I. PENDAHULUAN
Di negara-negara industri penyakit jantung dan pembuluh (PJP) seperti angina
pectoris, infark jantung, gagal jantung, dan hipertensi merupakan penyebab kematian
terbesar.1
Gagal jantung bisa bermanifestasi sebagai gagal jantung sistolik akibat disfungsi
sistolik maupun gagal jantung diastolik akibat disfungsi diastolik. Pengetahuan tentang
gagal jantung diastolik akhir-akhir ini meningkat sebagai suatu masalah klinis
epidemiologis yang sedang berkembang.2
Gagal jantung kongestif pada bayi dan anak merupakan kegawatdaruratan yang
sangat sering dijumpai oleh petugas kesehatan dimanapun berada. Keluhan dan gejala
sangat bervariasi sehingga sering sulit dibedakan dengan akibat penyakit lain di luar
jantung.3
Sekitar 4,3 penduduk Indonesia mengalami gagal jantung, dengan 500.000 kasus
baru gagal jantung di Indonesia, didiagnosis setiap tahunnya. kematian penderita gagal
jantung, disebabkan fungsi jantung untuk memompa peredaran darah ke seluruh tubuh
terganggu11
II. DEFENISI
Gagal jantung (heart failure/HF) merupakan suatu syndrome klinis yang terjadi
pada pasien yang mengalami abnormalitas (baik akibat keturunan atau didapat) pada
struktur atau fungsi jantung sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan rangkaian
gejala klinis (fatigue dan sesak) dan tanda klinis (edema dan rales) yang mengakibatkan
opname, kualitas hidup buruk, dan harapan hidup memendek.4
Gagal jantung adalah pemberhentian sirkulasi normal darah dikarenakan
kegagalan dari ventrikel jantung untuk berkontraksi secara efektif pada saat systole.5
Gagal jantung adalah keadaan ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah
untuk memenuhi secara adekuat kebutuhan metabolisme tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh karena gangguan primer otot jantung atau beban jantung yang berlebihan
atau kombinasi keduanya.3
1
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak
mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.6
III. EPIDEMIOLOGI
HF merupakan suatu permasalahan medis yang secara global semakin
berkembang, dengan lebih 20 juta orang menderita. Prevalensi keseluruhan HF pada
populasi dewasa di negara maju adalah 2%. Perkembangan prevalensi HF mengikuti pola
eksponensial, meningkat seiring umur, dan mengenai 6-10% individu berumur 65 tahun
keatas. Walaupun insiden pada HF relatif lebih rendah pada wanita dibanding pria,
wanita paling tidak merupakan 50% dari populasi pasien HF karena harapan hidup
mereka yang lebih panjang. Di Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada) dan Eropa,
resiko terkena HF berkisar 1 dari 5 individu berumur 40 tahun keatas.4
Di Inggris sekitar 100.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk gagal
jantung, merepresentasikan 5 % dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih
dari 1 % dana perawatan kesehatan nasional.7
IV. ETIOLOGI
Seperti ditampilkan pada tabel 1, setiap keadaan yang mengakibatkan perubahan pada struktur atau fungsi ventrikel kiri (Left ventricular/LV) dapat
menyebabkan pasien terkena HF. Walaupun etiologi HF pada pasien dengan EF yang normal berbeda dengan yang EF yang menurun, terdapat suatu
2
Penyakit katup regurgitasi Gangguan ritme
Shunting intrakardiak (left-to-right) Bradyarrhythmias kronik
Shunting extrakardiak Tachyarrhythmias kronik
Fraksi Ejeksi Normal (>40–50%)
Hipertrofi Patologis Kardiomyopati restriktif
Secara umum faktor resiko dari gagal jantung berulang adalah ketidakpatuhan
dari pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan, faktor kegemukan dari pasien, pola hidup
yang sulit di ubah (riwayat merokok, dan meminum minuman alkohol),riwayat hipertensi
kronis, dan stresor yang dialami oleh pasien.8
Faktor Resiko Umum I8
3
Penyakit jantung Permintaan jantung tidak mencukupi, menimbulkan penurunan
iskemik kontraksi
Penyakit katup dimana darah tidak mengalir sampai ke katup, atau katup tidak
jantung membuka dengan baik, menghasilkan peningkatan teakanan
4
Jantung bekerja keras sehingga terjadi penurunan pnyediaan
penyakit jantung
oksigen
Inflamasi kontraksi
Endiokarditis
Kerusakan katup jantung, kelebihan daya pompa jantung
5
V. PATOFISIOLOGI
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai
dengan dengan satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta
suatu keadaan patologik berupa penurunan fungsi jantung.3
Kemampuan jantung untuk memompa darah guna memenuhi kebutuhan tubuh
ditentukan oleh curah jantung yang dipengaruhi oleh empat faktor yaitu: preload; yang
setara dengan isi diastolik akhir, afterload; yaitu jumlah tahanan total yang harus
melawan ejeksi ventrikel, kontraktilitas miokardium; yaitu kemampuan intrinsik otot
jantung untuk menghasilkan tenaga dan berkontraksi tanpa tergantung kepada preload
maupun afterload serta frekuensi denyut jantung.3
Pada awal gagal jantung, akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta
pelepasan arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel
akan diikuti penurunan curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah
dan penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme
kompensasi neurohumoral.
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah kedua
ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung. 3
6
Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :
Gejala paru berupa : dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah, asites,
hepatomegali, dan edema perifer.
Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
Secara singkat, manifestasi gagal jantung seperti gambar di bawah:
Edema peripheral atau sacral
Perubahan hepato-jugular
Hepatomegali
Jaundice8
7
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:
Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan
dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup.
Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa
orang myang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
8
Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak
merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti
pulmoner atau edema pulmoner).
Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah
ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa
lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita
biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini sebagai bagian
dari penuaan
Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan
pingsan. (Wikipedia, 2008)
VIII. PATOGENESIS
Gambar 1 memberikan suatu kerangka konseptual umum dalam pertimbangan
perkembangan dan progresi HF dengan EF yang menurun. Seperti terlihat, HF dapat
digambarkan sebagai suatu gangguan progressif yang dimulai setelah kejadian penanda,
baik kerusakan pada otot jantung, dengan rusaknya myosit kardiak fungsional, maupun
adanya gangguan terhadap kemampuan myokard untuk menciptakan tekanan, sehingga
mencegah terjadinya kontraksi normal.4
9
mekanisme kompensasi terjadi, termasuk sistem saraf adrenergic, sistem renin-
angiotensin-aldosteron, dan sistem sitokin. 4
Walaupun alasan yang tepat mengapa pasien dengan disfungsi LV dapat tetap
asimptomatis belum dipastikan, salah satu penjelasannya kemungkinan karena beberapa
mekanisme kompensasi menjadi aktif dengan keberadaan jejas pada jantung dan/atau
disfungsi LV, dan sepertinya hal ini dapat dipertahankan dan mengatur fungsi LV selama
beberapa bulan atau tahun. Daftar mekanisme kompensasi yang telah dijelaskan diatas
termasuk (1) aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) dan sistem saraf
adrenergic, dimana berperan dalam menjaga kardiak output dengan meningkatkan retensi
garam dan ait (Gambar 2), dan (2) meningkatkan kontraktilitas myokard. Disertai dengan
aktivasi dari molekul yang menghambat vasodilatasi, termasuk peptida natriuretik otak
dan atrial (ANP dan BNP), prostaglandin (PGE2 dan PGI2), dan nitric oxide (NO), yang
menimbulkan vasokonstriksi vaskuler perifer yang berlebihan. Latar belakang genetis,
jenis kelamin, umur, dan lingkungan dapa mempengaruhi mekanisme kompensasi
tersebut, dimana dapat memodulasi fungsi LV dalam suatu homeostatik yang fisiologis,
pada keadaan demikian, kapasitas fungsional dari pasien dapat dijaga atau hanya sedikit
menurun. Sehingga, pasien dapat menjadi tetap asimpomatis atau dengan gejala
minimum untuk jangka waktu beberapa bulan bahkan tahun. Namun, pada suatu
poin ,pasien akan mendapatkan gejala yang jelas, disertai dengan peningkatan mortalitas
dan morbiditas. Walaupun mekanisme pasti yang berperan dalam transisi ini tidak
diketahui, seperti yang dijelaskan dibawah, transisi antara HF asimptomatik menjadi
simptomatik diikuti oleh adanya peningkatan aktivasi sistem neurohormonal, adrenergik,
dan sitokin yang mengakibatkan beebrapa perubahan adaptif dalam myokard yang secara
keseluruhan disebut LV remodelling.4
10
Gambar 2. Aktivasi sistem neurohormonal pada gagal ginjal.
Penurunan cardiac output pada pasien HF menghasilkan “pengehentian” dari
baroreseptor tekanan tinggi pada ventrikel kiri (lingkaran) pada ventrikel kiri, sinus
karotis, dan arcus aorta. Efek ini menghasilkan pembentukan sinyal aferen terhadap
sistem saraf pusat (CNS) yang menstimulasi pusat cardioregulator pada otak yang
menstimulasi pelepasan arginine vasopression (AVP) dari hipotalamus posterior. 4
IX. DIAGNOSIS
Diagnosis HF relatif tidak sulit jika pasien datang dengan gejala dan tanda klasik
untuk HF; akan tetapi, gejala dan tanda HF kebanyakan tidak spesifik dan tidak sensitive.
Ketika pasien datang dengan gejala dan tanda HF, pemeriksaan laboratorium penunjang
sebaiknya dilakukan. 4
Pemeriksaan Laboratorium Rutin
Pasien dengan onset HF yang baru atau dengan HF kronis dan dekompensasi akut
sebaiknya melakukan pemeriksaan darah rutin lengkap, elektrolit, blood urean nitrogen
(BUN), kreatinin serum, enzim hepatik, dan urinalisis. 4
Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG 12-lead dianjurkan. Kepentingan utama dari EKG adalah untuk
menilai ritme, menentukan keberadaan hypertrophy pada LV atau riwayat MI (ada atau
tidak adanya Q wave).4
Radiology
11
Pemeriksaan ini memberikan informasi berguna mengenai ukuran jantung dan
bentuknya, begitu pula keadaan vaskuler pulmoner dan dapat mengidentifikasi penyebab
nonkardiak pada gejala pasien. 4
Biomarker
Kadar peptide natriuretik yang bersirkulasi berguna sebagai alat tambahan dalam
diagnosis HF. Baik B-type natriuretic peptide dan N-terminal pro-BNP, yang dikeluarkan
dari jantung yang mengalami kerusakan, merupakan marker yang relative sensitif untuk
menentukan keberadaan HF dengan EF yang rendah; peptide ini juga meningkat pada
pasien HF dengan EF yang normal, walaupun dengan kadar yang lebih sedikit. 4
Pemeriksaan latihan
Treadmill atau latihan bersepeda tidak rutin dianjurkan pada pasien HF, namun
bermanfaat untuk menilai perlunya transplantasi kardiak pada pasien dengan HF berat.
peak oxygen uptake (VO2)4
X. DIAGNOSIS BANDING
HF menyerupai namun harus dapat dibedakan dengan (1) keadaan dimana
kongesti sirkulasi disebabkan oleh retensi air dan garam yang abnormal tetapi tidak
terdapat kelainan pada struktur atau fungsi jantung (mis. pada gagal ginjal) dan (2)
penyebab nonkardiak terhadap kejadian edema pulmoner (mis. syndrome distress
pernapasan akut. Kadar BNP atau N terminal pro-BNP yang sangat rendah membantu
menyingkirkan penyebab jantung pada sesak napas. Edema engkel dapat timbul akibat
varises vena, obesitas, penyakit ginjal, dan efek gravitasi. Ketika HF terjadi pada pasien
dengan EF yang normal, sulit untuk menentukan apakah sesak napas akibat kontribusi
HF atau akibat penyakit paru kronis dan/atau obesitas.4
I
XI.PENATALAKSANAAN
12
HF sebaiknya dipandang sebagai suatu seri yang terdiri dari 4 stadium yang saling
berkaitan. Stadium A termasuk pasien dengan resiko tinggi terkena HF namun tanpa
gangguan structural jantung atau gejala HF (pasien diabetes mellitus atau hipertensi).
Stadium B termasuk pasien yang memiliki gangguan structural pada jantung namun tanpa
gejala HF (misal. pasien dengan riwayat MI dan disfungsi LV asimptomatis). Stadium C
termasuk pasien yang memiliki gangguan structural pada jantung dan memiliki gejala HF
yang berkembang (misal. pasien dengan riwayat MI dengan sesak napas dan kelemahan ).
Stadium D termasuk pasien dengan HF refrakter yang membutuhkan intervensi khusus
(pasien dengan HF refrakter yang membutuhkan transplantasi jantung. 4
13
Kapasitas Penilaian Objektif
Fungsional
Class I Pasien dengan penyakit jantung namun tanpa keterbatasan pada aktivitas fisik.
Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan keletihan, palpitasi, sesak, atau nyeri anginal
Class II Pasien dengan penyakit jantung yang menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik ringan.
Pasien merasa nyaman pada waktu istirahat. Aktivitas fisik biasa mengakibatkan
kelemahan, palpitasi, sesak, atau nyeri anginal.
Class III Pasien dengan penyakit jantung yang mengakibatkan keterbatasan bermakna pada
aktivitas fisik. Pasien merasa nyaman pada waktu istirahat. Aktivitas fisik yang lebih
ringan dari biasanya menyebabkan keletihan, palpitasi, sesak, dan nyeri anginal..
Class IV Pasien dengan penyakit jantung yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk menjalani
aktivitas fisik apapun tanpa rasa tidak nyaman. Gejala gagal jantung atau sindroma
angina dapat dialami bahkan pada saat istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan, maka
rasa tidak nyaman semakin meningkat.
Sumber: Adaptasi dari New York Heart Association, Inc., Diseases of the Heart and
Blood Vessels: Nomenclature and Criteria for Diagnosis, 6th ed. Boston, Little Brown,
1964, p. 114.
14
Iskemia Myokard/ Infark Myokard
Penghentian terapi HF
Infeksi
Anemia
- Beta blockers
- Anti-TNF antibodies
Konsumsi Alkohol
Kehamilan
Aktivitas
Walaupun aktivitas fisik berat tidak dianjurkan pada HF, suatu latihan rutin ringan
terbukti bermanfaat pada pasien HF dengan NYHA kelas I-III. Pasien euvolemik
sebaiknya didorong untuk melakukan latihan rutin isotonic seperti jalan atau mengayuh
sepeda ergometer statis, yang dapat ditoleransi. 4
Diet
Diet rendah garam (2-3 g per hari) dianjurkan pada semua pasien HF (baik
dengan penurunan EF maupun EF yang normal). 4
Diuretik
Kebanyakan dari manifestasi klinik HF sedang hingga berat diakibatkan oleh
retensi cairan yang menyebabkan ekspansi volume dan gejala kongestif. 4
15
Tabel 4 Obat yang digunakan dalam penatalaksanaan Gagal Jantung (EF <40%)
Diuretics
Angiotensin-Converting Enzyme
Inhibitors
Trandolapril 0.5 mg qd 4 mg qd
Candesartan 4 mg qd 32 mg qd
Losartan 12.5 mg qd 50 mg qd
β Receptor Blockers
16
Dosis Awal Dosis Maksimal
Bisoprolol 1.25 mg qd 10 mg qd
Additional Therapies
Eplerenone 25 mg qd 50 mg qd
Dosis tetap hydralazine/isosorbide 37.5 mg/20 mg (one tablet) tid 75 mg/40 mg (two tablets) tid
dinitrate
a
Dosis harus disesuaikan hingga mengurangi gejela kongestif pada pasien
b
Dosis target tidak diketahui9
Walaupun semua diuretic meningkatkan eksresi sodium dan volume urin, diuretic
memiliki potensi dan famakologik yang beragam. Loop diuretic meningkatkan eksresi
fraksional sodium hingga 20-25%, sedangkan thiazide hanya 5-10% dan cenderung
berkurang efektivitasnya pada pasien dengan insufisiensi renal moderat atau berat
(creatinin ?2. mg/dl).4
ACE Inhibitor (ACEI)
Terdapat banyak bukti yang menyatakan bahwa ACE inhibitor sebaiknya
digunakan pada pasien simptomatis dan asimptomatis dengan EF menurun. ACE
inhibitor mempengaruhi sistem rennin-angiotensin dengan menginhibisi enzyme yang
berperan terhadap konversi angiotensin menjadi angiotensin II. 4
17
Gambar 3. Algoritme penatalaksanaan Gagal Jantung Kronispada
pasien dengan penurunan fraksi ejeksi.
18
Antagonis Aldosteron
Walaupun dikategorikan sebagai diuretic hemat kalium, obat yang memblokir
efek aldosteron (spironolakton atau eplerenon) memiliki efek bermanfaat yang
independent dari efek keseimbangan sodium. 4
Terapi Antikoagulan dan Antiplatelet
Pasien HF memiliki peningkatan resiko terjadinya kejadian thromboembolik.
Pada penilitan klinis, angka kejadian stroke mulai dari 1,3 hingga 2,4% per tahun. 4
Aspirin direkomendasikan pada pasien HF dengan penyakit jantung iskemik
untuk menghindari terjadinya MI dan kematian. Namun, dosis rendah aspirin (75 atau 81
mg) dapat dipilih karena kemungkinan memburuknya HF pada dosis lebih tinggi. 9
Penatalaksanaan HF dengan Fraksi Ejeksi Normal (>40%)
Penanganan dengan diuretic dan nitrat sebaiknya dimulai dengan dosis rendah
untuk menghindari hipotensi.
Menentukan Strategi Penatalaksanaan untuk HF Akut
Tujuan terapeutik dari penatalaksanaan HF akut adalah untuk (1) memperbaiki
stabilisasi hemodinamika yang terganggu yang menyebabkan munculnya gejala (2)
mengidentifikasi dan menangani faktor reversible yang mempresipitasi dekompensasi ,
dan (3) menentukan regimen farmakologis efektif untuk pasien rawat jalan yang akan
mencegah perkembangan penyakit dan relaps..4
Tabel 5 Obat untuk Penatalaksanaan Gagal Jantung Akut
Vasodilators
Inotropes
19
Dosis Permulaan Dosis Maksimal
Vasoconstrictors
Dopamine for hypotension 5 µg/kg per menit 5–15 µg/kg per menit
20
Agen inotropik positif menghasilkan manfaat hemodinamika langsung dengan
menstimulasi kontraktilitas kardiak, dan secara bersamaan menyebabkan vasodilatasi
perifer. 4
Dobutamine, merupakan agen inotropik yang paling sering digunakan pada
penatalaksanaan HF akut, efek kerjanya dengan menstimulasi reseptor β1 and β2 dengan
sedikit efek pada reseptor α1. 4
Milrinone merupakan suatu inhibitor phosphodiesterase III yang menyebabkan
peningkatan cAMP dengan meninhibisi katabolismenya.. Milrinone dapat diberikan
dengan cara bolus 0.5 µg/kg per menit, diikuti dengan dosis infuse sebesar 0.1–0.75
µg/kg per menit. 4
Vasokonstriktor
Vasokontstriktor digunakan untuk mendukung tekanan darah sistemik pada pasien
dengan HF. Dari ketiga agen yang biasanya sering digunakan (Tabel 5), dopamine
merupakan pilihan pertama untuk terapi pada situasi dimana inotropy dan dukungan
pressor dibutuhkan. 4
Intervensi Mekanik dan Operasi
Jika intervensi farmakologik gagal menstabilkan pasien dengan HF refrakter
maka intervensi mekanis dan invasive dapat memberikan dukungan sirkulasi yang lebih
efektif. Terapi ini termasuk intraaortic balloon counter pulsation, alat bantuan LV, dan
transplantasi jantung. 4
Diagnosis gagal jantung diastolik mungkin dapat ditegakkan berdasrkan adanya
keluhan sesak napas, edema tungkai tanpa disertai gangguan fungsi sistolik. Namun
kesepakatan mengenai definisi disfungsi diastolik secara menyeluruh belum diperoleh
oleh karena parameter yang digunakan oleh para pakar berbeda-beda.2
Bising jantung sering ditemukan pada auskultasi, yang tergantung dari kelainan
struktural yang ada. Terdapatnya irama derap merupakan penemuan yang berarti,
khususnya pada neonatus dan bayi kecil. Ronki juga sering ditemukan pada gagal
jantung. Bendungan vena sistemik ditandai oleh peninggian tekanan vena jugular, serta
refluks hepatojugular.6
Foto dada : dengan sedikit perkecualian, biasanya disertai kardiomegali. Paru
tampak bendungan vena pulmonal6
21
Elektrokardiografi : di samping frekuensi QRS yang cepat atau disritmia, dapat
ditemukan pembesaran ruang-ruang jantung serta tanda-tanda penyakit
miokardium/ pericardium. 6
Ekokardiografi : M-mode dapat menilai kuantitas ruang jantung dan shortening
fraction yaitu indeks fungsi jantung sebagai pompa. Pemeriksaan Doppler dan
Doppler berwarna dapat menambah informasi secara bermakna. 6
Penatalaksanaan Gagal Jantung
Terdapat tiga aspek yang penting dalam menanggulangi gagal jantung :
pengobatan terhadap Gagal jantung, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan
pengobatan terhadap faktor pencetus. Termasuk dalam pengobatan medikamentosa yaitu
mengurangi retensi cairan dan garam, meningkatkan kontraktilitas dan mengurangi beban
jantung.6
Pengobatan umum meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen,
pemberian cairan dan diet. Selain itu, penatalaksanaa gagal jantung juag berupa: 6
Medikamentosa :
Obat inotropik (digitalis, obat inotropik intravena),
Vasodilator : (arteriolar dilator : hidralazin), (venodilator : nitrat, nitrogliserin),
(mixed dilator : prazosin, kaptopril, nitroprusid)
Diuretik
Pengobatan disritmia 6
22
Pengobatan gagal jantung8
23
Efek samping: keracunan, perasaan enek, irama jantung tidak
teratur, sakit perut, pandangan kabur
24
dapat terjadi ketidakstabilan hemodinamik dan bergejala
Pembedahan :6
Penyakit jantung bawaan (paliatif, korektif)
Penyakit jantung didapat (valvuloplasti, penggantian katup)n
XII. KOMPLIKASI
Pada bayi dan anak yang menderita gagal jantung yang lama biasanya mengalami
gangguan pertumbuhan. Berat badan lebih terhambat daripada tinggi badan. Pada gagal
jantung kiri dengan gangguan pemompaan pada ventrikel kiri dapat mengakibatkan
bendungan paru dan selanjutnya dapat menyebabkan ventrikel kanan berkompensasi
dengan mengalami hipertrofi dan menimbulkan dispnea dan gangguan pada sistem
25
pernapasan lainnya. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi hepatomegali, ascites,
bendungan pada vena perifer dan gangguan gastrointestinal.6
XIII. PROGNOSIS
Walaupun banyak perkembangan terkini mengenai penatalaksanaan HF,
perkembangan HF masih memberikan prognosis yang buruk. Penelitian berbasis
komunitas mengindikasikan bahwa 30-40% pasien HF akan meninggal dalam 1 tahun
setelah diagnosis ditegakkan dan 60-70% dalam waktu 5 tahun, terutama dikarenakan
memburuknya HF atau sebagai kejadian mendadak(kemungkinan karena adanya aritmia
ventrikuler). 7
XIV . KESIMPULAN
Terapi gagal jantung biasanya adalah mengurangi beban kerja jantung,
menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, dan mengurangi asupan garam.Obat-
obat yang umum digunakan adalah antidiuretika, enghambat ACE (Angiotensin
Converting Enzyme) dan penghambat alpa adrenergik. Glikosida digitalis merupakan
komponen penting dalam pengobatan gagal jantung.4
Gagal jantung merupakan tahap akhir penyakit jantung yang dapat menyebabkan
meningkatnya mortalitas dan morbiditas penderita penyakit jantung. Sangat penting
untuk mengetahui gagal jantung secara klinis. Penatalaksanaan meliputi penanganan
gagal jantung kronik dan gagal jantung akut, dengan penanganan non medikamentosa,
dengan obat – obatan serta dengan menggunakan terapi invasif.1
Secara umum faktor resiko dari gagal jantung berulang adalah ketidakpatuhan
dari pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan, faktor kegemukan dari pasien, pola hidup
26
yang sulit di ubah (riwayat merokok, dan meminum minuman alkohol),riwayat hipertensi
kronis, dan stresor yang dialami oleh pasien.8
DAFTAR PUSTAKA
1. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja Obat-obat penting edisi keenam.
Gramedia:2007. Halaman 517
2. Mappahya, ali aspar . Gagal jantung diastolik Patogenesis, diagnosis dan
penatalaksanaan. 2006. Http://med.unhas.ac.id/datajurnal/thn06no4/tp-%20gagal
%20 jantung%20(ali%20aspar).pdf
3. Qauliyah, Asta. Penyakit Gagal Jantung. 2006.
http://www.astaqauliyah.com/newsread.php?id=240
4. Mubarak, Husnul. Gagal Jantung .2008. http://cetrione.blogspots.com
5. Wikipedia foundations. Gagal jantung.
2008http://id.wikipedia.org/wiki/gagal_jantung
6. Dez. Asuhan keperawatan pada klien dengan chf (congestive heart failure) 2009.
http://dezlicious.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan_25.html
7. Zakaria, M. Anies, Lecture Notes on Kardiologi , Erlangga, Jakarta:2005. Hlm
80-89
27
8. Grady KL, Dracup. General Risk Factors.2000
http://www.genderandhealth.ca/en/modules/congestiveheartfailure/CHF-
epidemiology-02.jsp
9. Sherwood,Lauralee,Fisiolgi Manusia Dari Sel ke Sistem,edisi 2,EGC, 2001, hlm.
280-287
10. Mariyono, Harbanu H. Gagal Jantung. http://ejournal.unud.ac.id/ abstrak/9_gagal
%20jantung.pdf.2007
11. Lubiantoro,utojo,dr,Sp.JP,http://perempuan.kompas.com/read/xml/
2008/11/28/21442186/.indonesia.menderita.gagal.jantung.
28