Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Keperawatan Kritis”

Yang diampu oleh Bapak Fetreo Negeo Putra, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Riris Nofiati 192102106

Dina Dwi Fransisca 192102109

Aisyah Indri Nofiani 192102112

Jini Nurhayati 192102117

Alfan Nuha Pambudi 192102119

Erik Rizal 192102120

Annisa Hanifah R 192102124

Indifaroh Badi’ah 192102129

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI S1-ILMU KEPERAWATAN

MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang “ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)”.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi kami menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi kami mohon untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.

Malang, 12 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah salah satu penyakit paru akut
yang memerlukan perawatan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan mempunyai angka
kematian yang tinggi. Pendekatan dalam penggunaan model ventilasi mekanis pada pasien
ARDS masih kontroversial. American European Concencus Conference Committee (AECC)
merekomendasikan pembatasan volume tidal dan positive end expiratory pressure (PEEP)
sebagai strategi penanganan ARDS (Tarigan, 2018). ARDS merupakan keadaan darurat
medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak
langsung dengan kerusakan paru. (Aryanto Suwondo, 2006). ARDS mengakibatkan terjadinya
gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat,
hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.

ARDS ( juga disebut syok paru) akibat cedera paru dimana sebelumnya paru sehat,
sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000 sampai 200.000 pasien tiap tahun, dengan
laju mortalitas 65% untuk semua pasien yang mengalami ARDS. Faktor resiko menonjol
adalah sepsis. Kondisi pencetus lain termasuk trauma mayor, KID, tranfusi darah, aspirasi
tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan metabolik toksik, pankreatitis, eklamsia, dan
kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara khusus menangani perawatan kritis dengan
intubasi dan ventilasi mekanik (Doenges 1999 hal 217).

ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma
jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. ARDS terjadi sebagai akibat
cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan
kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat akibat kerusakan pertukaran gas
dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat
menurun atau paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penuruna karakteristik dalam
kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616). Oleh
karena itu, penanganan ARDS sangat memerlukan tindakan khusus dari perawat untuk
mencegah memburuknya kondisi kesehatan klien. Hal tersebut dikarenakan klien yang
mengalami ARDS dalam kondisi gawat yang dapat mengancam jiwa klien.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi ARDS?


2. Apa etiologi dari ARDS?
3. Bagaimana patofisiologi ARDS?
4. Bagaimana klasifikasi ARDS?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari ARDS?
6. Apa saja komplikasi ARDS?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostikARDS?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk ARDS?
9. Bagaimana penatalaksanaan ARDS?

1.1. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi ARDS.


2. Untuk mengetahui etiologi ARDS.
3. Untuk mengetahui patofisiologi ARDS.
4. Untuk mengetahui klasifikasi ARDS.
5. Untuk mengetahui manifestasi ARDS
6. Untuk mengetahui komplikasi ARDS.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik ARDS.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ARDS.
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan ARDS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi ARDS

Dalam buku Critical Care Nursing (Patricia Gonde Morton & Fontaine, 2018) Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom klinis yang kompleks
daripada proses penyakit tunggal, dan membawa risiko kematian yang tinggi
Sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri
yang terjadi setelah penyakit atau cedera serius (Brunner & Suddarth, 2001). Kondisi
kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada
orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal dan
non pulmonal (Hudak & Gallow, 1997).

1.1. Etiologi ARDS

a) Cedera paru tidak langsung


1. Aspirasi (cairan lamung dan paru hamper tenggelam)
2. Pneumonia infeksi
3. Memar paru-paru dengan trauma
4. Inhalasi toksik
5. Obstruksi jalan nafas atas
6. Coronavirus SARS
7. Edema paru neurogenic
8. Pneumonia cosinofilik akuut
9. Bronchiolitis obliterans dengan pneumonia
10. TBC milier.
b) Cedera paru langsung
1. Sepsis
2. Luka bakar
3. Trauma
4. Transfuse darah
5. Transplantasi paru atau sumsum tulang
6. Overdosis obat atau alkohol
7. Reaksi obat
8. Bypass jantung paru
9. Pakreatitis akut
10. Fraktur multiple
11. Emboli udara vena
12. Emboli cairan ketuban
13. Pankreatitis.

Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit
atau cedera. SPGA (sindrom gawat pernapasan akut) seringkali terjadi bersamaan
dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal. Salah satu faktor risiko dari
SGPA adalah merokok sigaret. Angka kejadian SPGA sekitar 14 diantara 100.000
orang/tahun.

Sedangkan menurut Hudak & Gallo (1997), gangguan yang dapat


menyebabkan terjadinya ARDS adalah :

1) Sistemik:
a) Syok
b) Sepsis gram negatif
c) Hipotermia dan hipertermia
d) Takar lajak obat (narkotik, salisilat, trisiklik, paraquat, metadone,
bleomisin)
e) Gangguan hematology (DIC, transfusi massif, bypass
kardiopulmonal)
f) Eklampsia
g) Luka bakar.
2) Pulmonal :
a) Pneumonia (viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii)
b) Trauma (emboli lemak, kontusio paru)
c) Aspirasi (cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon )
d) Pneumositis.
3) Non-pulmonal :
a) Cedera kepala
b) Peningkatan TIK
c) Pasca kardioversi
d) Pankreatitis
e) Uremia.

1.1. Patofisiologi ARDS

ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan
perubahan dalam jaring-jaring kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan
perfusi yang jelas akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah
dalam paru-paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan,
yang mengarah pada kolaps alveolar. Komplians paru menjadi sangat menurun atau
paru-paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia (Brunner & Suddart 616).

ARDS biasanya terjadi pada individu yang sudah pernah mengalami trauma
fisik, meskipun dapat juga terjadi pada individu yang terlihat sangat sehat segera
sebelum awitan, misalnya awitan mendadak seperti infeksi akut. Biasanya terdapat
periode laten sekitar 18-24 jam dari waktu cedera paru sampai berkembang menjadi
gejala. Durasi sindrom dapat dapat beragam dari beberapa hari sampai beberapa
minggu. Pasien yang tampak sehat akan pulih dari ARDS. Sedangkan secara
mendadak relaps kedalam penyakit pulmonary akut akibat serangan sekunder seperti
pneumothoraks atau infeksi berat (Yasmin Asih. Hal 125).
Sebenarnya sistim vaskuler paru sanggup menampung penambahan volume
darah sampai 3 kali normalnya, namun pada tekanan tertentu, cairan bocor keluar
masuk ke jaringan interstisiel dan terjadi edema paru (Jan Tambayog, 2000).

1.1. Klasifikasi ARDS

Kriteria Berlin pada jurnal Acutr Respiratory Distress Syndroem (2016) ARDS
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai PaO2/FiO2. Pada kriteria ini,
tidak ada istilah Acute Lung Injury (ALI) :
a) Mild (ringan), adalah PaO2/FiO2 lebih dari 200mmHg, tetapi kurang dari ≤
300mmHg dengan positive-end expiratory pressure (PEEP) atau
continuous positive airway pressure (CPAP) ≥ 5 cmH2O
b) Sedang, adalah PaO2/FiO2 lebih dari 100mmHg, ≤ 200 mmHg dengan
PEEP ≥ 5 cmH2O
c) Severe (berat), apabila PaO2/FiO2 ≤ 100mmHg dengan PEEP ≥ 5
cmH2O.

1.2. Manifestasi Klinis ARDS

Dalam artikel Acute Resporatory Distress Syndrome (2016), manifestasi


ARDS bervariasi tergantung pada penyakit predisposisi, derajat injuri paru, dan ada
tidaknya disfungsi organ lain selain paru. Gejala yang dikeluhkan berupa sesak napas,
membutuhkan usaha lebih untuk menarik napas, dan hipoksemia. Infiltrat bilateral
pada foto polos toraks menggambarkan edema pulmonal. Menurut Darmanto (2007)
tanda gejala ARDS yaitu :
a) Gejala ARDS muncul 24-47 jam setelah penyakit berat atau trauma. Awalnya
terjadi sesak napas, takipnea dan napas pendek, terlihat jelas penggunaan
otot pernapasan tambahan. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan ronki
dan mengi.
b) Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak napas pada 24 jam setelah
sepsis atau trauma, kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.
1.3. Komplikasi ARDS

Infeksi paru dan abdomen merupakan komplikasi yang sering


dijumpai.Adanya edema paru, hipoksia alveoli, penurunan surfaktan dan daya
aktivitas surfaktan akan menurunkan daya tahan paru terhadap infeksi.Komplikasi
PEEP yang sering adalah penurunan curah jantung, emfisema subkutis,
pneumothoraks dan pneumomediastinum. Tingkat kemaknaan ARDS
sebagaikedaruratan paru ekstrim dengan rata-rata mortalitas 50%-70% dapat
menimbulkan gejala sisa pada penyembuhan, prognosis jangka panjang baik.
Abnormalitasfisiologik dari ringan sampai sedang yaitu abnormalitas obstruktif
terbatas(keterbatasan aliran udara), defek difusi sedang dan hipoksemia selama
latihan.Hasil positif pada pasien yang sembuh dari ARDS paling mungkin fungsi tiga
darikemampuan tim kesehatan untuk melindungi paru dari kerusakan lebih
lanjutselama periode pemberian dukungan hidup, pencegahan toksisitas oksigen dan
perhatian terhadap penurunan sepsis.

1.4. Pemeriksaan Diagnostik ARDS

Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan


anamnesa klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah
hipoksemia, sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah arteri
pada situasi klinis yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis respiratorik
pada tahap akhir. Pada permulaan, foto dada menunjukkan kelainan minimal
dankadang-kadang terdapat gambaran edema interstisial. Pemberian oksigen pada
tahap awal umumnya dapat menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah yang masih dapat
ditolelir. Pada tahap berikutnya sesak nafas bertambah, sianosis penderitamenjadi
lebih berat ronki mungkin terdengar di seluruh paru-paru. Pada saat inifoto dada
menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan tersebar luas. Pada saatterminal sesak
nafas menjadi lebih hebat dan volume tidal sangat menurun,kenaikan PCO2 dan
hipoksemia bertambah berat, terdapat asidosis metabolicsebab hipoksia serta
asidosis respiratorik dan tekanan darah sulit dipertahankan.Hasil laboraturium :1.
Analisa GDA : PaO2 sangat rendah (mis: 20 L/menit)2. Tekanan atrium kiri rendah
melalui kateter arteri pulmonal.

1.5. Pemeriksaan Penunjang ARDS

Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :


a. Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 )· Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal
karena hiperventilasi·
b. Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi·
c. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini·
d. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut.
Pemeriksaan Rontgent Dada :
a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru·
b. Tahap lanjut : Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru :
a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru.
b. Pirau kanan-kiri meningkat.
1.6. Penatalaksanaan ARDS

Tujuan terapi :
a. Tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan, umumnya bersifat suportif
b. Terapi berfokus untuk memelihara oksigenasi dan perfusi jaringan yang adekuat
c. Mencegah komplikasi nosokomial (kaitannya dengan infeksi)

Farmakologi :

a. Inhalasi NO2 dan vasodilator lain


b. Kortikosteroid (masih kontroversial: no benefit, kecuali bagi yang inflamasi
eosinofilik)
c. Ketoconazole: inhibitor poten untuk sintesis tromboksan dan menghambat
biosintesis leukotrienesmungkin bisa digunakan untuk mencegah ARDS

Non-farmakologi :
a. Ventilasi mekanisdgn berbagai teknik pemberian, menggunakan ventilator,
mengatur PEEP (positive-end expiratory pressure)
b. Pembatasan cairan
c. Pemberian surfaktan tidak dianjurkan secara rutin

BAB III
PENUTUP

1.1. Simpulan

ARDS adalah Penyakit akut dan progressive dari kegagalan pernafasan


disebabkan terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler (a-c block)
yang disebabkan oleh karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein
baik interseluler maupun intra alveolar. Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang
secara langsung ataupun tidak langsung melukai paru-paru seperti: Pneumoni virus,
bakteri, fungal; contusio paru, aspirasi cairan lambung, inhalasi asap berlebih, inhalasi
toksin, menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama, Sepsis, Shock, Luka
bakar hebat, Tenggelam,dsb. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah
terjadinya penyakit atau cedera. SGPA(sindrom gawat pernafasan akut) seringkali
terjadi bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal.

1.2. Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca

mengenai ARDS. Sebagai seorang perawat juga harus mampu memahami tentang

ARDS agar dapat memberikan asuhan keperawatan semaksimal mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Anynomous, 2007. Asuhan Keperawatan KLIEN dengan ARDS (Adult Respiratory Distress
Syndrome) Pre Acut/ Post Acut Care. http://rusari.com/askep_aspirasi_distress.html.

Anynomous, 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien ARDS.


http://keperawatangun.blogspot.com/2007/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dg-
25.html.

Anynomous, 2006. Sindrom Gawat Pernafasan Akut.


http://medicastore/penyakit_kategori/index/1.html.

Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.EGC. Jakarta.

Doengoes, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.

Farid, 2006. Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) Penyakit Sejuta Etiologi.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=108.

Hudak, Gall0. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta.

Ikawati, Zulies. 2009. Respiratory Distress Syndrom: gangguan gagal nafas.


http://www.emea.europa.eu/pdfs/human/ewp/050497en.pdf.

Setyaningsih, Indah. 2008. Akut Respiratory Distres Sindrom.


http://indahnursing.blogspot.com/2008/12/akut-respiratori-distres-sindrom.html.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba. Jakarta.

Rab, Tabrani. 2000. Agenda Gawat Darurat (Critical Care) jilid 2. Bandung: PT. Alumni

Anda mungkin juga menyukai