan. Pengecekan tersebut mencakup jenis, jumlah, dan kemasan obat sesuai
dengan isi dokumen (LPLPO) dan ditandatangani oleh petugas penerima jika barang yang
diserahkan sesuai dengan permintaan, kemudian barang tersebut dimasukkan dan disusun
dalam lemari atau rak yang telah tersedia. Jika terdapat kekurangan, penerima wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kursng dan lain-lain) Setiap penerimaan obat
dicatat pada buku register penerimaan obat.
1. Penyimpanan
a. Penyimpanan Obat
Penyimpanan obat dalam gudang Puskesmas Kuin Raya berdasarkan alfabet, bentuk sediaan,
sistem FEFO dan FIFO serta kondisi penyimpanan khusus. Beberapa obat yang perlu disimpan
khusus yaitu obat golongan narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari khusus
yang terkunci. Obat kelompok vaksin dan suppositoria harus disimpan dalam lemari pendingin
untuk menjamin stabilitas sediaan.
Penyimpanan Resep
Resep dikumpulkan setiap hari kemudian digabungkan per bulan dan disimpan pertahun.
Resep-resep tersebut disimpan selama tiga tahun kemudian dimusnahkan dan dibuat berita
acara yang ditujukan kepada :
1. Distribusi
Tujuan distribusi obat yaitu untuk menjamin ketersediaan obat, memelihara mutu obat,
memperpendek waktu tunggu, pengendalian persediaan, dan memudahkan pencarian
dan pengawasan. Obat dan alat kesehatan yang datang dari Gudang Farmasi Kota
akan diterima oleh apotek, kemudian apotek akan menyerahkan obat atau alat
kesehatan tertentu ke unit pelayanan seperti Pustu, Poskesdes, Posyandu Anak,
Posyandu Lansia, dan Pusling.
Obat diserahkan ke unit pelayanan berdasarkan bon obat dari masing-masing unit
pelayanan yang diserahkan ke apotek sebagai data untuk pelaporan.
1. Pelayanan
Pelayanan di Puskesmas Kuin Raya diberikan setiap hari kerja, yaitu :
1. Penerimaan resep
2. Peracikan dan penyediaan obat
3. Penyerahan obat beserta pelayanan informasi obat
4. Pendokumentasian resep
5. Pendokumentasian data pemakaian obat (register harian dan bulanan/LPLPO)
6. Pendokumentasian data pemantauan pemakaian obat generic
7. Pendokumentasian data rasionalitas obat meliputi 3 penyakit, yaitu ISPA non pneumoni,
diare non spesifik, dan myalgia.
8. Pendistribusian obat.
Pelayanan pengunjung di Puskesmas Kuin Raya yaitu pasien yang datang mendaftarkan diri ke
loket. Selanjutnya pasien menunggu panggilan, setelah dipanggil pasien menuju ke masing-
masing poli yang tersedia sesuai dengan penyakit yang sedang diderita. Kemudian pasien
diperiksa oleh dokter, perawat, atau bidan dan diberikan resep yang kemudian diserahkan
kepada petugas apotek.
Pasien menyerahkan resep ke bagian apotek, petugas apotek menyiapkan obat dan diberi
etiket , lalu diserahkan kepada pasien serta memberikan informasi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan obat tersebut yang perlu diketahui oleh pasien. Di apotek Puskesmas
Kuin Raya hanya melayani resep dari dokter yang bertugas di puskesmas bersangkutan.
Apabila ada pasien yang perlu penanganan lebih lanjut dapat dirujuk ke rumah sakit, khususnya
Rumah Sakit Ansari Saleh dan Rumah Sakit Ulin.
Resep dalam seharinya yang telah diterima oleh pihak Apotek akan dikumpulkan menjadi satu
oleh staf loket untuk dihitung jumlah resep yang masuk dan disesuaikan dengan jumlah
pendaftar pada loket. Jumlah semua resep pasien ini yang nantinya akan dilaporkan pada akhir
bulan pada saat rapat bulanan.
Penduduk juga dapat membuat Surat Keterangan (SK) Sehat untuk keperluan tertentu pada
Puskesmas Kuin Raya dengan membayar retribusi pembuatan SK Sehat terlebih dahulu.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas ini gratis ditanggung oleh pemerintah, kecuali pembuatan
SK Sehat dan tindakan diluar Peraturan Daerah (Perda) Kota Banjarmasin.
1. Pelaporan indikator monitoring peresepan, yaitu pelaporan yang dilakukan setiap bulan
ke bagian kefarmasian dan perizinan dan Gudang Farmasi Kota Banjarmasin.
4.3 Kegiatan Pelayanan Luar Gedung
Pelayanan luar gedung apotek Puskesmas Kuin Raya meliputi sejumlah kegiatan pelayanan
resep dan program-program pengobatan puskesmas di wilayah Kelurahan Belitung Utara,
Kelurahan Kuin Cerucuk, dan Kelurahan Kuin Selatan.
1. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau Desa Siaga, yaitu Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.
Biasanya dilaksanakan setiap hari Selasa di Kelurahan Kuin Cerucuk, hari Rabu di
Kelurahan Kuin Selatan, dan hari Jumat di Kelurahan Belitung Utara.
2. Posyandu Lansia, meliputi : penyuluhan, pemeriksaan kesehatan sederhana untuk lanjut
usia. Biasanya dilaksanakan setiap hari Kamis dan Sabtu.
3. Posyandu Balita, meliputi : pendaftaran, penimbangan, imunisasi, dan pengobatan.
4. Puskesmas Keliling, yaitu program pelayanan kesehatan terpadu keluar gedung
Pusksesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal masyarakat yang sulit
mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat.
Selain kegiatan pelayanan luar gedung diatas, masih ada kegiatan luar gedugn lain berupa :
1. Kunjungan rumah, yaitu melakukan kunjungan langsung ke lokasi tempat tinggal pasien
yang mengalami masalah kesehatan.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Perencanaan obat dan alat kesehatan Puskesmas Kuin Raya dilakukan setiap satu
tahun sekali berdasarkan jumlah pemakaian tahun sebelumnya, pola penyakit yang
sering muncul dan gabungan yang disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah
ditentukan oleh Gudang Farmasi Kota Banjarmasin. Selain perencanaan tahunan, setiap
bulannya juga dilakukan perencanaan dalam bentuk pengisisan LPLPO.
2. Pengadaan obat dilakukan setiap bulan dengan menggunakan LPLPO ke Gudang
Farmasi dan Dinas Kesehatan.
3. Penyimpanan obat dilakukan secara alfabet, bentuk sediaan, FEFO atau FIFO, dan
kondisi penyimpanan khusus.
4. Pendistribusian obat dilakukan berdasarkan resep Dokter yang berpraktik di Puskesmas
Kuin Raya, baik untuk resep yang dikeluarkan melalui pelayanan dalam gedung maupun
luar gedung.
5. Pelayanan di Puskesmas kuin Raya terbagi 2, yaitu pelayanan dalam gedung dan
pelayanan luar gedung (Poskesdes, Posyandu Lansia, Posyandu Balita, dan Pusling).
1. Administrasi dan pelaporan obat di apotek Puskesmas Kuin Raya dilakukan dengan
mencatat semua pengeluaran obat dalam register harian dan bulanan sebagai acuan
membuat LPLPO. Pelaporan peresepan penggunaan obat generik dilakukan tiap 3 (tiga)
bulan sekali. Pelaporan narkotika dan psikotropik dilakukan tiap 1 (satu) bulan sekali
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dengan tembusan kepada
:
a) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
b) Kepala BPOM Banjarmasin
c) Arsip
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad, 2007, Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, Depatemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 1994, Pedoman Kerja Puskesmas Jilid I, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Depkes RI, 2003, Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di
Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Hasbi, Muhammad Kairi dkk, 2012, Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan di Puskesmas
Kuin Raya, Banjarmasin