Anda di halaman 1dari 8

Nerspedia, April 2019; 2(1): 51-58

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK


PENDERITA THALASEMIA DI RUANG ANAK

Muriati, Eka Santi, Emmelia Astika Fitri Damayanti

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung


Mangkurat, Jl. A. Yani KM. 36 Banjarbaru, 70714

Email korespondensi: muriati.uwie@gmail.com

ABSTRAK
Thalasemia merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Dukungan keluarga menjadi salah satu faktor dari kualitas hidup anak tentang
status kesehatan dengan penyakit kronik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup anak penderita thalasemia di ruang anak. Penelitian
deskritif analitik dengan desain pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 30 orang
menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen yang digunakan penelitian ini yaitu
kuesioner dukungan keluarga dan kualitas hidup anak PedsQL. Hasil penelitian menunjukkan
dukungan keluarga yang baik sebanyak 14 orang (46,7%). Kualitas hidup anak yang tidak
terganggu sebanyak 24 orang (80%). Analisis data menggunakan uji chi square test didapatkan
nilai p value 0,029 (p˂0,05), terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup anak
penderita thalasemia di ruang anak.Kepada orang tua disarankan hendaknya memahami dan
memenuhi fungsi-fungsi dari kualitas hidup anak dengan tepat sesuai kebutuhan anak.

Kata-kata kunci: dukungan keluarga, kualitas hidup anak, thalasemia.

ABSTRACT
Thalassemia is a chronic disease that can affect the quality of life of sufferers. Family support
is one factor in the quality of life ofnchildren about health status with chronic diseases. The
purpose ofnthis study was to determine the relationship between family support and
the quality ofnlife of children with thalassemia in the child's room. Analytical descriptive study
with cross sectional design with a sample of 30 people using accidental sampling technique. The
instruments used in this study were the family support questionnaire and PedsQL children's
quality of life. The results showed good family support as many as 14 people (46.7%). The quality
of life for undisturbed children was 24 people (80%). Data analysis used chi square test
obtained p value 0.029 (p˂0.05), there was a relationship between family support and the
quality ofalife ofachildren with thalassemia in the child's room. Parents were advised to
understand and fulfill the functions of the child's quality ofalife appropriately according to the
child's needs.

Keywords: family support, quality of life for children, thalassemia.

51
Muriati dkk, Dukungan Keluarga...

PENDAHULUAN bergantung dengan keluarga sehingga bisa


menimbulkan stress bagi keluarga
Thalasemia merupakan suatu terutama orang tua karena anak
kelainan genetik akan pembentukan memerlukan lebih banyak perhatian. Orang
rantai globin menyebabkan manifestasi tua ataupun keluarga yang lain tidak
klinik yang beraneka ragam terkait dari semua mampu menerima, menyesuaikan
tipe rantai serta jumlah globin yang serta mempersiapkan segala hal yang
terpengaruh (1). Gen thalasemia didapati berkaitan kondisi penyakit terminal yang
pada >7% total penduduk dunia ini diderita anak (9). Pada sebuah studi
menurut WHO (2). Angka kejadian gen longitudinal meIakukan penelitian perihal
pembawa thalasemia paling banyak ada dukungan keluarga kepada status kesehatan
pada daerah mediterania adalah Negara pasien dengan penyakit kronik yang
Saudi Arabia dan Irak sebesar 1 sampai diderita. Hasil studi tersebut ditemukan
15% sedangkan prevalensi carrier pengaruh yang kuat antara status kesehatan
thalasemia di wilayah negara Asia terhadap peran keluarga. Support keluarga
meliputi di Hongkong 2,8%, Singapura paling bermakna terhadap manajemen
4%, India 2 sampai 17% Srilangka 2,2%, penyakit kronik yang berpengaruh pada
(3). kualitas hidup (10).
Angka kejadian gen pembawa Berdasarkan studi pendahuluan
thalasemia untuk negara Indonesia pada tanggal 14-17 Mei 2018 didapatkan
berjumlah sekitar 3-8% (4). Sebesar 42% jumlah penderita thalasemia beta mayor
dari total 6647 orang di tahun 2013 di pada bulan Januari sampai April 2018
Jawa Barat merupakan prevalensi sebanyak 55 orang. Hasil wawancara
thalasemia terbesar se-Indonesia (5). kepada 10 anak tentang dukungan yang
Pada 2015 jumlah penderita thalasemia diberikan kepada anak yang menderita
mencapai 7.029 (6). Berdasarkan data di thalasemia didapatkan bahwa 8 orang
RSUD UIin Banjarmasin didapatkan mengatakan keluarga jarang
bahwa thalasemia beta mayor termasuk memperbolehkan anaknya untuk
dalam 10 penyakit terbanyak pada tahun mengikuti kegiatan sekolah yang berat
2017 dan menduduki urutan pertama dan jarang mengikutsertakan dalam
sebanyak 415 kunjungan dengan jumlah kegiatan di masyarakat dikarenakan
pasien thaIasemia sebanyak 35 orang, takut kelelahan, 5 orang mengatakan
sedangkan di RSD Idaman Banjarbaru keluarga jarang memperbolehkan
jumlah kunjungan pasien thalasemia beta bermain dengan temannya. Hasil
mayor sebanyak 700 kunjungan pada wawancara tentang kualitas hidup
tahun 2017 dengan 58 orang. kepada 10 anak yang menderita
Thalasemia beta mayor merupakan thalasemia beta mayor didapatkan bahwa
salah satu penyakit genetik yang diderita 9 orang mengatakan kadang-kadang
sepanjang hidupnya yang sangat lemes dan nyeri dalam melakukan
memerlukan perawatan yang aktivitas sehari-hari, 8 orang mengatakan
berkepanjangan. Keadaan sosial, psikis, kadang-kadang khawatir tentang apa
dan fisik bisa mempengaruhi keadaan yang terjadi pada dirinya, 9 orang
kronik yang dialami oleh anak yang kadang-kadang tidak masuk sekolah
mempengaruhi kualitas hidup anak (7,8). karena tidak enak badan dan 8 orang
Thalasemia merupakan salah satu kadang-kadang tidak masuk sekolah
penyakit kronik yang secara faktual bisa karena harus ke dokter. Tujuan
memengaruhi kualitas hidup penelitian ini adalah untuk mengetahui
penderitanya. Kualitas hidup anak hubungan dukungan keluarga dengan
dengan penyakit kronik akan sangat kualitas hidup anak penderita thalasemia
di ruang anak.
52
Nerspedia, April 2019; 2(1): 51-58

orang tua yang terbanyak umur 18-40


METODE PENELITIAN tahun sebanyak 16 orang (53,3%), jenis
kelamin orang tua yang terbanyak
Desain penelitian yang peneliti perempuan sebanyak 21 orang (70%),
gunakan adalah deskriptif analitik, pendidikan terakhir orang tua yang
pendekatan yang dipakai pada penelitian terbanyak SMA/Sederajat sebanyak 13
cross sectional. Penelitian ini orang (43,3%) dan pekerjaan orang tua
menggunakan populasi seluruh pasien yang terbanyak ibu rumah tangga
dan orang tua penderita thalasemia di sebanyak 12 orang (40%).
ruang anak sebanyak 55 orang. Teknik
sampling yang digunakan peneliti Tabel 2. Distribusi Karakteristik Anak
accidental sampling kepada 30 sampel Penderita Thalasemia di Ruang
anak dan 30 responden orang tua anak. Anak (n = 30).
Instrumennya adalah lembar Karakteristik Anak f %
karakteristik dari sampel, kuesioner Usia Anak
5-7 tahun 4 13,4
dukungan keluarga, dan kuesioner 8-12 tahun 13 43,3
kualitas hidup PedsQL. Penelitian ini
13-18 tahun 13 43,3
telah mendapatkan surat kelaikan etik Jenis keIamin anak
dari IRB (Institutional Review Board) Perempuan 18 60
Fakultas Kedokteran Universitas Laki-laki 12 40
Lambung Mangkurat dengan nomer Pendidikan anak
surat sebagai berikut No. 853/KEKP-FK Tidak sekolah 0 0
UNLAM/EC/VIII/2018. Penelitian ini SD/Sederajat 17 56,7
dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus SMP/Sederajat 7 23,3
2018 sampai 24 September 2018. SMA/Sederajat 6 20
Lama berobat
4 tahun 1 3,3
HASIL DAN PEMBAHASAN 5 tahun 1 3,3
6 tahun 2 6,7
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Orang Tua 7 tahun 2 6,7
di Ruang Anak (n = 30). 8 tahun 2 6,7
Karakteristik 9 tahun 4 13,3
Orang Tua f. % 10 tahun 5 16,7
Usia orang tua 11 tahun 4 13,3
18-40 tahun 16 53,3 12 tahun 4 13,3
41-60 tahun 13 43,3 15 tahun 2 6,7
>60 tahun 1 3,3 17 tahun 1 3,3
Jenis kelamin orang tua 18 tahun 2 6,7
Perempuan 21 70 Total 30 100
Laki-laki 9 30
Pendidikan terakhir orang tua Tabel 2. Usia anak terbanyak
Tidak sekolah 0 0 ditemukan di usia 8-12 tahun dan usia
SD/Sederajatt 2 6,7 13-18 tahun dengan masing-masing
SMP/Sederajat 7 23,3 sebanyak 13 orang (43,3%), jenis
SMA/Sederajat 13 43,3 kelamin anak terbanyak perempuan
D1-D2-D3 5 16,7 sebanyak 18 orang (60%), pendidikan
Sarjana 3 10 anak yang terbanyak SD/Sederajat
Total 30 100 sebanyak 17 orang (56,7%) dan lama
berobat responden yang terbanyak
Tabel 1. Memperlihatkan keadaan selama 10 tahun sebanyak 5 orang
dan kondisi orang tua menurut usia (16,7%).

53
Muriati dkk, Dukungan Keluarga...

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Dukungan informasi, maka semakin luas


Keluarga di Ruang Anak (n = pengetahuan yang dimiliki oleh individu,
30). sedemikian itu pula halnya terhadap
Dukungan Keluarga f % informasi perihal thalasemia. Maka dari
Baik 14 46,7 itu semakin banyaknya penjelasan dan
Cukup 12 40 berita yang pernah diperoleh yang orang
Kurang 4 13,3
tua perihal thalasemia menyebabkan
Total 30 100
makin luasnya pengetahuannya. Dengan
luasnya penjelasan dan berita yang
Tabel 3. Dukungan keluarga
diperoleh perihal thalasemia serta
diruang anakyang dukungan keluarga
banyaknya pengetahuan yang dimiliki,
baik sebanyak 14 orang (46,7%). Hal ini
maka upaya yang dilakukan untuk
dikarenakan keluarga selalu ikut senang
penatalaksanaan thalasemia akan makin
karena anak dalam keadaan yang baik,
bagus/baik, serta dukungan yang
keluarga selalu menyediakan dana
diberikan semakin baik.
khusus untuk perawatan anaknya,
Dukungan keluarga pada anak
keluarga seIalu mencintai dan
yang menderita penyakit kronik sangat
memperhatikan keadaan anaknya selama
diperlukan dalam menghadapi masalah,
pengobatan thalasemia, keluarga
salah satunya dalam menghadapi
memaklumi keadaan anaknya sekarang
penyakit kronik yang menyerang salah
dan memberikan dukungan seperti
satu anggota keluarga. Dukungan yang
semangat dan perhatiannya, keluarga
dilakukan dengan berbagai faktor yang
sering memerlukan pengetahuan akan
diantaranya informasional, penilaian,
penanganan serta cara merawat anak
instrumental, emosional dan dukungan
dengan thalasemia. Dukungan keluarga
sosial (11).
yang baik dilihat dari rata-rata skor 62,5
Menurut hasil penelitian dari
yang tertinggi terdapat pada komponen
Stefan, Redjeki dan Susilo (2014)
dukungan instrumental seperti nomor 20,
menyatakan jika semakin tinggi
anak menjawab keluarga sering
pendidikan individu bisa membuat
menyediakan dana khusus untuk
individu makin mengerti akan arti
perawatan saya. Rata-rata skor 59,25
kesehatan, sehingga menyebabkan
terdapat pada komponen dukungan
semakin meningkatkan kebutuhan dan
informasi seperti pada nomor 23, anak
harapannya terhadap suatu layanan
menjawab keluarga selalu meingatkan
kesehatan yang diperlukan (12). Menurut
saya untuk menjaga kesehatan, latihan
Notoatmodjo (2007), bahwa persepsi dan
dan makan.
harapan klien terhadap pelayanan
Baiknya dukungan keluarga yang
kesehatan yang didapatnya bisa
diberikan kepada anak yang mengalami
dipengaruhi oleh jenjang pendidikan
sakit thalasemia beta mayor
(13).
dikarenakan rerata pendidikan terakhir
orang tua anak yaitu SMA sebanyak 7
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kualitas
responden, sarjana sebanyak 2 orang, Hidup Anak di Ruang Anak (n
makin tinggi tingkat pendidikan orang = 30).
tua anak, maka makin mengerti tentang Kualitas Hidup Anak f %
penyakit yang diderita anaknya dan Tidak terganggu 24 80
pelayanan yang diberikan terhadapanak Terganggu 6 20
penderita thalasemia. Informasi yang Total 30 100
diperoleh orang tua bisa mempengaruhi
pola pemikiran individu disebabkan Tabel 4. Kualitas hidup anak
makin banyak individu memperoleh penderita thalasemia di ruang anak yang
54
Nerspedia, April 2019; 2(1): 51-58

tidak terganggu sebanyak 24 orang perihal mekanisme pembentukan


(80%). Hal ini dikarenakan, menurut individu, baik dari segi psikososial
laporan orang tua didapatkan anak maupun segi fisik. Tetapi, separuh orang
penderita thalasemia tidak pernah ada tua belum memiliki pemahaman hal ini,
masalah dalam mandi sendiri, tidak terutama pada orang tua yang memiIiki
pernah ada masalah dalam mengerjakan sosial ekonomi dan jenjang pendidikan
pekerjaan di sekitar rumah, tidak pernah yang cukup rendah. Sering kali setiap
ada rasa takut, tidak pernah ada masaIah orang tua memiliki pemahaman jika
tidur. Meskipun anak yang sakit perkembangan dan pertumbuhan
biasanya tidak bisa bersekolah oleh memiliki definisi yang sama (14).
sebab dilakukan tambah darah tetapi Penelitian ini sejalan dengan
kualitas hidup anaki tidak terganggu itu penelitian Suryono (2017) didapatkan
dikarenakan pada fungsi lain yang tidak persentase paling banyak kualitas hidup
mengalami masalah yang signifikan. baik sebanyak 30 responden (57,7%) dan
Hasil analisis data yang didapatkan persentase paling sedikit yaitu kategori
bahwa fungsi sosial anak dari buruk sebanyak 22 responden (42,3%).
hasillaporan orang tua kualitas hidup Kualitas hidup anak yang menderita
anak tidak terganggu. Hal ini dibuktikan penyakit kronik dikarenakan anak
dengan nilai rata-rata skor 24,6 dimana tampak merasa takut dan tertekan
fungsi sosial menunjukkan rerata skor dengan kondisi mereka di rumah sakit
yang terendah terdapat pada komponen (11).
fungsi sosial seperti nomor 14, orang tua Khurana (2006) menjelaskan
mengatakan anaknya tidak pernah bahwa penderita thalassemia yang
mengalami kesulitan dalam bergaul bermasalah paling banyak terhadap
dengan anak seusianya, nomor 15, orang komponen pendidikan, dikarenakan
tua mengatakan anaknya tidak pernah seringnya tidak masuk sekolah untuk
ada anak yang lain yang tidak mau melakukan trasfusi, begitu juga dengan
berteman dengan anaknya, dan nomor komponen emosional anak penderita
16, orang tua mengatakan tidak pernah thalasemia yang memerlukan
diolok-olok/diejek oleh anak-anak yang support/dorongan dari orang tua dan
lain. masalah juga dialami pada komponen
Tumbuh kembang anak penderita fisik seperti anak tidak bisa berdiri
thalasemia mengalami hambatan seperti sendiri (15). Masalah yang sering
tinggi badan yang tidak mengalami ditemui pada penderita thalassemia
peningkatan setelah usia 9 sampai 10 adalah pada komponen emosional dan
tahun dikarenakan telah mendapatkan fisik (16). Bulan (2009) menjelaskan
tranfusi yang normal, serta seringnya pada komponen kualitas hidup yang
anak marah dan tidak terkontrol paIing banyak terganggu adalah
emosinya dengan suatu masalah yang komponen emosional, komponen fisik
sepele. Respon perilaku, meliputi merasa dan komponen sekolah (pendidikan).
gelisah, dan menarik diri dari teman Komponen sekolah terganggu
sebayanya. Respon kognitif meliputi dikarenakan pelaksanaan dalam transfusi
sulit untuk berkonsentrasi pelupa, tidak darah yang terjadi di pagi hari yang
kreatif, sering bingung dan takut menyebabkan terganggunya mekanisme
terhadap apa yang dialaminya. Respon belajar dan mengajar pada anak.
afektif meliputi tidak sabar, gelisah dan Komponen emosional yang terganggu
sering cemas. sangat memerlukan penangkapan yang
Dari sudut pertumbuhan dan lebih lanjut dan penatalaksanaan secara
perkembangan pada anak yang menuju ekstensif (8).
dewasa ini adalah yang menjelaskan
55
Muriati dkk, Dukungan Keluarga...

Tabel 5. Hasil AnaIisis Hubungan Dukungan KeIuarga dengan KuaIitas Hidup Anak Penderita
ThaIasemia di Ruang Anak
Dukungan Keluarga
Total
Kualitas Hidup Anak Kurang Cukup Baik
f % f % f % f %
Tidak terganggu 2 6,7 8 26,7 14 46,7 24 80
Terganggu 2 6,7 4 13,3 0 0 6 20
Total 4 13,3 12 40 14 46,7 30 100
Uji statistik chi square test p=0,029 α=0,05

Tabel 5. Hasil uji dan analisis dalam menyelesaikan tugas sekolah dan
menggunakan chi square test analisis sering tidak masuk sekoIah. Hal tersebut
menghasilkan nilaip=0,029 maka niIai p menunjukkan bahwa komponen fungsi
value<0,05 (𝛼) sehingga disimpulkan H0 fisik, emosional dan sekolah daIam
ditolak berarti terdapatnya hubungan kualitas hidup anak masih memiliki
dukungan keluarga dengan kualitas masalah walaupun telah mendapatkan
hidup anak penderita thaIasemia di ruang dukungan keluarga yang cukup.
anak. Hasil analisis yang didapatkan Thalasemia merupakan salah satu
bahwa anak yang mendapat dukungan penyakit kronik yang secara faktual bisa
keluarga yang baik dan kualitas memengaruhi kualitas hidup
hidupnya tidak terganggu sebanyak 14 penderitanya. Kualitas hidup anak
orang (46,7%); anak yang dukungan dengan penyakit kronik akan sangat
keluarganya cukup dan kualitas hidup bergantung dengan keluarga sehingga
terganggu sebanyak 4 orang (13,3%). bisa menimbulkan stress bagi keluarga
Hal ini dikarenakan mayoritas keluarga terutama orang tua karena anak
memberikan dukungan kepada anak membutuhkan perhatian yang serius.
penderita thalasemia baik dalam segi Orang tua ataupun anggota keIuarga
informasi, emosional, instrumental, dan terkadang sulit untuk menerima,
penghargaan. Dukungan keluarga baik menyesuaikan serta mempersiapkan
maka kualitas hidupnya tidak terganggu dirinya akan kondisi penyakit terminal
karena dukungan keluarga dapat yang diderita anak (9). Mazzone, et. al
meningkatkan kualitas hidup dengan (2009) menjelaskan suatu bentuk
meregulasi proses psikologi seseorang dukungan secara psikososial dari
dan memfasilitasi perilaku seseorang, keluarga bisa efektifitas kelasi bisa
sebaliknya apabila dukungan keluarga mengalami peningkatan, menurunkan
kurang maka kualitas hidupnya akan distress emosional, dan memantapkan
terganggu. rencana koping untuk lebih baik dalam
Hasil analisis data juga kehidupan sehari-harinya (17).
menunjukkan bahwa dukungan Support keluarga yang bisa
keluarganya cukup tetapi kualitas hidup diberikan kepada anak dengan
anak terganggu dikarenakan dari laporan keadaannya yang kronik meliputi
orang tua anak penderita thalasemia, advokasi, dukungan instruksional,
anak masing sering kesulitaan berjalan dukungan informasi, dukungan
>100 meter, berlari, berolahraga, sering instrumental, dukungan emosional (18).
mengalami nyeri, sering merasa lemah, Kondisi tersebut, perlu ditindaklanjuti
sering ketakutan, sering marah, sering dengan melakukan penilaian kualitas
mengalami kesulitan tidur, sering cemas hidup kepada anak penderita thalasemia
dengan keadaanya, sering kesulitan ataupun bagian keluarga penderita guna
dalam konsentrasi, sering kesulitan memastikan langkah yang mensupport
56
Nerspedia, April 2019; 2(1): 51-58

pemulihan kualitas hidup anak penderita 2. WHO. The Global Burden of


thalasemia. Pranajaya dan Nurchairina Disease Update. 2012. Available
(2016) menemukan terdapatnya from: URL:www.who.int. diakses
hubungan yang bermakna antara tanggal 28 Maret 2018.
dorongan/dukungan orang tua dengan
kualitas hidup dibuktikan dengan hasil 3. Tisha, L. Karakteristik penderita
uji statistik p vaIue=0,018 (19). thalasemia yang dirawat inap di
Penelitian Mariani (2011) menjelaskan RSUP H. Adam Malik Medan
terdapat suatu hubungan yang tahun 2011. Medan: Fakultas
bermakna antara dorongan/dukungan Kesehatan Masyarakat Universitas
keluarga dengan kuaIitas hidup anak Sumatera Utara; 2014.
(20). Support psikososial yang diberikan 4. Ilmi, SO, Hasanah & Bayhakki.
oleh keluarga bisa menyedikitkan Hubungan jenis kelamin dan
masalah emosianal pada anak penderita domisili dengan pertumbuhan pada
thalasemia beta mayor, seterusnya bisa anak dengan thalasemia. JOMPSIK
diterangkan suatu support psikososial 2015; 2: 1-7.
bisa menurunkan distress emosional,
efektifitas kelasi besi menjadi 5. Alyumnah, P., Ghozali, M. &
meningkat serta memantapkan Dalimoenthe, NZ. Skrining
pendekatan koping agar bisa lebih baik Thalassemia Beta Minor pada
dalam menjalani kehidupan setiap Siswa SMA di Jatinangor. JSK
harinya (17). 2016; 1 (3).
6. Kementerian Kesehatan RI.
PENUTUP Skrining Pentinguntuk Cegah
Thalassemia. 2017. Available from:
Dukungan keluarga diruang URL: http://www.depkes.go.id.
anakyang terbesar yaitu dukungan diakses tanggal 2 April 2018.
keluarga baik dan kualitas hidup anak
penderita thalasemia di ruang anak yang 7. Cappellini, MD et al. Guidelines for
terbesar yaitu tidak terganggu. Ada the Management of Transfusi
dukungan keluarga dengan kualitas darahon Dependent Thalassemia
hidup anak penderita thalasemia di (TDT), 3rd ed. Nicosia:
ruang anak. Thalassaemia Internasional
Saran bagi peneliti selanjutnya Federation; 2016.
diharapkan menggunakan variabel-
8. Bulan, S. Faktor-faktor yang
variabel lainnya yang dianggap adanya
berhubungan dengan kualitas hidup
hubungan/korelasi dengan kualitas
anak thalasemia beta mayor, Tesis,
hidup anak penderita thalasemia beta
Program Pascasarjana Magister
mayor.
Ilmu Biomedik dan Program
Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Anak, Universitas
Diponegoro, Semarang. 2009.
1. Dahlui, M., Hishamsah, MI.,
Available from: URL:
Rahman, A & Aljunid, SM.
http://eprints.undip.ac.id. diakses
Quality ofnlife in transfusion
tanggal 10 Maret 2018).
dependent thalassemia patients on
desferrioxamine treatment. 9. Mussato, K. Adaptation ofnthe
Singapore Med J 2009; 50 (8), 794– Child and Family to Life With a
799. Chronic Illness. 2006. Available
from: URL:
57
Muriati dkk, Dukungan Keluarga...

http://journals.cambridge.org. 17. Mazzone, L., Battaglia, L.,


diakses tanggal 18 Maret 2018. Andreozzi, F., Romeo, MA. &
Mazzone, D. Emotional impact
10. Skarbec, EA. Psychosocial in ß thalassemia major children
predictors of self care behavior in following cognitive-behavior
chronic disease patient: Analysis of family therapy and quality of life
social support, self-efficacy and of caregiving. Clinical Practice
depression, Ilmiah, Texas: Texas and Epidemiology in Mental
Tech University; 2006. Health 2009; 5 (5).
11. Suryono, A. Hubungan dukungan 18. Hoagwood, KE., Olin, SS.,
keluarga dengan kualitas hidup Kerker, BD., Kratochwill, TR.
anak yang menderita penyakit Crowe, M. & Saka, N.
kronik di PKU Muhammadiyah Empirically based school
Yogyakarta. Yogyakarta: interventions targeted at academic
Program Studi Ilmu Keperawatan and mental health functioning,
Fakultas Ilmu Kesehatan Journal ofnemotional and
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta; behavioral disorders 2009; 15
2017. (22), 66-92
12. Stefan, MM., Redjeki, GS. & Susilo, 19. Pranajaya, R. & Nurchairina. Faktor
WH. Hubungan karakteristik yang berhubungan dengan kualitas
pasien dengan kepuasan pasien hidup anak thalasemia, Jurnal
terhadap mutu pelayanan kesehatan Keperawatan 2016; 12 (1).
di Puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan Jakarta Selatan 20. Mariani, D. Analisis faktor yang
2013. Jakarta: Program Studi S1 mempengaruhi kualitas hidup
Keperawatan Jalur A Sekolah anak thalasemia beta mayor di
Tinggi Ilmu Kesehatan Sint RSU Kota Tasikmalaya dan
Carolus; 2014. Ciamis. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Program Studi
13. Notoatmodjo, S. Promosi Magister Keperawatan Kekhususan
kesehatan dan ilmu perilaku. Keperawatan Anak; 2011.
Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
14. Nursalam. Ilmu kesehatan anak.
Jakarta: Salemba Medika; 2005.
15. Khurana, A., Katyal, A., &
Marwaha, RK. Psychosocial
burden in thalasemia, Indian
Journal ofnPediatrics 2006; 73 (10),
877–880.
16. Sadowski, H., Kolvin, I.,
Clemente, C., Tsiantis, J. &
Baharaki. S. Psychopatology in
children from families with blood
disorders: a cross national study,
Eur Child Adolesc Psychiatry
2006; 11: 151-61.

58

Anda mungkin juga menyukai