Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE RESPIRATORY DISTRES SINDROM

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Departemen Gawat Darurat

Dosen Pembimbing:
Ns Bintari Ratih Kusumaningrum S.Kep M.Kep

Gioni Arthur Ascentis 165070201111003

KELOMPOK 3A

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

1
Definisi

ARDS atau acute respiratory distress syndrome adalah gangguan


pernapasan berat yang disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau
kantung udara kecil di paru-paru. Gejala utamanya adalah sesak napas berat
dan sulit bernapas.

ARDS sering disebabkan oleh penyakit kritis, seperti sepsis atau


pneumonia berat. Salah satu penyebab pneumonia yang saat ini sedang
menjadi pandemik adalah virus Corona (COVID-19). Menurut sejumlah
penelitian, beberapa pasien COVID-19 bisa mengalami ARDS dalam
perjalanan penyakitnya.

ARDS merupakan kondisi darurat yang mengancam nyawa penderitanya.


Sehingga perlu mendapat penanganan yang cepat dan tepat.

Penyebab Acute Respiratory Distress Syndrome


ARDS disebabkan oleh kerusakan alveoli akibat merembesnya cairan dari
pembuluh darah kapiler di dalam paru-paru ke dalam alveoli. Alveoli
adalah kantong udara di paru-paru yang berfungsi menyalurkan oksigen
ke darah dan mengeluarkan karbondioksida dari dalam darah.
Pada kondisi normal, membran yang melindungi pembuluh darah kapiler
menjaga cairan tetap di dalam pembuluh darah. Namun, pada ARDS,
cedera atau penyakit berat menyebabkan kerusakan pada membran
pelindung tersebut, sehingga cairan bocor ke alveoli.
Penumpukan cairan tersebut membuat paru-paru tidak bisa terisi udara,
sehingga pasokan oksigen ke aliran darah dan tubuh menjadi berkurang.
Kekurangan pasokan oksigen ini akan menyebabkan terhentinya fungsi
organ, termasuk otak dan ginjal. Jika dibiarkan, kondisi ini akan
mengancam nyawa penderitanya.
Beberapa kondisi dan penyakit yang bisa menyebabkan ARDS adalah:

 Sepsis
 Cedera di kepala atau dada, misalnya akibat benturan atau
kecelakaan
 Pneumonia (infeksi paru-paru) yang berat
 Luka bakar
 Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia
 Tersedak atau kondisi nyaris tenggelam
 Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak
 Pankreatitis

Epidemiologi

2
Epidemiologi ARDS di Indonesia sebesar 10,4% dari total pasien ICU. Di
Indonesia, data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mendapatkan 101
pasien ARDS dalam 10 bulan.

Global
Data epidemiologi Sindrom Distres Pernapasan Akut/Acute Respiratory Distress
Syndrome (ARDS) pada tahun 2016 dari 50 negara menunjukkan bahwa
prevalensi ARDS sebesar 10,4% dari total pasien rawat di unit perawatan intensif
(intensive care unit/ICU).[2] ARDS dapat terjadi pada seluruh usia, tetapi lebih
sering terjadi pada pasien dewasa dan wanita. Di Amerika Serikat, insidensi
ARDS pada pasien pediatrik tercatat sebanyak 9.5 kasus per 100,000 populasi per
tahun, 16 kasus per 100.000 populasi per tahun pada usia 15-19 tahun dan 306
kasus per 100.000 populasi per tahun pada usia 75-84 tahun. [5,11] Kasus ARDS
juga semakin meningkat, di Taiwan, terdapat kenaikan kasus ARDS sebanyak
50% dari tahun 1997 hingga 2011. [10]

Faktor Risiko Acute Respiratory Distress Syndrome


Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
ARDS, di antaranya:

 Berusia di atas 65 tahun


 Memiliki kebiasaan merokok
 Memiliki kecanduan minuman beralkohol
 Menderita penyakit paru-paru kronis
 Menderita kelainan genetik
 Menderita obesitas
 Mengalami overdosis obat-obatan tertentu

Patofisiologi

Patofisiologi Sindrom Distres Pernapasan Akut / Acute Respiratory Distress


Syndrome (ARDS) merupakan proses yang sangat kompleks. ARDS terjadi akibat
inflamasi sistemik dan lokal yang menyebabkan kerusakan jaringan paru,
sehingga terjadi gangguan pertukaran gas, penurunan komplians paru, ventilation
perfusion mismatch (V/Q mismatch), dan kenaikan tekanan arteri pulmonal
(seperti pada hipertensi pulmonal). Proses ARDS umumnya berlangsung dalam 3
fase, yaitu:
1. Eksudatif atau inflamasi
2. Proliferatif

3
3. Fibrotik [3,7-9]

Gejala Acute Respiratory Distress Syndrome

4
Gejala ARDS dapat berbeda-beda pada setiap penderitanya, tergantung
penyebab, tingkat keparahan, dan apakah ada penyakit lain yang diderita,
seperti penyakit jantung atau penyakit paru-paru.
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada penderita ARDS
adalah:

 Napas pendek dan cepat


 Sesak napas
 Tekanan darah rendah (hipotensi)
 Tubuh terasa sangat lelah
 Keringat berlebih
 Bibir atau kuku berwarna kebiruan (sianosis)
 Nyeri dada
 Denyut jantung meningkat (takikardia)
 Batuk
 Demam
 Sakit kepala atau pusing
 Bingung

Diagnosis Acute Respiratory Distress Syndrome


Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain
pemeriksaan tanda-tanda vital, seperti laju atau frekuensi pernapasan,
tekanan darah, denyut nadi, suhu, serta warna kebiruan pada bibir dan
kuku, dan pemeriksaan fisik dinding dada.
Untuk memastikan diagnosis dan penyebab, dokter akan melakukan
sejumlah pemeriksaan di bawah ini :

 Tes darah, untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (analisa


gas darah) dan memeriksa kemungkinan anemia atau infeksi
 Rontgen dada, untuk melihat lokasi dan banyaknya penumpukan
cairan di dalam paru-paru, sekaligus mendeteksi kemungkinan
pembesaran jantung
 CT scan, untuk melihat kondisi paru-paru dan jantung dengan
gambaran yang lebih detail
 Ekokardiografi (USG jantung), untuk menilai kondisi dan struktur
jantung serta mendeteksi ada tidaknya gangguan fungsi jantung
 Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas kelistrikan jantung
dan  menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit
jantung
 Kultur atau pemeriksaan sampel dahak, untuk mengetahui bakteri
atau mikroorganisme lain yang menyebabkan infeksi
 Biopsi atau pengambilan sampel jaringan dari paru-paru, untuk
menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit paru-
paru selain ARDS

5
Pengobatan Acute Respiratory Distress Syndrome
Pengobatan ARDS bertujuan untuk meningkatkan kadar oksigen dalam
darah agar organ tubuh pasien berfungsi normal dan terhindar dari gagal
organ. Tujuan lain dari pengobatan ARDS adalah untuk meredakan gejala
dan mencegah komplikasi.
Beberapa metode untuk mengatasi ARDS adalah:

 Memberikan bantuan oksigen melalui selang hidung atau masker


bagi pasien dengan gejala ringan
 Memasang alat bantu napas dan ventilator untuk membantu
mengalirkan oksigen ke paru-paru
 Memberikan cairan melalui infus
 Memberikan asupan nutrisi menggunakan selang nasogastrik yang
dipasang melalui hidung
 Memberikan obat antibiotik untuk mencegah dan mengatasi infeksi
 Memberikan obat pengencer darah untuk mencegah
penggumpalan darah di kaki dan paru-paru
 Memberikan obat pereda nyeri, obat untuk mengurangi asam
lambung, dan obat untuk meredakan kecemasan

Bagi pasien ARDS yang dalam masa pemulihan, disarankan untuk


menjalani rehabilitasi paru. Tindakan ini bertujuan memperkuat sistem
pernapasan dan meningkatkan kapasitas paru-paru.

Komplikasi Acute Respiratory Distress Syndrome


Penderita ARDS dapat mengalami komplikasi, baik akibat ARDS itu
sendiri maupun akibat efek samping dari pengobatannya. Beberapa
komplikasi tersebut adalah:

 DVT (deep vein thrombosis) atau penggumpalan darah pada


pembuluh darah vena dalam di tungkai akibat berbaring terus
menerus
 Pneumothorax atau penumpukan udara pada selaput pleura,
umumnya terjadi akibat tekanan udara dari penggunaan ventilator
 Infeksi paru-paru akibat masuknya kuman ke paru-paru melalui alat
bantu napas
 Fibrosis paru atau pembentukan jaringan parut di paru-paru yang
membuat paru-paru makin sulit memasok oksigen ke darah

Selain komplikasi di atas, penderita ARDS yang berhasil sembuh bisa


mengalami gangguan kesehatan jangka panjang, seperti:

 Gangguan pernapasan, seperti napas pendek, sehingga pasien


membutuhkan bantuan oksigen dalam jangka panjang
 Gangguan daya pikir dan daya ingat akibat kerusakan otak

6
 Lemah dan atrofi otot akibat terlalu lama tidak digunakan untuk
bergerak (pada pasien yang harus berbaring lama)
 Depresi

Pencegahan Acute Respiratory Distress Syndrome


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko
terjadinya ARDS, yaitu:

 Menghentikan kebiasaan merokok dan menjauhi paparan asap


rokok
 Menghentikan konsumsi minuman beralkohol
 Menjalani imunisasi flu setiap tahun dan imunisasi PCV setiap 5
tahun untuk mengurangi risiko terjadinya infeksi paru-paru

ASUHAN KEPERAWATAN ARDS


3.1 Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak

2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak

3) Circulation

7
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran

4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks

5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat
penyait yang sama ketika klien mauk rumah sakit.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.

4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara
tambahan seperti krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)

8
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan,
nyeri kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata
berkunang-kunang, berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).

e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
status nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan
yang berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat
edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah

3.2 Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
(00032)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi (00030)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus yang
berlebih (00031)

9
10
3.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan : Manajemen Jalan Nafas ( 3140 )
berhubungan dengan sindrom Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
hipoventilasi (00032) selama 1 x 24 jam, masalah ketidakefektifan pola sebagaimana mestinya.
nafas teratasi. 2. Posisikan pasien untukmemaksimalkan ventilasi.
3. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
Kriteria Hasil : efektif.
Status Pernapasan ( 0415 ) 4. Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya.
Kode Indikator SA ST 5. Buang secret dengan memotivasi pasien
041501 Frekuensi pernapasan 2 5 untukmelakukan batuk atau menyedot lender.
041502 Irama pernapasan 2 5 6. Auskultasi suara nafas, catat area yang
041504 Suara auskultasi nafas 3 5 ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya
041513 Sianosis 2 5 suara tambahan.
041515 Dyspnue dengan aktivitas 2 5 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan
ringan nebulizer.
041519 Gangguan kesadaran 3 5
041520 Akumulasi sputum 2 5

11
041522 Suara nafas tambahan 2 5
041531 Batuk 3 5

Keterangan :
1 : Deviasi Berat dari Kisaran Normal
2 : Deviasi yang Cukup Berat dari Kisaran Normal
3 : Deviasi Sedang dari Kisaran Normal
4 : Deviasi Ringan dari Kisaran Normal
5 : Tidak Ada Deviasi dari Kisaran Normal

12
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan pola nafas 1. Memposisikan pasien S : Klien mengatakan sesaknya berkurang
berhubungan dengan sindrom Untukmemaksimalkan ventilasi. O : TTV dalam batas normal, sesak
hipoventilasi (00032) 2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa berkurang
melakukan batuk efektif. A : Masalah teratasi
3. Melakukan fisioterapi dada sebagaimana Status Pernapasan ( 0415 )
mestinya. Kode Indikator SA ST
4. Membuang secret dengan memotivasi 04150 Frekuensi 2 5
pasien untukmelakukan batuk atau 1 pernapasan
menyedot lender. 04150 Irama pernapasan 2 5
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang 2
ventilasinya menurun atau tidak ada dan 04150 Suara auskultasi 3 5
adanya suara tambahan. 4 nafas
6. Memberikan nebulizer. 04151 Sianosis 2 5
3
04151 Dyspnue dengan 2 5
5 aktivitas ringan
04151 Gangguan 3 5

13
9 kesadaran
04152 Akumulasi sputum 2 5
0
04152 Suara nafas 2 5
2 tambahan
04153 Batuk 3 5
1

P : Edukasi klien dan keluarga untuk


banyak istirahat dan mengurangi aktivitas
berat, teratur minum obat

14
Daftar Pustaka

Rahman, S., & Bahar, T. (2020). COVID-19: The New Threat. International
Journal of Infection, 7(1), pp. 1-6.
Wu, et al. (2020). Risk Factors Associated with Acute
Respiratory Distress Syndrome and Death in Patients with
Coronavirus Disease 2019 Pneumonia in Wuhan, China. JAMA
Internal Medicine, doi:10.1001/jamainternmed.2020.0994.
National Insitute of Health (2019). National Heart, Lung and
Blood Institute. Acute Respiratory Distress Syndrome.
Cleveland Clinic (2020). Health Essentials. Here’s the Damage
Coronavirus (COVID-19) Can Do to Your Lungs.
World Health Organization (2020). Clinical management of
severe acute respiratoty infection (SARI) when COVID-19
disease is suspected.
Center Disease Control and Prevention (2020). Coronavirus
Disease 19 (COVID-19)
Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. ARDS
Groth, L. Health (2020). ARDS is a Common Cause of Death in
Critically Ill Coronavirus Patients – Here’s Why.
Allen, S., & Boskey, E. Healthline (2018). Acute Respiratory
Distress Syndrome.
Hecht, M. Healthline (2018). The Alveoli in Your Lungs.
WebMD (2020). Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Harman E, Pinsky M. Acute Respiratory Distress Syndrome. Medscape. 2018.


Diakses dari: https://emedicine.medscape.com/article/165139-
overview

Pham T, Rubenfeld G. The Epidemiology of Acute Respiratory Distress


Syndrome. Am J Respir Crit Care Med. 2017;195:860–70.

Rezoagli E, Fumagalli R, Bellani G. Definition and epidemiology of acute


respiratory distress syndrome. Ann Transl Med. 2017;5:282.
Amin Z, Afifah H, Mamudi C. Short-term Survival of Acute
Respiratory Distress Syndrome Patients at a Single Tertiary Referral
Centre in Indonesia. Acta Med Indones. 2016;48:300–6.

Thompson B, Chambers R, Liu K. Acute Respiratory Distress Syndrome. N Engl


J Med. 2017;377:562–72.
Han S, Mallampalli RK. The acute respiratory distress syndrome:
from mechanism to translation. J Immunol. 2015;194:855–60.
Sharp C, Millar AB, Medford ARL. Advances in understanding of the

15
pathogenesis of acute respiratory distress syndrome. Respiration.
2015;89:420–34.
Siegel M, Parsons P, Geraldine F. Acute respiratory distress
syndrome: Epidemiology, pathophysiology, pathology, and etiology in
adults. UpToDate. 2018. Diakses dari:
https://www.uptodate.com/contents/acute-respiratory-distress-
syndrome-epidemiology-pathophysiology-pathology-and-etiology-in-
adults

16

Anda mungkin juga menyukai