Anda di halaman 1dari 27

DIFUSI DAN DISOLUSI

Nama Kelompok:
1. Bima Dwi Pratama (14054)
2. Glory Agnes Sartika (14063)
3. Fadiyah Isnawati (1403)
4. Marisa Sahestya H (14073)
5. Sonia Kusumawati (140)
Pengertian Difusi
Difusi merupakan peristiwa mengalirnya atau berpindahnya
suatu zat terlarut dari bagian konsentrasi zat terlarut tinggi
ke rendah. Contoh peristiwa difusi yang sederhana adalah
proses pemberian gula pada cairan teh tawar hingga lambat
laun cairan menjadi manis dan uap air merupakan contoh
proses difusi. Gula berdifusi ke dalam air dan uap air
berdifusi dalam udara. Proses difusi ini adalah difusi
molekuler
Contoh Difusi
Difusi melalui membran dapat berlangsung
melalui tiga mekanisme, yaitu:
1)Difusi Sederhana (Simple Difusion)
Difusi sederhana ini dapat terjadi melalui dua cara:
(1) Melalui celah pada lapisan lipid ganda, khususnya jika bahan
berdifusi terlarut lipid
(2) Melalui saluran licin pada beberapa protein transpor
Difusi sederhana yang terjadi melalui membrane berlangsung akibat
molekul -molekul yang berpindah melalui membran bersifat larut dalam
lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid bilayer pada membrane.
2) Difusi melalui saluran yang terbentuk oleh protein transmembran
(simple difusion by chanel formed),
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam lemak serta
ion-ion tertentu, dapat menembus membran melalui saluran atau channel.
Saluran ini terbentuk dari protein transmembran, berupa pori dengan
diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih kecil
dari pori tersebut untuk melaluinya.

3) Difusi Difasilitasi (Fasiliated Difusion)


Menggunakan protein pembawa atau transporter untuk dapat menembus
membrane karena tidak dapat menembus membrane secara langsung.
Mekanisme Difusi
Difusi sederhana melalui membran berlangsung karena
molekul-molekul yang berpindah atau bergerak melalui membran
bersifat larut dalam lemak (lipid) sehingga dapat menembus lipid
bilayer pada membrane secara langsung. Membran sel permeabel
terhadap molekul larut lemak seperti hormon steroid,vitamin A, D, E,
dan K serta bahan-bahan organik yang larut dalam lemak, Selain itu,
memmbran sel juga sangat permeabel terhadap molekul anorganik
seperti O, CO2, HO, dan H2O.
Beberapa molekul kecil khusus yang terlarut dalam serta ion-
ion tertentu dapat menembus membran melalui saluran atau chanel.
Saluran ini terbentuk dari protein trans membran, semacam pori dengan
diameter tertentu yang memungkinkan molekul dengan diameter lebih
kecil dari diameter pori tersebut dapat melaluinya.
Jenis-jenis Difusi
Berdasarkan energi yang dibutuhkan ada dua jenis difusi yang
dilakukan yaitu difusi biasa dan difusi khusus.
1. Difusi Biasa
Difusi biasa terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophobic atau tidak berpolar/berkutub. Molekul dapat langsung
berdifusi ke dalam membran plasma yang terbuat dari phospholipids.
Difusi seperti ini tidak memerlukan energi atau ATP (Adenosine Tri-
Phosphate).

2. Difusi Khusus
Difusi khusus terjadi ketika sel ingin mengambil nutrisi atau molekul
yang hydrophilic atau berpolar dan ion. Difusi seperti ini memerlukan
protein khusus yang memberikan jalur kepada partikel-partikel tersebut
ataupun membantu dalam perpindahan partikel. Hal ini dilakukan
karena partikel-partikel tersebut tidak dapat melewati membran plasma
dengan mudah. Protein-protein yang turut campur dalam difusi khusus
ini biasanya berfungsi untuk spesifik partikel.
Berdasarkan jenis membran yang dilalui, difusi dibagi tiga jenis yaitu:
1)Difusi molekuler atau permeasi
Difusi molekuler adalah difusi yang melalui media yang tidak berpori,
ketika difusi ini bergantung pada disolusi dari molekul yang menembus
dalam keseluruhan membran.
Contoh: transpor teofilin yang melalui suatu membran polimer meliputi
disolusi obat tersebut ke dalam membran.
2) Difusi yang melalui pori suatu membran yang berisi pelarut,
manakala difusi ini dipengaruhi oleh ukuran relatif molekul yang
menembus membran serta diameter dari pori tersebut.
Contoh: lewatnya molekul-molekul steroid (yang disubtitusi dengan
gugus hidrofilik) melalui kulit manusia yang terdiri dari folikel rambut,
saluran sebum dan pori-pori keringat pada epidermis.
3) Difusi yang melalui pori suatu membran yang berisi pelarut,
manakala difusi ini dipengaruhi oleh ukuran relatif molekul yang
menembus membran serta diameter dari pori tersebut.
Contoh: lewatnya molekul-molekul steroid (yang disubtitusi dengan
gugus hidrofilik) melalui kulit manusia yang terdiri dari folikel rambut,
saluran sebum dan pori-pori keringat pada epidermis.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Difusi
1) Ukuran partikel: semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan
bergerak sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2) Ketebalan membran: semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
3) Luas suatu area: semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
4) Jarak: semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan
difusinya.
5) Suhu: semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan
lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
6) Konsentrasi Obat: semakin besar konsentrasi obat, semakin cepat pula kecepatan
difusinya.
7) Koefisien difusi: semakin besar koefisien difusi, maka besar kecepatan difusinya.
8) Viskositas
9) Koefisien partisi: difusi pasif dipengaruhi oleh koefisien partisi, yaitu semakin
besar koefisien partisi maka semakin cepat difusi obat.
Uji Difusi

Salah satu metode yang digunakan dalam uji difusi adalah metode flow
through. Adapun prinsip kerjanya yaitu pompa peristaltik menghisap
cairan reseptor dari gelas kimia kemudian dipompa ke sel difusi
melewati penghilang gelembung sehingga aliran terjadi secara
hidrodinamis, kemudian cairan dialirkan kembali ke reseptor. Cuplikan
diambil dari cairan reseptor dalam gelas kimia dengan rentang waktu
tertentu dan diencerkan dengan pelarut campur. Kemudian, diukur
absorbannya dan konsentrasinya pada panjang gelombang maksimum,
sehingga laju difusi dapat dihitung berdasarkan hukum Fick di atas.
PENGERTIAN DISOLUSI
Disolusi merupakan proses dimana suatu zat padat masuk ke
dalam pelarut menghasilkan suatu larutan. Laju pelarutan obat dalam
cairan saluran cerna merupakan salah satu tahapan penentu (rate
limiting step) absorpsi sistemik obat. Laju pelarutan obat di dalam
saluran cerna dipengaruhi oleh kelarutan obat itu sendiri. Peningkatan
laju disolusi obat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki permasalahan bioavaibilitas.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju
Disolusi Obat
1) Sifat Fisika Kimia Obat
Sifat fisika kimia obat berpengaruh besar terhadap kinetika disolusi berupa:
A.Sifat Kelarutan
Laju disolusi akan diperbesar karena kelarutan terjadi pada permukaan solut. Kelarutan
obat dalam air juga memengaruhi laju disolusi.
Sifat kelarutan dipengaruhi oleh faktor:
A .Polimorfisme
Obat dapat membentuk suatu polimorfis yaitu terdapatnya beberapa kinetika pelarutan
yang berbeda meskipun memiliki struktur kimia yang identik.
b. Keadaan amorf
Obat bentuk kristal secara umum lebih keras, kaku dan secara termodinamik lebih stabil
daripada bentuk amorf, kondisi ini menyebabkan obat bentuk amorf lebih mudah terdisolusi
daripada bentuk kristal.
c. Asam bebas, basa bebas, atau bentuk garam
Obat berbentuk garam, pada umumnya lebih mudah larut dari pada obat berbentuk asam
basa.
d. Suhu
Semakin tinggi suhu maka akan memperbesar kelarutan suatu zat yang
bersifat endotermik serta akan memperbesar harga koefisien zat
tersebut.
e. pH
pH sangat memengaruhi kelarutan zat-zat yang bersifat asam maupun
basa lemah. Zat yang bersifat basa lemah akan lebih mudah larut jika
berada pada suasana asam sedangkan asam lemah akan lebih mudah
larut jika berada pada suasana basa.

f. Pembentukan kompleks, larutan padat, dan campuran eutektikum


Dengan adanya pembentukan kompleks maka zat yang tidak larut akan
dapat larut dalam pelarut. Contohnya kompleks antara I2 dan KI.

g. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel maka zat aktif tersebut akan cepat larut.
2)Faktor Formulasi
Faktor formulasi dan proses pembuatan memengaruhi laju
disolusi yaitu:
A. Jumlah & tipe eksipien, seperti garam netral
B. Tipe pembuatan tablet yang digunakan.
C. Ukuran granul dan distribusi ukuran granul.
D. Jumlah dan tipe penghancur serta metode pencampurannya.
E. Jumlah dan tipe surfaktan (kalau ditambahkan) serta metode
pencampurannya.
F. Gaya pengempaan dan kecepatan pengempaan.
Metode Penentuan Kecepatan Disolusi

1) Metode Suspensi
Serbuk zat padat ditambahkan ke dalam pelarut tanpa pengontrolan
ekstrak terhadap luas permukaan partikelnya. Sampel diambil pada
waktu-waktu tertentu dan jumlah zat yang larut ditentukan dengan cara
yang sesuai.
2) Metode Permukaan Konstan
Zat ditempatkan dalam suatu wadah yang diketahui luasnya sehingga
variable perbedaan luas permukaan efektif dapat diabaikan. Umumnya
zat diubah menjadi tablet terlebih dahulu, kemudian ditentukan seperti
pada metode suspensi.
TEORI DISOLUSI
1) Model Lapisan Difusi (Diffusion Layer Model)
Model ini pertama kali diusulkan oleh Nerst dan Brunner. Pada permukaan padat terdapat satu
lapisan tipis cairan dengan ketebalan ℓ, merupakan komponen kecepatan negatife dengan arah
yang berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada permukaan padat – cair berlangsung
cepat. Begitu model solut melewati antar muka liquid film – bulk film, pencampuran secara
cepat akan terjadi dan gradien konsentrasiakan hilang. Karena itu kecepatan disolusi
ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liquid film.

2) Model Barrier Antar Muka (Interfacial Barrier Model)


Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat dan dalam hal initerjadi
difusi sepanjang lapisan tipis cairan. Sebagai hasilnya, tidak dianggap adanya keseimbangan
padatan – larutan, dan hal ini harus dijadikan pegangan dalam membahas model ini. Proses
pada antar muka padat – cair sekarang menjadi pembataskecepatan ditinjau dari proses
transpor. Transpor yang relatif cepat terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis
(stagnant)
3)Model Dankwert (Dankwert Model)
Model ini beranggapan bahwa transpor solut menjauhi permukaan padat
terjadi melaluicara paket makroskopik pelarut mencapai antar muka –
cair karena terjadi pusarandifusi secara acak. Paket pelarut terlihat pada
permukaan padatan. Selama berada pada antar muka, paket mampu
mengabsorpsi solute menurut hukum difusi biasa, dan kemudian
digantikan oleh paket pelarut segar. Jika dianggap reaksi pada
permukaan padat terjadi segera, proses pembaharuan permukaan
tersebut terkait dengankecepatan transpor solut ataudengan kata lain
disolusi.
UJI DISOLUSI
1) Peranan Uji Disolusi
Uji disolusi dalam bidang Farmasi memegang peranan penting
yaitu:
a. Uji disolusi digunakan untuk dalam bidang industri; dalam
pengembangan produk baru, untuk pengawasan mutu, dan untuk
membantu menentukan kesetersediaan hayati.
b. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan, seperti adanya aturan
biofarmasetika, telah menegaskan pentingnya disolusi.
c. Karakteristik disolusi biasa merupakan sifat yang penting dari
produk obat yang memuaskan.
d. Uji disolusi digunakan untuk mengontrol kualitas dan menjaga
terjaminnya standar dalam produksi tablet.
e. Uji disolusi untuk mengetahui terlarutnya zat aktif dalam waktu
tertentu menggunakan alat disolution tester sehingga bisa
menentukan waktu paruh dari sediaan tersebut.
2) Alat Uji Disolusi
Terdapat beberapa alat disolusi dengan berbagai tipe yaitu:

a. Alat uji disolusi menurut Farmakope Indonesia edisi 4:


• Alat uji disolusi tipe keranjang (basket)
• Alat uji disolusi tipe dayung (paddle)

b. Alat uji pelepasan obat (USP 29, NF 24):


• Alat uji pelepasan obat berupa keranjang (basket)
• Alat uji pelepasan obat berupa dayung (paddle)
• Alat uji pelepasan obat berupa reciprocating cylinder
• Alat uji pelepasan obat berupa flow through cell
• Alat uji pelepasan obat berupa paddle over disk
• Alat uji pelepasan obat berupa silinder (cylinder)
• Alat uji pelepasan obat berupa reciprocating holder
3) Medium Disolusi
Medium disolusi yang digunakan adalah medium yang
menggambarkan keadaan cairan pada lambung dan usus. Medium
lambung dan usus berbeda pada kondisi pH. Komposisi cairan lambung
keadaan puasa simulasi (pH 1,2) cukup sederhana. Dalam keadaan tidak
berpuasa, kondisi lambung sangat bergantung pada jenis dan jumlah
makanan yang dimakan. Sedangkan cairan usus simulasi (simulated
intestinal fluid, SIF dijelaskan dalam USP 26, merupakan larutan dapar
0,05 M yang mengandung kalium dihidrogen fosfat. pH dapar ini adalah
6,8 dan berada dalam kisaran pH usus normal.
4) Metodologi Disolusi
Metodologi disolusi meliputi wadah, suhu, volume media
disolusi, posisi pengambilan sampel, waktu pengambilan sampel, dan
penentuan kadar zat terlarut.

a. Wadah
Wadah untuk uji disolusi memiliki ukuran dan bentuk yang
bervariasi. Wadah yang digunakan dapat berupa gelas piala, labu alas
bulat, labu khusus seperti sel dialisis. Sebaiknya menggunakan wadah
gelas dengan dasar bundar (bulat), agar granul dapat terdispersi secara
merata ke seluruh sisi dari gelas kimia, sehingga hasil disolusi
homogen.

b. Suhu
Suhu dalam wadah merupakan salah satu kondisi yang memengaruhi
proses disolusi suatu zat karena kelarutan zat bergantung dari suhu.
Oleh karena itu, suhu dalam wadah disolusi harus sesuai dengan syarat
dan dapat dikendalikan serta fluktuasi suhu selama pengujian harus
dihindari. Untuk mengatur suhu media, wadah dicelupkan ke dalam
tangas air yang dilengkapi thermostat.
c. Volume media disolusi
Penentuan volume disolusi sangat dipengaruhi oleh kelarutan zat. Zat
yang memiliki kelarutan kecil memerlukan volume yang lebih besar.

d. Posisi pengambilan sampel


Sampel diambil pada daerah pertengahan antara bagian atas keranjang
berputar atau daun dari alat dayung dan permukaan media dan tidak
kurang dari 1 cm dari dinding wadah.
TERIMA KASIH ;))

Anda mungkin juga menyukai