Anda di halaman 1dari 6

Biofarmasi

5. Sukar menghilangkan efek fisiologis jika


obat sudah berada dalam sirkulasi sistemik.

Sediaan Obat 6. Harga lebih mahal

Anatomi dan Fisiologi Parenteral


yang Diberikan
Secara
Parenteral
Diah Rahajeng N /Dini Sriwijayanti/Dwi Lestari
S/Ega Junita S/Ega Septiani/Fina Fauziatun R/Firda
Zulfah L/Hasri Lestari S/Herlina Fitria D /Humaeroh

SEDIAAN PARENTERAL ??

Sediaan steril yang dimaksudkan untuk pemberian


secara injeksi, infus, atau implan dalam dalam tubuh.

KEUNTUNGAN

1. Respons fisiologis segera

2. Untuk obat yang tidak efektif jika diberikan


secara oral karena obat mudah rusak akibat
sekresi lambung.

3. Pengobatan pada pasien yang tidak sadar

4. Bila diinginkan efek lokal

5. Koreksi gangguan kesetimbangan cairan &


elektrolit (dg diinfus)

KERUGIAN

1. Pemberian obat harus dilakukan o/ personel


terlatih (dokter) tidak o/ pasien.  Subkutan (hypodermal)
2. Pemberian obat perlu waktu lebih lama dr Lapisan ini terutama mengandung jaringan
bentuk sediaan lain. lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang
berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Tempat
3. Pemberian obat perlu teknik aseptis.
yang paling tepat untuk melakukan injeksi
4. Menimbulkan rasa nyeri pada lokasi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian
penyuntikkan luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta
sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha
 [Type the document title]

 Intrakutan / Intradermal (di dalam kulit)  Obat yang tidak boleh diberikan melalui rute
sk : yang bersifat asam kuat, basa kuat, iritan,
Lokasi yang ideal adalah lengan bawah yang dapat menimbulkan rasa sakit,
dalam dan punggung bagian atas inflamasi, nekrosis jaringan.

 Intravena

Vena perifer atau superfisial terletak di


dalam fasia subkutan dan merupakan akses paling
mudah untuk terapi intravena.

 Intramuskuler

Tempat injeksi yang baik untuk IM


adalah otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal,
otot Dorsogluteus, otot Deltoid

RUTE-RUTE UTAMA - SUBKUTAN

 Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan


longgar di bawah kulit (dermis), disuntikkan
ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit
lemaknya.

 Larutan yang disuntikkan sebaiknya isotoni RUTE-RUTE UTAMA - INTRAVENA


dan isohidri dengan kerja zat aktif lebih
lambat dibandingkan dengan pemberian
intravena dan intramuskular.

 Sudut penyuntikan 45-90°

 Larutan yang sangat menyimpang isotoninya


dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis
dan absorpsi zat aktif tidak optimal.

 Obat yang diberikan melalui rute sk : insulin,


vaksin, narkotika, epinefrin, vit B12.

 Page 2
 [Type the document title]

 Injeksi langsung ke dalam vena (pembuluh  Penyuntikan mikroorganisme, toksin, partikel


darah). atau udara.

 Dalam jumlah kecil tidak mutlak harus  Ketidaktercampuran fisik atau kimia
isotoni dan isohidri. beberapa senyawa sebelum atau pada saat
penyuntikan.
 Dalam jumlah besar harus isotoni dan
isohidri  Pemberian obat yang tidak terkontrol dan
berlebihan
 Tidak tepat untuk zat aktif yang merangsang
dinding pembuluh darah.  RUTE-RUTE UTAMA -
INTRAMUSKULAR
 Sediaan yang diberikan umumnya berbentuk
larutan sejati dengan pembawa air. Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi,
Penggunaan suspensi masih dipertentangkan meliputi :
dengan membatasi ukuran partikel zat aktif <
0,1 µm, ukuran yang lebih besar dapat  Otot gluteal
menyebabkan emboli
 Otot deltoid
 Tidak diperkenankan penggunaan zat aktif
 Otot trisep
penyebab hemolisa seperti plasmokhin,
saponin, nitrobenzol, nitrit dan sulfonal.  Otot pektoral
 Pemberian larutan 10 mL atau lebih besar Vastus lateralis
sekali suntik, harus bebas pirogen.

 Contoh : injeksi kalsium glukonat, injeksi


aminofilin, infus glukosa, infus Ringer.

TUJUAN PEMBERIAN INTRAVENA

 Menjamin penyampaian dan distribusi obat


dalam keadaan syok

 Mengembalikan segera kesetimbangan


elektrolit dan cairan tubuh

 Efek farmakologis yang segera (darurat)


 Larutan sedapat mungkin dibuat isotoni
 Pengobatan infeksi yang serius
 bersifat mengiritasi jaringan subkutan
 Pemberian nutrisi secara kontinyu
 Membutuhkan laju absorbsi yang cepat
 Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan
 Dapat diberikan dalam volume hingga 5,0
melalui rute lainnya.
ml
 Untuk tujuan khusus : transfusi darah,
 menggunakan syringe 3 – 5 mL
plasmaferesis dll.
 Sudut penyuntikan 90°
Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian
secara intravena :  Zat aktif dengan kerja lambat serta mudah
terakumulasi dapat menimbulkan keracunan
 Trombosis

 Page 3
 [Type the document title]

 Contoh : Injeksi kamfer, injeksi kinin f. Pemberian vaksinasi


antipirin, injeksi fenilbutazon, injeksi
amidopirin, injeksi kortison asetat. Indikasi injeksi IC

a. Pasien yang membutuhkan tes alergi


(mantoux tes).

b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi.

c. Menegakkan diagnosa penyakit.

d. Sebelum memasukkan obat.

Kontraindikasi injeksi IC

a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit

b. Pasien dengan kulit terluka


Intrakutan / Intradermal (di dalam kulit)
c. Pasien yang sudah dilakukan skin test
 Memberikan obat melalui suntikan intracutan
atau intradermal adalah suatu tindakan KARAKTERISTIK SEDIAAN
membantu proses penyembuhan melalui
 Sterile
suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra
dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari bebas dari mikroorganisme a.l. pyrogen /bakteri efek
kata “intra” yang berarti lipis dan “dermis” farmakologis yang ditimbulkan dengan adanya
yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah pyrogen, a.l: fever, malasie, headache.
dalam kulit.
 Bebas dari partikel yang berukuran besar
 Injeksi intrakutan dimasukkan langsung ke (free from particulate matter)
lapisan epidermis tepat dibawah startum
korneum umumnya berupa larutan atau a. yaitu: partikel yang melayang (mobile),
suspense dalam air, volume yang disuntikkan tidak larut dalam sediaan parenteral.
sedikit (0,1 – 0,2 ml).
b. idealnya sediaan parenteral = jernih dan tidak
Tujuan Injeksi IC ada partikel yang dapat dilihat dengan mata
telanjang
a. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai
program pengobatan dokter. c. Standar USP

b. Memperlancar proses pengobatan dan Perhitungan partikel dilakukan dengan :


menghindari kesalahan dalam pemberian
obat. electronic liquid-borne particle counter with light-
obscuration sensor
c. Membantu menentukan diagnosa terhadap
penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes) Pada sediaan volume kecil (<100ml)

d. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat Tidak lebih dari 1000 partikel perkontainer
(dengan skin test) dengan (diameter) 10µm dan/atau 1000 partikel
perkontainer dengan 25µm
e. Digunakan untuk test tuberculin atau test
alergi terhadap obat-obatan tertentu Pada sediaan volume besar

 Page 4
 [Type the document title]

Tidak lebih 50 partikel per-mili literdengan Bentuk sediaan suspense hanya dapat
10µm dan/atau tidak lebih 5 partikel per-mili liter digunakan melalui rute intramuscular dan subkutan.
dengan 25µm Tidak boleh ada partikel sedikitpun pada sediaan
larutan yang diberikan secara intavena.
 Stabil secara fisika dan kimia dalam kurun
periode tertentu  Komponen formulasi

Hal ini menentukan bahwa sediaan steril akan berada Pengawet tidak boleh diberikan pada sediaan
dalam bentuk cair atau serbuk injeksi untuk rute melalui cairan intraokuler atau
cerebrospinal karena dapat menimbulkan toktisitas.
Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Proses
Biofarmasetik Obat pada Pemberian Melalui Evaluasi Biofarmasetik Sediaan Obat yang
Parenteral Diberikan Parenteral

 Larutan obat dan volume injeksi  Uji Pirogen

Pemberian secara intravena obat-obat harus  Potensi/kadar


sepenuhnya dalam keadaan terlarut dalam pembawa
atau air. Kelarutan obat dalam pembawa yang 1. Evaluasi dilakukan dengan bantuan alat,
digunakan dan dosis yang diperlukan akan seperti HPLC, spektrometri massa,
menentukan volume injeksi intravena pektrofotometer sinar X, sinar UV, sinar
tampak, inframerah, dll.
 Karakteristik pembawa
2. Dosis yang ada tidak boleh kurang dari 90%
Pembawa air dapat digunakan untuk sediaan dari yang tertera dalam label
injeksi melalui berbagai rute pemberian, sedangkan
injeksi pembawa non air hanya digunakan untuk rute  pH
injeksi intramuscular.
Perubahan pH indikasi bahwa telah terjadi
 pH dan osmolaritas injeksi penguraian obat atau telah terjadi interaksi antara obat
dengan wadah
Idealnya sediaan injeksi adalah isohidri dan
isotoni dengan cairan biologi tetapi sering kali tidak  Warna
dapat dicapai karena beberapa sebab,
1. Perubahan warna umumnya terjadi pada
misalnya banyak obat-obat yang tidak stabil sediaan parenteral yang disimpan pada suhu
pada pH netral (pH cairan biologis). tinggi (lebih dari 40⁰C), karena suhu tinggi
dapat mempercepat terjadinya penguraian
Sehingga banyak obat diformulasikan dalam
bentuk injeksi pada pH stabilitasnya yang tidak sama 2. Pencegahan umumnya dengan
dengan pH cairan biologis. menghilangkan oksigen di atas permukaan
larutan atau penambahan komplekson
Contohnya : doiazoxide, diformulasikan
kesediaan injeksi pada pH stabilitasnya yaitu 11,6.  Kekeruhan

Sediaan yang hipertoni merupakan kontra 1. Alat yang dipakai adalah Tyndall,
indikasi untuk rute pemberian intramuskular dan karena larutan dapat menyerap atau
subkutan memantulkan sinar

 Bentuk sediaan injeksi 2. Idealnya larutan parenteral dapat


melewatkan 92 – 97% pada waktu

 Page 5
 [Type the document title]

dibuat dan tidak turun menjadi 70%


setelah 3 – 5 tahun.

 Bau

Pemeriksaan kemungkinan terjadinya bau


harus dilakukan secara periodik, terutama larutan yang
mengandung sulfur atau antioksidan

 Benda asing

Sediaan parenteral tidak boleh mengandung


benda asing dengan diameter lebih dari 10µm

 Toksisitas

dilakukan uji LD50 atau LD0 pada sediaan


parenteral selama penyimpanan

 Wadah

Evaluasi wadah (gelas, plastik, atau tutup


karet) dilakukan secara periodik untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap zat aktif

 Pengawet

Pada sediaan yang disimpan pada 5oC dan


25oC dievaluasi efektivitas pengawet apakah masih
efektif atau sudah berkurang

 Page 6

Anda mungkin juga menyukai