Oleh
KELOMPOK III
RINI KATIYA 1710912320060
RAHMIDA NURMIYANTI 1710912220032
RENA FITRIYANTI 1710912220034
MUHAMMAD ILHAM 1710912210024
ERMA MURDIANA 1710912320019
RICHA PRILIYANI 1710912320057
2020
MAKALAH
BELAJAR BERDASARKAN MASALAH (BBM)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN LAHAN BASAH
SKENARIO
“Ribuan Terserang ISPA di Kalsel, SUdah Satu Bayi Meninggal”
Disusun Oleh :
KELOMPOK III
Vina Yulia Anhar, SKM, MPH Adi Nugroho, SKM., M.Kes., M.Sc., Ph.D
NIP. 199310112019032023 NIP. 197911292005011001
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Belajar Berdasarkan Masalah
(BBM) Pemberdayaan Masyarakat Di Lingkungan Lahan Basah Skenario
“Cegah Penyebaran Virus Corona dengan Gerakan Hygiene dan Sanitasi
Penulis
DAFTAR ISI
iii
Halaman
COVER ...................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Skenario.......................................................................... 1
B. Analisa Kasus.................................................................. 1
1. Langkah 1.................................................................. 1
2. Langkah 2.................................................................. 2
3. Langkah 3.................................................................. 2
4. Langkah 4................................................................. 4
5. Langkah 5.................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus Berdasarkan Sasaran Belajar yang
Mengacu pada Pustaka Yang Relevan dengan Kasus.. 6
B. Analisa Kasus pada Skenario Lebih Mendalam............ 17
C. Rekomendasi dan Solusi................................................ 19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................... 21
B. Saran............................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Ribuan Terserang ISPA di Kalsel, Sudah Satu Bayi Meninggal
Kabut asap yang menyelimuti sejumlah kawasan di Kalimantan Selatan
semakin pekat. Hal ini tentu saja berdampak pada kesehatan warga Banua.
Jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Kalsel pun bertambah.
Dari sekian banyak penderita ISPA, ada satu yang meninggal dunia. Yakni bayi
perempuan berusia kurang dari satu tahun dari Hulu Sungai Selatan (HSS). Bayi
dan balita ini memang rentan terserang penyakit ISPA. Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan
Kalimantan Selatan Benny Rahmadi tidak menampik adanya peningkatkan
penderita ISPA di bulan Agustus kemarin. Bahkan karena ISPA ini penderita bisa
berujung kematian jika tidak ditanggulangi sejak dini. Ada sejumlah upaya untuk
penanggulangan penyakit ISPA atau pneumonia ini. Seperti mengetahui atau
mewaspadai pneumonia, influenza, gejala, dan cara penularan serta
pencegahannya. Kemudian melaksanakan perilaku hidup bersih yang dapat
mencegah pneumonia dan influenza. “Partisipasi masyarakat di lingkungan
sekitar juga sangat membantu. Laporkan bila ada kecurigaan terhadap kasus
pneumonia dan klaster kepada RT atau RW setempat. Kita ingin masyarakat
membantu penyebaran informasi ini,” tandasnya.
B. Analisa Kasus
Langkah 1. 1 . Klarifikasi/ Identifikasi Istilah (Clarify Term)
a. Identifikasi Istilah
b. Klarifikasi Istilah
1
2
Terhambatnya Peningkatan
Angka kesakitan tumbuh Menurunnya Berisiko terjadinya perawatan di RS
dan kematian khususnya penyakit
kembang anak sistem imun komplikasi penyakit
meningkat pernafasan
dan balita
A. Tinjauan Kasus
1. Konsep penyakit ISPA (definisi, penyebab, faktor risiko, pencegahan)
a. Definisi ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi
ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan. ISPA berlangsung
sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin
maupun udara pernafasan yang mengandung kuman
b. Penyebab ISPA
Penyebab utama terjadinya ISPA adalah bakteri Streptococcus
pneumoniae, namun pathogen yang paling sering menyebabkan ISPA
adalah virus atau gabungan dari virus dan bakteri.
6
7
(Sari, 2019).
c. Faktor Risiko ISPA
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit ISPA
adalah kondisi fisik rumah, kebersihan rumah, kepadatan penghuni dan
pencemaran udara dalam rumah. Selain itu juga faktor kepadatan
penghuni, ventilasi, suhu dan pencahayaan ikut berpengaruh pada
kejadian penyakit ISPA dalam suatu keluarga Sedangkan faktor-faktor
lain penyebab ISPA adalah kondisi lingkunga dan faktor penjamu.
Kondisi lingkungan yang pertama adalah polutan udara, adanya zat lain
di udara dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, terutama
pada saluran pernapasan. Yang kedua adalah kelembaban, dimana
kelembaban dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
mikroorganisme termasuk pathogen penyebab ISPA ( Sari, 2019).
d. Pencegahan ISPA
Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan cara
1. mencuci tangan sesering mungkin
2. menutup mulut dan hidung pada saat batuk atau bersin.
3. Gunakan tissue, sapu tangan, atau masker hidung saat batuk
atau bersin.
4. Langkah paling sederhana yang dapat dilakukan untuk
mencegah ISPA adalah beristirahat dan memiliki pola tidur yang
cukup.
5. perhatikan asupan cairan agar terhindar dari dehidrasi dan
tenggorokan tidak mengering.
6. Sebaiknya juga jauhkan diri dari asap rokok karena akan
memperparah kondisi ISPA.
7. Pencegahan ISPA dengan menemukan ISPA dan mengobati
ISPA, didukung pelayanna kesehatan yang memadai, lintas
program (program gizi seperti memberikan vitamin A, Fe untuk
8
5. Apakah berbeda ISPA yang disebabkan oleh kabut asap dengan ISPA
yang tidak disebabkan Kabut Asap? Jika berbeda, Mengapa?
Asap karhutla dapat terbagi menjadi dua efek, yaitu efek akut dan
efek kronik. Pada efek akut, pajanan utama yang berbahaya dari asap
adalah respons organ terutama pada balita. Efek akut tersebut
menyebabkan iritasi langsung seperti kesulitan bernapas, iritasi
tenggorokan, serta iritasi mata. Sedangkan efek kronik dapat memicu
infeksi paru-paru yang lama kelamaan menyebabkan kanker paru.
Selain menyerang organ pernapasan, partikel-partikel berbahaya yang
ditimbulkan dari kabut asap juga berdampak buruk pada kondisi
pembuluh darah dan jantung (PJK) (Awaluddin, 2016).
Perlu kita ketahui bahwa terjadinya ISPA dapat disebabkan oleh
berbagai etiologi. Etiologi ISPA dari segi biologis dapat terdiri dari 300
lebih jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur dan partikel asing.
Terjadinya ISPA karena kabut asap disebabkan oleh partikel yang
dihasilkan dari proses pembakaran serta asap dari hasil pembakaran
tersebut. Asap hasil proses pembakaran memiliki kandungan karbon
monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) , Sulfur dioksida (SO2), Ozon
(O3) dan partikulat matter (PM10). Partikulat adalah padatan atau
11
likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat tinggal di
atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping menganggu estetika,
partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke dalam sistem
pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan
kerusakan paru-paru. Partikel berukuran besar akan tertahan pada
saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil (inhalable) akan
masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang
lama (Awaluddin, 2016).
7. Bagaimana kebakaran hutan terjadi dan cara agar kebakaran hutan tidak
terjadi lagi? (pada masyarakat dan komunitas)?
Karhutla disebabkan oleh beberapa faktor yaity faktor alam dan
buatan, alam (petir) yang menyambar. Selain itu, aktifitas masyarakat
di kawasan hutan yang memebrsihkan lahan untuk pertanian, dsb.
Fenomena El-Nino, kandungan batubara dalam tanah. Cara
penanganannya diperlu adanya pengawasan dari Pemda saat musim
kemarau agar tidak ada yang membuka lahan, perlu adanya penelitian
lebih lanjut mengenai titik api karhutla.
Kondisi alam, dan perilaku manusia menyebabkan Karhutla di
dunia paling banyak sebenarnya disebabkan oleh manusia. Pencegahan
pemadaman dari nasional-daerah, adanya menara pengawas, dan
pemantapan perangkat lunak. Selain hal tersebut ada beberapa
pencegahan dari pemerintah untuk menangani kejadian karhutla.
a. Upaya Mitigasi Oleh Pemerintah Untuk Mengatasi Kebakaran Hutan Dan
Lahan Di Indonesia.
1) Menerbitkan peraturan peraturan yang dapat mencegah terjadinya
kebakaran hutan dan lahan.
2) Selain di tingkat nasional upaya pencegahan melalui peraturan perundang-
undangan juga di lakukan di tingkat daerah dengan menerbitkan peraturan
daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota tentang pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
3) Upaya pencegahan juga melalui sistem informasi tentang kemungkinan
peluang terjadinya suatu kebakaran yang terdistribusikan dengan baik ke
para stakeholder terkait hingga di tingkat lapangan.
4) Upaya lain yang dapat dilakukan dengan pelibatan masyarakat secara
langsung dalam suatu kegiatan pengendalian kebakaran dapat juga
13
A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan. Infeksi saluran pernapasan akut atau
sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian
sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Penyebab utama terjadinya
ISPA adalah bakteri Streptococcus pneumoniae, namun pathogen yang paling
sering menyebabkan ISPA adalah virus atau gabungan dari virus dan bakteri.
Tingkat keparahan ISPA tergantung pada pathogen penyebab yang ditandai
adanya gejala atau infeksi ringan hingan gejala infeksi berat bahkan terjadi
kematian. Gejalanya meliputi demam, batuk dan sering nyeri tenggorok, pilek,
sesak napas, mengik, atau kesulitan bernapas. Infeksi saluran pernapasan akut
atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada
bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka pemerintah perlu
mengoptimalisasikan pengendalian dan pencegahan kebakaran hutan untuk
mengurangi dampak kesehatan berupa kesakitan dan kematian dari penyakit
ISPA. Dalam pengendalian dampak pencemaran udara kaibat kebakaran hutan
terhadap kesehatan, pemerintah dapat mengikuti prosedur dari Keputusan
Mentri Kesehatan RI Nomor 289/Menkes/SK/III/2003, yang terdapat tiga fase
yaitu fase prakarhutla, fase karhutla dan fase pascakarhutla. Selain itu,
pemerintah dapat melibatan masyarakat secara langsung dalam suatu
18
kegiatan pengendalian kebakaran untuk mendorong kesadaran masyarakat
akan
19
20
Novesar, dkk. 2014. Pola kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Anak Air Padang tahun 2012. Jurnal kesehatan Andalas; 3(3): 339-342.
Sukana, dkk. 2015. Kejadian ISPA dan Pneumonia akibat kebakaran hutan di
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Ekologi
Kesehatan; 14(3): 250.258.
Suni NSP. 2019. Strategi pengendalian ispa akibat kebakaran hutan dan lahan.
11(19): 13-18.