Fitria Masulili.M.Kep.Ns.Sp.Kep.An
DI SUSUN OLEH :
ANNISA FERENINTA
PO7120319082
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah
kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Dalam penyusunan Askep ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa Askep ini masih
jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ARDS adalah keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan
langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru. (Aryanto Suwondo, 2006). ARDS
mengakibatkan terjadinya gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas
yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.
ARDS ( juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat, sindrom ini
mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan laju mortalitas 65%
untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol adalah sepsis. Kondisi pencetus
lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi tenggelam, inhalasi asap atau kimia,
gangguan metabolik toksik, pankreatitis, eklamsia, dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara
khusus menangani perawatan kritis dengan intubasi dan ventilasi mekanik (Doenges 1999 hal 217).
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru
baik secara langsung maupun tidak langsung. ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada
membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar
dan perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang
jelas akibat akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan ARDS?
2. Apa penyebab dari ARDS?
3. Bagaimana manifestasi klinis dari ARDS?
4. Bagaimana patofisiologi dari ARDS?
5. Apa pemeriksaan penunjang untuk ARDS?
6. Bagaimana komplikasi dari ARDS?
7. Bagaimana penatalaksanaan ARDS?
8. Bagaimana pencegahan ARDS?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan ARDS?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
1. Menjelaskan tentang ARDS.
2. Menjelaskan tentang penyebab dari ARDS.
3. Menjelaskan tentang manifestasi klinis dari ARDS.
4. Menjelaskan tentang patofisiologi dari ARDS.
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang untuk ARDS.
6. Menjelaskan tentang komplikasi ARDS.
7. Menjelaskan tentang penatalaksanaan ARDS.
8. Menjelaskan pencegahan ARDS?
9. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ARDS.
BAB II
KONSEP KASUS
A. PENGERTIAN
Kegawatan pernafasan (Acute Respiratory Distress syndrome ) pada anak merupakan penyebab
utama kematian pada bayi baru lahir, diperkirakan 30% dari semua kematian neonatus
disebabkan oleh penyakit ini atau komplikasinya. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur,
insidennya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. 60-80% terjadi pada
bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu,
sekitar 3% pada bayi yang lebih dari 37 minggu. ARDS adalah suatu sindrom kegawatan pada
pernafasan yang terdiri atas gejala dispnea, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis,
merintih pada saat ekspirasi. Terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium.
Pada penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada
membran paru yang rusak. Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan
pulmonal. Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang antar alveoli
sehingga dapat mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya
akan mencegah terjadinya kolaps paru
Gagal napas akut alias acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah kondisi yang terjadi
ketika kantung udara paru-paru (alveolus) dipenuhi cairan sehingga Anda tidak mendapatkan
cukup oksigen. Kondisi ini dapat mengancam jiwa Anda. ARDS umumnya terjadi pada pasien
yang sakit kritis dan merupakan kondisi darurat medis. Napas pendek atau napas cepat disertai
sensasi seperti kehabisan udara adalah gejala utama ARDS. Kondisi ini berkembang dengan
cepat dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah cedera atau infeksi terjadi. Banyak orang
dengan gagal napas akut tidak bisa bertahan hidup. Risiko kematiannya meningkat seiring
bertambahnya usia dan keparahan penyakit. Sebagian kecil orang dengan penyakit ini dapat
pulih sepenuhnya. Namun, sebagian besar lainnya mengalami kerusakan paru-paru.
ARDS merupakan suatu bentuk dari gagal napas akut yang ditandai dengan hipoksemia,
penurunan compliance paru, dispnea, edema pulmonal bilateral tanpa gagal jantung dengan
infiltrate yang menyebar dikenal juga dengan nama noncardigenic pulmonary edema, shock
pulmonary dan lain-lain. Walaupun awalnya disebut dengan “Sindrom Gawat Napas Biasa”
(Adult) istilah “akut” sekarang lebih dianjurkan karena keadaan ini tidak terbatas pada orang
dewasa.
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada
alveoli yang mencegah kolaps paru. ARDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena
produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup
menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadinya
ARDS. Kelainan merupakan penyebab utama kematian bayi prematur.
ARDS disebabkan oleh kerusakan alveoli akibat merembesnya cairan dari pembuluh darah
kapiler di dalam paru-paru ke dalam alveoli. Alveoli adalah kantong udara di paru-paru yang
berfungsi menyalurkan oksigen ke darah dan mengeluarkan karbondioksida dari dalam darah.
Pada kondisi normal, membran yang melindungi pembuluh darah kapiler menjaga cairan tetap di
dalam pembuluh darah. Namun, pada ARDS, cedera atau penyakit berat menyebabkan kerusakan
pada membran pelindung tersebut, sehingga cairan bocor ke alveoli.
Penumpukan cairan tersebut membuat paru-paru tidak bisa terisi udara, sehingga pasokan
oksigen ke aliran darah dan tubuh menjadi berkurang. Kekurangan pasokan oksigen ini akan
menyebabkan terhentinya fungsi organ, termasuk otak dan ginjal. Jika dibiarkan, kondisi ini akan
mengancam nyawa penderitanya.
Menurut American Lung Association, sebagian besar kondisi ARDS disebabkan oleh kerusakan
sel atau jaringan di paru-paru. Kondisi ini berawal dari kebocoran cairan dari pembuluh darah
kecil yang mengalir menuju kantung udara atau alveoli, tempat bertukarnya oksigen dan karbon
dioksida. Kebocoran ini menyebabkan kerusakan pada dinding paru dan kantung udara sehingga
paru-paru terendam dan pertukaran udara tidak berlangsung secara normal. Selanjutnya, kondisi
ini akan ikut merusak surfaktan, yaitu cairan yang bekerja untuk menjaga kantung udara tetap
terbuka. Akibatnya, kadar oksigen dalam pembuluh darah akan semakin menurun. Penyebab
awal kerusakan pembuluh darah di alveoli berasal dari gangguan langsung dari dalam paru-paru
atau penyebab tidak langsung yang kemudian berdampak pada paru-paru.
Etiologi Sindrom Distres Pernapasan Akut / Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dapat
berupa penyebab lokal maupun sistemik. Etiologi lokal misalnya pneumonia dan trauma paru.
Etiologi ekstraparu misalnya sepsis nonpulmonaris dan pankreatitis.
Etiologi Lokal
Etiologi lokal ARDS adalah:
Pneumonia: viral, fungal, bakterial, parasitik
Aspirasi
Inhalasi gas toksik
Trauma atau kontusio paru
Bedah toraks
Tenggelam
Vaskulitis pulmonale
Emboli lemak
Ventilator induced lung injury (VILI)
Pneumonia, aspirasi, dan trauma merupakan penyebab lokal tersering yang ditemukan.
Etiologi Ekstra Paru
Terdapat juga etiologi ekstra paru sebagai berikut:
Sepsis nonpulmonaris
Transfusi (Transfusion Related Acute Lung Injury/TRALI)
Pankreatitis
Reaksi obat
Luka bakar
Bypass jantung
Sepsis merupakan etiologi ekstra paru tersering.
Faktor Risiko
Faktor risiko ARDS antara lain adalah:
Perokok
Wanita
Usia tua
Ras hitam
Konsumsi alkohol kronis
Genetik: FAS dan ALI
Pada pasien pneumonia, adanya komorbiditas dengan gagal jantung kongestif. Sedangkan,
ARDS ditemukan lebih rendah pada pasien obesitas, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sebanyak
20% pasien ARDS juga tidak memiliki faktor risiko yang teridentifikasi.
( Potter & Perry Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2, 17 september 2012)
C. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah: Distres pernafasan akut(takipnea,dispnea
,pernafasan menggunakan otot aksesoris pernafasan dan sianosis sentral), batuk kering dan
demam yang terjadi lebih dari beberapa jam sampai seharian, auskultasi paru: ronkhi basah,
krekels halus di seluruh bidang paru, stridor, wheezing, perubahan sensorium yang berkisar dari
kelam pikir dan agitasi sampai koma. Serta auskultasi jantung: bunyi jantung normal tanpa
murmur atau gallop.
Gejala ARDS dapat berbeda-beda pada setiap penderitanya, tergantung penyebab, tingkat
keparahan, dan apakah ada penyakit lain yang diderita, seperti penyakit jantung atau penyakit
paru-paru.
Beberapa gejala dan tanda yang dapat muncul pada penderita ARDS adalah:
D. PATOFISIOLOGI
Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar
Atelektasis
Perubahan volume darah
menuju sirkulasi paru Peningkatan
permeabilitas
Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler kapasitas
pulmonal Edemaparu menurun
Ketidakefektifan Gangguan
pola nafas pertukaran
Infiltrat Ronchi
alveolar gas
Ketidakefektifan
bersihan jalan Gambar 2.3 Patofisiologi Nanda NIC NOC
nafas
(oleh dr. Josephine darmawan,2017)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang utama yang dilakukan pada pasien-pasien ARDS adalah foto rontgen
toraks dan analisa gas darah. Pemeriksaan lain juga dapat dilakukan untuk mencari etiologi,
menilai prognosis, dan komplikasi, tetapi tidak spesifik untuk menegakkan diagnosis ARDS.
Radiologi
Foto toraks merupakan pemeriksaan utama yang dapat dengan mudah dilakukan. Foto toraks
dapat membantu menyingkirkan diagnosis penyakit paru lain, menyingkirkan penyebab
kardiologis, serta menegakkan diagnosis ARDS. Pada ARDS, umumnya ditemukan adanya
infiltrat difus bilateral atau unilateral yang dapat memburuk secara cepat dalam 3 hari. Infiltrat
yang ditemukan umumnya terletak interstisial dan/atau alveolar. Pada tahap awal, infiltrat dapat
ditemukan menyebar hingga ke perifer dan dapat memburuk menjadi infiltrat difus bilateral
dengan penampakan ground glass. [1,5,14,16]
CT scan dapat dilakukan hanya apabila foto toraks tidak dapat menyimpulkan penyebab distress
pernapasan. CT scan umumnya lebih sensitif untuk mendeteksi adanya emfisema interstisial,
pneumomediastinum, efusi pleura, dan limfadenopati mediastinal. [1,5]
Analisa Gas Darah
Analisa gas darah (AGD) pada umumnya dapat menunjukkan hipoksemia dan alkalosis
respiratorik. Kadar PaO2 / FiO2 juga dapat dinilai melalui analisa gas darah. Pemeriksaan AGD
juga dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan akses yang tersedia dengan baik. [3,5]
Laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan spesifik untuk ARDS. Beberapa pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan adalah:
Darah rutin: dapat ditemukan leukositosis atau leukopenia, terutama bila terdapat sepsis.
Trombositopenia juga dapat ditemukan bila terdapat koagulasi intravaskular diseminata.
Fungsi ginjal: fungsi ginjal umumnya menurun bila terdapat komplikasi pada ARDS
akibat adanya iskemia ataupun nekrosis tubular akut
Fungsi hepar: dapat menurut bila terdapat kerusakan hepatosit atau kolestasis
Kultur darah atau sputum: dapat menunjukkan adanya sepsis atau fokus infeksi. Kultur
darah juga dapat membantu menentukan pemberian antibiotik.
Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan adalah brain natriuretic peptide (BNP) dan
sitokin interleukin (IL)-1, IL-6, dan IL-8. BNP <100 pg/ml dapat menunjukkan adanya ARDS,
tetapi BNP tinggi tidak dapat menyingkirkan kemungkinan ARDS. IL-1, IL-6, dan IL-8
umumnya juga ditemukan meningkat pada ARDS.[1,3,5]
Ekokardiografi
Ekokardiografi transtorakal umumnya digunakan sebagai metode diagnostik utama, namun
ekokardiografi 2-dimensi juga dapat digunakan menyingkirkan kemungkinan penyebab
kardiologis. Bila ditemukan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri, disfungsi diastolik
berat, disfungsi katup mitral atau aorta berat, shunting foramen ovale maka distress pernapasan
umumnya disebabkan oleh edema paru kardiogenik atau kardiomiopati berat.[1,5]
Bronkoskopi
Bronkoskopi umumnya dilakukan untuk bronchoalveolar lavage (BAL). Pemeriksaan BAL akan
membantu menentukan penyakit paru, seperti pneumonia eosinofilik akut, pneumonitis,
sarcoidosis, atau pneumonia bronkiolitis obliterans/bronchiolitis obliterans-organizing
pneumonia (BOOP), atau lipoid pneumonia.
Histologi
Biopsi paru dapat dilakukan apabila pemeriksaan secara klinis dan penunjang lain tidak dapat
menyingkirkan kemungkinan lain penyebab hipoksemia. Pemeriksaan histologis dapat
menunjukkan fase ARDS yang sedang terjadi. Pada fase awal umumnya akan ditemukan
kerusakan alveolar difus, edema interstisial, perdarahan alveolar, formasi membrane hialin, dan
kongesti kapiler pulmonalis. Pada fase proliferatif umumnya ditemukan pertumbuhan sel
pneumosit tipe 2 pada dinding alveolar, fibroblas, miofibroblas, dan disposisi kolagen
interstisial. Pada fase fibrotik, ditemukan penebalan dinding alveolar oleh jaringan ikat. Infiltrat
dan edema sudah tidak ditemukan.
F. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian oksigen
Oksigen hangat yang di lembabkan harus diberikan pada kadar yang cukup
pada mulanya untuk mempertahankan tekanan arteri, antara 5-70 mmHg
dengan tanda tanda vital yang stabil, untuk mencegah resiko toksisitas
oksigen.
Untuk bayi yang apneu memerlukan bantuan ventilasi mekanis yang
bertujuan memperbaiki oksigenesis dan mengeliminasi CO2 tanpa
menyebabkan trauma paru atau toksisitas oksigen. Nilai gas darah yang
dapat di terima yang menyeimbangkan resiko hipoksia dan asidosis dengan
resiko ventilasi mekanis adalah PaO2 ; 5-70 mmHg ; PCO2 ; 35-50 mmHg;
dan pH ; 7,25-7,45
G. KOMPLIKASI
Bila tidak segera ditangani, ARDS dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
Penderita ARDS dapat mengalami komplikasi, baik akibat ARDS itu sendiri maupun akibat efek
samping dari pengobatannya. Beberapa komplikasi tersebut adalah:
DVT (deep vein thrombosis) atau penggumpalan darah pada pembuluh darah vena dalam
di tungkai akibat berbaring terus menerus
Pneumothorax atau penumpukan udara pada selaput pleura, umumnya terjadi akibat
tekanan udara dari penggunaan ventilator
Infeksi paru-paru akibat masuknya kuman ke paru-paru melalui alat bantu napas
Fibrosis paru atau pembentukan jaringan parut di paru-paru yang membuat paru-paru
makin sulit memasok oksigen ke darah
Selain komplikasi di atas, penderita ARDS yang berhasil sembuh bisa mengalami gangguan
kesehatan jangka panjang, seperti:
H. PENCEGAHAN
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) dapat dicegah dengan menghindari berbagai
faktor risikonya. Pada infeksi paru, ARDS dapat dihindari dengan pemberian obat-obat untuk
meredakan infeksi yang mendasari.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya ARDS, yaitu:
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas pasien dan penanggung jawab
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya penurunan kesadaran mengakibatkan terjadinya gangguan secara umumuntuk
aktifitas sehari hari yang meliputi pemenuhan nutrisi, cairan dan elektrolit, aktifitas dan
istirahat, serta perawatan diri.
3. Identitas factor resiko
Riwayat maternital
Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
Kondisi seperti pendarahan placenta
Stress fetal atau intrapartus
Status infan saat lahir
Premature, umur kehamilan
Apgar score, apakah terjadi aspeksia
Bayi premature yang lahir melalui operasi caesar
4. Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan berdasarkan stadium akan di uraikan melalui
penjelasan berikut.
Fase eksudatif (exudative phase)
Kelemahan , menurunya kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, takipnea, dan alkalosis
respiratori. Hasil inspeksi dada didpatkan penggunaan otot bantu pernapasan dan adanya
peningkatan tekanan darah arteri.
Fase fibroprolifelatif (fibroproliverative phase)
Peningkatan tekanan darah arteri, peningkatan workload ventrikel kiri. Suara nafas
crackles/rales, agitasi yang berhubungan dengan hipoksia, hiperventilasi, hiperkardia,
peningkatan kerja napas, asidosis laktat (berhubungan dengan metabolisme aerob),
perubahan dalam perfusi (denyut jantung meningkat, penurunan tekanan darah,
perubahan temperature dan warna kulit, penurunan capillery refill). Disfungsi pada organ
seperti :
· Otak, terjadi perubahan kesadaran, agitasi dan halusinasi;
· Jantung, terjadi penurunan curah jantung, (cardiac output) yang mengakibatkan
angina, CHF (gagal jantung kongestif), disritmia, dan miokard infark.
· Ginjal, terjadi penurunan produksi urin atau laju filtrasi glomerulus (LFG)
· Kulit, terdapat bintik bintik dan ditemukan adanya tanda iskemik.
· Hati, didapati adanya peningkatan SGOT, biliriubim, alkalin fosfat, dan penurunan
albumin
5. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen dada (chest x ray) : tidak terlihat jelas pada stadium awal atau dapat juga
terlihat adanya bayangan infiltrate yang terletak di tengah region perihilar paru. Pada
stadium lanjut terlihat penyebaran interstisial secara bilateral dan infiltrate alveolar,
menjadi rata dan dapat mencakup keseluruh lobus paru. Tidak terjadi pembesaran pada
jantung.
ABGs :hipoksemia (penurunan PaO2), hipokapnea (penurunan nilai CO2 dapat terjadi
terutama pada fase awal sebagai kompensasi terhadap hiperventilasi), hiperkapnea
(PaCO2 >50) menunjukkan terjadi pernapasan. Alkalosis respiratori (pH>7,45) dapat
timbul pada stadium awal, tetapi asidosis dapat juga timbul pada stadium lanjut yang
berhubungan dengan peningkatan dead space dan penurunan ventilasi alveola. Asidosis
metabolic dapat timbul pada stadium lanjut yang berhubungan dengan nilai laktat darah,
akibat metabolism anaerob.
Tes fungsi paru (pulmonary fungsion test) : compliance paru dan volume paru menurun,
teruatama FRC, peningkatan dead space dihasilkan oleh pada area terjadinya
fasokonstriksi dan mikroemboli timbul.
Asam laktat : didapatkan peningkatan pada kadar asam laktat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, yang berhubungan dengan:
Menurunnya fungsi silia pada jalan atas (hipoperkusi)
Peningkatan jumlah/kekentalan sekresi pulmonal
Peningkatan resistensi jalan udara (edema interstisisal).
Data yang mungkin timbul :
Klien mengeluh dispnea
Perubahan dalam kedalaman/jumlah pernapasan, penggunaan otot asesori
pernapasan
Batuk (efektif/inefektif) dengan ayau tanpa produksi sputum
2. Kerusakan pertukaran gas, yang berhubungan dengan :
Akumulasi protein dan cairan pada ruang interstisial atau alveolar;
Hipoventilasi alveolar;
Penurunan produksi surfektan yang menyebabkan kolaps alveolar.
Ditandai dengan :
Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan ;
Perubahan nilai ABGs ;
Ventilasi atau perfusimismath dengan peningkatan despres
3. Resiko tinggi kurang volume cair, yang berhubungan dengan :
Penggunaan diuretik
Perubahan bagian cairan
4. Ansietas atau ketakutan (spefisikkan), yang berhubungan :
Krisis situasi
Perbahan status kesehatan, ketakutan aan mati
Fektor biologis (efek hipoksimia)
Ditandai dengan :
Peningkatan ketenggangan dan tidak berdaya
Ketakutan, kelemahan.
C. PERENCANAAN
A. Intervensi Keperawatan
Keterangan :
1 : Deviasi Berat dari Kisaran Normal
2 : Deviasi yang Cukup Berat dari Kisaran Normal
3 : Deviasi Sedang dari Kisaran Normal
4 : Deviasi Ringan dari Kisaran Normal
5 : Tidak Ada Deviasi dari Kisaran Normal
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan 1. Memposisikan pasien S : Klien mengatakan sesaknya berkurang
dengan sindrom hipoventilasi (00032) Untukmemaksimalkan ventilasi. O : TTV dalam batas normal, sesak berkurang
2. Menginstruksikan bagaimana agar bisa A : Masalah teratasi
melakukan batuk efektif. Status Pernapasan ( 0415 )
3. Melakukan fisioterapi dada sebagaimana Kode Indikator SA ST
mestinya. 041501 Frekuensi pernapasan 2 5
041502 Irama pernapasan 2 5
4. Membuang secret dengan memotivasi pasien 041504 Suara auskultasi nafas 3 5
untukmelakukan batuk atau menyedot lender. 041513 Sianosis 2 5
041515 Dyspnue dengan 2 5
5. Mengauskultasi suara nafas, catat area yang
aktivitas ringan
ventilasinya menurun atau tidak ada dan 041519 Gangguan kesadaran 3 5
adanya suara tambahan. 041520 Akumulasi sputum 2 5
041522 Suara nafas tambahan 2 5
6. Memberikan nebulizer. 041531 Batuk 3 5
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas alveolus dan/atau membrane kapiler
paru.ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh
secara luas.
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS ) merupakan keadaaan gagal napasmendadak yang timbul
pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2.
https://www.halodoc.com/kesehatan/acute-respiratory-distress-syndromeDitinjau oleh: Redaksi
HalodocdiagnosisOleh :dr. Josephine Darmawan