Anda di halaman 1dari 38

A.

Konsep Dasar Congestive Heart Failure (CHF)


1. Pengertian
Berikut ini adalah pengertian tentang CHF menurut beberapa ahli
dan sumber diantaranya adalah :
a. Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan ketika
jantung tidak mampu lagi memompakan darah secukupnya
dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan
metabolisme jaringan tubuh pada kondisi tertentu, sedangkan
tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi
(Aspiani, 2015).
b. Gagal jantung adalah suatu kondisi patofisiologi ketika jantung
tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh (Black, 2009).
c. Congestive Heart Failure (CHF) adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah cukup untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan (Smeltzer,
2017).
d. Gagal jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu
memompa darah dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh
untuk keperluan metabolisme dan oksigen (Nugroho, 2011).
e. Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis kompleks, yang
didasari oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan
darah keseluruh jaringan tubuh secara adekuat, akibatnya
adanya gangguan struktural dan fungsional dari jantung
(Sudoyo, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran
oksigen ke organ tubuh.
2. Klasifikasi
Pada CHF terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan.
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi
fungsional dalam 4 kelas :
Tabel Klasifikasi penyakit gagal jantung kongestif sesuai
dengan kelasnya

Klasifikasi Karakteristik
Kelas I  Tidak ada batasan aktivitas fisik
 Aktivitas fisik yang biasa tidak menyebabkan dispnea napas,
palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas II  Gangguan aktivitas fisik ringan
 Merasa nyaman ketika beristirahat
 Aktivitas fisik biasa menimbulkan keletihan, dan palpitasi
Kela III  Keterbatasan aktivitas fisik yang nyata
 Merasa nyaman ketika beristirahat
 Aktivitas fisik yang tidak biasanya menyebabkan dispnea napas,
palpitasi, atau keletihan berlebihan
Kelas IV  Tidak dapat melakukan aktivitas fisik apapun tanpa merasa tidak
nyaman
 Gejala gagal jantung kongestif ditemukan bahkan pada saat
istirahat
 Ketidaknyaman semakin bertambah ketika melakukan aktivitas
fisik apapun
Sumber: Aspiani, 2015

3. Etiologi
Menurut Asikin (2016). Mekanisme fisiologis yang dapat
menyebabkan timbulnya gagal jatung yaitu kondisi yang
meningkatkan preload, afterload, atau yang menurunkan
kontraktilitas miokardium. Kondisi yang meningkatkan preload,
misalnya regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Afterload
meningkat pada kondisi dimana terjadi stenosis aorta atau dilatasi
ventrikel. Pada infrak miokard dan kardiomiopati, kontraktilitas
miokardium dapat menurun. Terdapat faktor fisiologis lain yang
dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa, anatara lain
adanya gangguan pengisian ventrikel (stenosis katup
atrioventrikularis), serta adanya gangguan pada pengisian dan
ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan tamponade jantung).
Berdasarkan seluruh penyebab tersebut, diduga yang paling
mungkin terjadi yaitu pada setiap kondisi tersebut menyebabkan
gangguan penghantaran kalsium didalam sarkomer, atau didalam
sintesis, atau fungsi protein kontraktil.
Gagal jantung dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a. Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif) , dibagi menjadi 2
jenis yang dapat terjadi sendiri atau bersamaan, diantaranya:
1) Gagal jantung sistolik yaitu ketidakmampuan jantung
untuk menghasilkan output jantung yang cukup untuk
perfusi organ vital.
2) Gagal jantung diastolik yaitu kongesti paru meskipun
curah jantung dan output jantung normal.
b. Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel
kanan untuk memberikan aliran darah yang cukup sirkulasi
paru pada tekanan vena sentral normal.
Tabel Penyebab gagal jantung berdasarkan jenisnya

Jenis gagal jantung Penyebab


Gagal jantung kiri Gagal jantung sistolik  Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penyakit katup
jantung
 Aritmia
 Infeksi dan
inflamasi
(miokarditis)
 Kardiomiopati
peripartum/
idiopatik
 Penyakit jantung
koroner
 Penyakit jantung
kongenital
 Penyakit endokrin,
kondisi
neuromuskular,
dan penyakit
reumatologi
Jenis gagal jantung Penyebab
Gagal jantung kiri Gagal jantung diastolik  Penyakit jantung
koroner
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Penyakit katup
jantung (stenosis
aorta)
 Kardiomiopati
restriktif/ hipertrofi
 Perikarditis
kontstriktif
Gagal jantung kanan  Gagal ventrikel kiri
 Penyakit jantung
koroner
 Hipertensi
pulmonal
 Stenosis katup
pulmonalis
 Emboli paru
 Penyakit paru
kronis
 Penyakit
neuromuskular
Sumber: Asikin, 2016

Tabel Penyebab gagal jantung berdasarkan kalainannya

Penyebab gagal jantung Deskripsi


Kelainan mekanik Peningkatan beban tekanan
 Sentral (stenosis aorta, dan lain-
lain)
 Perifer (hipertensi sistemik, dan
lain-lain)
Peningkatan beban volume
(regurgitasi katup, pirau, peningkatan
beban awal, dan lain-lain)
Obstruksi terhadap pengisian
ventrikel (stenosis mitral atau
trikuspid)
Tamponade perikardium
Pembatasan miokardium atau
endokardium
Aneurisme ventrikel
Disinergi ventrikel
Kelainan miokardium Primer
 Kardiomiopati
 Miokarditis
 Kelainan metabolik
 Toksisitas (alkohol dan kobalt)
 Presbikardia
Kelainan disdinamik sekunder
(akibat kelainan mekanik)
 Deprivasi oksigen (penyakit
jantung koroner)
 Kelainan metabolik
 Peradangan
 Penyakit sistemik
Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
Perubahan irama jantung atau urutan  Terjadi fibrilasi
hantaran  Takikardia atau bradikardia
ekstrem
Arus listrik yang tidak sinkron
(gangguan konduksi
4. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
c. Kebutuhan dasar manusia
Menurut Potter dan Perry (2012). Handerson melihat manusia
sebagai individu yang membutuhkan bantuan untuk meraih
kesehatan, kebebasan atau kematian yang damai, serta bantuan
untuk meraih kemandirian. Menurut Handerson, kebutuhan
dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan
komponen penanganan perawatan. Ke-14 kebutuhan tersebut
adalah sebagai berikut :
1) Bernafas secara normal (kebutuhan oksigenasi).
2) Makan dan minum dengan cukup (kebutuhan nutrisi dan
cairan).
3) Membuang kotoran tubuh (kebutuhan eliminasi).
4) Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan
(kebutuhan aktivitas).
5) Tidur dan istirahat (kebutuhan aktivitas).
6) Memilih pakaian yang sesuai (kebutuhan personal hygiene).
7) Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan
menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan
(kebutuhan cairan).
8) Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi
integumen (kebutuhan personal hygiene).
9) Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
(kebutuhan aman nyaman).
10) Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan
emosi, kebutuhan, rasa takut atau pendapat (kebutuhan
psikososial).
11) Beribadah sesuai dengan keyakinan (kebutuhan spiritual).
12) Bekerja dengan tata cara yang mengandug unsur prestasi
(kebutuhan belajar).
13) Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
(kebutuhan bermain).
14) Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia (kebutuhan
belajar).
Keempat belas kebutuhan dasar manusia di atas dapat
diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu komponen
kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan spiritual.
Kebutuhan dasar poin 1-9 termasuk komponen kebutuhan
biologis. Poin 10 dan 14 termasuk komponen kebutuhan
psikologis. Poin 11 termasuk kebutuhan spiritual. Sedangkan
poin 12 dan 13 termasuk komponen kebutuhan sosiologis.
Handerson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama hal
dengan pasien dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan
(unit).
d. Berikut ini akan diuraikan gangguan pemenuhan kebutuhan
dasar yang terjadi pada CHF menurut Kasron (2012), yaitu :
1) Kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel
tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
organ atau sel. Pada pasien CHF gangguan kebutuhan
oksigenasi terjadi karena adanya kegagalan pada fungsi
ventrikel yang menyebabkan hambatan pengosongan
ventrikel, dan pompa jantung meningkat, hal ini akan
menurunkan kemampuan jantung memompa atau disebut
dengan penurunan curah jantung. Kemampuan jantung
memompa mengakibatkan adanya bendungan pada paru-
paru dan ini mengakibatkan gangguan pertukaran gas.
Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak
masuk ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di
paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran O2 dan CO2
antara udara dan darah di paru-paru. Sehingga oksigenasi
arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang akan
membentuk asam didalam tubuh. Situasi ini akan
memberikan suatu gejala sesak napas (dyspnea), ortopnea
(dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari
ekstrimitas meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan
paru- paru.
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses
dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Pada pasien CHF menurunnya
kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang
dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan
penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah
kurang ke ginjal akan mempengaruhi mekanisme
pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya terbentuk
angiotensi II mengakibatkan terangsangnya sekresi
aldosteron dan menyebabkan retensi natrium dan air,
perubahan tersebut meningkatkan cairan
ektraintravaskuler sehingga terjadi kelebihan volume
cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema
perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang
interstial.
3) Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas merupakan suatu kondisi dimana
tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas. Pada
pasien CHF gagal pompa ventrikel mengakibatkan
forward failure sehingga curah jantung menurun maka
suplai darah kejaringan menurun, nutrisi dan oksigen sel
menurun, metabolisme sel menurun maka terjadi lemah
dan letih sehingga terjadi intoleransi aktifitas.
Kebutuhan aktivitas ini berdampak pada pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, yaitu: pemenuhan kebutuhan
personal hygiene karena kelelahan, kelemahan dalam
melakukan aktivitas, pemenuhan kebutuhan eliminasi
karena penurunan frekuensi berkemih di siang hari dan
peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari
(nokturia), pemenuhan kebutuhan psikososial karena tidak
mampu berinteraksi.
4) Kebutuhan istirahat dan tidur
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional, dan bebas dari perasaan gelisah. Tidur
adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Pada pasien
CHF terjadi gagal pompa ventrikel kiri sehingga suplai O 2
dalam tubuh akan berkurang maka peningkatan RR
(Respiratory Rate) mengakibatkan sesak terjadi
peningkatan pada malam hari, ortopnea (sesak saat
berbaring) sehingga pasien sering terbangun maka terjadi
gangguan istirahat tidur. Kebutuhan istirahat dan tidur ini
berdampak pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari, yaitu:
bekerja, belajar, dan bermain karena menurunnya sumber
energi.

4. Manifestasi Klinik
Menurut Kasron (2012) manifestasi klinik dari CHF tergantung
ventrikel mana yang terjadi.
a. Gagal jantung kiri
Manifestasi kliniknya antara lain:
1) Dispneu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
menganggu pertukaran gas dan dapat mengakibatkan
ortopnea (kesulitan bernafas saat berbaring) yang
dinamakan paroksimal nokturnal dispnea (PND).
2) Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme.
3) Sianosis
Terjadi karena kegagalan arus darah ke depan (forwad
failure) pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda
berkurangnya perfusi ke organ-organ seperti : kulit, dan
otot-otot rangka
4) Batuk
Batuk bisa kering dan tidak produktif, tetapi yang
tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang
menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak yang
kadang disertai bercak darah. Batuk ini disebabkan oleh
kongesti cairan yang mengadakan rangsangan pada
bronki.
5) Denyut jantung cepat (Takikardi)
Terjadi karena jantung memompa lebih cepat untuk
menutupi fungsi pompa yang hilang, irama gallop umum
dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang
distensi.
b. Gagal jantung kanan
Manifestasi kliniknya antara lain :
1) Edema ekstremitas bawah atau edema dependen
2) Hepatomegali, dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas
abdomen
3) Anoreksia, dan mual yang terjadi akibat pembesaran vena
dan status vena di dalam rongga abdomen
4) Rasa ingin kencing pada malam hari yang terjadi karena
perfusi renal
5) Badan lemah yang diakibatkan oleh menurunnya curah
jantung, gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk
sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan.
6) Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan terjadinya
pelepasan renin dari ginjal yang menyebabkan sekresi
aldosteron, retensi natrium, dan cairan, serta peningkatan
volume intravaskuler
7) Edema paru akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis,
sehingga cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli
5. Komplikasi
Menurut LeMone (2016). Mekanisme kompensasi yang dimulai
pada gagal jantung dapat menyebabkan komplikasi pada sistem
tubuh lain. Hepatomegali kongestif dan splenomegali kongestif
yang disebabkan oleh pembengkakkan sistem vena porta
menimbulkan peningkatan tekanan abdomen, asites, dan masalah
pencernaan. Pada gagal jantung sebelah kanan yang lama, fungsi
hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat memicu
disritmia, mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura dan
masalah paru lain dapat terjadi. Komplikasi mayor gagal jantung
berat adalah syok kardiogenik dan edema paru. Gagal jantung
kongestif dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain,
yaitu:
a. Sistem kardiovaskuler:
Angina, disritmia, kematian jantung mendadak, dan syok
kardiogenik.
b. Sistem pernapasan:
Edema paru, pneumonia, asma kardiak, efusi pleura, pernapasan
Cheyne-Stokes, dan asidosis respiratorik.

c. Sistem pencernaan:
Malnutrisi, asites, disfungsi hati.

6. Penatalaksanaan dan Terapi


Penatalaksanaan CHF bertujuan untuk menurunkan kerja jantung,
meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard, dan
menurunkan
retensi garam dan air (Aspiani, 2015). Penatalaksanaan CHF
dibagi 2, yaitu:
a. Penatalaksanaan keperawatan
1) Memperbaiki kontraksi miokard/ perfusi sistemik:
a) Istirahat total/ tirah baring dalam posisi semi fowler.
b) Memberikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan.
c) Memberikan terapi medis: digitalis untuk
memperkuat kontraksi otot jantung.
2) Menurunkan volume cairan yang berlebihan:
a) Memberikan terapi medik: diuretik untuk mengurangi
cairan di jaringan.
b) Mencatat asupan dan haluaran.
c) Menimbang berat badan.
d) Restriksi garam/ diet rendah garam.

3) Mencegah terjadinya komplikasi pascaoperasi:


a) Mengatur jadwal mobilisasi secara bertahap sesuai
keadaan pasien.
b) Mencegah terjadinya imobilisasi akibat tirah baring.
c) Mengubah posisi tidur.
d) Memperbaiki efek samping pemberian medika
mentosa; keracunan digitalis.
e) Memeriksa atau mengobservasi EKG.
4) Pendidikan kesehatan yang menyangkut penyakit,
prognosis, obat-obatan serta pencegahan kekambuhan:
a) Menjelaskan tentang perjalanan penyakit dan
prognosis, kegunaan obat-obatan yang digunakan,
serta memberikan jadwal pemberian obat.
b) Mengubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah, seperti:
merokok, stress, kerja berta, minuman alkohol,
makanan tinggi lemak dan kolesterol.
c) Menjelaskan tentang tanda dan gejala yang
menyokong terjadinya gagal jantung, terutama yang
berhubungan dengan kelelahan, berdebar-debar, sesak
napas, anoreksia, dan keringat dingin.
d) Menganjurkan untuk kontrol semua secara teratur
walaupun tanpa gejala.
e) Memberikan dukungan mental; klien dapat menerima
keadaan dirinya secara nyata/ realitas akan dirinya
baik.
b. Penatalaksanaan kolaboratif
1) Pemberian diuretik akan menurunkan preload dan kerja
jantung
2) Pemberian morfin untuk mengatasi edema pulmonal akut,
vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik vena dan
kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnea
berat.
3) Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi, yaitu suatu prosedur yang
bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut
karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume
darah dari sirkulasi sentral, menurunkan aliran balik vena
dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan
masalah hemodinamik segera.
4) Terapi nitrit untuk vasodilatasi perifer guna menurunkan
afterload.
5) Terapi digitalis obat utama untuk meningkatkan
kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekuensi
ventrikel, peningkatan efisiensi jantung.
6) Inotropik positif
a) Dopamin
Pada dosis kecil 2,5-5 mg/kg akan merangsang alfa-
adrenergik beta-adrenergik. Reseptor dopamin ini
mengakibatkan keluarnya katekolamin dari sisi
penyimpanan saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah
jantung isi sekuncup. Dilatasi ginjal-serebral dan
pembuluh koroner. Pada dosis maksimal 10-20 mg/kg
BB akan menyebabkan vasokonstriksi dan
meningkatkan beban kerja jantung.
b) Dobutamin
Merangsang hanya beta-adrenergik. Dosis mirip
dopamin memperbaiki isi sekuncup, curah jantung
dengan sedikit vasokonstriksi dan takikardia.
7. Patway
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Congestive
Heart Failure (CHF)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu (pasien) (Nursalam, 2008).
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan Congestive Heart
Failure
(CHF) menurut Aspiani, 2015; Asikin, 2016 sebagai berikut:
a. Identitas pasien
Nama, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, diagnosa
medis, tanggal masuk rumah sakit, dan nomor medical record.
b. Pengkajian Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Aktivitas dan istirahat
a) Gejala:
Cepat lelah, kelelahan sepanjang hari, ketidakmampuan
untuk melakukan aktivitas sehari-hari misalnya:
membersikan tempat tidur dan menaiki tangga,
intoleransi aktivitas, dispnea saat istirahat atau
beraktivitas, insomnia, tidak mampu untuk tidur
telentang.
b) Tanda:
Toleransi aktivitas terbatas, kelelahan, gelisah,
perubahan status mental misalnya: ansietas dan latergi,
perubahan tanda- tanda vital saat beraktivitas.
2) Sirkulasi
a) Gejala:
Riwayat hipertensi, infark miokard baru atau akut,
episode gagal jantung sebelumnya, penyakit katup
jantung, bedah jantung, endokarditis, lupus
eritematosus sistemik, anemia, syok sepsis,
pembengkakan pada tungkai, dan distensi abdomen.
b) Tanda:
Tekanan darah rendah akibat kegagalan pompa jantung,
denyut nadi teraba lemah, denyut dan irama jantung
takikardia; disritmia, nadi apikal titik PMI menyebar
dan bergerak ke arah kiri, bunyi jantung S1 dan S2
terdengar lemah; S3 gallop terdiagnosis GJK; S4
dengan hipertensi dan murmur sistolik diastolik dapat
menandakan adanya stenosis yang menyebabkan GJK,
denyut nadi perifer berkurang; nadi sentral teraba kuat,
kulit pucat; berwarna abu-abu; sianosis, kuku pucat
dengan pengisian kapiler yang lambat, pembesaran hati
teraba, edema dependen, dan terdapat distensi vena
jugularis.
3) Integritas ego
a) Gejala:
Ansietas, stres yang berhubungan dengan penyakit
atau kondisi finansial
b) Tanda:
Berbagai macam menifestasi misalnya: ansietas,
marah, takut, dan iritabilitas (mudah tersinggung).
4) Eliminasi
a) Gejala:
Penurunan frekuensi berkemih, urine berwarna
gelap,

berkemih di malam hari.


b) Tanda:
Penurunan frekuensi berkemih di siang hari dan
peningkatan frekuensi berkemih pada malam hari
(nokturia).
5) Makanan/ cairan
a) Gejala:
Riwayat diet tinggi garam; lemak; gula; serta kafein,
penurunan nafsu makan, anoreksia, mual, muntah.
b) Tanda:
Edema di ekstremitas bawah, edema dependen, edema
pitting, distensi abdomen menandakan adanya asites
atau pembengkakan hati.
6) Hygiene
a) Gejala:
Kelelahan, kelemahan selama melakukan aktivitas.
b) Tanda:
Penampilanmengindikasikan adanya kelalaian dalam
perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala:
Kelelahan, pusing, pingsan.
b) Tanda:
Latergi, kebingungan, disorientasi, perubahan
perilaku, iritabilitas (mudah tersinggung).
8) Nyeri/ ketidaknyamanan
a) Gejala:
Nyeri dada, angina akut atau angina kronis, nyeri
abdomen bagian kanan atas (gagal jantung kanan), nyeri
otot.
b) Tanda:
Gelisah, fokus berkurang dan menarik diri, menjaga
perilaku.
9) Pernapasan
a) Gejala:
Dispnea saat beraktivitas atau istirahat, dispnea pada
malam hari sehingga mengganggu tidur, tidur dengan
posisi duduk atau dengan sejumlah bantal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum terutama saat posisi
rekumben, penggunaan alat bantu nafas misalnya
oksigen atau obat-obatan.
b) Tanda:
Takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot bantu nafas,
pernafasan cuping hidung, batuk moist pada gagal
jantung kiri, pada sputum terdapat darah berwatna
merah muda dan berbuih (edema pulmonal), bunyi
nafas terdengar lemah dengan adanya krakels dan
mengi, penurunan proses berpikir; letargi; kegelisahan,
pucat atau sianosis.
10) Keamanan
a) Tanda:
Perubahan proses berpikir dan kebingungan, penurunan
kekuatan dan tonus otot, peningkatan resiko jatuh, kulit
lecet, ruam.
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi:
a) Respirasi meningkat, dispnea.
b) Batuk kering, sputum pekat, bercampur darah.
c) Vena leher dengan JVP meningkat.
d) Kulit bersisik, pucat.
e) Edema kaki, skrotum.
f) Asites abdomen.
2) Palpasi:
a) Jantung, PMI bergeser ke kiri, inferior karena dilatasi
atau hipertrofi ventrikel.
b) Pulsasi perifer menurun.
c) Hati teraba di bawah arkus kosta kanan.
d) Denyut jantung meningkat indikasi tekanan vena porta
sistemik meningkat.
e) Edema menyebabkan piting.
3) Auskultasi:
a) Suara paru menurun, basilar rates mengakibatkan
cairan pada jaringan paru.
b) Suara jantung dengan S1, S2 menurun. Kontraksi
miokard menurun. S3 meningkat, volume sisa
meningkat, murmur terkadang juga terjadi.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan Congestive Heart
Failure
(CHF) adalah:
1) Pemeriksaan laboratorium :
a) Enzym hepar: meningkat dalam gagal jantung kongestif.
b) Elektrolit: berubah karena perpindahan cairan,
penurunan fungsi ginjal.
c) AGD (Analisa Gas Darah): gagal ventrikel kiri ditandai
dengan alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia
dengan peningkatan p (partial pressure of carbon
dioxide).
d) Albumin: menurun sebagai akibat penurunan masukan
protein.
2) Radiologi, yaitu Rongent Thorax :
a) Bayangan hulu paru yang tebal dan melebar, kepadatan
makin ke pinggir berkurang.
b) Lapang paru bercak-bercak karena edema paru.
c) Distensi vena paru.
d) Hidrotoraks.
e) Pembesaran jantung, rasio kardio-toraks meningkat.
3) EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik,
hipertrofi ventrikel, gangguan irama) dan tanda-tanda
faktor pencetus akut (infark miokard, emboli paru).
4) Ekokardiografi
Untuk deteksi gangguan fungsional serta anatomis yang
menjadi penyebab gagal jantung.
5) Kateterisasi jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau
pulmonary arterial wedge pressure > 12 mmHg dalam
keadaan istirahat. Curah jantung lebih rendah dari
2,71/menit/ luas permukaan tubuh.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan pasien mengenai respon
individu (pasien dan masyarakat) tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (Nursalam, 2008).
Diagnosa keperawatan pada pasien CHF menurut Asikin (2016),
yaitu:
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakmampuan jantung memompakan sejumlah darah untuk
mencukupi kebutuhan jaringan tubuh.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler alveolus.
c. Volume cairan berlebihan berhubungan dengan menurunnya
curah jantung/ meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
e. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan bed rest
dalam jangka waktu lama, edema, dan penurunan perfusi
jaringan.
f. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan
dengan kurangnya pemahaman terkait fungsi jantung, dan
gagal jantung.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana asuhan keperawatan adalah suatu dokumentasi tulisan
tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan. Rencana asuhan keperawatan yang akan disusun
harus mempunyai beberapa komponen, yaitu: prioritas masalah,
kriteria hasil, rencana intervensi, dan pendokumentasian
(Nursalam, 2008).
Rencana asuhan keperawatan pada pasien CHF menurut Asikin
(2016).
N DX TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
O HASIL

1 1 Setelah dilakukan asuhan 1. Auskultasi nadi 1. Takikardi biasanya


keperawatan kepada pasien apikal, catat muncul meskipun saat
selama 3x24 jam diharapkan penilaian pasien dalam kondisi
curah jantung adekuat denyut jantung, istirahat, untuk
dengan kriteria hasil: irama, dan mengompensasi
a. Efektivitas pompa dokumentasika penurunan
jantung yang ditandai n disritmia jika kontraktilitas
dengan: tersedia ventrikular.
- Tanda-tanda telemetri.
vital dalam batas 2. Catat bunyi 2. S1 dan S2 mungkin
wajar, tidak jantung . terdengar lemah akibat
ada atau 3. Palpasi denyut penurunan
terkontrolnya nadi perifer. kemampuan jantung
disritmia, tidak ada 4. Pantau tekanan untuk memompa irama
gejala gagal jantung, darah. gallop yang umum (S3
misalnya 5. Kaji kulit dan S4) juga mungkin
parameter terhadap pucat terdengar. Murmur
hemodinamik dan sianosis mungkin nenunjukkan
dalam batas kelainan katup dan
wajar dan stenosis.
pengeluaran 3. Penurunan curah
urine adekuat. jantung dapat terlihat
- Menunjukkan pada penurunan denyut
penurunan nadi radialis, nadi
episode dispnea dan popliteal, nadi dorsalis
angina. pedis, dan nadi
b. Manajemen posttibialis.
penyakit jantung secara 4. Pada gagal jantung
mandiri yang ditandai awal atau kronis
dengan: tekanan darah
- Berpartisipasi dalam meningkat karena
kegiatan peningkatan tekanan
yang mengurangi pembuluh darah
beban kerja jantung. sistemik. Pada gagal
jantung yang lebih
lanjut tubuh tidak
mampu lagi untuk
mengompensasi dan
mungkin terjadi
hipotensi yang parah
serta ireversibel.
5. Pucat merupakan
indikasi berkurangnya
perfusi perfifer
sekunder akibat dari
curah jantung yang
tidak adekuat,

N DX TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


o HASIL
2 2 6. Pantau vasokonstriksi, dan
asupan dan anemia. Sianosis dapat
pengeluaran terjadi pada gagal
urine, catat jantung refraktori
penurunan, karena peningkatan
jumlah warna, kongesti vena.
dan konsentrasi 6. Ginjal merespon
urine. penurunan curah jantung
dengan mempertahankan
7. Anjurkan pasien air dan natrium.
untuk istirahat Pengeluaran urine
dengan posisi menurun sepanjang hari
semirekumben di karena perpindahan cairan
tempat tidur atau ke dalam jaringan, tetapi
kursi. dapat meningkat pada
8. Ciptakan malam hari karena cairan
lingkungan yang kembali ke sirkulasi saat
tenang, bantu pasien berbaring.
pasien untuk 7. Istirahat fisik harus
menghindari dipertahankan pada pasien
situasi stres, dengan gagal jantung
serta dengarkan untuk meningkatkan
dan motivasi efisiensi kontraksi jantung
pasien untuk dan menurunkan
mengekspresikan konsumsi oksigen
perasaannya. miokard, serta beban
9. Posisikan pasien jantung.
dengan kaki 8. Istirahat fisik dan
lebih tinggi dari psikologis membantu
tubuh, hindari untuk mengurangi stres
tekanan dibawah yang dapat menyebabkan
lutut. Motivasi vasokonstriksi,
pasien untuk peningkatan tekanan
latihan ROM. darah, denyut nadi, dan
Tingkatkan beban kerja jantung.
ambulasi dan 9. Menurunkan statis vena
aktivitas sesuai dan insiden trombus, serta
kemampuan pembentukkan emboli.
klien.
10. Kolaborasi 10. Tambahan oksigen
dengan tenaga meningkatkan sediaan
kesehatan lainnya oksigen untuk kebutuhan
dalam terapi
oksigen

N DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KRITERIA HASIL
3 3 Setelah dilakukan 1. Auskultasi suara 1. Mengetahui adanya
asuhan keperawatan napas, catat adanya kongesti paru atau adanya
kepada pasien selama krakels dan mengi. penumpukkan sekret.
3x24 jam diharapkan 2. Anjurkan pasien 2. Membersihkan jalan
pertukaran gas adekuat untuk batuk efektif napas dan memfasilitasi
dengan kriteria hasil: dan tarik napas kebutuhan oksigen.
a. Menunjukkan hasil dalam. 3. Mengurangi konsumsi dan
nilai gas darah arteri 3. Pertahankan posisi kebutuhan oksigen,
(AGD) dan oksimetri semifowler dengan serta meningkatkan
dalam rentang normal, kepala tempat tidur infllasi paru maksimal.
serta pasien bebas dari ditinggikan sebesar . 4. Hipoksemia dapat
gejala gangguan Sokong tangan dengan menjadi parah selama
pernapasan. bantal. edema paru.
4. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan 5. Meningkatkan konsentrasi
lainnya dalam oksigen alveolar yang
pemantauan grafik dapat memperbaiki atau
nilai arteri gas darah mengurangi hipoksia
dan oksimetri. jaringan.
5. Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan 6. Diuretik digunakan untuk
lainnya dalam mengurangi kongesti
pemberian oksigen alveolar dan
tambahan sesuai meningkatkan pertukaran
indikasi. gas. Bronkodilator
6. Kolaborasi dengan digunakan untuk
tenaga kesehatan meningkatkan pengiriman
lainnya dalam oksigen dengan
pemberian: mendilatasi jalan napas
- Diuretik, kecil dan mengeluarkan
misalnya efek diuretik ringan untuk
furosemide membantu dalam
(lasix). mengurangi kongestri
Bronkodilator, paru.
misalnya
aminophyline.
N DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
O KRITERIA HASIL
3 3 Setelah dilakukan 1. Pantau pengeluaran 1. Pengeluaran urine
asuhan keperawatan urine, catat jumlah menurun dan pekat
kepada pasien selama dan warna, serta sepanjang hari karena
3x24 jam diharapkan waktu saat diuresis perfusi ginjal berkurang,
dapat terjadi. tetapi dapat meningkat
pada malam hari karena
mempertahankan 2. Kaji adanya distensi cairan kembali ke
keseimbangan cairan pada leher dan sirkulasi saat klien
dalam tubuh dengan pembuluh perifer. berbaring.
kriteria hasil: Inspeksi adanya 2. Retensi cairan yang
a. Pasien edema pitting edema berlebihan dapat
menunjukkan umum (anasarka) dimanifestasikan sebagai
volume cairan yang stabil pada area tubuh. pembengkakan vena
dengan asupan dan 3. Auskultasi suara dan pembentukkan edema.
keluaran yang seimbang, napas, catat adanya 3. Kelebihan volume cairan
bunyi napas dan tanda- perubahan misalnya menyebabkan kongesti
tanda vital dalam rentang krakels dan mengi. paru. Gejala edema paru
normal, berat badan stabil, Catat adanya dispnea, menunjukkan gagal
dan tidak ada edema batuk, dan ortopnea. jantung kiri. Pada gagal
4. Ukur lingkar jantung kanan gejala
abdomen sesuai pernapasan yang muncul
prosedur. misalnya dispnea, batuk,
5. Catat peningkatan dan ortopnea.
letargi, hipotensi, dan 4. Pada gagal jantung kanan
kram otot. progresif cairan dapat
6. Kolaborasi dengan berpindah ke arah
tenaga kesehatan peritoneal, sehingga
lainnya dalam menyebabkan perubahan
pemberian: lingkar abdomen (asites).
- Diuretik, 5. Tanda dari defisit kalium
misalnya dan natrium karena
Furosemid perpindahan cairan dan
(Lasix). terapi diuretik.
Thiazides 6. Diuretik meningkatkan
dengan agen anti aliran urin serta
kalium, misalnya menghambat reabsorpsi
spironolactone natrium dan klorida pada
(Aldactone). tubulus ginjal. Thiazides
- Suplemen kalium, meningkatkan diuresis
misalnya K-Dur tanpa kehilangan kalium
yang berlebihan.
Suplemen kalium
menggantikan kalium
yang hilang

N DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KRITERIA HASIL
4 4 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-tanda 1. Hipotensi ortostatik dapat
asuhan keperawatan vital sebelum dan terjadi saat beraktivitas
kepada pasien selama setelah aktivitas akibat dari obat
3x24 jam diharapkan selama episode akut vasodilator dan diuretik,
dapat menunjukkan atau perburukan gagal atau pengaruh fungsi
toleransi terhadap jantung. Khususnya jantung.
aktivitas dengan kriteria jika pasien
hasil: menggunakan 2. Kelelahan karena gagal
a. Berpartisipasi dalam vasodilator, diuretik, jantung kronik dapat
kegiatan yang atau beta bloker. berhubungan dengan
diinginkan sesuai 2. Kaji tingkat hemodinamik,
dengan kelelahan, evaluasi pernapasan, dan kelainan
kemampuan, dapat penyebab lain otot perifer.
memenuhi kelelahan misalnya 3. Memenuhi kebutuhan
perawatan diri nyeri, perawatan perawatan diri pasien
secara mandiri. gagal jantung, tanpa mempengaruhi
Peningkatan anemia, dan depresi. kebutuhan oksigen yang
toleransi aktivitas 3. Dukung pasien untuk berlebihan.
yang dibuktikan meningkatkan 4. Untuk memperkuat
dengan aktivitas/ toleransi dan memperbaiki fungsi
berkurangnya perawatan diri. jantung yang berada di
kelelahan dan 4. Kolaborasi dengan bawah tekanan, jika
kelemahan, serta tenaga kesehatan disfungsi jantung tidak
tanda-tanda vital lainnya dalam dapat diperbaiki ke
dalam batas wajar pemberian program kondisi semula.
selama kegiatan. rehabilitas jantung
secara bertahap.
5 Setelah dilakukan 1. Inspeksi kulit, catat 1. Kulit beresiko karena
asuhan keperawatan adanya tonjolan gangguan sirkulasi
kepada pasien selama tulang, adanya perifer, obesitas atau
3x24 jam diharapkan edema, dan area kurus, edema,
gangguan integritas dengan sirkulasi yang imobilitas fisik, dan
kulit tidak terjadi terganggu. perubahan status gizi.
dengan kriteria hasil: 2. Berikan pijatan 2. Meningkatkan aliran
a. Menjaga integritas lembut di sekitar area darah dan
kulit dan yang pucat dan meminimalkan
kemerahan. hipoksia jaringan.
menunjukkan 3. Motivasi pasien 3. Mengurangi tekanan
perilaku atau untuk pada jaringan
teknik untuk melakukan perubahan meningkatkan
posisi secara berkala sirkulasi, dan
mencegah di tempat tidur atau mengurangi waktu
kerusakan kulit. kursi roda. pada satu area yang
4. Berikan perawatan tidak terkena aliran
kulit secara berkala darah.
5. Hindari pemberian 4. Kekeringan atau
obat melalui kelembapan yang

N DX TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


O KRITERIA HASIL
intramuskular. 5. berlebihan dapat
menyebabkan
kerusakan kulit.
6. Edema interstisial dan
gangguan sirkulasi
dapat menghambat
penyerapan obat dan
predisposisi kerusakan
jaringan, serta
pengembangan infeksi.
Menurunkan tekanan
pada kulit dan dapat
memperbaiki sirkulasi
6 Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan 1. Pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pasien tentang fungsi proses penyakitnya dan
kepada pasien selama jantung yang normal, harapan pasien dapat
3x24 jam diharapkan informasi mengenai memfasilitasi partisipasi
memahami hal yang berbeda klien dalam pengelolaan
pada pasien dari gagal jantung.
pengetahuan tentang fungsi normalnya. 2. Asupan makanan natrium
proses penyakitnya 2. Diskusikan lebih dari
dengan kriteria hasil: pentingnya 3 gram/ hari dapat
a. Mengidentifikasi pembatasan natrium. mengimbangi efek
hubungan terapi Berikan informasi diuretik. Sumber natrium
berkelanjutan makanan apa saja yang paling umum yaitu
untuk yang harus dihindari garam, dan makanan asin
pengurangan termasuk sup serta
episode berulang 3. Tinjau obat, tujuan, sayuran dalam kemasan
dan pencegahan dan efek samping. kaleng.
komplikasi. Berikan instruksi 3. Memahami kebutuhan
b. Mengetahui tanda secara lisan dan terapeutik dan pentingnya
dan gejala yang tertulis pada pasien. melaporkan jika terjadi
memerlukan 4. Rekomendasikan efek samping dari obat
intervensi. mengonsumsi obat dapat mencegah
c. Mengidentifikasi diuretik di pagi hari. komplikasi akibat reaksi
stres, faktor risiko obat.
yang menjadi 5. Diskusikan dengan 4. Memberikan waktu yang
penyebab, dan pasien mengenai cukup terhadap efek obat,
teknik untuk faktor risiko, sehingga tidak terjadi
menangani stres. misalnya: gangguan tidur pada
d. Melakukan merokok, malam hari.
perubahan gaya penyalahgunaan 5. Menambah pengetahuan
hidup sesuai alkohol, dan faktor pasien sehingga
kebutuhan. pemicu seperti diet memungkinkan pasien
tinggi garam, tidak untuk membuat keputusan
aktif atau kelelahan, terkait pencegahan
dan terpapar suhu kekambuan.
ekstrem.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu
pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor- faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap pelaksanaan, perawat
terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan pasien (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan. Evaluasi
keperawatan sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan pasien. Dengan mengukur perkembangan
pasien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan
efektivitas asuhan keperawatan. Meskipun tahap evaluasi keperawatan
diletakkan pada akhir proses keperawatan tetapi tahap ini merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Diagnosa
keperawatan perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.
Evaluasi diperlukan pada tahap rencana asuhan keperawatan untuk
menentukan apakah tujuan rencana asuhan keperawatan tersebut dapat
dicapai secara efektif. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat
respon pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan.

Anda mungkin juga menyukai