Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Siti Riskika, M. Kep

Oleh :
1. Srindianzah Tri Utami 19037140058
2. Clara yuanita hutahaean 19037140013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021

1
2

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Bondowoso, 02 Mei 2021


Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 1
1.4 Manfaaat ................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Pengertian ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome) .................. 3
2.2 Etiologi ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome) ...................... 3
2.3 Klasifikasi ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome) .................. 4
2.4 Manisfestasi Klinis ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome) .... 5
2.5 Patofisiologi ........................................................................................... 5
2.6 Komplikasi ............................................................................................. 8
2.7 Penatalaksanaan Penunjang ARDS
( Acute Respiratory Distress Syndrome) ................................................ 8
2.8 Penatalaksanaan Medis ARDS
( Acute Respiratory Distress Syndrome) ................................................ 9
BAB 3 TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
( ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME) ............................... 11
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 11
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 13
3.3 Intervensi ............................................................................................... 13
3.4 Implementasi .......................................................................................... 14
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 15
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................. 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................ 16
4.2 Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal
napas mendadak yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang
mendasari sebelumnya. Sindrom gawat napas akut juga dikenal dengan edema
paru nonkardiogenik. Sindrom ini merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan
penurunan progresif kandunagnoksigen di arteri yang terjadi setelah penyakit atau
cidera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi
dari tekanan jalan napas normal.
Terdapat kisaran yang luas dari faktor yang berkaitan denganterjadinya
ARDS termasuk cidera langsung pada paru (seperti inhalasi asap) atau gangguan
tidak langsung pada tubuh (seperti syok).
ARDS (juga disebut syok paru) merupakan akibat kerusakan /cedera paru
dimana sebelumnya paru seaht. Sindrom ini mempengaruhi kurang lebih 150.000
sampai 200.000 pasien setiap tahun, dengan laju mortalitas untuk semua pasien
yang mengalami ARDS. Faktor lain termasuk trauma mayor,KID, tranfusi darah,
aspirasi, tenggelam, inhalasi asap atau kimia, gangguan matabolik toksik,
pancreatitis, eklampsia, dan kelebihan dosis obat. Perawatan akut secara khusus
menangani perawatan klinis dengan intubasi dan ventilasi mekanik.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi atau pengertian ARDS?
b. Apa saja tanda dan gejala ARDS?
c. Apa saja etiologi penyebab dari ARDS?
d. Apa saja komplikasi ARDS?

1.3 Tujuan Penulisan


• Mengetahui definisi ARDS
• Mengetahui klasifikasi dari ARDS
• Mengetahui komplikasi dari ARDS
2

• Mengetahui patofisiologi dari ARDS

1.4 Manfaaat
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
kelompok dalam membuat asuhan keperawatan pada klien ARDS.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang asuhan
keperawatan teoritis pada klien ARDS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome)


ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas
alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu
gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.
(Ellizabeth J. Corwin, 1997)
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS ) merupakan keadaaan gagal
napas mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang
mendasari sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena
patogenesisnya belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi seperti syok
karena perdarahan, sepsis, rudakpaksa / trauma pada paru atau bagian tubuh
lainnya, pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau
metadon. (Arif Muttaqin, 2009).
ARDS adalah bentuk khusus dari kegagalan pernapasan yang ditandai
dengan hipoksemia yang jekas dan tidak dapat diatasi dengan penanganan
konvensional. ARDS diawalai dengan berbagai penyakit yang srius yang pada
akhirnya mengakibatkan edema paru-paru difus non kardiogenik yang khas.

2.2 Etiologi ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome)


ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma
jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung .
Faktor Resiko:
Trauma langsung pada paru
 Pneumoni virus,bakteri,fungal
 Contusio Paru
 Aspirasi cairan lambung
 Inhalasi asap berlebih
 Inhalasi toksin
 Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
4

Trauma tidak langsung


 Sepsis
 Shock
 DIC ( disseminated Intravaskular Coagulation )
 Pankretitis
 Uremia
 Overdosis Obat
 Idiophatic ( tidak diketahui )
 Bedah Cardiobypass yang lama
 Transfusi darah yang banyak
 PIH (Pregnand Induced Hipertension )
 Peningkatan PIH
 Terapi radiasi
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti,banyak faktor penyebab yang dapat
berperan pada gangguan ini menyebabkan ARDS tidak disebut Epitelium alveolar
dan endotelium mikrovaskular mengalami kerusakan pada ARDS. Kerusakan ini
menyebabkan peningkatan permeabilitas barier alveolar dan kapiler sehingga cairan
masuk ke dalam ruangalveolar. Derajat kerusakan epithelium alveolar ini
menentukan prognosis. (Susanto dan Sari, 2018)

2.3 Klasifikasi ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome)


a. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara struktural maupun fungsional sebelum awitan
penyakit timbul.
b. Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit
paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam
(penyakit penambang batubara). Pasien mengalami toleransi terhadap
hipoksia idan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasnaya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal
nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.
5

2.4 Manisfestasi Klinis ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome)


Manifestasi klinis ARDS merupakan gambaran fungsi pulmonal atau
nonpulmonal yang menyebabkan sindrom. Pokok utama pengkajian adalah
distress pernapasan, hipoksemia berat, dan difusi bilateral infiltrasi alveolar pada
Rontgen thoraks. Tanda utama distress pernapasan dan hipoksemia berat berubah
pada tingkat kesadaran, takikardi, dan takipnea. Frekuensi pernapasan sering kali
meningkatkan secara bermakna dengan ventilasi menjadi tinggi. Dispnea dengan
sesak napas dan berhubungan dengan retraksi interkostal adalah umum dan
mungkin di temukan sianosis.
Tanda-tanda Cephal Haematoma. Secara klinis benjolan Cephal
Haematoma berbentuk benjolan difus berbatas tegas tidak melampaui sutura, Pada
perabaan terasa adanya fluktuasi karena merupakan suatu timbunan darah yang
letaknya di rongga subperiost. Cephalhematoma biasanya tampak di daerah tulang
parietal, kadang-kadang ditemukan di daerah tulang oksipital, jarang sekali
ditemukan di tulang frontal. (Noordiati, 2019)
Tanda tanda dari trauma lahir Sefalohematom menurut (Susilowati, 2019)
Kepala tampak bengkak dan berwarna merah
1. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampui tulang
tengkorak
2. Pada perabaan terasa mula-mula keras kemudian menjadi lunak.
3. Benjolan tampak jelas +6 sampai 8 jam setelah lahir
4. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
5. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu

2.5 Patofisiologi
Cedera pada ARDS melibatkan epitelium alveoli dan kapiler paru.
rangkaian perubahan seluler dan biokimia dipicu oleh agens penyebab tertentu.
Ketika baru dimulai, cedera ini memicu sel-sel neutrofil, makrofag, monosit dan
limfosit untuk memproduksi berbagai cytokines. Cytokines akan menggalakkan
pengaktifan seluler, kemotaksis dan adhesi. Sel-sel yang diaktifkan memproduksi
mediator inflamasi, yang meliputi zat-zat oksidan, protease, kini, faktor
6

pertumbuhan, dan neuropeptida. Zat-zat ini akan memulai perangkaian


komplemen, koagulasi interavaskuler dan fibrinolisis.
Semua unsur pemicu seluler ini meningkatkan peningkatan permeabilitas
vaskuler terhadap protein sehingga memengaruhi gradien tekanan hidrostatik pada
kapiler. Kenaikan tekanan kapiler, seperti yang terjadi karena kelebihan muatan
cairan atau disfungsi kardiak pada tekanan sepsis, sangat memperberat edema
interstsial dan alveoler, yang akan terlihat jelas pada bagian paru paling bawah.
Gambaran edema ini dapat terlihat pada foto toraks sebagai daerah berwarna
putih. Kemudian penutupan tekanan alveoli melebihi tekanan pulmoner sehingga
alveoli paru akan menutup dan mulai terjadi kolaps paru.
Pada ARDS, penumpukan cairan di dalam interstisium paru, ruang
alveoler da saluran nafas kecil menyebabkan kekauan paru sehingga ventilasi
terganggu dan oksigenasi pada daerah kapiler paru berkurang. Cedera yang
menimbulkan keadaan ini akan menurunkan aliran darah normal kedalam paru-
paru. kerusakan dapat terjadi secara lansung –karena aspirasi isi lambung dan
inhalasi gas berbahaya-atau secara tidak langsung-karena mediatror kimia yang
dilepaskan sebagai respon terhadap penyakit sistemik.
Trombosit mulai mengalami agregasi dan melepaskan substansi, seperti
serotonin, bradikinin, serta histamin yang akan menarik dan mengaktifkan sel-sel
neutrofil. Substansi ini menim bulkan inflamasi serta kerusakan pada membran
alveoli dan kemudian meningkatkan permeabilitas kapiler. Pada stadium awal
ARDS, tanda dan gejala bisa tidak terdeteksi.
Faktor kemotaktik tambahan yang dilepaskan meliputi endotoksin (seperti
yang terdapat pada keadaan sepsis), TNF ( tumor necrosis factor), da interleukin-
1. Sel-sel neutrofil yang diaktifkan akan membebaskan beberapa mediator
inflamasi dan faktor perusak trombosit (platelet aggravating factor) yang akan
menimbulkan kerusakan pada membran kapiler alveoli dan meningkatkan
permeabilitas kapiler.
Histamin dan substansi inflamasi lain meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga memungkinkan cairan bergerak ke dalam ruang interstisial. Akibatnya
pasien mengalami takipnea, dispnea, dan takikardia. Karena terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler maka protein, sel darah, dan masih banyak lagi cairan akan
7

merembes keluar sehingga timbul edema paru. takikardia, dispnea dan sianosis
dapat terjadi. Hipoksia (biasanya tidak responsif terhadap peningkatan fraksi
oksigen yang dihirup), penurunan kelenturan paru, ronki basah dan kering akan
terjadi perdarahan dan edema yang timbul pada paru secara signifikan
menurunkan kelenturan paru dan mengganggu ventilasi alveoli.

Pathway

Kerusakan sistemik

Pe ↓ perfusi jaringan

Hipoksia seluler

Pelepasan faktor-faktor biokimia
( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen,
histamine )

Pe ↑ permiabilitas kapiler paru

Pe ↓ aktivitas surfaktan

Edema interstisial alveolar paru

Kolaps alveolar yang progresif

Pe ↓ compliance paru
Stiff lung
Pe ↑ shunting

Hipoksia arterial
8

2.6 Komplikasi
Sekitar 30-65% dari seluruh kasus ARDS mengalami komplikasi VAP
(ventilator-associated pneumonia) yang biasanya terjadi lebih dari 5-7 hari sejak
penggunaan ventilasi mekanik dan sering didahului oleh kolonisasi patogen pada
saluran napas bawah.12 Organisme yang mungkin adalah batang gram negatif,
MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus), dan Enterobacteriaceae.
Meskipun munculnya VAP memperlama durasi penggunaan ventilasi mekanik
pada ARDS, namun tampaknya tidak meningkatkan angka kematian. Membuat
diagnosis VAP pada pasien dengan ARDS merupakan tantangan karena ARDS
sendiri telah menunjukkan kelainan radiologis dan tidak jarang lekositosis dan
demam. Bila alat diagnostik seperti bilasan bronkoalveolar atau sikatan spesimen
digunakan, kemampuan diagnosisnya lebih besar bila kedua paru diambil
sampelnya dan saat pasien tidak sedang menggunakan antibiotik. Komplikasi lain
dari ARDS adalah barotrauma (pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema
subkutan) sebagai efek dari ventilasi tekanan positif pada paru yang kompliansnya
menurun. Karena hampir seluruh pasien dengan ARDS akan berada pada posisi
berbaring, maka mendiagnosis pneumotoraksakan membutuhkan kecermatan,
penampakan radiologisnya dapat berbeda dan lebih samar pada pasien dengan
posisi berbaring (contoh: udara pada sudut kostofrenikus, “deep sulcus” sign).
Data dari beberapa studi prospektif menyebutkan bahwa barotrauma terjadi pada
kurang dari 10% kasus
ARDS. (Bakhtiar dan Maranatha, 2018)

2.7 Penatalaksanaan Penunjang ARDS ( Acute Respiratory Distress


Syndrome)
Laboratorium:
 AGDA: hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena hiperventilasi),
hiperkapnia (pada emfisema atau keadaan lanjut), bisa terjadi alkalosis
respiratorik pada proses awal dan kemudian berkembang menjadi asidosis
respiratorik.
9

 Pada darah perifer bisa dijumpai gambaran leukositosis (pada sepsis),


anemia, trombositopenia (refleksi inflamasi sistemik dan kerusakan
endotel, peningkatan kadar amylase (pada kasus pancreatitis sebagai
penyebab ARDSnya).
 Gangguan fungsi ginjal dan hati, gambaran koagulasi intravascular
disseminata yang merupakan bagian dari MODS.
 Radiologi: Pada awal proses, dari foto thoraks bisa ditemukan lapangan
paru yang relatif jernih, namun pada foto serial berikutnya tampak
bayangan radio-opak yang difus atau patchy bilateral dan diikuti pada foto
serial berikutnya tampak gambaran confluent tanpa gambaran kongesti
atau pembesaran jantung. Dari CT scan tampak pola heterogen,
predominan limfosit pada area dorsal paru (foto supine). (Keliat dan
Wibawanto, 2018)

2.8 Penatalaksanaan Medis ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrome)


Terapi / penatalaksanaan ARDS
 Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
 Memastikan ventilasi yang adekuat
 Memberikan dukungan sirkulasi
 Memastikan volume cairan yang adequate
 Memberikan dukungan nutrisi
Dukungan nutrisi yang adequat sangat penting dalam mengobati ARDS.
Pasien dengan ARDS membutuhkan 35 – 45 kkal/kg sehari untuk memenugi
kebutuhan normal. Pemberian makan enteral adalah pertimbangan pertama,
namun nutrisi parenteral total dapat saja diperlukan
Terapi :
 Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk
mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
 Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan
ventilator
 Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
10

a. Inotropik agent (Dopamine) untuk meningkatkan curah jantung & tekanan


darah.
b. Antibiotik untuk mengatasi infeksi
c. Kortikosteroid dosis besar (kontroversial) untuk mengurangi respon inflamasi
dan mempertahankan stabilitas membran paru
 Pasang jalan nafas yang adekuat ( Pencegahan infeksi)
 Ventilasi Mekanik ( Dukungan nutrisi)
 TEAP Monitor system terhadap respon
 Pemantauan oksigenasi arteri (Perawatan kondisi dasar)
 Cairan
 Farmakologi ( O2, Diuretik)

BAB 3
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ARDS
( ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME)

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa.
2. Keluhan Utama
Klien sering mengeluh sesak napas
3. Riwayat Kesehatan
Klien merasa lemah, sesak napas
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah ada riwayat ARDS terdahulu, kecelakaan/trauma,mengkonsumsi
obat berlebihan
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama
dengan penyakit yang dialami klien
6. Data Dasar Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
Gejala: kekurangan energi/kelelahan, insomnia
b) Sirkulasi
Gejala: riwayat adanya bedah jantung/bypass jantung paru, fenomena
embolik (darah,udara,lemak)
Tanda:
 TD: dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut jadi
hipoksia); hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) ataudapat
faktor pencetus seperti pada ekslampia
 Frekuensi jantung: takikardi biasanya ada
 Distrimia dapat terjadi, tetapi EKG sering normal
 Kulit dan membran mukosa: pucat, dingin, sianosis biasanya
terjadi (tahap lanjut
12

c) Integritas ego
Gejala: Ketakutan,ancaman perasaan takut
Tanda: Gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan mental
d) Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan selera makan , mual
Tanda: Edema/perubahan berat badan, Hilang/berkurangnya bunyi
usus
e) Neurosensori
Gejala/tanda: Adanya trauma kepala, Mental lamban, disfungsi motor
f) Pernapasan
Gejala: Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus
paru, Timbul tiba-tiba/bertahap
Tanda Pernapasan:
 Cepat, mendengkur, dangkal
 Peningkatan kerja napas: penggunaan otot aksesori pernapasan,
contoh retraksi interkostal atau substernal, pelebaran nasal,
memerlukan oksigen konsentrasi tinggi. Bunyi napas: pada awal
normal. Akrekels, ronki, dan dapat terjadi bunyi napas bronkial
 Perkusi darah: bunyi pekak diatas area konsolidas
 Ekspansi dada menurun atau tak sama
 Peningkatan premitus (getar fibrasi pada dinding dada dengan
palpitasi)
 Sputum sedikit, berbusa
 Pucat atau sianosis
 Penurunan mental, bingung
g) Keamanan
Gejala: Riwayat trauma ortopedik/fraktur, sepsis, tranfusi darah,
episode anafilaktik
h) Seksualitas
Gejala: Kehamilan dengan adanya komplikasi eklamplisia
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Makan atau kelebihan dosis obat
13

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan napas tidak efektif yaang berhubungan dengan:
a) Kehilangan fungsi sillia jalan napas (hipoperfusi)
b) Peningkatan jumlah/vikositas sekret paru
c) Meningkatnya tahanan jalan napas (edema interstisial)
2. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan:
a) Akumulasi protein dan cairan dalam interstisial/area alveolar
b) Hipoventilasi alveolar
c) Kehilangan surfaktan menyebabkan kolaps alveolar
3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan
dengan:
a) Penggunaan diuretik
b) Perpindahan cairan kearea lain
4. Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan:
a) Krisis situasi
b) Ancaman untuk/perubahan status kesehatan;takut mati
c) Faktor psikologis(efek hipoksemia)
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, kenutuhan terapi yang
berhubungan dengan:
a) Kurang informasi
b) Kesalahan interprestasi informasi
c) Kurang mengingat

3.3 Intervensi
Klien dengan ARDS yang berada dalam keadaan kritis membutuhkan
pemantauan yang ketat karena kondisi dapat berubah dengan cepat menjadi situasi
yang mengancam jiwa. Sebagian besar modalitas pernapasan yang dibahas dalam
Bab 9 akan digunakan dalam situasi ini (pemberian oksigen, terapi nebuliser mini,
fisioterapi dada, intubasi endotrakhea atau perawatan trakeostomi, dan
penatalaksanaan ventilator). Pengkajian periodik mengenai status kesehatan klien
amat penting untuk mengevaluasi efektivitas terapi dan tindakan. Klien akan
sangat gelisah karena hipoksia dan dispnea. Perawat harus dapat memberikan
14

kepastian tentang kemampuan dan perhatian dari tim perawatan kesehatan.


Perawat juga harus menjelaskan semua prosedur dan memberikan asuhan dengan
cara yang tenang dan sabar. Penting sekali untuk mengurangi kecemasan klien,
karena kecemasan menghambat istirahat dan meningkatkan kebutuhan oksigen
dan istirahat penting untuk mengurangi konsumsi oksigen sehingga kebutuhan
oksigen akan berkurang.
Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoksemia secara
reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar pada
status cedera kapiler paru.

3.4 Implementasi
Terapi difokuskan kepada koreksi penyebab ARDS dan pencegahan
progresifitas hipoksemia serta asidosis respiratorik. Penanganan dapat meliputi:
 Pemberian oksigen yang diatur kelembabannya melalui masker yang pas
sehingga memungkinkan penggunaan tekanan positif saluran napas yang
kontinu.
 Pada keadaan hipoksemia Yang tidak cukup resfonsif terhadap tindakan di
atas, dukungan ventilasi dapat dilakukan dengan intubasi, ventilasi volume,
dan PEEP (positive end-expiratory pressure)
 Ventilasi dengan rasio terbalik yang dikontrol oleh tekanan untuk membalikan
rasio inspirasi-ekspirasi konpensional dan meminimalkan resiko
barotrauma(pernapasan mekanis harus dibatasi tekanannya untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut pada alveoli paru).
 Hiperkapnia yang diperbolehkan untuk membatasi peak inspiratori pressure
(meskipun pengeluaran karbon dioksida terganggu,penanganan tidak
dilakukan bagi perubahan selanjutnya pada konsentrasi hidrogen serta oksigen
darah)
 Obat-obat golongan sedatif,narkotik,atau penyebab neuromuskuler,seperti
pankuronium bromida,yang dapat diberikan selama pelaksanaan ventilasi
mekanis untuk mengurangi kegelisahan,konsumsi oksigen serta produksi
karbon dioksida, dan untuk memfasilitasi ventilasi.
15

 Pemberian sodium bikarbonat yang dapat membalikkan asidosis metabolik


yang berat.
 Pemberian cairan IV untuk mempertahankan tekanan darah.
 Pemberian prevarat vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah
 Pemberian prevarat antimikroba untuk mengatasi infeksi non virus
 Pemberian prevarat diuretik untuk mengurangi edema paru
 Koreksi ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa untuk mempertahankan
integritas sel, khususnya pompa natrium-kalium
 Pembatasan cairan untuk mencegah bertambahnya edema interstisial edema
paru

3.5 Evaluasi
DX 1
• Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
• Pasien bebas dari dispneu
• Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
• Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
DX 2
• Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
• Bebas dari gejala distress pernafasan
DX 3
• Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda
tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
DX 4
• Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
• Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya
mulai berkurang
• Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung
untuk memecahkan masalah yang dialaminya
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas
alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu
gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS ) merupakan keadaaan gagal napas
mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari
sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya
belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi seperti syok karena
perdarahan, spesies, rudakpaksa / trauma pada paru atau bagian tubuh lainnya,
pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau metadon.

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak
kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi
serta penyusunan atau sistematik penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat member
manfaat bagi kita semua.
17

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?
q=https://www.academia.edu/35794966/ASKEP_ARDS_docx&sa=U&ved=
2ahUKEwi5pZa-
lOzvAhW9H7cAHb1eAXkQFjAFegQICBAB&usg=AOvVaw2RIa2MrEIdu
VxSqLkh7bPB

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Acute+Respiratory+Distress+Syndrome+
%28ARDS%29+pada+Pneumonia+C+OVID-19&btnG=

https://books.google.co.id/books?
id=G3KXne15oqQC&pg=PA224&dq=askep+penyakit+ards&hl=id&sa=X&
ved=2ahUKEwil9pW4u_bvAhUIOSsKHdurAZIQ6AEwAHoECAAQAQ#v
=onepage&q=askep%20penyakit%20ards&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=pxDFv6ri8UgC&pg=PA75&dq=Pengkajian+penyakit+ards&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwjijp6gw_bvAhURfX0KHTBUB-
UQ6AEwAHoECAMQAQ#v=onepage&q=Pengkajian%20penyakit
%20ards&f=false

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan; Salemba Medika.

Wlkinson, Judith M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai