Anda di halaman 1dari 33

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN KRITIS

“ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA KASUS ARDS”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK II

1. INTAN PERMATA SURYA : 1710142010011


2. MAYANG AFRIOLA : 1710142010015
3. MUNZIR MUBARAK : 1710142010019
4. SINDY EKA PUTRI : 1710142010038

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. RENY CHAIDIR, M. Kep

STIKES YARSI SUMBAR BUKITINGGI

TAHUN AJARAN 2020/ 2021


Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini. Tujuan penulis
menyusun makalah ini adalah dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
kritis. Disamping itu juga untuk menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan kritis
pada kasus ARDS.

Makalah ini penulis selesaikan berdasarkan acuan dari berbagai sumber, baik itu buku
maupun hasil penjelajahan dari dunia maya (internet). Penulis mengucapkan terimakasih
kepada ibuk Ns.Reny Chaidir, M. Kep sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
kesempatan untuk menyusun makalah ini. Dan penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 12 Oktober 2020

Penulis

Daftar Isi
i
Kata Pengantar.............................................................................................................i

Daftar Isi........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang..............................................................................................2


1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konsep Teoritis ARDS...................................................................................4

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS...................................................13

BAB IV PENUTUP

3.1. Kesimpulan....................................................................................................18
3.2. Saran .............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan dalam globalisasi khususnya


di bidang kesehatan bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah berbagai
penyakit salah satunya ARDS yaitu merupkan Gangguan paru yang progresif dan tiba-
tiba ditandai dengan sesak napas yang berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar
dikedua belah paru akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa trauma jaringan paru
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sindrom gagal pernafasan merupakan gagal pernafasan mendadak yang timbul pada
penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom Gawat Nafas
Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik merupakan sindroma
klinis yang ditandai penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah
penyakit atau cedera serius. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli
lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai bentuk.
Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang mengalami
sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster dengan pH
rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS dan kegagalan organ
multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian pretipitasi biasanya
terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS.

ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini
meliputi peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan edema
pulmonal nonkardiak. ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang
berhubungan dengan masalah besar tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen
dan pulmonary arterial wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.

1
ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin
menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang
dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif
berdasarkan definisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih belum diketahui.
Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS adalah penyebab
utama laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju kematian menyeluruh
kurang lebih 50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang berbagai etiologi tampak
sebagai manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan factor penyebab.

2
1.2 Rumusan Masalah

a. Definisi ARDS
b. Bagaimanakah Konsep ARDS?
c. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada kasus ARDS?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan khusus
 Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan
serta untuk pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan
keperawatan pada klien dengan ARDS serta Untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan kritis.
b. Tujuan umum
 Untuk mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan dan tentang
ARDS
 Untuk mahasiswa memahami konsep dari ARDS
 Untuk mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan pada penderita
ARDS

BAB II
3
PEMBAHASAN

2.1 Definisi ARDS

Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk


mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi.
Gagal nafas akut/ARDS adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan
gangguan pada kehidupan. Gagal nafas akut/ARDS terjadi bilamana pertukaran
oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju
komsumsi oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).

Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kerusakan paru total


akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis,
pneumonia viral atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma dada, syok yang
berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfuse darah masif, bypass
kardiopulmonal, keracunan O2 , perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas beracun,
serta konsumsi obat-obatan tertentu. ARDS merupakan keadaan darurat medis yang
dipicu oleh berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung
dengan kerusakan paru.

ARDS adalah penyakit akut dan progressif dari kegagalan pernafasan disebabkan
terhambatnya proses difusi oksigen dari alveolar ke kapiler yang disebabkan oleh
karena terdapatnya edema yang terdiri dari cairan koloid protein baik interseluler
maupun intraalveolar. ARDS adalah suatu kondisi yang ditandai oleh hipoksemia
berat, dispnea dan infiltrasi pulmonari bilateral. ARDS menyebabkan penyakit
restriktif yang sangat parah. ARDS pernah dikenal dengan banyak nama termasuk
syok paru, paru-paru basah traumatik, sindrom kebocoran kapiler, postperfusi paru,
atelektasis kongestif dan insufisiensi pulmonal postraumatik. Sindrom ini tidak pernah
timbul sebagai penyakit primer, tetapi sekunder akibat gangguan tubuh yang terjadi.

Sindrom Gawat Nafas Dewasa atau ARDS juga dikenal dengan edema paru non
kardiogenik adalah sindrom klinis yang di tandai dengan penurunan progesif

4
kandungan oksigen arteri yang terjadi setelah enyakit atau cedera serius.Sindrom
gagal pernafasan(ARDS) merupakan gagal pernafasan mendadak yang timbul pada
penderita tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya. Sindrom Gawat Nafas
Dewasa (ARDS) juga dikenal dengan edema paru nonkardiogenik merupakan
sindroma klinis yang ditandai penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang
terjadi setelah penyakit atau cedera serius. Dalam sumber lain ARDS merupakan
kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat, biasanya
terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab
pulmonal atau nonpulmonal. Beberapa factor pretipitasi meliputi tenggelam, emboli
lemak, sepsis, aspirasi, pankretitis, emboli paru, perdarahan dan trauma berbagai
bentuk.

Dua kelompok yang tampak menjadi resiko besar untuk sindrom adalah yang
mengalami sindrom sepsis dan yang mengalami aspirasi sejumlah besar cairan gaster
dengan pH rendah. Kebanyakan kasus sepsis yang menyebabkan ARDS dan
kegagalan organ multiple karena infeksi oleh basil aerobic gram negative. Kejadian
pretipitasi biasanya terjadi 1 sampai 96 jam sebelum timbul ARDS. ARDS pertama
kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun 1967. Ini meliputi peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler pulmonal, menyebabkan edema pulmonal nonkardiak.
ARDS didefinisikan sebagai difusi akut infiltrasi pulmonal yang berhubungan dengan
masalah besar tentang oksigenasi meskipun diberi suplemen oksigen dan pulmonary
arterial wedge pressure (PAWP) kurang dari 18 mmHg.

ARDS sering terjadi dalam kombinasi dengan cidera organ multiple dan mungkin
menjadi bagian dari gagal organ multiple. Prevalensi ARDS diperkirakan tidak kurang
dari 150.000 kasus pertahun. Sampai adanya mekanisme laporan pendukung efektif
berdasarkan definisi konsisten, insiden yang benar tentang ARDS masih belum
diketahui. Laju mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat berfariasi. ARDS
adalah penyebab utama laju mortalitas di antara pasien trauma dan sepsis, pada laju
kematian menyeluruh kurang lebih 50% – 70%. Perbedaan sindrom klinis tentang
berbagai etiologi tampak sebagai manifestasi patogenesis umum tanpa menghiraukan
factor penyebab.

2.2 Etiologi

1. Depresi System Saraf Pusat


5
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla)
sehingga pernafasan lambat dan dangkal
2. Kelainan Neurologis Primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf
spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan
medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi
pada pernapasan akan sangat mempengaruhi ventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari,
penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari
hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi
pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada
gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung
yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru
adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.

Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung
melukai paru-paru:
1. Trauma langsung pada paru:
Pneumonovirus, bakteri, fungi.
6
- Aspirasi cairan lambung.
- Inhalasi asap berlebih.
- Inhalasi toksin.
- Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama.
2. Trauma tidak langsung
- Sepsis.
- Shock, luka bakar hebat.
- DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation).
- Pankeatitis.
- Uremia.
- Overdosis Obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
- Idiophatic (tidakdiketahui).
- Bedah Cardio baypass yang lama.
- Transfusi darah yang banyak.
- PIH (Pregnand Induced Hipertension).
- Peningkatan TIK
- Terapiradiasi.
- Trauma hebat, Cedera pada dada.
3. Gejalah biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit atau
cedera. SGPA (sindromgawat pernafasan akut) seringkali terjadi bersamaan dengan
kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal. Salah satu factor resikodari SGPA
adalah merokok sigaret. Angka kejadian SGPA adalahsekitar 14 diantara 100.000
orang/tahun. Gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS adalah:
Sistemik:
-Sepsis gram negative.
-Hipotermia, Hipertermia.
-Takarlajakobat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat,Metadone, Bleomisin).
-Gangguan hematology (DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal)
-Eklampsiag.
Luka bakar Pulmonal :
-Pneumonia (Viral, bakteri, jamur, penumosistikkarinii)
-Trauma (emboli lemak, kontusioparu).
-Aspirasi ( cairangaster, tenggelam, cairanhidrokarbon)
Pneumositis Non-Pulmonal :
7
-Cedera kepala.
-Peningkatan TIK
-Pascakardioversid. Pankreatitise. Uremia

2.3 Patofisiologi

Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal nafas akut adalah
gagal nafas yang timbul pada pasien yang paruny anormal secara struktural maupun
fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan gagal nafas kronik adalah
terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema
dan penyakit paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi
terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah gagal
nafas akut biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik
struktur paru alami kerusakan yang ireversibel.

Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).

Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuat dimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla).

8
Trauma langsung Trauma tidak langsung
 Pneumoni
 Sepsis
 Aspirasi cairan lambung  Shock
 Inhalasi toksik  Prankreatitis
 Uremia
 Contusion paru
 Overdosis
 Cedera dada/trauma hebat  Peningkatan TIK
 Terapi radiasi

Vasokontriksi Trauma endothelium Penurunan


paru paru/epitalium alveolar surfactan

Inflamasi artelektasis
Perubahan vol darah
paru/peradangan
menuju sirkulasi paru

Kapasitas Bronkospa
Nyeri b. d residu me
inflamasi/peradangan menurun

1
Peningkatan tekanan hidro Peningkatan
statistic kapiler pulmonal permeabiltas paru
Pemenuhan
Respon kebutuhan paru
tubuh/hipotalamus berkurang
untuk menaikkan suhu

Kelebihan vol Edema Abnormal


Suhu naik ventilasi-perfusi
cairan b. d edema
paru

Hipertermi b.d Gangguan pertukaran


proses inflamasi gas b.d hipoventilasi
aktif alveoli/hilangnya
Cairan Pengembangan surfaktan
bertumpuk di paru turun
intestinium
Pemenuhan
Kebutuhan O2
Mencairkan Hipoksemia
menurun
system surfaktan
Jaringan/ sel
kekurangan O2
Peningkatan kerja
pernafasan
Ronchi Kelemahan/kele
Infiltrate alveoli lahan

Nafas cepat/RR
meningkat 2
Intoleransi aktivitas b.d
ketidakseimbangan O2
dengan kebutuhan
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas b.d peningkatan
secret/peningkatan resistensi jalan Pola nafas tidak efektif b.d
nafas penuruanan kemampuan
untuk oksigenisasi

3
4
2.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis utama pada kasus ARDS :

1. Peningkatan jumlah pernapasan


2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
4. Penurunan kesadaran mental
5. Takikardi, takipnea.Takikardia yang menandakan upaya jantung untuk
memberikan lebih banyak lagi oksigen kepada sel dan organ vital.
6. Terdapat retraksi interkosta
7. Sianosis
8. Hipoksemia
9. Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing. Ronchi basah
dankering yang terdengar dan terjadi karena penumpukan cairan di dalam paru-
paru.
10. Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
11. Pernapasan yang cepatsertadangkaldandispnea dengan kesulitan bernafas, yang
terjadi beberapa jam hingga beberapa hari pasca cedera awal. Gejala ini timbul
sebagai reaksi terhadap penurunan kadar oksigen dalam darah.

12. Peningkatan frekuensi ventilasi akibat hipoksemia dan efeknya pada pusat
pnumotaksis.

13. Retraksi intercostal dan suprasternal akibat peningkatan dan upaya yang
diperlukan untuk mengembangkan paru-paru yang kaku.

14. Gelisah, khawatir dan kelambanan mental yang terjadi karena sel-sel otak
mengalami hipoksia.

15. Disfungsi motorik yang terjadi karena hipoksia berlanjut.

16. Asidosis respiratorik yang terjadi ketika karbondioksida bertumpuk di dalam


darah dan kadaroksigen menurun.

1
17. Asidosis metabolik yang pada akhirnya akan terjadi sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi.

2.5 Stadium ARDS

1. Eksudatif

Ditandai dengan adanya perdarahan pada permukaan parenkim paru, edema intertisial
atau alveolar, penekanan pada bronkiolus terminalis, dan kerusakan pada sel alveolar
tipe I

2. Fibroproliferatif

Ditandai dengan adanya kerusakan pada sel alveolar tipe II, peningkatan tekanan
puncak inspirasi, penurunan compliance paru (statik dan dinamik), hipoksemia,
penurunan fungsi kapasitas residu, fibrosis interstisial, dan penibgkatan ruang rugi
ventilasi.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fungsi ventilasi


a. Frekuensi pernafasan per menit
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
d. Kapasitas vital paksa
e. Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f. Daya inspirasi maksimum
g. Rasio ruang mati/volume tidal
h. PaCO2, mmHg.
2. Pemeriksaan status oksigen
3. Pemeriksaan status asam-basa
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada
PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg,
PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
5. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2

2
6. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah, sputum) untuk
menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.
8. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan,
disritmia.
10. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
a. Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal
karena hiperventilasi
b. Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
c. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
d. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
11. Pemeriksaan Rontgent Dada
a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
b. Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
12. Tes Fungsi paru
a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru
b. Pirau kanan-kiri meningkat
2.7 Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara potensial
mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit paru-paru tampak
toleran dengan oksigen 100% selama 24-72 jam tanpa abnormalitas fisiologi yang
signifikan.
2. Intubasi untuk pemasangan ETT
3. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi modalitas ini
bertujuan untuk memmberikan dukungan ventilasi sampai integritas membrane
alveolakapiler kembali membaik. Dua tujuan tambahan adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenisasi selama periode kritis
hipoksemia berat.
b. Mengatasi factor etiologi yang mengawali penyebab distress pernapasan.

3
4. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melaui volume ventilator dengan tekanan
dan kemmampuan aliran yang tinggi, di mana PEEB dapat ditambahkan. PEEB di
pertahankan dalam alveoli melalui siklus pernapasan untuk mencegah alveoli
kolaps pada akhir ekspirasi.
5. Memastikan volume cairan yang adekuat
Dukungan nutrisi yang adekuat sangatlah penting dalam mengobati pasien ARDS,
sebab pasien dengan ARDS membutuhkan 35 sampai 45 kkal/kg sehari untuk
memmenuhi kebutuhan normal.
6. Terapi Farmakologi
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan ARDS adalah controversial, pada
kenyataanya banyak yang percaya bahwa penggunaan kortikosteroid dapat
memperberat penyimpangan dalam fungsi paru dan terjadinya superinfeksi.
Akhirnya kotrikosteroid tidak lagi di gunakan.
7. Pemeliharaan Jalan Napas
Selang endotrakheal di sediakan tidak hanya sebagai jalan napas, tetapi juga
berarti melindungi jalan napas, memberikan dukungan ventilasi kontinu dan
memberikan kosentrasi oksigen terus-menerus.
Pemeliharaan jalan napas meliputi : mengetahui waktu penghisapan, tehnik
penghisapan, dan pemonitoran konstan terhadap jalan napas bagian atas.
8. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah
serta pencegahan infeksi melalui tehnik penghisapan yang telah di lakukan di
rumah sakit.
9. Dukungan nutrisi
Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masaalah kritis.
Nutrisi parenteral total atau pemberian makanan melalui selang dapat
memperbaiki malnutrisi dan memmungkinkan pasien untuk menghindari gagal
napas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot inspirasi.

4
2.8 Komplikasi

1. Hipotensi.
2. Penurunan keluaran urine.
3. Asidosis metabolic.
4. Asidosis respiratorik.
5. MODS.
6. Febrilasiventrikel.
7. Ventricular arrest
8. Ketidak seimbangan asam basa
9. Kebocoran udara (pneumothoraks, neumomediastinum, neumoperkardium, dll)
10. Perdarahan pulmoner
11. Displasia bronkopulmoner
12. Apnea
13. Hipotensi sistemik

5
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ARDS

3.1 Pengkajian

1.Pengkajian sebelum pasien datang (Pre-Arrival:)


Sebelum pasien datang dari rumah sakit lain atau ruangan lain,dilakukan
pengkajian pada pasien yang akan dikirim ke ICU meliputi: Identitas pada
klien,diagnosa,tanda-tanda vital,alat bantu invasif yang diapakai,modus
ventilasi,mekanik yang sedang dipakai bila pasien menggunakan ventilasi
mekanik.
2.Pengkajian segera ( Quick Assesment)
pengkajian segera setalah pasien tiba di ICU meliputi;
Observasi ABCD yaitu:Airway,Breahting,Circulation,Drugs/obat-obat(obat yang
saat ini diberikan)termasuk apakah ada alergi pada obat dan makanan tertentu dan
equipment alat : apakah ada alat terpasang pada pasien atau alat yang akan
dipasang.
a.Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
Peningkatan sekresi pernapasan.
Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi.
Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
Jalan napas bersih atau tidak.
b.Breathing
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
Frekuensi pernapasan : cepat.
Sesak napas atau tidak.
Kedalaman Pernapasan.
Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak.
Reflek batuk ada atau tidak.
Penggunaan otot Bantu pernapasan
Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
Irama pernapasan : teratur atau tidak.
6
Bunyi napas Normal atau tidak.
c.Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah,letargi,takikardia.
Sakit kepala.
Gangguan tingkat kesadaran:ansietas,gelisah,kacau mental,mengantuk.
Papil edema.
Penurunan haluaran urine.
d.Disability
Keadaan umum : GCS, kesadaran,nyeri atau tidak.
adanya trauma atau tidak pada thorax.
Riwayat penyakit dahulu/sekarang.
Riwayat pengobatan.
Obat-obatan / Drugs.

3.Pengkajian lengkap (Comprehensive Assesment)

7
- Keluhan utama: Keluhan menyebabkan klien dengan ARDS meminta
pertolongan dari tim kesehatan. Keluhan utama dan riwayat ARDS dapat
terjadi dlm 24-48 jam timbulnya serangan, ditandai dg napas pendek, takipnea,
dan gejala yg b/d penyebab utamanya mis; syok
- Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat
dalam
melengkapi pengkajian.
-Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab
sesak
napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
-Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
Digambar kan
klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan
inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam
melakukan pernapasan?
-Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
-Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
-Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk
padamalam
hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau
seketika
itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atauhilang timbul
(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala- timbul, lama
timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul(onset).

- Riwayat Penyakit Dahulu

8
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita ARDS, Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa
diminum oleh klien pada masa lalu. Catat adanya efek samping yang terjadi di
masa lalu.Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat badan (BB)
dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan ARDS
berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia
dan mual. Dan kaji juga beberapa gejalah atau factor resiko berikut:
a. Syok
b. Trauma (kontusio pulmonal, fraktur multipel, trauma kepala)
c. Cedera sistem saraf yang serius. spt trauma,CVA, tumor dan PTIK.
d. Gangguan metabolik (pankreastitis, uremia)
e. Emboli lemak dan cairan amnion
f. Infeksi paru difusi (bakteri,viral, fungal)
g. Inhalasi gas racun (rokok, oksigen konsentrasi tinggi, gas klorin, NO2
ozon)
h. Aspirasi (sekresi gastrik, tenggelam, keracunan hidrokarbon)
i. Drug Ingestion dan over dosis narkotik/non narkotik ( heroin,opioid,
aspirin)
j. Hemolytic disorder, spt DIC , multiple blood tenfusion dan
cardiopulmonary by pass.
k. Major surgery.
l. Respon imunologik terhadap antigen penjamu (goodpasture syndrome,
SLE)
- Riwayat Penyakit Keluarga : Secara patologi ARDS tidak diturunkan
- Riwayat social : Perkawinan, pekerjaan, tempat tinggal, orang-orang yang tinggal
serumah,kegemaran, binatang peliharaan

- Riwayat psikososial dan spritual:


a. Pola konsep diri
9
- Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
cepat
berkumpul dengan keluarganya.
- Identitas diri : peran dari pasien
- Harga diri : sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
- Gambaran diri : klien mengatakan penyakitnya adalah cobaan
dari
tuhan.
b. Riwayat spritual :berkaitan dengan ketaatan pasien dalam
menjalankan
Ibadahnya

-Pemeriksaan fisik
1. Otak : terjadi perubahan kesadaran, agitasi dan halusinasi.
2. Jantung, terjadi penurunan curah jantung (cardiac output) yg
mengakibatkan angina, CHF, disritmia, dan Miokard infark.
3.Ginjal, terjadi penurunan produksi urine atau laju filtrasi glomerulus
(LFG)/Glomerulus filtration Rate (GFR)
4. Kulit, terdapat bintik-bintik dan tanda iskemik.
a.Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b.Sianosis secara umum (hipoksemia)
c.Penurunan turgor (dehidrasi)
d.Edema
e.Edema periorbital
5. Hati, didapati adanya peningkatan SGOT, biliriubin, alkalin fosfat
dan penurunan albumin.

6. Mata
a.Konjungtiva pucat (karena anemia)
b.Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
10
c.Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau
endokarditis)
7.Jari dan kuku
a.Sianosis
b.Clubbing finger
8. Mulut dan bibir
a.Membrane mukosa sianosis
b.Bernafas dengan mengerutkan mulut
9.Hidung Pernapasan dengan cuping hidung
10.Vena leher : Adanya distensi/bendungan
11.Dada
a.Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
b.Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan
c.Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran /rongga pernafasan)
d.Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e.Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction
rub, /pleural friction) f.Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan,
dullness)
12.Pola pernafasan
a.Pernafasan normal (eupnea)
b.Pernafasan cepat (tacypnea)
c.Pernafasan lambat (bradypnea)
13.Aktivitas dan istirahat : menurunnya tenaga dan kelelahan/insomnia
14. Sirkulasi : tekanan darah bisa normal/ meningkat ( hipoksemia )
,takikardia
15. Integritas ego : ketakutan/keprihatianan,perasaan dekat dengan
kematian
16. Makanan/ cairan : anorexia,nausea,kehilangan BB,melemahnya
bowel sounds
17. Nuerosensori : trauma kepala,kelambanan mental,disfungsi motoric
18. Rasa aman dan nyaman : adanya riwayat trauma,sepsis dll
19. Seksualitas : riwayat kehamilan dengan komplikasi eklampsia
11
4.Pengkajian Berkelanjutan (On Going Assesment)
Kontinuitas monitoring kondisi pasien setiap 1-2 jam pada saat kritis, Selanjutnya
sesuai kondisi pasien, yang perlu dikaji :
a. Tanda-tanda vital :Tekanan darah,Nadi,Pernafasan dan suhu. Dengan hasil
pemantauan dengan pemasangan ventilator RR: 17x/menit,dengan PEEP
tekanan darah: 100/70 mmHg, nadi : 85/menit. hasil AGD: PH : 7,47, PaO2 :
32 mmHg,PCO2: 70 mmHg,SaO2 : 90%,HCO3 : 23 mmHg, kesadaran
samnolen.T: 36,5 º
b. Hemodinami : Mengidentifikasi perubahan status hemodinamik
dini.Pemeriksaan status asam-basa. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan
penyimpangan dari nilai normal pada PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien
normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan
pH < 7,35.Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2,Pemantauan
CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
c. Alat-alat yang terpakai oleh pasien saat masuk ICU: pemasangan O2, tapi
pada pasien ARDS pemasangan ventilasi mekanik, Positif End Expiratory
Breathing (PEEB) dan intubasi pemasangan ETT

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hilangnya fungsi


jalannapas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi alveoli,
penumpukancairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli.
12
3. Ketidakefeektifan pola napas berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat,peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi,
kelelahan
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
6. Kelebihan vol cairan berhubungan dengan edema paru
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.

3.2 Intervensi Keperawatan 

No Diagnose kep ( SDKI SLKI SIKI


)

1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Manajement jalan nafas


bersihan jalan napas keperawatan selama 3 jam,maka buatan
berhubungan dengan bersihan jalan nafas
Observasi
hilangnya fungsi meningkat,dengan kriteria
jalannapas, hasil :  Monitor posisi
peningkatan sekret selang Endotrakeal
 Produksi sputum
pulmonal, ( ETT)
menurun(5 )
peningkatan resistensi
jalan napas.  Wheezing menurun
( 5)  Monitor balon ETT
setiap 4-8 jam
 Dyspnea menurun ( 5 )
Teraupetik
 Frekuensis nafas
membaik ( 5)  Pasang
Orofaringeal
 Pola nafas membaik
airway ( OPA)
( 5)
 Cegah ETT terlipat

 Berikan pre
oksigenasi 100%
selama 30 detik ( 3-

13
6 ventilasi )
sebelum dan
sesudah pengisapan

Edukasi

Kolaborasi

3.4 Implementasi Keperawatan.

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga,dan anggota tim kesehatan lain
untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan
kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon
pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Implementasi mencakup
melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari.
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

14
3.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses


keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan
dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Mengakhiri rencana tindakan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan)

15
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan
nafas berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru biasanya
terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai
penyebab pulmonal atau non-pulmonal

1.2 Saran
1. Kepada perawat diharapkan dapat memberikan komunikasi  yang jelas kepada
pasien dalam mempercepat penyembuhan. Berikan pula Penatalaksanaan
yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dan mencegah terjadinya resti Pada ards
2. Kepada tenaga keperawatan untuk dapat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan ARDS.sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Kepada dosen pembimbing dapat memberian penjelasan secara merinci
tentang askep pada pasien ARDS

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M, Moorhouse M, Geissler A, (2000), Rencana Asuhan


Keperawatan,
EGC: Jakarta
Nanda (2013) Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014,
EGC:
Jakarta
Wilkinson. J. M (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC Dan Criteria Hasil NOC, EGC: Jakarta
http://fkep.unand.ac.id/images/kgd.pdf

http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/askep-gawat-darurat-ards-pdf.html

http://dokumen.tips/documents/askep-gadar-pada-pasien-ards-kelompok-8.html

17

Anda mungkin juga menyukai