Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sangat kaya akan tumbuhan obat alam yang telah digunakan

oleh masyarakat kita sejak zaman dahulu berdasarkan berdasarkan pengalaman

secara turun menurun. Bahan obat yang berasal dari tumbuhan, secara tradisional

biasanya dilakukan dengan cara menyeduh bahan-bahan tersebut dan ada juga

menggunakan air perasan dari bahan segar tumbuh-tumbuhan. Diindonesia, saat

ini obat-obatan tradisional sudah mengikuti perkembangan obat-obatan modren,

mulai dari pengobatan, pengemasan, dan proses lainnya. Obat-obatan tradisional

telah diolah sedemikian rupa sehinngga dapat pula dikemas dalam bentuk obat

modern seperti kapsul, suspensi, salep, ataupun bentuk-bentuk sediaan modern

lainnya (Marjoni, 2016).

Budaya kembali kealam marak saat ini sangat mendorong gencarnya

penelitian mengenai manfaat tanaman obat sehingga dapat digunakan dalam

pelayanan kesehatan normal. Salah satu penyakit yang dapat diobati dengan

pemanfaat obat alam adalah Diabetes Melitus. Penyakit diindonesia lebih banyak

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dari pola makan, pola hidup,

prevalensi obesitas meningkat. Indonesia menempati posisi ke-4 jumlah penderita

diabetes melitus terbesar didunia setelah india, cina dan amerika serikat. Badan

kesehatan dunia (WHO) juga memprediksi jumlah penderita diabetes melitus

diindonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun

2030 (Suharmiati & Roosihermiatie, 2012).


2

Salah satu cara tradisional untuk mengatasi diabetes melitus, pada

umumnya dilakukan terapi herbal yang dimaksud adalah proses penyembuhan

menggunakan ramuan berbagai tanaman berkhasiat sebagai obat, biasanya terapi

herbal ini di lakukan sebagai pengobatan alternatif, namun sebagian masyarakat

ada yang sengaja melakukan nya sebagai tindakan pencegahan terhadap

pencegahan suatu penyakit. Pada masa sekarang tanaman obat tidak hanya

diperoleh sekedar dari tumbuhan liar, tetapi banyak yang telah di budidayakan

bahan di usahakan secara komersial. Tanaman obat yang digunakan dalam terapi

diabetes melitus jumlah nya cukup banyak, di antaranya adalah mimba, brotowali,

mahoni, alpukat, ciplukan, pareh, mengkudu, kayu manis, sereh, daun sendok dan

berapa tanaman lainnya. Tanaman tersebut di ketahui mengandung senyawa

alkaloid dan flavonoid yang dapat mengelola kadar gula dalam darah sehingga

bermanfaat mengobati penyakit diabetes melitus (utami, 2003).

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Hal ini di hubungkan

dengan keadaan abnormalitas metabolisme, karbohidrat, lemak dan protein terjadi

karena sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya, dari faktor genetik serta faktor

lingkungan dan mengakibatkan kompliksi kronis termasuk mikrovaskuler,

makrovaskular dan neoropati kronis (Novia, 2016).

Pengobatan diabetes melitus dapat di lakukan secara medis dengan obat-

obatan modern dan suntikan tetapi karena tingginya biaya pengobatan cara medis

ini terkadang sulit dilakukan. Diabetes melitus juga dapat diatasi dengan

pengobatan alami dengan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat. Tanaman

berkhasiat obat dapat diperoleh dengan mudah, dapat dipetik langsung untuk
3

pemakaian segar atau dapat dikeringkan. Oleh karena itu, pengobatan alternatif

dengan menggunakan tanaman tradisional telah menunjukkan penurunan resiko

terhadap komplikasi sekunder dari diabetes seperti kerusakan ginjal, stres

oksidatif dan lemak hati (Juarez Rojop et al, 2012).

Pada tahun 1980 WHO merekomendasikan agar dilakukan penelitian

terhadap tanaman yang memiliki efek menurunkan kadar gula darah karena

pemakaian obat modren yang kurang aman (Kumar, et al, 2005).

Salah satu tanaman obat yang memiliki efek hipoglikemia dan antioksidan

adalah kayu manis (cinnamomum burmanni). Sebenarnya bubuk kayu manis dari

kulit spesies cinnamomum telah lama digunakan dalam obat-obatan di cina

sebagai antidiabetes (Cheng et alI., 2012). Selain itu berdasarkan penelitian yang

menyatakan bahwa mengkonsumsi 2 gram bubuk kayu manis (Cinnamomum

burmanni) pada pria penderita DM tipe 2 selama 40 hari dalam menurunkan

kadar gula darah sebesar 18,87%. Pada kulit kayu manis (Cinnamomum

burmanni) menghasilkan minyak atsiri yang berfungsi sebagai antioksidan

(Elbaroty, 2010).

Tanaman sereh (Cymbopogon nardus) merupakan tanaman indonesia yang

digunakan sebagai bahan masakan, minuman, dan aromaterapi, selain itu juga

sebagai obat tradisional untuk menurunkan kadar gula darah, bahwa senyawa

citral yang hadir didalamnya membantu mempertahankan kadar insulin optimal

dan meningkatkan toleransi dalam tubuh (Mighani et al, 2012).

Pada penelitian ini dilakukan metode untuk mengetahui uji efektivitas

kombinasi seduhan kayu manis dan sereh dalam menurunkan kadar glukosa darah

dan pada tikus yang diinduksi dengan aloksan.


4

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah efektivitas kombinasi seduhan kayu manis (cinnamomum

burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon nardus) mempengaruhi kadar

glukosa darah total pada tikus putih jantan yang telah di induksi aloksan?

b. Berapakah konsentrasi kombinasi seduhan kayu manis (cinnamomum

burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon nardus) yang paling efektif

dalam mempengaruhi kadar glukosa darah total pada tikus putih jantan?

c. Apakah efektivitas kombinasi seduhan kayu manis (cinnamomum

burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon nardus) lebih efektif

dibandingkan glibenklamid 5 mg?

1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah total

menggunakan seduhan kayu manis (cinnamomum burmanni) dan batang

sereh (Cymbopogon nardus).

b. Untuk mengetahui konsentrasi seduhan kayu manis (cinnamomum

burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon nardus) yang paling efektif

dalam mempengaruhi kadar gukosa darah total pada tikus putih jantan.

c. Untuk mengetahui perbandingan seduhan kayu manis dan batang sereh

(Cymbopogon nardus) dengan glibenklamis 5 mg dalam menurunkan

kadar gula darah.

1.3.1 Hipotesis
5

a. Kombinasi seduhan kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan sereh

(Cymbopogon nardus) mempunyai efek penurunan kadar glukosa darah

total pada tikus putih jantan.

b. Terdapat perbedaan konsentrasi seduhan kayu manis (Cinnamomum

burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon nardus) yang paling efektif

dalam mempengaruhi kadar gukosa darah total pada tikus putih jantan.

c. Terdapat perbandingan antara seduhan kayu manis (Cinnamomum

burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon nardus) dengan glibenklamid

5 mg dalam menurunkan kadar gula darah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.3 Manfaat bagi peneliti

a. Dapat menambah wawasan, pengetahuan, serta melatih kemampuan

peneliti .

b. Dapat memberikan informasi ilmiah terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya tentang efektif penurunan kadar glukosa darah

total.

1.3.4 Manfaat bagi institusi

a. Sebagai acuan bagi peneliti masyarakat.

b. Memberikan informasi serta masukan terhadap penurunan kadar glukosa

darah total.

1.3.5 Manfaat bagi masyarakat


6

a. Pemanfaat bahan alam sebagai alternatif pengobatan diabetes melitus.

b. Memberikan acuan terhadap masyarakat tentang penggunaan seduhan

kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan batang sereh (Cymbopogon

nardus) untuk proses penurunan kadar glukosa darah total.

BAB II
7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Kayu manis

2.1.1 Morfologi Dan Kandungan kimia Tumbuhan kayu manis

Kayu manis (Cinnamomum burmanii) merupakan tanaman berkayu

semak. Tumbuh sepanjang tahun. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 m

tergantung jenisnya. Kulit kayu manis umum nya berwarna abu-abu dengan

aroma yang khas dan rasanya manis. Daun kayu manis memiliki daun yang lebih

kecil dan kaku panjang daun nya antara 9-12m Dan lebar 3,4-5,4cmpucuk

daunnya berwarna kemerahan sedangkan daun tuanya bewarna hijau tua. Bunga

kayu manis berkelamin dua atau bunga sempurna berwarna kuning, bunga muncul

diujung ranting kelopakbunga berjumlah enam helai dalam dua rangkaian. Benang

sarinya berjumlah 12 helai. Sedangkan buah kayu manis memimiliki buah buni

berdaging dan berbenih satu. Bentuk buah bulat memanjang buah yang masih

muda berwarna hijau tua, sedangkan buah yang sudah tua berwarna ungu tua.

Panjang buah tergantung dari jenisnya yaitu skitar1,3-1,6 cm dan diameter 0,5-

0,75cm. Buah dapat matang setelah enam bulan muncul dai bunga (Ravindran,

dan Shylaja, 2004)

Gambar 2.1.1: Kulit kayu manis (Cinnamomum burmanni)

2.1.2 Sistematika Tumbuhan


8

Secara taksonomi, kayu manis (Cinnamomum burmanni) diklasifikasikan

sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : laurales

Familia : Lauceae

Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomum burmanni

2.1.3 Nama Daerah Tumbuhan

Menurut Dirjen perkebunan (2007), nama umum yang digunakan di

indonesia yaitu :

a. Holim (Batak)

b. Kayu manis (Melayu)

c. Madang kulit manih (Minangkabau)

d. Mentek (Sunda)

e. Onte (Sasak)

f. Keninnggu (Sumba)

g. Puudinga (Flores)

h. Ki ami (Jawa)

i. Kasingar (Nusatenggara)

2.1.4 Kandungan Kimia


9

Beberapa kandungan senyawa kimia kayu manis diantaranya minyak

atsiri eugenol, saflore, sinamaldehid, tanin, flavonoid kalsium oksalat, damar, dan

zat pelemak (Hariana, 2008). Selain itu juga kandungan kimia mintyak atsiri kulit

kayu manis adalah sinalmadehid 60-70%, p-cimene 0,6-1,2%, a-pinene 0.2-0,6%,

eugenol 0,8%, sinamil asetat55, kariofilen 1,4-3,3%, benzile benzoate 1,7-10%

(Baker et al, 2018).

2.1.5 Manfaat Dari Tumbuhan

Tanaman kayu manis telah lama digunakan secara turun temurun oleh

bangsa Cina dan India sebagai obat tradisional untuk mengobati berbagai macam

penyakit. Manfaat farmakologis kayu manis diantaranya adalah antioksidan,

analgesik, antipiretik, antialergenik, antikanker, antimikroba, antiulserogenik,

antikonvulsan, anti inflamasi, sedatif, imunomodulator, hipoglikemik,

hipokolesterolemik, dan sebagai obat pada penyakit kardiovaskular.

2.1.6 Jenis-Jenis Kayu Manis

Sebenarnya ada beberapa jenis kulit kayu manis yang dikenal. Menurut

heiner ada 54 jenis tanaman kayu manis, sedangkan di indonesia terdapat 12 jenis,

jenis-jenis yang terpenting ada tiga, yaitu :

1. Cinnamomum burmanni, merupakan tanaman jenis asli indonesia daerah

aslinya ialah Sumatera Barat. Dalam dunia perdagangan dikenal sebagai

Cassia vera. Daun –daun muda Cinnamomum burmanni berwarna ros pucat

sampai, merah, dan adapula yang tepat berwarna hijau. Cassia vera indonesia

aromanya spesifik dan banyak disukai Amerika Serikat.

2. Cinnamomu zeylanicum, merupakan jenis tanaman dari Ceylon (Sry Langka

yang mulai ditanam diindonesia tahun1828. Perkembangannya kurang baik,


10

karena ternyata dari jenis campuran. Daunnya mudanya berwarna hijau dan

ukurannya lebih besar.

3. Cinnamomum cassia, merupakan jenis yang didadatangkan dari tionkok.

Dikenal dari Cassia China atau Cassia Lignea. Daunnya yang muda berwarna

hijau dan ukurannya lebih besar dan lebih tebal.

2.2 Senyawa Kimia Metabolit Sekunder Kayu Manis (Cinnamomum

Burmanni)

2.2.1 Alkaloid

Senyawa metabolit yang mengandung nitrogen dengan bilangan oksidasi

negatif dan bersifat basa. Berdasarkan struktur kimia golongan alkaloid dapat

dibagi menjadi golongan piridan, tropan, kinolin, indol dan lainya. Manfaat

alkaloid dapat sebagai pengobatan (Harbourne, 1995).

2.2.2 Steroid

Senyawa yang kerangka karbonya berasal dari enam satuan isoperna dan

secara biosintesis diturunkan dari hidrocarbon C30 asiklik yaitu skualen. Dalam

idang farmaasi digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat (Tohir, 2010).

2.2.3 Flavonoid

Senyawa fenol terbesar yang banyak ditemukam dialam. Sebagian besar

flavonoid terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida dan

dalam bentuk campuran jarang dijumpai berupa senyawa tunggal.

Flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam –

bioaktivitas seperti antiinflamasi, membantu memaksimalkan fungsi vitamin C,


11

mencegah kropos tulang, sebagai antibiotik, antikanker, antifertilitas antiviral,

antidiabetes, antidpresant, dan diuretk (Rusyidi, 2010)

2.2.4 Saponin

Senyawa glikosida komplek yaitu senyawa hasik kondensasi suatu gula

dengan senyawa hidroksil organik yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan

glikon dan aglikon serta busa. Saponin digunakan sebagai bahan pencuci kain,

dan sebagai shampo. Untuk memperoleh saponin dari tumbuhan dapat

menggunakan metode ekstraksi (Tohir, 2010).

2.3 Uraian Tumbuhan Sereh

2.3.1 Morfologi Dan Kandungan Kimia Tumbuhan Serai

Tanaman sereh (Andropagus nadus L merupakan tanaman dengan habitus

terna perenial dan disebut dengan suku rumput-rumputan (Tora, 2013). Tanaman

serai mampu tumbuh sampai 1-1,5 m panjang daun nya mencapai 70-80 cm dan

lebarnya 2-5 cm, bewarna hijau muda, kasar, dan mempunyai aroma yang kuat

(Wijayakusuma, 2005). Tanaman sereh memiliki akar yang besar, akarnya

merupakan akar serabut yang berimpang pendek (Arjani dan Riyanto, 1992).

Batang tanaman seeh wangi bergomboldan berumbi, lunak dan berongga. Isi

batang nya merupakan pelepah umbi untuk pucuk dan bewarna putih kekuningan.

Namun ada juga yang bewarna putih keunguan dan kemerahan. Batang nya

bersifat kaku dan mudah patah serta tumbuh tegak lurus diatas tanah

(Arifin,2014).

Daun tanaman sereh bewarna hijau tidak bertangkai. Daunnya kesat,

panjan, runcing dan berbau khas. Daunnya memiliki tepi yang kasar dan tajam.
12

Tulang daunnya tersusun sejajar, panjang daunya sekitar 50-100 cm sedangkan

lebarnya kira-kira 2 cm. Daging daunnya tipis serta pada permukaan dan bagian

bawah daun terdapat bulu halus (Arifin, 2014).

Gambar 2.3.1 : Sereh (Cymbopogon nardus)

2.3.2 Sistematika Tumbuhan

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Family : Graminae

Genus : Cymbopogon

Spesies : Cymbopogon nardus

2.3.3 Nama Daerah Tumbuhan

a. Sereh (Sunda)

b. Sere (Jawa

c. Belangkak (Kalimantan)

d. Tiombane (Sulawesi)
13

e. Rimanil (Maluku)

f. Serai (betawi)

2.3.4 Kandungan Kimia

Sereh (Cymbopogon nardus L) memiliki kandungan kimia yaitu saponin

falvonoid, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri yang terdapat didalam nya citral,

citronelal, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metilheptenon, dipentena, eugenol

dan lain-lain. Saat ini diketahui bahwa senyawa saponin, flafonoid, dan citral

mempunyai aktivitas antibakteri dan antioksidan. Kandungan lain yang terdapat

dalam serai adalah minyak atsiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam serai sebesar 0,25%. Hasil

pengujian kandungan minyak atsiri yang dilakukan terhadap minuman serbuk

serai yaitu sebesar 0,1%. Serai memiliki aroma yang cukup tajam dikarenakan

serai mengandung minyak atsiri dengan komponen utamanya sitronelol dan

geraniol (Agusta, 2000). Kadar air batang sereh yaitu 76,78%, kadar abu 0,79%,

dan kadar minyak atsiri 0,25%. Vitamin A berkisar 0,1 IU/100 g, vitamin B

berkisar 0,8 mg dan vitamin C sekitar 4 mg. Juga menyediakan mineral penting

seperti potasium, kalsium, magnesium, fosfor, mangan, tembaga, seng dan besi

yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh yang sehat (Suprianto,2008).

Tabel 1. Susunan Kimia Minyak Serai

Senyawa Penyusun Kadar (%)


Sitronellal 32-45
Geraniol 12-18
Sitronellol 12-15
Geraniol Asetat 3-8
Stronellil Asetat 2-4
L – Limonene 2-5
Elenol Dan Seskwiterpene Lain 2-5
Elemen Dan Cadinene 2-5
14

2.3.5 Manfaat Tumbuhan

Sereh (Cymbopogon nardus L) memiliki khasit sebagai obat sinusitis

atau gangguan pernapasan. Minyak atsiri yang terkandung pada sereh digunakan

sebagai obat mencegah infeksi karena mengandung fenol memiliki kemampuan

cepat masuk melalui jaringan tubuh dan menyembuhkan infeksi kulit dan

menyembuhkan infeksi seperti pada perut, lambung, membantu memperbaiki

kolon sehingga memperbaiki pencernaan. Batang sereh dapat direbus air hangat

untuk menyegarkan tubuh serta merelaksasikan otot yang tegang, dapat digunakan

sebagai rempah bumbu berbagai masakan. Batang serai dapat digunakan sebagai

peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak atau obat batuk, obat kumur,

penghangat badan, gangguan pencernaan, sakit perut, masuk angin, anti demam,

pencegah muntah, dan lain-lain. Serai memiliki kandungan lemongrass sehingga

membuat serai memiliki aroma khas dengan rasa yang agak pedas (Oyen, 1999).

Aroma nya yang begitu khas dan harum membuat batang tanaman sebagai

minuman yang menyegarkan, sereh juga banyak digunakan dalam campuran

industri parfum, deodoran, lilin dan juga sebagai penambah keharuman pada

sabun dan produk kosmetik. Akar sereh digunakan sebagai peluruh air seni,

peluruh keringst, peluruh dahak/ obat batuk, digunakan untuk kumur, dan

penghangat badan (Dheina, 2017).

2.4 Senyawa Kimia Metabolit Sekunder sereh wangi (Andropagus

nudus)

2.4.1 Flavonoid
15

Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak ditemukan dialam.

Flavonoid termasuk golongan fenolyang memiliki gugus OH dengan adanya

perbedaan, keelektronegatifan yang tinggi, sehinnga sifatnya polar.

Pengelompokan flavonoid dibedakan berdasarkan cincin hererosiklik oksigen

tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar sesuai struktur kimianya seperti

flavonol, falvon, flavanon, kotekin, antosianidin, dan kalkon (Robinson, 1995).

2.4.2 Tanin

Tanin merupakan golongan senyawa fenol terdapat daun dan buah yang

belum matang. Tanin merupakan golongan senyawa aktif tumbuhn yang termasuk

golongan flavonoid, mempunyai rasa sepatdan mempunyai kemampuan untuk

meratakan warna kulit. Selain itu tanin juga bayak digunakan manusia sebagai

antidiare, antibakteri, antiseptik, dan antifungi (Stevans, 1993).

2.4.3 Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan senyawa organikyang banyak ditemukan

dialam. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen ini

merupakan cincin heterosiklik (Lenny, 2006). Alkaloid biasanya terdapat didalam

tumbuhan sebagai garam berbagai senyawa organik. Penggolongan alkaloid

dilakukan berdasarkan sistem cincinnya seperti piridina, piperidina, indol,

isokuinolina dan tropana (Robinson, 1995).

2.4.4 Tripertenoid

Tripertonoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau yang

dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan sebagai minyak atsisri

(Lenny, 2006). Tripernoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari

6 satuan isopena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asklik
16

yaitu skualena (Harborne,1987). Senyawa ini paling umum ditemukan pada

tumbuhan berbiji dan sebagai glikosida (Robinson, 1995).

2.4.5 Steroid

Steroid merupakan golongan lipid yang diturunkan dari senyawa jenuh yang

memiliki inti 3 cincin sikloheksana terpadu dalam 1 cincin siklopentana yang

bergabung pada cincin sikloheksana tersebut (Poedjiadi, 1994). Beberapa senyawa

steroid yang mengandung gugus –OH yang disebut sterol yang memiliki sifatnya

cenderung lebih polar (Robinson, 1995).

2.4.6 Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang berarti sabun karena sifatnya

menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat,

menimbulkan busa jika dikocok dengan air. Saponin berpotensi sebagai

antimikroba. Dua jenis saponin yang dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol

dan glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid. Aglikonnya

disebut sapogenin yang diperoleh dengan hidrolisis dalam asam atau

menggunakan enzim (Robinson, 1995).

2.5 Diabetes Melitus

2.5.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Hal ini dihubungkan

dengan keadaan abnormalitas metabolisme, karbohidrat, lemak dan protein terjadi

karena sekresi insuli, kerja insulin atau keduanya, dari faktor genetik serta faktor
17

lingkungan dan mengakibatkan kompliksi kronis termasuk mikrovaskuler,

makrovaskular dan neoropati (Novia, 2016).

2.5.2 Epidemiologi

terdapat tidak kurang dari 200 juta (1977) penderita didunia. Indonesia

Diperkirakan menempati posisi ke-4 jumlah penderita diabetes melitus terbesar di

dunia setelah india, china, dan amerika serikat. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

juga memprediksi kenaikan jumlah penderita diabetes melitus di indonesia dari

8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030

Penderita yang telah mengidap penyakit yang lebih 40 tahun 60%

meninggal (31% karena kelainan ginjal) yang jika dibandingkan dengan

kelompok kontrol dua sampai enam kali lebih tinggi. Yang masih hidup 22%

menderita penyakit ginjal, 16 % buta, 14% gangguan visus 21% infark, 10%

stroke dan 12% gangguan ganggrn atau sudah diamputasi. Dengan demikian

prognosis untuk rentang umur menjadi lebih pendek dan lebih banyak mengalami

komplikasi (Deckert et al, 1978).

Data lain menunjukkan bahwa faktor umur mrmpengauhi angka kejadian,

yaitu kurang dari 17 tahun terdapat 1,3 penderita per 1000 penduduk. Angka ini

meningkat dengan bertambahnya umur yaitu 17 tahun penderita dalam klompok

umur 25-44 , 45-64 dan 79 pada umur 65 tahun lebih. Jumlah penderita diabetes

dalam tahun-tahun yang akan datang cenderung meningkat karena bertambahnya

komposisi manula, rentang umur penderita akibat pengobatan, jumlah anak-anak

mereka, orang-orang gemuk kemampuan deteksi awal laboratorium..

Prevelensi dari DM tipe 2 sebesar 90 % dari semua kasus yang terjadi.

Beberapa faktor resiko yang dapat membawa seseorang pada DM tipe 2 yaitu
18

riwayat keluarga, obesitas, aktivitas fisik, ras atau etnis. Secara keseluruhan

pravelensi DM tipe 2 diinggris ± 9,6 % pada 20 tahun keatas. Diindonesia sendiri,

prevelensi DM dari tahun ke tahun makin meningkat, berdasarkan Badan Pusat

Statistik indonesia tahun 2003 terdapat ±133 juta jiwa penduduk diatas 20 tahun

terjangkit DM, dengan prevalensi sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2%

pada daerah rual, maka diperkirakan terdapat 194 juta penduduk berusia 20 tahun

keatas ditahun 2030 (Riskesdas, 2013).

2.5.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

2.5.3.1 Diabetes Melitus Tipe 1

DM Tipe 1 biasa disebut juga insulin dependent diabetes melitus (IDDM)

adalah penyakit kelainan autoimun yang menyebabkan kerusakan pada sel β-

pangkreas disebabkan karena proses idiopatik, namun hal ini yang terjadi. Proses

autoimun diperantarai oleh makrofag dan sel limfsit T dengan autoantibodi yang

bersirkulasi terhadap antigen sel β. Pengukuran autoantibodi yang lain adalah

insulin autoantibodi, autoantibodi terhadap glutamic acid decarboxylase dan lain

sebagainya. Lebih dari 90% pasien terdiagnosis, mempunyai satu dari beberapa

antibodi tersebut (Novia, 2016).

2.5.3.2 Diabetes melitus tipe 2

DM tipe 2, yaitu Non insuslin dependent diabetes Melitus (NIDDM)

ditandai oleh resistens insulin dan berkurangnya sekresi insulin, yang akan

semakin berkurang nya sekresi insulin, yang akan semakin berkurang sekresinya

dari waktu ke waktu. Sebagian besar pasien DM tipe 2 memperlihatkan obesitas

abdomen, yang mana obesitas abdomen itu sendiri mengakibatkan resistensi


19

insulin. Sebagai tambahan, hipertensi, dislipedimia 9 (high triglyceride levels and

low HDL-cholestroll levels) dan peningkatan plasminogen activator inhibitort

type 1 (PAI-1) sering ditemukan. Sekumpulan abnormalitas ini menunjukkan

sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolisme. Dikarenakan abnormalitas

ini, pasien dengan DM tipe 2 berada dalam risiko tinggi karena komplikasi

makrovaskular (Novia, 2016)

2.5.3.3 Diabetes Melitus Gestasional (GDM)

GDM digambarkan sebagai intoleransi glukosa yang dikenali selama masa

kehamilan. Diabetes gastosional berada pada ±7% dari kesuluruhan kehamilan.

Deteksi klinin secara dini sangat penting, sebagai terapi akan mengurangi tingkat

morbiditas dan mortalitas ((Novia, 2016)

2.5.3.4 Diabetes Melitus Tipe Spesifik Lain

DM tipe lain yang terjadi yaitu DM yang disebabkan penyakit lain,

seperti kelainan endokrin atau pangkreas akibat gangguan obat lain (Novia,

2016).

2.6 Gejala Diabetes Melitus

a. Poliurea

Poliurea adalah kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui

membran dalan sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma

meningkat atau hiperosmolaritas menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam


20

sirkulasi atau cairan intravaskular, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat

dari hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotik (Budiono, 2014)

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler

menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya dehidrasi sel. Akibat

dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan

seseorang haus dan terus dan ingin selalu minum (Budiono, 2014). Polifagia

Akibatnya karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat menurunnya kadar

insulin maka produksi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.

Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (Budiono,

2014).

c. Penurunan Berat Badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan

cairan dan tidak mapu mengadakn metabolisme. Akibat dari itu maka sel akan

menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan

secara otomatis (Budiono, 2014).

2.7 Hormon Yang Berperan Mengatur Kadar Glukosa Dalam Darah

2.7.1 Insulin

Insulin adalah hormon alami yang dikeluarkan oleh pangkreas.insulin

dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah (gula

darah), dari glukosa darah, sel membuat energi yg dibutuhkan utuk menjalankan
21

fungsinya. Pasien diabetes melitus tidak memiliki kemampuan untuk mengambil

dan menggunakan gula darah, sehingga kadar gula darah meningkat. Pada

diabetes tipe 1, pangkreas tidak dapat memproduksi insulin, sehingga pemberian

insulin diperlukan. Pada diabetes tipe 2, pasien memproduksi insulin, tetapi sel

tubuh tidak merespon insulin dengan normal. Namun demikian insulin juga

digunakan pada diabetes tipe 2 untuk mengatasi resistensi sel terhadap insulin.

Dengan peningkatan pengambilan glukosa oleh sel dan menurun kadar gula darah,

akan mencegah dan mengurangi komplikasi lebih lanjut dari diabetes, seperti

kerusakan pembuluh darah, mata, ginjal, dan saraf. Insulin diberikan dengan cara

disuntikkan dibawah kulit (subkutan). Jaringan subkutan perut adalah yang terbaik

karena penyerapan insulin lebih konsisten dibanding tempat lainnya. Fungsi

insulin antara lain menaikkan pengambilan glukosa ke dalam sel-sel sebagian

sebagian besar jaringan, menaikkan penguraian glukosa secara oksidatif,

menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian

glikogen menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa (Restyana,

2015).

2.7.2 Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau

langerhans, mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi

yang terpenting adalah meningkatkan konsentrai glukosa darah. penurunan kadar

gula darahakan meningkat sekresi glukagon, bilakadar glukosa dalam darah turun

sampai 70 mg/100 ml darah maka pangkreas akan menskresikan glukagon dalam

jumlah yang banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati (Guyton,1990).
22

Glukogen menyebabkan glikogenesis di hati dan juga meningkatkan glukosa

darah dengan menggunakan simpanan glikogen hati (Katzung, 2002).

2.8 Terapi Antidiabetes

Berdasarkan cara pemberiannya obat hipoglikemik terdiri dari obat

hipoglikemik oral dan suntik yang mengandung insulin. Saat ini ada beberapa

obat oral antidiabetes sebagai berikut :

2.8.1 Pengobatan DM Tipe 1

Diabetes melitus harus bergantung pada insulin eksogen untuk mengontrol

hiperglikemia. Tujuan pemberian insulin pada DM tipe 1 adalah untuk

memelihara konsentrasi gula darah mendekati kadar normal dan mencegah

besarnya penyimpanan kadar glukosa darh yang dapat menyebabkan timbulnya

komplikasi jangka panjang. Insulin eksogen yang dipakai untuk pengobabtan DM

memiliki beberapa jenis yaitu insulin kerja cepat, insulin kerja sedang, dan insulin

kerja lama. Efek samping dari pemberian insulin tersebut berupa reaksi alergi,

hipoglikemia akibat dosis yang berlebihan, lipdistrofi ditempat penyuntikan (Evi,

2014)

2.8.2 Pengobatan DM tipe 2

Langkah pertama dalam mengelola DM selalu dimulai dengan pendekatan

non farmakologi yaitu berupa perencannan makanan atau terapi nutrisi medik,

olahraga, dan penurunan berat badan. Bila dengan langkah tersebut sasaran terapi

pengendalian DM belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan obat

sesuai dengan macam penyebab terjadinya hiperglikemia (Evi, 2014)

2.8.3 Golongan Sulfoniurea


23

Terapi dari golongan sufoniurea adalah tulbotamid, klorpropamida,

glibenklamida, gliklazida, glikidon, dan glimepirida. Mekanisme utamanya

peningkatan sekresi insulin. Sulfaniurea mengikat reseptor sulfaniurea spesifik

pada sel β pangkreas. Ikatan tersebut menutup saluran K+ yang tergantung pada

ATP, akibatnya menurunkan keluaran kalium dan kemudian terjadi depolarisasi

membrane, saluran kalsium terbuka dan kalsium masuk. Peningkatan jumlah

kalsium inraseluler menyebabkan pengeluaran insulin. Efek samping sulfaniurea

yang paling sering adalah hipoglikemik dan peningkatan berat badan (Novia,

2016).

2.8.4 Golongan Meglitinid (Glinid)

Mekanisme kerja obat sama dengan sulfonyurea, menutup ATP sensitive

potassium chanel, yang kemudian menyebabkan depolarisasi, influx kalsium dan

meningkatkan sekresi insulin. Obat diabsorbsi cepat setelah pemberian peroral

dan dieliminasi secara cepat melalui hati. Efek samping obat ini yaitu repaglinid

dan neteglinid bekerja dengan menstimulasi pangkreas untuk memproduksi

insulin, hormon untuk mengurangi glukosa dalam darah (Novia, 2016)

2.8.5 Golongan Biguanid

Contoh obat ini, yaitu metformin, bekerja dengan cara meningkatkan

kepekaan tubuh terhadap insulin yang diproduksi oleh pangkreas, tidak

merangsang peningkatan produksi lain sehingga pemakaian tunggal tidak

berakibat hipoglikemia (Kroon dan Williams, 2013). Metformin tidank

mempunyai efek lansung pada sel β- pangkreas, meskipun kadar insulin menurun.

Diketahui bahwa efek utama obat ini menurunkan hepatik melalui aktivasi enzim

AMP-activated protein kinase dan meningkatkan stimulasi ambilan glukosa oleh


24

otot skelet dan jaringan lemak (Katjung, 2011). Efek samping dari obat ini adalah

rasa tidak nyaman pada perut atau diare pada 30% pasien. Anoreksial, mual, rasa

logam dan rasa penuh pada perut juga dilaporkan terjadi. Obat diberikan pada saat

atau sesudah makan (Novia, 2016)

2.8.6 Golongan Thiazolidinedion

Contoh obat golongan thiazolidinedion yaitu rasiglitazon dan pioglitazon.

Obat ini mempunyai efek samping retensi cairan. Golongan obat ini bekerja

dengan cara berikatan pada peroxime poliferator activated receptor gamma (PPAR

Gamma), yaitu suatsuatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Obat ini juga

mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan ambilan

glukosa perifer (Novia, 2016)

2.8.7 Golongan DPP-IV Inhibitor

Obat golongan baru ini bekerja dengan menghambat enzim

dipeptidylpeptidase-4 blockers (DPP-4) sehingga produksi hormon incretin tidak

menurun. Adanya hormon incretin berperan utama dalam produksi insulin

dipangkreas dan pembentukan hormon GLP-1 (glukagon-like peptide-1) dan GIP

(glucose dependent insulinotropic polypeptide) disaluran cerna yang juga

berperan dalam produksi insulin. Dengan penghambatan DPP-4 akan mengurangi

penguraian dan inaktivasi inkretin, GLP-1 dan GIP, sehingga kadar insulin akan

meningkat. Efek samping obat ini yaitu resiko infeksi saluran pernafasan atas,

sakit kepala dan hipersentivitas (Evi, 2014 dan Novia, 2016).

2.8.8 Golonga Α-Glukosidase Inhibitor

Contoh obat golongan obat ini adalah acarbose dan maglitol. Efek dari

obat ini adalah menurunkan kadar glukosa postpandrial (Tripliit et al, 2008 ;
25

Kroon dan wiliams, 2013). Obat golongan ini bekerja merintangi enzim alfa-

glukosidase dimukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian polisakarida

menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih

lambat dan absorbsinya kedalam darah juga kerang cepat, lebih rendah dan

merata, sehingga puncak kadar gula darah dapat dihindarkan. Efek samping yang

sering terjadi flatulen, kembung, ketidaknyamanan pada perut dan diare (Novia,

2016).

2.9 Glycosylated Hemoglobin (Hba1C)

Hba1C merupakan ikatan non enzimatik dan irrefersible dari glukosa

dengan N-terminal veline dari rantai beta homoglobin. Proses glikosilasi yang

permanen ini tidak terjadi perlahan-lahan dan dipertahankan sampai kehidupan

eritrosit tersebut berakhir.

Persentasi Hba1C berbanding lurus kadar glukosa dan lamanya eritrosit

“exposed” pada glukosa tersebut. Eritrosit yang lebih tua mengandung Hba 1C yang

mengandung lebih tinggi dari pada eritrosit muda. Penurunan Hba1C pada

penderita DM terjadi perlahan-lahan kira-kira 3-6 minggu maka sekar darah rata-

rata menurun, karena perubahan Hba1C relatif lambat maka penentuan Hba1C untuk

follow up terapi baru dilakukan beberapa minngu setelah terdapat nya penurunan

sekar darah penderita.

2.10 Glibenklamid

Glibenklamid adalah golongan sulfanilurea oral yang poten sebagai agen

hipoglikemi. Saat ini glibenklamid digunakan untuk mengobati hiperglikemia


26

untuk Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM atau disebut juga DM

tipe 2. Mekanisme obat ini menghambat ATP sensitif K + chanel didalam sel β

pangkreas. Penghambatan ini menyebabkan depolarisasi sel membran dan

keadaan ini akan membuka kanal Ca, dengan terbukannya kanal Ca maka ion Ca ++

akan masuk sel β pangkreas, merangsan granula yang berisi insulin dan akan

terjadi sekresi insulin (Novia, 2016)

Glibenklamid mempunyai efek hipoglikemi selama 24 jam,

diabsorbsi dalam saluran pencernaan, waktu paruh 2-4 jam, metabolisme dihati

dan diubah menjadi metabolit yang aktif yang sangat lemah. Glibenklamid

sebaiknya diberikan bersama makan. Efek samping dari glibenklamid adalah

hipoglikemi, kolestasis jaundice, agranulositosis, anemia aplastik, anemia

hemolitik, dikrasia darah, disfungsi hati dan reaksi alergi pada kulit. Sedangkan

efek samping fatal yaitu hipoglikemik berkepanjangan terlihat pada pasien lanjut

usia atau pasien dengan hati lemah atau penyakit ginjal (Novia, 2016).
27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitianrium

Penelitian ini dilakukan di Laboratarium Penelitian Fitokimia dan

Laboratorium Farmakologi Institut Kesehatan Deli Husada Delitua.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Januari sampai Bulan Mei 2019.

3.1.3 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian Eksperimental Labarotarium, dengan

melakukan Seduhan kayu manis (Cinnamomum burmanni) dan batang sereh


28

(Andropagus nadus L) menggunakan dengan air seduhan, kemudian diamati

potensi perbandingan kadar gula darah dari seduhan kayu manis dan sereh.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkandengan tumbuhan serupa didaerah lain, sampel yang digunakan

adalah kayu manis dan batang sereh yang diperoleh dari Desa Lubuk Hulu,

Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

3.3.1 Alat

alat yang digunakan antara lain baskom, kawat penutup kandang, spuit 1

ml, tempat makan dan minum, kandang, lampu, kipas angin, timbangan analitik,

kawat kasa, gelas arloji, kertas saring, bunsen, sarung tangan, botol flakon, oven,

alas kandang, jarum sonde, lemari pengering, gelas ukur, corong, batang

pengaduk, hotplate, cawan porselen, lap, spidol, kapas, tisu, Blood Glucose Meter

merk Finetes Strip Glukosa.

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain tikus utih, pakan air, bubuk kayu manis

dan bubuk batang sereh, sekam, aquadest, NaCl 0,9 %, pellet, aloksan,

glibenklamid, alkohol 70 %.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 prosedur penelitian


29

hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan. Tikus yang

digunakan harus sehat dan belum pernah mengalami suatu perlakuan.

Sebelum dilakukan penelitian, hewan uji diadaptasikan selama satu

minggu dengan kondisi lingkungan, makanan, dan minuman yang

sama. Hewan uji di puasakan selama 8-12 jam sebelum digunakan

sebelum digunakan. Tikus digunakan sebanyak 15 ekor, dibagi dalam

5 kelompok perlakuan dimana masing-masing ditimbang berat badan

nya dan tiap 3 ekor hewan uji disimpan dalam satu kandang.

3.4.2 pembuatan simplisia kayu manis dan sereh

Kayu manis dan sereh diperoleh dari Desa serambingan. Bagian

yang digunakan adalah kulit kayu manis dan batang sereh. Kayu manis dan

batang sereh dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dicuci

dengan air mengalir sampai bersih dan ditiriskan. Kulit kayu manis dan

batang sereh dikeringkan dengan lemari pengering pada suhu 400C selama 1

minggu. Kulit kayu manis dan sereh yang telah kering di pisahkan dari

pengotornya kemudian di giling dan di ayak sehingga diperoleh serbuk

simplisia dengan ukuran mesh 20.

3.4.3 Penapisan fitokimia

3.4.3.1 Uji alkaloid

Digunakan tiga pereaksi untuk uji alkaloid, yaitu pereaksi mayer,

pereaksi Dragendroff, dan pereaksi Bouchart. Pereaksi Mayer dibuat

dengan melarutkN 1,36 g HgCl2 dalam 60 ml aquadest, dicampurkan

dengan larutan 5 g KI dan 10 ml aquadest, dan di encerkan sampai 100

ml dengan aquadest. Pereaksi Dagendroff dibuat dengan melarutkan 8


30

g KI dalam 20 ml aquadest dicampur dengan larutan 0,85 g bismut sub

nitrat dlam 40 ml aquadest dan diencerkan sampai 100 ml dengan

aquadest. Pereaksi Bouchart di buat dengan melarutkan 2 g KI dalam

40 ml aquadest, ditabah 1 g I2 dan dikocok sampai homogen

diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml (Sani, 2010)

Sebanyak 0,1 g sampel dilarutkan sebanyak 1 ml ditambahkan 10 ml

kloroform dan 3 tetes NH4OH dalam tabung reaksi. Larutan sampel

dipisahkan dan diberi 10 tetes H2SO4 2M. Lapisan asam dipisah

kedalam tiga bagian ditetesi pereaksi mayer, dragendroff, dan

bouchart. Terdapat alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan

putih oleh pereaksi mayer, endapan merah oleh pereaksi dragendroff,

dan endapan coklat oleh pereaksi bouchart (Sani, 2010).

3.4.3.2 Uji flavonoid

Sebanyak 0,1 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam air mendidih

selama 5 menit, ditambah serbuk magnesium, 1 ml HCl pekat dan 20

tetes alkohol lalu dikocok kuat. Terbentuknya warna merah, kuning

atau jingga menunjukkan terdapatnya senyawa flavanoid (Sani, 2010).

3.4.3.3 Uji Saponin

Sebanyak 0,1 g serbuk simplisia kemudian ditambahan 1ml aquades

lalu dikocok kuat-kuat selama 15 detik. Timbulnya busa hingga selang

waktu 10 menit menunjukkan adanya saponin (Sani, 2010).

3.4.3.4 uji tanin


31

Sebanyak 0,1 g simplisia ditambah 2 tetes FeCl 3. Terbentuknya warna

biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin (Sani,

2010).

3.4.3.5 uji steroid dan triterpenoid

Sebanyak 0,1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 10 ml eter selama

10 menit. Lapisan eter dipisah lalu ditambah 3 tetes perekasi

Liebermen-Bouchart dan 1 tetes H2SO4 pekat. Terbentuknya warna

merah atau ungu menunjukkan kandunga triterpenoid, sedangkan

warna hijau atau biru menunjukkan hijau atau biru menunjukkan

kandungan steroid. (Sani, 2010)

3.4.4 pengujian aktivitas antihiperglikemik

penelitian mengenai aktivitas antihiperglikemik dari kayu manis dan

batang sereh dilakukan dengan menggunakan 7 ekor tikus putih jantan.

Tikus ini dibagi 4 kelompok, yang terdiri dari kelompok perlakuan 1

menggunakan 4 ekor tikus, kelompok kontrol positif, dan perlakuan 2

kelompok negatif menggunakan 1 ekor tikus . perlakuan untuk masing-

masing kelompok adalah :

1. kelompok kontrol negatif (K-) : Tikus di suntik aloksan dan

dicekok larutan CMC-Na 0,5%.

2. Kelompok kontrol positif (K+) : Tikus disuntik aloksan dan

di cekok obat glibenklamid

Uji aktivitas antidiabetik


32

Penginduksian diabetes melitus

Pemaparan aloksan dilakukan pada hewan uji selama 9 hari dengan interval 3

hari sekali secata intraperitonial. Dosis aloksan yang diberikan adalah 0,15

mg/gBB dengan pelarut NaCl 0,9%. Kelompok kontrol negatif diberi NaCl

0,9% NaCl secara intraperitoneal dengan volume pemberian 0,1 ml.

Pengukuran kadar glukosa darah hewan uji.

Anda mungkin juga menyukai