Oleh :
1. Srindianzah Tri Utami 19037140058
2. Clara yuanita hutahaean 19037140013
1
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak yang menjadi salah satu mata kuliah wajib di Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.4 Manfaaat
1. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
kelompok dalam membuat asuhan keperawatan pada klien ARDS.
2. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca tentang asuhan
keperawatan teoritis pada klien ARDS.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Patofisiologi
Cedera pada ARDS melibatkan epitelium alveoli dan kapiler paru.
rangkaian perubahan seluler dan biokimia dipicu oleh agens penyebab tertentu.
Ketika baru dimulai, cedera ini memicu sel-sel neutrofil, makrofag, monosit dan
limfosit untuk memproduksi berbagai cytokines. Cytokines akan menggalakkan
pengaktifan seluler, kemotaksis dan adhesi. Sel-sel yang diaktifkan memproduksi
mediator inflamasi, yang meliputi zat-zat oksidan, protease, kini, faktor
6
merembes keluar sehingga timbul edema paru. takikardia, dispnea dan sianosis
dapat terjadi. Hipoksia (biasanya tidak responsif terhadap peningkatan fraksi
oksigen yang dihirup), penurunan kelenturan paru, ronki basah dan kering akan
terjadi perdarahan dan edema yang timbul pada paru secara signifikan
menurunkan kelenturan paru dan mengganggu ventilasi alveoli.
Pathway
Kerusakan sistemik
↓
Pe ↓ perfusi jaringan
↓
Hipoksia seluler
↓
Pelepasan faktor-faktor biokimia
( enzim lisosom, vasoaktif, system komplemen, asam metabolic, kolagen,
histamine )
↓
Pe ↑ permiabilitas kapiler paru
↓
Pe ↓ aktivitas surfaktan
↓
Edema interstisial alveolar paru
↓
Kolaps alveolar yang progresif
↓
Pe ↓ compliance paru
Stiff lung
Pe ↑ shunting
↓
Hipoksia arterial
8
2.6 Komplikasi
Sekitar 30-65% dari seluruh kasus ARDS mengalami komplikasi VAP
(ventilator-associated pneumonia) yang biasanya terjadi lebih dari 5-7 hari sejak
penggunaan ventilasi mekanik dan sering didahului oleh kolonisasi patogen pada
saluran napas bawah.12 Organisme yang mungkin adalah batang gram negatif,
MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus), dan Enterobacteriaceae.
Meskipun munculnya VAP memperlama durasi penggunaan ventilasi mekanik
pada ARDS, namun tampaknya tidak meningkatkan angka kematian. Membuat
diagnosis VAP pada pasien dengan ARDS merupakan tantangan karena ARDS
sendiri telah menunjukkan kelainan radiologis dan tidak jarang lekositosis dan
demam. Bila alat diagnostik seperti bilasan bronkoalveolar atau sikatan spesimen
digunakan, kemampuan diagnosisnya lebih besar bila kedua paru diambil
sampelnya dan saat pasien tidak sedang menggunakan antibiotik. Komplikasi lain
dari ARDS adalah barotrauma (pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema
subkutan) sebagai efek dari ventilasi tekanan positif pada paru yang kompliansnya
menurun. Karena hampir seluruh pasien dengan ARDS akan berada pada posisi
berbaring, maka mendiagnosis pneumotoraksakan membutuhkan kecermatan,
penampakan radiologisnya dapat berbeda dan lebih samar pada pasien dengan
posisi berbaring (contoh: udara pada sudut kostofrenikus, “deep sulcus” sign).
Data dari beberapa studi prospektif menyebutkan bahwa barotrauma terjadi pada
kurang dari 10% kasus
ARDS. (Bakhtiar dan Maranatha, 2018)
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa.
2. Keluhan Utama
Klien sering mengeluh sesak napas
3. Riwayat Kesehatan
Klien merasa lemah, sesak napas
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Apakah ada riwayat ARDS terdahulu, kecelakaan/trauma,mengkonsumsi
obat berlebihan
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
Apakah diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama
dengan penyakit yang dialami klien
6. Data Dasar Pengkajian
a) Aktivitas/istirahat
Gejala: kekurangan energi/kelelahan, insomnia
b) Sirkulasi
Gejala: riwayat adanya bedah jantung/bypass jantung paru, fenomena
embolik (darah,udara,lemak)
Tanda:
TD: dapat normal atau meningkat pada awal (berlanjut jadi
hipoksia); hipotensi terjadi pada tahap lanjut (syok) ataudapat
faktor pencetus seperti pada ekslampia
Frekuensi jantung: takikardi biasanya ada
Distrimia dapat terjadi, tetapi EKG sering normal
Kulit dan membran mukosa: pucat, dingin, sianosis biasanya
terjadi (tahap lanjut
12
c) Integritas ego
Gejala: Ketakutan,ancaman perasaan takut
Tanda: Gelisah, agitasi, gemetar, mudah terangsang, perubahan mental
d) Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan selera makan , mual
Tanda: Edema/perubahan berat badan, Hilang/berkurangnya bunyi
usus
e) Neurosensori
Gejala/tanda: Adanya trauma kepala, Mental lamban, disfungsi motor
f) Pernapasan
Gejala: Adanya aspirasi/tenggelam, inhalasi asap/gas, infeksi difus
paru, Timbul tiba-tiba/bertahap
Tanda Pernapasan:
Cepat, mendengkur, dangkal
Peningkatan kerja napas: penggunaan otot aksesori pernapasan,
contoh retraksi interkostal atau substernal, pelebaran nasal,
memerlukan oksigen konsentrasi tinggi. Bunyi napas: pada awal
normal. Akrekels, ronki, dan dapat terjadi bunyi napas bronkial
Perkusi darah: bunyi pekak diatas area konsolidas
Ekspansi dada menurun atau tak sama
Peningkatan premitus (getar fibrasi pada dinding dada dengan
palpitasi)
Sputum sedikit, berbusa
Pucat atau sianosis
Penurunan mental, bingung
g) Keamanan
Gejala: Riwayat trauma ortopedik/fraktur, sepsis, tranfusi darah,
episode anafilaktik
h) Seksualitas
Gejala: Kehamilan dengan adanya komplikasi eklamplisia
i) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: Makan atau kelebihan dosis obat
13
3.3 Intervensi
Klien dengan ARDS yang berada dalam keadaan kritis membutuhkan
pemantauan yang ketat karena kondisi dapat berubah dengan cepat menjadi situasi
yang mengancam jiwa. Sebagian besar modalitas pernapasan yang dibahas dalam
Bab 9 akan digunakan dalam situasi ini (pemberian oksigen, terapi nebuliser mini,
fisioterapi dada, intubasi endotrakhea atau perawatan trakeostomi, dan
penatalaksanaan ventilator). Pengkajian periodik mengenai status kesehatan klien
amat penting untuk mengevaluasi efektivitas terapi dan tindakan. Klien akan
sangat gelisah karena hipoksia dan dispnea. Perawat harus dapat memberikan
14
3.4 Implementasi
Terapi difokuskan kepada koreksi penyebab ARDS dan pencegahan
progresifitas hipoksemia serta asidosis respiratorik. Penanganan dapat meliputi:
Pemberian oksigen yang diatur kelembabannya melalui masker yang pas
sehingga memungkinkan penggunaan tekanan positif saluran napas yang
kontinu.
Pada keadaan hipoksemia Yang tidak cukup resfonsif terhadap tindakan di
atas, dukungan ventilasi dapat dilakukan dengan intubasi, ventilasi volume,
dan PEEP (positive end-expiratory pressure)
Ventilasi dengan rasio terbalik yang dikontrol oleh tekanan untuk membalikan
rasio inspirasi-ekspirasi konpensional dan meminimalkan resiko
barotrauma(pernapasan mekanis harus dibatasi tekanannya untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut pada alveoli paru).
Hiperkapnia yang diperbolehkan untuk membatasi peak inspiratori pressure
(meskipun pengeluaran karbon dioksida terganggu,penanganan tidak
dilakukan bagi perubahan selanjutnya pada konsentrasi hidrogen serta oksigen
darah)
Obat-obat golongan sedatif,narkotik,atau penyebab neuromuskuler,seperti
pankuronium bromida,yang dapat diberikan selama pelaksanaan ventilasi
mekanis untuk mengurangi kegelisahan,konsumsi oksigen serta produksi
karbon dioksida, dan untuk memfasilitasi ventilasi.
15
3.5 Evaluasi
DX 1
• Pasien dapat mempertahankan jalan nafas dengan bunyi nafas yang jernih dan
ronchi (-)
• Pasien bebas dari dispneu
• Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan
• Memperlihatkan tingkah laku mempertahankan jalan nafas
DX 2
• Pasien dapat memperlihatkan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
• Bebas dari gejala distress pernafasan
DX 3
• Pasien dapat menunjukkan keadaan volume cairan normal dengan tanda
tekanan darah, berat badan, urine output pada batas normal.
DX 4
• Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal
• Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya
mulai berkurang
• Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung
untuk memecahkan masalah yang dialaminya
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
ARDS adalah Suatu penyakit yang disebabkan oleh kerusakan luas
alveolus dan/atau membrane kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu
gangguan besar pada system paru, kardiovaskuler, atau tubuh secara luas.
Adult Respirator Distress Syndrome (ARDS ) merupakan keadaaan gagal napas
mendadak yang timbul pada kilen dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari
sebelumnya. Sulit untuk membuat definisi secara tepat, karena patogenesisnya
belum jelas dan terdapat banyak factor predisposisi seperti syok karena
perdarahan, spesies, rudakpaksa / trauma pada paru atau bagian tubuh lainnya,
pancreatitis akut, aspirasi cairan lambung, intoksikasi heroin, atau metadon.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari tentu banyak
kekurangan dan kejanggalan baik dalam penulisan maupun penjabaran materi
serta penyusunan atau sistematik penyusunan.
Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca semua. Dan penyusun juga berharap semoga makalah ini dapat member
manfaat bagi kita semua.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
q=https://www.academia.edu/35794966/ASKEP_ARDS_docx&sa=U&ved=
2ahUKEwi5pZa-
lOzvAhW9H7cAHb1eAXkQFjAFegQICBAB&usg=AOvVaw2RIa2MrEIdu
VxSqLkh7bPB
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Acute+Respiratory+Distress+Syndrome+
%28ARDS%29+pada+Pneumonia+C+OVID-19&btnG=
https://books.google.co.id/books?
id=G3KXne15oqQC&pg=PA224&dq=askep+penyakit+ards&hl=id&sa=X&
ved=2ahUKEwil9pW4u_bvAhUIOSsKHdurAZIQ6AEwAHoECAAQAQ#v
=onepage&q=askep%20penyakit%20ards&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=pxDFv6ri8UgC&pg=PA75&dq=Pengkajian+penyakit+ards&hl=id&sa=X
&ved=2ahUKEwjijp6gw_bvAhURfX0KHTBUB-
UQ6AEwAHoECAMQAQ#v=onepage&q=Pengkajian%20penyakit
%20ards&f=false
Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan; Salemba Medika.