Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Rumah Sakit (K3 RS)

Kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit atau yang dikenal dengan K3 RS
mulai mendapat perhatian serius dari manajemen rumah sakit sejak diberlakukannya
sistem akreditasi rumah sakit oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Pada
awal tahun 2017 KARS mengeluarkan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
yang merupakan penyempurnaan dari KARS versi 2012. Dalam SNARS 2017 pada
kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit terdapat Bab mengenai Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan atau dikenal dengan MFK. Didalam MFK terdapat 24
standar dan 104 penilaian yang dapat dikelompokan kedalam enam bidang, yaitu:

1. Keselamatan dan Keamanan

2. Bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbahnya

3. Manajemen Penanggulangan Bencana

4. Sistem Proteksi Kebakaran

5. Peralatan Medis

6. Sistem Penunjang

Rumah sakit diwajibkan untuk mengelola keenam bidang tersebut dalam upaya
mencegah kecelakaan dan kerugian bag pasien, pengunjung dan staf rumah sakit.
Untuk penerapan MFK ini, maka rumah sakit diwajibkan untuk menbentuk komite K3
atau instalasi K3 sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 66 tahun 2016
tentang standar kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit. Dalam permenkes
66 TH 2016 juga disebutkan tentang 5 prinsip SMK3 (Sistem Manajemen K3) sesuai
dengan PP 50 Tahun 2012 tentang SMK3. Lima prinsip tersebut adalah:

1. Kebijakan

2. Perencanaan

3. Implementasi

4. Monitoring Evaluasi

5. Tindak lanjut/perbaikan berkelanjutan

Artinya, dalam menerapkan K3 di rumah sakit harus dimulai dengan Komitmen dari
Top Manajemen atau direktur rumah sakit yang dituangkan dalam bentuk kebijakan
K3. Hal ini juga dinyatakan didalam MFK 1 tentang Kepemimpianan dan
Perencanaan. Tanpa komitmen yang kuat dari direktur rumah sakit maka penerapan
K3 secara baik akan menjadi sulit diwujudkan. Ada beberapa langkah berikut yang
dapat dilakukan dalam menerapkan K3 di rumah sakit, langkah ini menjadi penting
karena K3 Rumah Sakit dapat dikatakan merupakan hal yang baru dan masih
dianggap belum begitu penting, yaitu:

1. Mendapatkan komitmen dari Direktur Rumah Sakit. Langkah awal dalam


penerapan K3 rumah sakit adalah dengan mendapatkan komitmen dari direktur
rumah sakit, artinya direktur rumah sakit secara serius mendukung dan terlibat
dalam program-program K3 yang akan dijalankan.

2. Membentuk komite K3. Setelah mendapatkan komitmen dari direktur rumah


sakit, dan salah satu bentuk wujud dari komitmen tersebut, direktur membentuk
Komite K3 rumah sakit dimana ketua komitenya adalah direktur atau satu level
dibawahnya. Komite K3 rumah sakit bertugas mebuat kebijakan K3 RS dan
program-program K3 lainnya. Pembentukan Komite K3 RS disertai dengan Surat
Keputusan (SK) direktur, ada dua jenis SK yang perlu dikeluarkan oleh direktur,
yaitu:

1. SK Pembentukan Organisasi Komite K3, dan

2. SK penunjukan/penugasan untuk semua anggota Komite K3.

3. Setelah komite K3 terbentuk, maka dilakukan kick off meting untuk membahas
rancangan Kebijakan K3 Rumah Sakit yang nantinya akan ditanda tangani oleh
direktur rumah sakit. Kebijakan K3 RS mencerminkan komitmen K3 dari direktur
rumah sakit untuk mematuhi peraturan perundangan terkait K3 yang berlaku,
komitmen untuk merencanakan dan menerapkan K3 untuk mencegahan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) bagi semua
staff/karyawan rumah sakit baik yang permanen, kontrak, outsourcing atau
vendor/kontraktor. Kebijakan dibuat dalam bentuk tertulis dan ditanda tangani
oleh direktur.

4. Langkah berikutnya adalah melakukan sosialisasi kebijakan K3 kepada seluruh


karyawan rumah sakit untuk mendapatkan dukungan dan keterlibatan dari
seluruh karyawan. Sosialisasi ini melibatkan semua manajemen termasuk
direktur. Hal ini penting dilakukan untuk menunjukan keseriusan dari semua
manajemen dalam penerapan K3 di rumah sakit. Kegagalan dalam
mensosialisasikan kebijakan K3 kepada seluruh karyawan akan berakibat pada
kegagalan dalam penerapan program-program K3 berikutnya. Sosialisasi dapat
dilakukan dalam bentuk komunikasi langsung oleh direktur kepada seluruh
karyawan rumah sakit, atau berjenjang melalui manajemen rumah sakit sampai
pada level karyawan paling bawah. Sosialisasi tidak hanya membacakan poin-
poin kebijakan akan tetapi juga penjelasan yang detil dari poin-poin tersebut agar
dapat dipahami oleh semua karyawan.

5. Setelah sosisaliasi kebijakan dilakukan dengan baik, maka dilanjutkan dengan


membuat perencanaan program-program K3. Langkah ini dimulai dengan
Identifikasi Bahaya di tempat kerja. Kenapa membuat program K3 dimulai
dengan identifikasi bahaya? Kenapa tidak copy paste saja dari rumah sakit lain?,
tentu saja hal tersebut tidak bisa kita lakukan, karena program K3 adalah
program pengendalian bahaya dan risiko ditempat kerja, maka harus dimulai
dengan melihat dan mengenal (mengidentifikasi) bahaya dan risiko ditempat
kerja masing-masing, karena potensi bahaya dan risiko disetiap tempat bisa
berbeda-beda. Identifikasi bahaya bisa dilakukan dengan berbagai teknik atau
metode, misalnya dengan teknik inspeksi, job safety analisis (JSA) atau
qualitative risk assessment (HIRA). Dari hasil identifikasi bahaya makan
dibuatlah program-program pengendalian dari bahaya dan risko yang
ditemukan.  Dalam membuat program K3 harus ditentukan sasaran yang ingin
dicapai, tolok ukur keberhasilan (KPI), penanggung jawab pelaksana, target
waktu dan anggaran yang diperlukan.

6. Langkah berikutnya menerapkan atau menjalankan program yang sudah dibuat.


Penerapan program adalah menjadi tanggung jawab semua instalasi rumah
sakit, tergantung pada jenis program yang dijalankan di instalasi masing-masing.
Komite K3 bertanggung jawab mengawasi, mengevaluasi dan memberikan
masukan terhadap program K3 berjalan.

7. Untuk memastikan konsistensi penerapan program K3 agar tetap berada pada


jalur yang ditetapkan, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi (Monev)
secara berkala. Ada tiga cara dalam melakukan monev, yaitu:

1. Inspeksi K3 secara berkala, paling kurang 1 kali dalam 1 bulan.

2. Audit K3 minimal 1 kali dalam 1 tahun

3. Rapat komite k3 untuk membahas program-program berjalan atah hasil


inspeksi K3, minimal 1 kali dalam 1 bulan.

8. Langkah terakhir dan juga merupakan kunci keberhasilan dari program K3


adalam Tindak Lanjut atau perbaikan secara terus-menerus dari hasil temuan
Monev yang dilakukan. Temuan-temuan yang merupakan gap atau kekurangan
dalam implementasi program K3 harus diperbaiki dan ditindak lanjuti. Ada tiga
kelompok temuan dari kegiatan Monev, yaitu:

1. Potensi bahaya dan risiko yang sudah dikendalikan dengan baik, ini harus
dipertahankan.

2. Potensi bahaya dan risiko yang dikendalikan parsial, ini harus diperbaikan
dan dilenkapi pengendaliannya.

3. Potensi bahaya dan risiko yang belum dikendalikan sama sekalu, ini harus
dibuat program pengendaliannya.

Jika delapan langkah tersebut dilakukan secara baik, maka in shaa Allah penerapan
program K3 di rumah sakit akan berhasil dengan baik.

SELAMAT MENCOBA.

Penulis,

DR. Alfajri Ismail, M.Si., MPM, HIU


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA RUMAH
SAKIT
9 Mei 2016 Karya Ilmiah

Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas medis
lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi berbahaya
yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program keselamatan dan
kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik
terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis,
penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di
fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
rumah sakit juga “concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam
program patient safety.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Bab XII Pasal 164
dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah
bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap
para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung Rumah Sakit. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya K3 di Rumah Sakit.
Bahaya Yang Dihadapi Dalam Rumah Sakit Atau Instansi Kesehatan
Dalam pekerjaan sehari-hari petugas keshatan selalu dihadapkan pada bahaya-
bahaya tertentu, misalnya bahaya infeksius, reagensia yang toksik , peralatan listrik
maupun peralatan kesehatan. Secara garis besar bahaya yang dihadapi dalam
rumah sakit atau instansi kesehatan dapat digolongkan dalam :
1. Bahaya kebakaran dan ledakan dari zat/bahan yang mudah terbakar atau
meledak
  (obat-obatan).
2. Bahan beracun, korosif dan kaustik .
3. Bahaya radiasi .
4. Luka bakar .
5. Syok akibat aliran listrik .
6. Luka sayat akibat alat gelas yang pecah dan benda tajam .
7. Bahaya infeksi dari kuman, virus atau parasit.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah kesehatan dan keselamatan yang
berkaitan dengan tenaga kerja, pekerjaan dan lingkungan kerja, yang meliputi
segala upaya untuk mencegah dan menanggulangi segala sakit dan kecelakaan
akibat kerja.
Dasar Hukum dan Pedoman :
 UU No.1  /1970 tentang keselamatan kerja
 UU No.23 /1992 tentang kesehatan
 Permenkes RI No. 986/92 tentang kesehatan lingkungan RS
 Permenkes RI No. 472 tahun 1996 tentang pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan
 SK Menkes No.351 tahun 2003 tentang Komite K3 sektor Kesehatan
 Permenaker no.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
 Keputusan Dir.Jen. P2PLP nomor 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit
 Pedoman K3 di rumah sakit th 2006 ( BinKesja DepKes )
 Pedoman teknis pengelolaan limbah klinis dan desinfeksi dan sterilisasi di rumah sakit
tahun 2002.
Sistem Manajemen K3-RS
Merupakan bagian  dari sistem manajemen RS secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses,
dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
dan pemeliharaan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang sehat, aman, efisien, dan produktif.
Tujuan SM-K3RS
Menciptakan suatu sistem kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit dengan
melibatkan unsur manajemen, karyawan, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Tahap  Penerapan K3-RS
 Tahap persiapan
 Tahap pelaksanaan
 Tahap pemantauan dan evaluasi
Tahap Persiapan
 Komitmen manajemen : kebijakan, penyediaan dana, sarana dan prasarana untuk
mendukung kegiatan K3 RS
 Membentuk Unit Organisasi K3 di RS yang terlihat dalam struktur organisasi RS
Susunan / Organisasi K3-RS
Susunan Unit K3-RS terdiri dari :
 Bidang I : Bidang pengamanan peralatan medik, pengamanan radiasi dan limbah
radioaktif
 Bidang II : Bidang pengamanan peralatan nonmedik, pengamanan dan keselamatan
bangunan
 Bidang III : Bidang pengembangan sanitasi sarana kesehatan
 Bidang IV : Bidang pelayanan kesehatan kerja dan pencegahan penyakit akibat kerja
 Bidang V : Bidang pencegahan dan penanggulangan bencana
Tugas Unit Organisasi K3-RS
 Memberi rekomendasi dan pertimbanagan kepada Direktur RS tentang masalah-masalah
yang berkaitan dengan K3_RS
 Membuat program K3-RS
 Melaksanakan program K3_RS
 Melakukan evaluasi program K3-RS
Tahap Pelaksanaan 
Program K3-RS
1. Pelaksanaan kesehatan kerja bagi karyawanb ( prakerja, berkala, khusus )
2. Upaya pengamanan pasien, pengunjung dan petugas 
3. Peningkatan kesehatan lingkungan 
4. Sanitasi lingkungan RS
5. Pengelolaan dan pengolahan limbah padat, cair, gas
6. Pencegahan dan penanggulangan bencana (Disaster program)
7. Pengelolaan jasa, bahan dan barang berbahaya
8. Pendidikan dan pelatihan K3
9. Sertifikasi dan kalibrasi sarana, prasarana, dan peralatan RS
10. Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan K3
Tahap Pemantauan dan Evaluasi
1. Inspeksi dan audit program K3 
2. Perbaikan dan pengendalian K3 yang didasarkan atas hasil temuan dari audit dan
inspeksi 
3. Rekomendasi dan tindak lanjut hasil evaluasi program K3
Indikator keberhasilan SM-K3RS
1. Terlaksanakannya program K3-RS
2. Penurunan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Ruang lingkup K3 di Rumah Sakit
 Sarana higene yang memantau pengaruh lingkungan kerja terhadap tenaga kerja antara
lain pencahayaan, bising, suhu / iklim kerja.
 Sarana Keselamatan kerja yang meliputi pengamanan pada peralatan kerja, pemakaian
alat pelindung diri dan tanda/rambu-rambu peringatan dan alat pemadam kebakaran.
 Sarana Kesehatan Kerja yang meliputi pemeriksaan awal, berkala dan khusus, gizi kerja,
kebersihan diri dan lingkungan.
 Ergonomi yaitu kesehatan antara alat kerja dengan tenaga kerja
Sumber Stres Di Rumah Sakit
 Beban kerja terlalu berat
 Konflik dan ketidakjelasan peran
 Kurang supervisi dan pengarahan
 Bekerja di daerah yang asing
 Suara gaduh
 Kurang berperan -> kepuasan kerja rendah
 Kurang penghargaan
 Kerja bergilir
 Pajanan terhadapa toksikan,pasien infeksius
 Ketidakpastian (politik, kerja kontrak)
Keadaan Darurat di RS
Keadaan darurat adalah setiap kejadian yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap kelancaran operasi/kegiatan di lingkungan RS
Jenisnya :
 Kebakaran
 Kecelakaan , contoh : terpeleset dan tertusuk benda tajam
 Gangguan tenaga, contoh : gangguan listrik, air, dll
 Ganggua keamanan, contoh : huru-hara, demonstrasi, pencurian
 Bencana alam, contoh : gempa bumi, angin topan, banjir, dll
 Keadaan darurat di ruangan, ruang bedah, ICCU< contoh : gagal jantung, gagal napas
Pemantauan Lingkungan Kerja
Laporan pemantauan lingkungan kerja dilakukan
 Penyehatan lingkungan rumah sakit dilakukan setiap triwulan secara berjenjang
 Pemantauan kualitas udara ruang minimal 2 kali dalam setahun
 Pemantauan bahan makanan dilakukan minimal 1 kali setiap bulan diambil sampel untuk
konfirmasi laboraturium
 Tenaga kerja dipewriksa kesehatannya 1 kali setahun 
 Pemeriksaan air minum dan air bersih dilakukan  2 kali setahun
 Perbaikan tangga ( dilengkapi karet anti terpelesetr), ram, pintu dan tangga darurat
 Penyempurnaan pengolahan limbah
 Pemasangan detektor asap
 Pemasangan alat komunikasi
 Perbaikan dan penyempurnaan vertilasi dan pencahayaan
Untuk Karyawan 
 Inventarisasi seluruh karyawan beserta tempat kerja 
 Laporan karyawan yang sakit kronis
 Jumlah kunjungan karyawan yang berobat di Poli
 Usulan medikal check-up untuk karyawan yang sering sakit (absensi)
 Usulan skrening test untuk pegawai yang bekerja di tempat resiko tinggi ( IGD, dapur,
laundr, lab )
 Usulan vaksinasi pegawai terutama yang bekerja di tempat resiko tinggi
 Usulan pelatihan K3 diluar dan didalam Rumah Sakit 
 Usulan pembelian APD ( topi, masker, pakaian kerja, sepatu, sarung tangan)
 Perbaikan kesejahteraan karyawan (makanan tambahan, vasilitas kesehatan)
 

Referensi ;
https://www.scribd.com/doc/310436062/Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja-Di-
Rumah-
Sakit
http://pelatihank3.co.id/manajemen-k3-rumah-sakit.html
https://www.scribd.com/doc/221743386/Makalah-Kesehatan-Dan-Keselamatan-
Kerja-Di-Rumah-Sakit
http://k3rumahsakit.blogspot.co.id/2012/10/pengantar-kesehatan-dan-
keselamatan_14.html

Anda mungkin juga menyukai