Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN LAHAN BASAH
SKENARIO
“Ribuan Terserang ISPA di Kalsel, Sudah Satu Bayi Meninggal”

Oleh
KELOMPOK III
RINI KATIYA 1710912320060
RAHMIDA NURMIYANTI 1710912220032
RENA FITRIYANTI 1710912220034
MUHAMMAD ILHAM 1710912210024
ERMA MURDIANA 1710912320019
RICHA PRILIYANI 1710912320057

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2020
MAKALAH
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN LAHAN BASAH
SKENARIO
“Ribuan Terserang ISPA di Kalsel, SUdah Satu Bayi Meninggal”

Disusun Oleh :
KELOMPOK III

RINI KATIYA 1710912320060

RAHMIDA NURMIYANTI 1710912220032

RENA FITRIYANTI 1710912220034

MUHAMMAD ILHAM 1710912210024

ERMA MURDIANA 1710912320019

RICHA PRILIYANI 1710912320057

Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh :

Koordinator BBM Pemberdayaan Tutor,


Masyarakat Di Lingkungan Lahan
Basah

Vina Yulia Anhar, SKM, MPH Adi Nugroho, SKM., M.Kes., M.Sc., Ph.D
NIP. 199310112019032023 NIP. 197911292005011001

Banjarbaru, Desember 2020

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Belajar Berdasarkan Masalah
(BBM) Pemberdayaan Masyarakat Di Lingkungan Lahan Basah Skenario
“Cegah Penyebaran Virus Corona dengan Gerakan Hygiene dan Sanitasi

Lingkungan” sebagai bahan pembelajaran dengan harapan diterima dan


dipahami secara bersama.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata penulis
berharap semoga dan manfaatnya untuk masyarakat ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarbaru, Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI
iii
Halaman
COVER ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario.......................................................................... 1
B. Analisa Kasus.................................................................. 1
1. Langkah 1.................................................................. 1
2. Langkah 2.................................................................. 2
3. Langkah 3.................................................................. 2
4. Langkah 4................................................................. 4
5. Langkah 5.................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus Berdasarkan Sasaran Belajar yang
Mengacu pada Pustaka Yang Relevan dengan Kasus.. 6
B. Analisa Kasus pada Skenario Lebih Mendalam............ 17
C. Rekomendasi dan Solusi................................................ 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................... 21
B. Saran............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Skenario
Ribuan Terserang ISPA di Kalsel, Sudah Satu Bayi Meninggal
Kabut asap yang menyelimuti sejumlah kawasan di Kalimantan Selatan
semakin pekat. Hal ini tentu saja berdampak pada kesehatan warga Banua.
Jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Kalsel pun bertambah.
Dari sekian banyak penderita ISPA, ada satu yang meninggal dunia. Yakni bayi
perempuan berusia kurang dari satu tahun dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Bayi
dan balita ini memang rentan terserang penyakit ISPA. Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan
Kalimantan Selatan Benny Rahmadi tidak menampik adanya peningkatkan
penderita ISPA di bulan Agustus kemarin. Bahkan karena ISPA ini penderita bisa
berujung kematian jika tidak ditanggulangi sejak dini. Ada sejumlah upaya untuk
penanggulangan penyakit ISPA atau pneumonia ini. Seperti mengetahui atau
mewaspadai pneumonia, influenza, gejala, dan cara penularan serta
pencegahannya. Kemudian melaksanakan perilaku hidup bersih yang dapat
mencegah pneumonia dan influenza. “Partisipasi masyarakat di lingkungan
sekitar juga sangat membantu. Laporkan bila ada kecurigaan terhadap kasus
pneumonia dan klaster kepada RT atau RW setempat. Kita ingin masyarakat
membantu penyebaran informasi ini,” tandasnya.

*Skenario ini disadur dari berita: https://kalsel.prokal.co/read/news/46-15156/18

B. Analisa Kasus
Langkah 1. 1 . Klarifikasi/ Identifikasi Istilah (Clarify Term)
a. Identifikasi Istilah
b. Klarifikasi Istilah

1
2

Langkah 2. 2. Membuat Daftar Masalah (Define The Problem)


a. Mengapa bayi dan balita rentan terkena ISPA?
b. Penyebab Utama kabut asap, apakah ada tindakan dari pemerintah
tersebut untuk mengatasi masalah tersebut?
c. Bagaimana cara penularan dan pencegahan ISPA, terutama di lahan
basah?
d. Bagaimana cara menanggulangi penyakit ISPA?
e. Apa penyebab terjadinya kabut asap sehingga menyelimuti sejumlah
kawasan Kalimantan?
f. Seperti apa Partisipasi masyarakat di lingkungan sekitar yang dapat
dilakukan agar dapat membantu?

Langkah 3. 3. MenganalisisMasalah (Analyze the Problem)


a. Mengapa bayi dan balita rentan terkena ISPA?
- Karena daya tahan tubuh bayi daan balita belum terbentuk sempurna
sehingga rentan terkena ISPA
- Karena tidak melakukan imunisasi dasar lengkap
b. Penyebab Utama kabut asap, apakah ada tindakan dari pemerintah
tersebut untuk mengatasi masalah tersebut?
- Akibatnya tentunya adalah dari kebakaran hutan, tindakan dari
pemerintah telah melakukan larangan pembakaran hutan seperti
water boming .
- Untuk tindakan: bantuan kepada masyarakat yg terdampak,
membangun pos-pos kesehatan pada daerah yg rentan kebakaran
hutan.
- Tindakan penguatan surveilans.
c. Bagaimana cara penularan dan pencegahan ISPA, terutama di lahan
basah?
3

- Penularan : memalui kontak air liur orang yang terkena, pencegahan:


PHBS, imunisasi,dll.
- Penularan dengan kontak langsung dengan penderita, penecegahan :
memperkuat sistem imun dengan makan makanan sehat dan bergizi,
tidak merokok pada ruangan tertutup, ventilasi udara yang baik dan
benar
d. Bagaimana cara menanggulangi penyakit ISPA?
- PHBS, melndungi area wajah, menggunakan lengan tangan atau
menutup mulut ketika bersin.
- Memperbanyak makanan kaya serat dan vitamin untuk meningkatkan
sistem inum tubuh
- Promosi kesehatan tentang ASI eksklusif dan MP-ASI untuk daya tahan
tubuh anak dan pertumbuhan
e. Apa penyebab terjadinya kabut asap sehingga menyelimuti sejumlah
kawasan Kalimantan? (sama dengan no 2)
- Karena iklim cuaca panas, maka tanah akan menjadi berisiko untuk
terjadinya kebakaran
- Asap kendaraan yang kalau bertemu sinar matahari menimbulkan
reaksi kimia sehingga timbulnya kabut asap
- Disengaja untuk mebakar hutan karena alasan untuk membuka lahan
baru
f. Seperti apa Partisipasi masyarakat di lingkungan sekitar yang dapat
dilakukan agar dapat membantu?
- Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih dan
adanya kesadaran orang tua untuk wajib melakukan imunisasi kepada
anak.
- Melibatkan dalam mempercepat penemuan kasus, dan langsung
memberitahukan pihak petugas kesehatan bersangkutan
4

Langkah 4. 4. Problem Tree

Terhambatnya Peningkatan
Angka kesakitan tumbuh Menurunnya Berisiko terjadinya perawatan di RS
dan kematian khususnya penyakit
kembang anak sistem imun komplikasi penyakit
meningkat pernafasan
dan balita

Tingginya kasus ISPA

Lingkungan: alam Lingkungan: kondisi Aktivitas industri yang


Status Gizi rumah tidak
kawasan Kal-sel memenuhi syarat
menyebabkan kabut
(banyaknya pohon) buruk asap
(ventilasi)

PHBS kurang Tidak/belum


Pengetahuan
dilaksanakan imunisasi dasar
ibu rendah
lengkap
5

Langkah 5. 5. Menentukan sasaran Belajar


a. konsep penyakit ISPA (definisi, penyebab, faktor risiko, pencegahan)
b. pemberdayaan yang efektif dalam menanggulangi penyakit ISPA
khususnya di Kalimantan Selatan?
c. Bagaimana hubungan wilayah lahan basah dengan kejadian penyakit
ISPA?
d. Mengapa kabut asap bisa menyebabkan penyakit ISPA?
e. Apakah berbeda ISPA yang disebabkan oleh kabut asap dengan ISPA
yang tidak disebabkan Kabut Asap? Jika berbeda, Mengapa?
f. Bagaimana pola epidemiogi penyakit ISPA diwilayah tersebut?
g. Bagaimana kebakaran hutan terjadi dan cara agar kebakaran hutan
tidak terjadi lagi? (pada masyarakat dan komunitas)
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus
1. Konsep penyakit ISPA (definisi, penyebab, faktor risiko, pencegahan)
a. Definisi ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan. ISPA berlangsung
sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin
maupun udara pernafasan yang mengandung kuman
b. Penyebab ISPA
Penyebab utama terjadinya ISPA adalah bakteri Streptococcus
pneumoniae, namun pathogen yang paling sering menyebabkan ISPA
adalah virus atau gabungan dari virus dan bakteri.

6
7

(Sari, 2019).
c. Faktor Risiko ISPA
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit ISPA
adalah kondisi fisik rumah, kebersihan rumah, kepadatan penghuni dan
pencemaran udara dalam rumah. Selain itu juga faktor kepadatan
penghuni, ventilasi, suhu dan pencahayaan ikut berpengaruh pada
kejadian penyakit ISPA dalam suatu keluarga Sedangkan faktor-faktor
lain penyebab ISPA adalah kondisi lingkunga dan faktor penjamu.
Kondisi lingkungan yang pertama adalah polutan udara, adanya zat lain
di udara dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama
pada saluran pernapasan. Yang kedua adalah kelembaban, dimana
kelembaban dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
mikroorganisme termasuk pathogen penyebab ISPA ( Sari, 2019).
d. Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan cara
1. mencuci tangan sesering mungkin
2. menutup mulut dan hidung pada saat batuk atau bersin.
3. Gunakan tissue, sapu tangan, atau masker hidung saat batuk
atau bersin.
4. Langkah paling sederhana yang dapat dilakukan untuk
mencegah ISPA adalah beristirahat dan memiliki pola tidur yang
cukup.
5. perhatikan asupan cairan agar terhindar dari dehidrasi dan
tenggorokan tidak mengering.
6. Sebaiknya juga jauhkan diri dari asap rokok karena akan
memperparah kondisi ISPA.
7. Pencegahan ISPA dengan menemukan ISPA dan mengobati
ISPA, didukung pelayanna kesehatan yang memadai, lintas
program (program gizi seperti memberikan vitamin A, Fe untuk
8

ibu hamil, kesehatan neonatal, imunisasi, kegiatan posyandu)


(Priwahyuni, 2020).
9

2. Pemberdayaan yang efektif dalam menanggulangi penyakit ISPA


khususnya di Kalimantan Selatan?
Melalui Peraturan menteri Kehutanan nomor 12/Menhut-II/2009
tentang Pengendalian Kebakaran Hutan seperti organisasi masyarakat
peduli api dan kelompok peduli api. Relawan dari masyarakat dalam
karhutla penyebab ISPA dalam penemuan titikapi maupun
pemadaman. Pemberdayaan melibatkan masyarakat secara langsung,
kader/kelompok peduli penanganan ISPA. Program:
1. edukasi,
2. pelatihan, dan
3. gerakan penghimbauan jika ada yang mengalami ISPA
dengan melapor.
4. Melibatkan masyarakat untuk PHBS, gotong royong, senam
bersama ( Setiawan, 2019).

3. Bagaimana hubungan wilayah lahan basah dengan kejadian penyakit ISPA?


Hubungan wilayah lahan basah dengan kejadian penyakit ISPA yaitu
dapat dilihat dari Perilaku masyarakat yang tinggal di wilayah lahan
basah yaitu sering mendapatkan sumber air dari PDAM tapi pada masa
kekeringan air bersih menyebabkan penyakit bermunculan,
pembuangan tinja juga sembarangan (di sungai), perilaku pembuangan
sampah yang sembarangan bisa menyebabkan ISPA. Kemudian,
karhutla yang ada di wilayah lahan basah, menyebabkan efek akut
ISPA, efekkronik memicu infeksi paru-paru, partikel tersebut juga
disebabkan oleh kabut asap yang dihasilkan dari proses pembakaran
kebakaran hutan (kandungan Co, NO2, SO2, O3, PM10) PM10 liquid
dalam asap yang berdampak pada kesehatan manusia (Panghiyangani,
2017).
10

4. Mengapa kabut asap bisa menyebabkan penyakit ISPA?

Kabut asap dari karhutla mengandung bahan-bahan yang dapat


menimbulkan berbagai dampak dan masalah kesehatan. asap
mengandung SO2, NO2, CO, O3 yang dapat menginfeksi pernafasan.
Walaupun ISPA disebabkan oleh virus, namun paparan intens dari
kabut asap menyebabkan melemahnya kemampuan saluran
pernapasan dan paru melawan infeksi sehingga meningkatkan risiko
terjadinya ISPA (Mahmudah, 2020).

5. Apakah berbeda ISPA yang disebabkan oleh kabut asap dengan ISPA
yang tidak disebabkan Kabut Asap? Jika berbeda, Mengapa?
Asap karhutla dapat terbagi menjadi dua efek, yaitu efek akut dan
efek kronik. Pada efek akut, pajanan utama yang berbahaya dari asap
adalah respons organ terutama pada balita. Efek akut tersebut
menyebabkan iritasi langsung seperti kesulitan bernapas, iritasi
tenggorokan, serta iritasi mata. Sedangkan efek kronik dapat memicu
infeksi paru-paru yang lama kelamaan menyebabkan kanker paru.
Selain menyerang organ pernapasan, partikel-partikel berbahaya yang
ditimbulkan dari kabut asap juga berdampak buruk pada kondisi
pembuluh darah dan jantung (PJK) (Awaluddin, 2016).
Perlu kita ketahui bahwa terjadinya ISPA dapat disebabkan oleh
berbagai etiologi. Etiologi ISPA dari segi biologis dapat terdiri dari 300
lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur dan partikel asing.
Terjadinya ISPA karena kabut asap disebabkan oleh partikel yang
dihasilkan dari proses pembakaran serta asap dari hasil pembakaran
tersebut. Asap hasil proses pembakaran memiliki kandungan karbon
monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) , Sulfur dioksida (SO2), Ozon
(O3) dan partikulat matter (PM10). Partikulat adalah padatan atau
11

likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat tinggal di
atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping menganggu estetika,
partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke dalam sistem
pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan
kerusakan paru-paru. Partikel berukuran besar akan tertahan pada
saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan
masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang
lama (Awaluddin, 2016).

6. Bagaimana pola epidemiogi penyakit ISPA diwilayah tersebut?


Berdasarkan teori triad Epidemiologi, yaitu terdapat Agennya
SO2, CO, NO3 (kabut asap), hostnya manusia yang lebih berisiko untuk
terkena dampak. Dan environmentnya faktor alam, iklim, karena tanah
gambut yang mana hanya kabut asap putihnya saja yang terhirup di
masyarakat sedangkan kebakaran terjadi di dalam tanah. Kejadian ISPA
di Kalimantan Selatan 7,1% merupakan peringkat ke 4 di Kalimantan.
ISPA terjadi paling banyak terjadi pada perempuan, umur terjadi paling
banyak pada balita, tempat tinggal banyak terjadi di pedesaan.
Kaitannya dengan karhutla dan ISPA dari pola epidemiologi
adalah terjadinya berbagai faktor salah satunya adanya musim kemarau
yang memperbesar potensi akan adanya kebakaran hutan sehingga
menyababkan peyakit yang di timbulkan salah satunya adalah ISPA.
Dari beberapa sirkulasi atmosfer yang pergerakannya di atas wilayah
Indonesia, terlihat dari hasil analisis sirkulasi walker timur yang lebih
memberikan pengaruh signifikan terhadap curah hujan di Indonesia,
terutama pada bulan – bulan musim kemarau. Ini sejalan pada peristiwa
El Nino dan La Nina yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sifat
hujan di Indonesia.
12

7. Bagaimana kebakaran hutan terjadi dan cara agar kebakaran hutan tidak
terjadi lagi? (pada masyarakat dan komunitas)?
Karhutla disebabkan oleh beberapa faktor yaity faktor alam dan
buatan, alam (petir) yang menyambar. Selain itu, aktifitas masyarakat
di kawasan hutan yang memebrsihkan lahan untuk pertanian, dsb.
Fenomena El-Nino, kandungan batubara dalam tanah. Cara
penanganannya diperlu adanya pengawasan dari Pemda saat musim
kemarau agar tidak ada yang membuka lahan, perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai titik api karhutla.
Kondisi alam, dan perilaku manusia menyebabkan Karhutla di
dunia paling banyak sebenarnya disebabkan oleh manusia. Pencegahan
pemadaman dari nasional-daerah, adanya menara pengawas, dan
pemantapan perangkat lunak. Selain hal tersebut ada beberapa
pencegahan dari pemerintah untuk menangani kejadian karhutla.
a. Upaya Mitigasi Oleh Pemerintah Untuk Mengatasi Kebakaran Hutan Dan
Lahan Di Indonesia.
1) Menerbitkan peraturan peraturan yang dapat mencegah terjadinya
kebakaran hutan dan lahan.
2) Selain di tingkat nasional upaya pencegahan melalui peraturan perundang-
undangan juga di lakukan di tingkat daerah dengan menerbitkan peraturan
daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota tentang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
3) Upaya pencegahan juga melalui sistem informasi tentang kemungkinan
peluang terjadinya suatu kebakaran yang terdistribusikan dengan baik ke
para stakeholder terkait hingga di tingkat lapangan.
4) Upaya lain yang dapat dilakukan dengan pelibatan masyarakat secara
langsung dalam suatu kegiatan pengendalian kebakaran dapat juga
13

mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya pengendalian


kebakaran sejak dini di sekitar daerah mereka.
5) Pencegahan: mengecek kondisi peralatan kesehatan, agar ketika terjadinya
bencana kabut asap tidak lagi kekurangan peralatan seperti persediaan
ambulan,masker,obatobatan,dan tenaga medis.
6) Kesiapsiagaan adalah suatu bentuk dasar dari sikap antisipasi terhadap
suatu kejadian yang akan berlangsung. Kesiapsiagaan pada permasalahan
ini yakni bagaimana Pegawai Dinas Kesehatan melakukan
pelatihan,sosialisasi tentang penanggulangan dampak kabut asap
kebakaran hutan (Amarulah, 2017).
b. Upaya Pemadaman
Keterlibatan berbagai unsur masyarakat, LSM, instansi, dinas
terkait dan lain-lain, dalam tindakan pemadaman sangat diperlukan
mengingat dalam tindakan pemadaman dibutuhkan SDM yang cukup
banyak disinilah peran MPA dan KTPA yang masuk dalam Tim
Pengendali Kebakaran. Manggala Agni adalah organisasi pengendalian
kebakaran hutan dan lahan pada tingkat Pemerintahan Pusat yang
mempunyai tugas dan fungsi pencegahan, pemadaman, penanganan
pasca kebakaran, dukungan evakuasi dan penyelamatan, serta
dukungan manajemen yang dibentuk dan menjadi tanggung jawab
Menteri.
1) Siap siaga.
2) Tanggap darurat menyediakan posko kesehatan bagi masyarakat, tenaga
medis yang wajib melayani masyarakat 24 jam, mengecek persediaan
masker, dan memperhatikan kondisi tempat pengungsian.
3) Transisi darurat bencana
4) Membuat Team Khusus Gerakan Cepat dan Satgas Kesehatan;
c. Upaya penanganan pasca kebakaran oleh pemerintah
14

Upaya penindakan pasca kebakaran hutan dan lahan di


laksanakan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yaitu dengan penindakan secara sanksi administratif, hak gugat
pemerintah, hak gugat masyarakat, hak gugat organisasi lingkungan
hidup dan pidana.Selain itu upaya pemulihan pasca kebakaran hutan
dan lahan dilakukan melaui suksesi alami, rehabilitasi vegetasi,
penndaan izi baru dan restorasi hidrologis yang menjadi tanggung
jawab pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat (termasuk
masyarakat hukum adat) dan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan. Penundaan pemberian izin baru dan penyempurnaan tata
kelola hutan alam primer dan lahan gambut menjadi sarana pemulihan
lahan pasca kebakaran hutan dan lahan.
1) Rehabilitasi:
2) Rekonstruksi sebenarnya tidak jauh beda dengan Rehabilitasi, tetapi
bedanya yakni pengembalian kepada kondisi yang semula, yang akan
dilaksanakan.
1)

B. Analisis Kasus Pada Skenario Lebih Mendalam


Berdasarkan kalimat pertama dan kedua “Kabut asap yang
menyelimuti sejumlah kawasan di Kalimantan Selatan semakin pekat. Hal
ini tentu saja berdampak pada kesehatan warga Banua” asap yang
mengandung senyawa-senyawa berbahaya seperti SO2, NO2, CO dan
03sehingga mengganggu fungsi pernapasan dan dapat mengganggu
kesehatan, terutama pada saluran pemafasan atas maupun bawah, dan
menyebabkan infeksi pare seperti bronchitis, edema pare dan
pneumonia sehingga menyebabkan ISPA (Sukana, 2015).
15

Pada kalimat selanjutnya “Jumlah penderita infeksi saluran


pernafasan akut (ISPA) di Kalsel pun bertambah. Dari sekian banyak
penderita ISPA, ada satu yang meninggal dunia. Yakni bayi perempuan
berusia kurang dari satu tahun dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Bayi dan
balita ini memang rentan terserang penyakit ISPA” Infeksi Saluran
Pernafasan Akut di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan
yang penting. karena Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia
untuk kasus pneumonia pada balita pada tahun 2006 dengan jumlah
penderita mencapai enam juta jiwa. ISPA selalu menempati urutan
pertama penyebab kematian pada kelompok balita, selain itu ISPA juga
sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak (Novesar, 2014).
Pada kalimat selanjutnya, “Kepala Bidang Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan
Benny Rahmadi tidak menampik adanya peningkatkan penderita ISPA di
bulan Agustus kemarin. Bahkan karena ISPA ini penderita bisa berujung
kematian jika tidak ditanggulangi sejak dini” Beberapa faktor resiko
terjadinya ISPA adalah faktor lingkungan, ventilasi, kepadatan hunian,
umur, berat badan lahir, status imunisasi dan faktor perilaku (Novesar,
2014).
Kalimat berikutnya menyatakan, “Ada sejumlah upaya untuk
penanggulangan penyakit ISPA atau pneumonia ini. Seperti mengetahui
atau mewaspadai pneumonia, influenza, gejala, dan cara penularan serta
pencegahannya. Kemudian melaksanakan perilaku hidup bersih yang
dapat mencegah pneumonia dan influenza. “Partisipasi masyarakat di
lingkungan sekitar juga sangat membantu. Laporkan bila ada kecurigaan
terhadap kasus pneumonia dan klaster kepada RT atau RW setempat.
Kita ingin masyarakat membantu penyebaran informasi ini,” tandasnya”.
Pengendalian ISPA memerlukan komitmen dari berbagai elemen,
16

antara lain pemerintah pusat, pemerintah daerah, dukungan lintas


program, lintas sektor serta peran dari masyarakat (Suni, 2019).

C. Rekomendasi dan Solusi


Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan
sesering mungkin serta menutup mulut dan hidung pada saat batuk
atau bersin. Gunakan tissue, sapu tangan, atau masker hidung saat
batuk atau bersin.
Pencegahan Melalui Peraturan menteri Kehutanan
nomor12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian KebakaranHutan
seperti organisasi masyarakat peduli api dankelompok peduli api.
Terjadinya ISPA karena kabut asap disebabkan oleh partikel yang
dihasilkan dari proses pembakaran serta asap dari hasil pembakaran
tersebut. Upaya primer dilakukan dengan cara menghilangkan sumber
masalah kesehatan, meminimalkan pajanan kabut asap serta
melakukan pola hidup bersih dan sehat. Sedangkan upaya sekunder
dikaitkan dengan deteksi dini seperti mengenali gejala-gejala dan
keluhan yang timbul, mempersiapkan obat-obatan untuk pertolongan
pertama, serta melakukan skrining berkala. Kebakaran hutan dan lahan
juga disebabkan oleh adanya aktivitas sekelompok masyarakat di
dalam kawasan hutan atau yang berbatasan kawasan hutan tersebut.
Adapun tujuannya membersihkan lahan untuk keperluan pertanian,
perladangan dan sebagainya. Kebakaran hutan dan lahan bisa juga
disebabkan oleh unsur ketidaksengajaan seperti faktor alam.
Diantaranya gesekan ranting dan dahan yangmenimbulkanpercikan api
sehingga menimbulkan kebakaran disekitarnya. \
Bila dikaitkan dengan lahan basah , Kebakaran lahan gambut
sangat berbahaya dan sulit dideteksi karena tipe kebakaran gambut
penjalarannya melalui bawah permukaan gambut dan membentuk
17

cekungan. Makin dalam lapisan gambut maka semakin banyak


kandungan sisa-sisa kayu, sehingga makin dalam lapisan gambut maka
tingkat resiko kebakaran juga makin tinggi. Perlu adanya pengawasan
yang lebih ketat dari Pemerinah Daerah, terutama ketika musim
kemarau menjelang musimhujan atau pada kemarau panjang, agar
pembukaanlahan untuk pertanian atau perkebunan tidakdilakukan
menggunakan(secara dibakar). Selain itu, perlu dilakukannya penelitian
lebih lanjutdengan mengkombinasikan faktor fisik, ekonomi, dan sosial
sebagai penyebab aktivitas pembakaranlahan yang dapat memicu
kemunculan titik api.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan. Infeksi saluran pernapasan akut atau
sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian
sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Penyebab utama terjadinya
ISPA adalah bakteri Streptococcus pneumoniae, namun pathogen yang paling
sering menyebabkan ISPA adalah virus atau gabungan dari virus dan bakteri.
Tingkat keparahan ISPA tergantung pada pathogen penyebab yang ditandai
adanya gejala atau infeksi ringan hingan gejala infeksi berat bahkan terjadi
kematian. Gejalanya meliputi demam, batuk dan sering nyeri tenggorok, pilek,
sesak napas, mengik, atau kesulitan bernapas. Infeksi saluran pernapasan akut
atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada
bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka pemerintah perlu
mengoptimalisasikan pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan untuk
mengurangi dampak kesehatan berupa kesakitan dan kematian dari penyakit
ISPA. Dalam pengendalian dampak pencemaran udara kaibat kebakaran hutan
terhadap kesehatan, pemerintah dapat mengikuti prosedur dari Keputusan
Mentri Kesehatan RI Nomor 289/Menkes/SK/III/2003, yang terdapat tiga fase
yaitu fase prakarhutla, fase karhutla dan fase pascakarhutla. Selain itu,
pemerintah dapat melibatan masyarakat secara langsung dalam suatu

18
kegiatan pengendalian kebakaran untuk mendorong kesadaran masyarakat
akan

19
20

pentingnya pengendalian kebakaran sejak dini di sekitar daerah mereka.


Selanjutnya, perlu pengoptimalisasi terkait promosi kesehatan mengenai
pancegahan dan pengendalian ISPA serta dalam hal penemuan kasus terkait
ISPA, agar mempermudah tenaga kesehan dalam proses surveilans, melalui
kader-kader kesehatan dari masyrakat.
DAFTAR PUSTAKA

Amarulah M, Nanik T, Adji S. Diponegoro Law Journal Volume 6, Nomor 3,


(2017). Implementasi Prinsip – Prinsip Hukum Lingkungan Internasional
Dalam Kebijakan Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Hutan Dan
Lahan Di Indonesia.

Awaluddin A. (2016). Keluhan Kesehatan Masyarakatakibat Kabut Asap


Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kota Pekanbaru. Jurnal Endurance, 1(1),
37-46.

Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika (2019). Musim Kemarau 2019 Di


Kalimantan Selatan Prakiraan Musim Kemarau 2019 Di Kalimantan
Selatan.

Burhan H. 2020. Menginisiasi Perilaku Positif Masyarakat Tentang Penyakit


ISPA di Desa Muntoi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad 2(1); 33-42.

Desi E, dkk. 2019. Hubungan Perilaku Tindakan Pencegahan Terhadap Kejadian


ISPA Saat Kabut Asap Di Kota Pontianak. Jurnal keperawatan dan ilmu
kesehatan tanjung pura 1(1); 1-11.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


289/MENKES/SK/III/2003.

Mahmudah, dkk. 2020. Peningkatan Perilaku Kesehatan Masyarakat terhadap


Bahaya ISPA di Wilayah Puskesmas Alalak Tengah. Jurnal Abdimas
Kesehatan (JAK) 2(3); 205-209.

Novesar, dkk. 2014. Pola kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Anak Air Padang tahun 2012. Jurnal kesehatan Andalas; 3(3): 339-342.

Panghiyangani R, dkk. 2017. Kesehatan masyarakat di lingkungan lahan basah.


CV IRDH. Malang.

Priwahyuni Y, dkk. 2020. Cegah Penyakit ISPA di Puskesmas Kecamatan Lima


puluh Kota Pekanbaru. Jurnal Pengabdian Untuk Mu Negeri 4(1); 54-59.
Sari N, dkk. 2019. Faktor risiko kejadian ispa pada anak balita di desa labuan
panimba kecamatan labuan kabupaten donggala. Jurnal kolaboratif sains
1(1); 29-37.

Setiawan, R. (2019). Colaborative badan penaggulangan bencana daerah kota


dumai dalam menaggulangi kebakaran lahan di kota dumai. Wedana:
Jurnal Kajian Pemerintahan, Politik dan Birokrasi, 5(2), 62-68.

Sukana, dkk. 2015. Kejadian ISPA dan Pneumonia akibat kebakaran hutan di
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Ekologi
Kesehatan; 14(3): 250.258.

Suni NSP. 2019. Strategi pengendalian ispa akibat kebakaran hutan dan lahan.
11(19): 13-18.

Yuliarti V & Irdayanti I. (2017). Peran Dinas Kota Pekanbaru Dalam


Menanggulangi Dampak Kabut Asap Kebakaran Hutan Di Kota
Pekanbaru. Kutubkhanah, 19(1), 15-34.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai