Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

JURNAL READING BAYI BALITA DAN PRASEKOLAH

“PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN


SCABIES PADA ANAK DI PUSKESMAS SUKAMERINDU”

DISUSUN OLEH :
SHELLA ANDARI PUTRI
NPM: 2126060044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI STIKES TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK PROFESI READING JOURNAL TENTANG

“PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN


SCABIES PADA ANAK DI PUSKESMAS SUKAMERINDU”
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Bengkulu, Juli 2022

Mengetahui

Perseptor Akademik Perceptor Lahan Mahasiswa

Metha Fahriani SST M.KES Yulismita SST Shella Andari


Putri

ii
KATA PENGANTAR
Assalamu‟Alaikum Warahmatullahi Wa Barakaatuh
Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah Subhanallahu Watta’ala
Yang Telah Memberikan Berkah-Nya Sehingga Penulis Dapat Menyelesaikan
Penyusunan Reading Journal Berjudul “Pendidikan Kesehatan Tentang
Pencegahan Scabies Pada Anak Di Puskesmas Sukamerindu”
”.Penulis Menyadari Bahwa Keberhasilan Dalam Penyusunan Laporan
Hasil Reading Journal Ini Tidak Lepas Dari Bantuan, Bimbingan, Partisipasi Dan
Dukungan Dari Berbagai Pihak. Oleh Karena Itu, Pada Kesempatan Ini Penulis
Ingin Menyampaikan Terima Kasih Kepada:
1. Metha Fahriani Sst M.Kes Selaku Pembimbing Reading Journal Yang Telah
Membimbing Dan Memberikan Saran Dalam Pembuatan Reading Journal.
2. Yulismita Sst Selaku Perseptor Lahan Yang Telah Memberikan Saran Dan
Kritik Dalam Perbaikan Laporan Praktik Ini
3. Sumber Literature Dan Jurnal Ilmiah Yang Relevan Sebagai Referensi Dalam
Pembuatan Reading Journal.
Penulis Menyadari Dalam Penyusunan Reading Journal Ini Masih Belum
Sempurna, Sehingga Saran Dan Masukan Untuk Perbaikan Ini Sangat Penulis
Harapkan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barakaatuh
Bengkulu, Juni 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL................................................................................................ I
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... II
KATA PENGANTAR.............................................................................................. III
DAFTAR ISI............................................................................................................. IV
DAFTAR TABEL..................................................................................................... V
LAMPIRAN.............................................................................................................. VI
BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.................................................................................. 1
B. SKALA ......................................................................................................... 2
C. KRONOLOGI.............................................................................................. 2
D. SOLUSI......................................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. ASUHAN KEBIDANAN............................................................................. 5
B. TABEL READING JOURNAL.................................................................. 8
C. HASIL ASUHAN KEBIDANAN DAN READING JOURNAL............... 9
D. TEORI.......................................................................................................... 10
BAB III. SIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 12
B. SARAN ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
Daftar Tabel

Halaman

Tabel 1 Reading Jurnal.................................................... 8

v
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Jurnal

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prevalensi scabies yang tinggi umumnya ditemukan di lingkungan dengan
kepadatan penghuni dan kontak interpersonal tinggi seperti pondok pesantren,
penjara dan panti asuhan. Dampak yang timbul akibat scabies yang
disebabkan pada masalah personal hygiene meliputi frekuensi mandi, cuci
tangan, memakai sabun atau tidak, penggunaan pakaian dan handuk
bergantian, kebersihan alas tidur, kebersihan rambut, kebersihan kuku,
kebersihan gigi dan rongga mulut, perawatan kaki dan sepatu, kebersihan
mata, kebersihan telinga dan kebersihan hidung. Manifestasi klinis yang
biasanya ditimbulkan yakni berupa gatal yang biasanya parah dan akan
memburuk pada malam hari dan ada lecet atau benjolan kecil dan tipis di
kulit.Solusi dari pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pendidikan
kesehatan dan simulasi pencegahan scabies untuk mengubah atau
meningkatkan pengetahuan santri tentang pencegahan scabies.
Scabies adalah infestasi parasit pada kulit yang disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei. Di negara maju, wabah kudis sering terjadi di
tempat
tinggal dan panti jompo di mana mereka menyebabkan morbiditas dan
penderitaan yang signifikan. Siklushidup tungau kudis (S. scabiei var.
hominis) dimulai dengan betina hamil menggali ke dalam epidermis manusia
dan bertelur 2-3 butir per hari. (Akhmad Rizki DK 2022)
Prevalensi scabies di Indonesia menurut Depkes RI (2016) sebesar 5,60%-
12,96%. Scabies di indonesia menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit
tersering. Scabies sering terjadi di negara dengan iklim tropis, seperti Afrika
Amerika Selatan, karibia, Australia tengah dan selatan dan asia.

5
6

B. Skala
Timbulnya penyakit tersebut disebabkan kurangnya pemahaman oleh
santri tersebut serta kurangnya kebersihan diri, salah satu faktor yang dominan
yaitu kehidupan bersama dengan kontak langsung yang relatif erat pada
penderita scabies tersebut. Dan mereka hanya mengatakan bahwa jika terasa
gatal-gatal diseluruh badan mereka langsung ke Klinik untuk mendapatkan
pengobatan dan kalau sudah parah dibawa ke Puskesmas Pall 10.
C. Kronologi
Berdasarkan hasil survey kepada santriyang dilakuakn di Pondok
Pesantren Modern Al-Hidayahsantri mengatakan bahwa penyakit gatal-gatal
atau scabies sudah sering terjadi pada anak pesantren karena mereka hidup
secara bersamaan dapat terlihat dari kebiasaan santri seperti sering bergantian
pakaian, handuk, baju,selimut, bantal dengan santri lain, jarang mengganti
sprei, penggunaan sabun mandi secara bersamaan. Maka hal-hal ini dapat
mempermudah penularan penyakit scabies
D. Solusi
Pelaksanaan Pengabdian pada masyarakat dimulai dari pengajuan izin
pelaksanaan kepada Kepala Pesantren Modern Al-HidayahKota Jambi.
Sebelum memberikan pendidikan dan demonstrasi pencegahan Scabies
terlebih diberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan
meminta persetujuan. Kemudian diberikan pendidikan kesehatan tentang
Scabies dan pencegahanScabiesPesantren Modern AlHidayahdan demonstrasi
pencegahan Scabies kemudian dilanjutkan dengan menyusun program di
KlinikPesantren Modern Al-Hidayah.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

“ASUHAN KEBIDAN PADA AN. N USIA 4 TAHUN N DENGAN


SCABIES DI PKM SUKAMERINDU KOTA BENGKULU”

I. PENGKAJIAN DATA SUBJEKTIF


A. BIODATA
1. Biodata anak
Nama : An. A
Tanggal lahir : 19 juli 2017
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : Pertama
2. Biodata orang tua

ISTRI SUAMI

Nama : Ny. I Nama : Tn. A

Umur : 26 tahun Umur : 26 tahun

Alamat : surabya Alamat : Surabaya

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian

Agama : islam Agama : islam

Pendidikan : SMU Pendidikan : SMU

B. KELUHAN
Ny. S Anaknya Mengalami Gatal- gatal pada bagian tangan dan kaki.
8

C. RIWAYAT KESEHATAN
Ibu mengatakan anaknya tidak sedang sakit dan keluarga tidak ada
yang menderita TBC, asma, DM, dan HIV/AIDS
D. RIWAYAT IMUNISASI

Hb0 BCG DPT/ DPT/ DPT/ CAMP DPT/HB CAMP


HB 1 HB 2 HB 3 AK AK
polio 1 LANJUT
polio2 polio3 polio4

Ya ya ya Ya Ya Ya ya Ya

E. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Nutrisi
a. makan
 Pola makan : 2-3x/hari
 Jenis makanan : nasi, lauk dan sayuran
 Porsi : setengah piring
 Alergi makanan : tidak ada
b. minum
 Jenis cairan yang diminum : air putih dan susu
 Jumlah cairan : 6-7 gelas/hari,susu 1-2x/hari
2. BAB
 Frekuensi  : 1x sehari
 Konsistensi : Lunak
3. BAK
 Frekuensi : 3-4x sehari
 Warna : kuning jernih
4. Istrirahat dan tidur
9

Ny. I mengatakan tidur malam 8-10 jam


5. Personal hygiene
a. Mandi : 2x/hari
b. Gosok gigi : 3x/hari
c. Ganti pakaian : 2x/hari
6. Aktivitas fisik
Ibu mengatakan anaknya sibuk bermain dan tidur.
7. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Usia 3 bulan bisa mengangkat kepala setinggi 45ᵒ dan
menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
b. Usia 4 bulan sudah bisa berbalik dari mulai telungkup ke telentang
dan dapat mengangkat kepala 90ᵒ.
c. Usia 7 bulan sudah bisa duduk sendiri dengan sikap bersila dan
mulai belajar merangkak.
d. Usia 8 bulan sudah bisa mengeluarkan suara mamama, bababa,
dadada.
e. Usia 9 bulan sudah mulai belajar berdiri dengan kedua kaki.
f. Usia 10 bulan dapat berjalan dengan dituntun.
g. Usia 12 bulan sudah bisa berjalan sendiri tanpa dibantu.
h. Usia 18 bulan bisa menirukan pekerjaan rumah tangga dan
memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri.
i. Usia 30 bulan bisa mengenakan t-shirt, menyebut nama teman,
meniru garis vertical, dan menyebut 4 gambar
j. Usia 3 tahun anak mampu menggambar sebuah lingkaran dan
loncat
II. PENGKAJIAN DATA OBJEKTIF
A. Keadaan umum : baik
B. Kesadaran : CM
10

C. Antropomentri
1. BB : 20 Kg
2. TB : 98 cm
D. TTD
1. Suhu : 36
2. N : 86 x/menit
3. RR : 24 x/menit
E. Pemeriksaan fisik
1. Kepala : rambut bersih, tidak berkotembe, tidak ada oedema dan
tidak rontok
2. Muka : bersih, tidak pucat dan tidak ada oedema
3. Mata : tidak ada eodema, conjungtiva merah muda, sclera putih
4. Hidung : bersih, tidak ada scret dan tidak ada benjolan
5. Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran dan tidak ada kelainan
6. Mulut : mulut bersih, tidak ad stomatitis, tidak ada caries
7. Leher : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran vena jugularis
dan kelenjar limfae
8. Abdomen : simetris, tidak ada bekas operasi
9. Ekstremitas Atas-Bawah : Terdapat luka lecet,
III. ANALISIS
An. A umur 5 tahun dengan Scabies.
IV. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan Hasil Pemeriksaan
2. Menjelaskan Bahwa Gatal gatal yang dialami anaknya adalah scabies
atau kudis
3. Menjelaskan pada ibu untuk tidak memakai handuk yang sama,atau
peralatan yang sama.
11

4. Menjelaskan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan rumah


terutama tempat tidur seperti kasur.
5. Menyakan kembali apakah ibu sudah paham atau belum dengan
penjelasan
6. Memberikan therapy permetrin,cetirizine,gentamicin saleb kulit.
7. Mejelaskan kepada ibu memberikan permetrin dengan mengoleskan
keseluruh tubuh.
8. Melakukan dokumentasi
8

A. Tabel Reading Journal


Tabel 1 Reading Journal
Nama Jurnal Judul Populasi Intervensi Comparasion Outcome Time
Penulis

Hasyim Jurnal Pendidikan Santri di Pondok Kurangnya - Penularan penyakit 2021


Kadri¹, Abdimas Kesehatan Pesantren Modern Pendidikan scabies dapat

Salvita Kesehatan Tentang Al-Hidayah Kota Kesehatan terjadi biasanya


Pencegahan Jambi Tentang melalui : kontak
Fitrianti² (JAK)Vol
Scabies pada Pencegahan langsung, misalnya
3, No 1,
Santri di Scabies pada : tidur bersama,
Januari
Pondok Santri di bermain bersama,
2021 Doi :
Pesantren Pondok perawat/dokter
10.36565/j Modern Al- dengan penderita
Pesantren
ak.v3i1.15 Hidayah Kota Modern Al- anak–anak dengan
3 p-ISSN: Jambi Hidayah Kota pengasuhnya, dan
2655-9266 Jambi lain–lain. Alat–
e-ISSN: alat tidur misalnya
2655-9218 selimut, alas kasur
9

(sprei), bantal.
Pakaian, misalnya
sering tukar-
menukar pakaian.
Handuk, misalnya
handuk yang
dipakai bersama,
lingkungan yg
kurang bersih dan
ketersediaan air
bersih
B. Hasil Asuhan Kebidanan
Berdasarkan pada kasus An. I Usia 5 tahun dengan scabies . Data
subyektif adalah ibu mengatakan anaknya mengalami gatal gatal pada bagian
tangan dan kaki data obyektif didapatkan dari pemeriksaan fisik yaitu
terdapat seperti kudis pada bagian tangan dan kaki. Menjelaskan Bahwa
Gatal gatal yang dialami anaknya adalah scabies atau kudis Menjelaskan pada
ibu untuk tidak memakai handuk yang sama,atau peralatan yang sama,
Menjelaskan kepada ibu untuk tetap menjaga kebersihan rumah terutama
tempat tidur seperti kasur, Menyakan kembali apakah ibu sudah paham atau
belum dengan penjelasan Memberikan therapypermetrin,cetirizine,gentamicin
saleb kulit, Mejelaskan kepada ibu memberikan permetrin dengan
mengoleskan keseluruh tubuh
Pada kasus menurut tinjauan pustaka dan data subyektif yang harus ada
pada An. I usia 5 tahun anak tidak mengalami komplikasi. Jadi dalam
pengkajian tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus. Dari kasus diatas ibu sudah mengerti apa saja yang diinstruksikan oleh
petugas kesehatan.
C. Teori
1. Pengertian Kudis

Kudis, atau scabies, adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes


scabiei. Tungau tersebut bereproduksi pada permukaan kulit, lalu masuk ke dalam
kulit untuk bertelur, sehingga menyebabkan rasa gatal. Timbulnya rasa gatal dan
keinginan menggaruk dapat lebih parah di malam hari. Penyakit ini terbilang
sangat mudah menular dan menyebar dengan cepat, terlebih jika seseorang
melakukan kontak fisik dekat dengan pengidapnya. Meski begitu, kudis dapat
dengan mudah diobati yang mampu membunuh tungau serta telurnya pada kulit.

2. Penyebab Kudis

Penyebab scabies adalah tungau jenis S. scabiei yang menginvasi kulit. Tungau
ini biasanya terdapat di seprai, gorden, bantal, atau pakaian orang yang terinfeksi.

10
Saat bersembunyi di bawah kulit, tungau membuat terowongan sebagai tempat ia
menyimpan telur. Saat telur menetas, larva tersebut dapat muncul ke permukaan
kulit dan menyebar ke area kulit lainnya, bahkan pindah ke orang lain. Gatal yang
timbul karena penyakit ini merupakan reaksi tubuh terhadap tungau, telur, serta
kotorannya. Kontak fisik dekat dengan seseorang yang mengidap penyakit ini,
seperti berbagi pakaian atau tidur satu ranjang dapat meningkatkan risiko
terinfeksi kudis. Rutin membersihkan tempat tidur dan tidak berbagi-pakai
pakaian sangat penting untuk mencegah penularan.

3. Faktor Risiko Kudis

siapa pun dapat terkena kudis, tetapi risikonya lebih tinggi pada beberapa orang,
seperti:

a) Hidup berkelompok, seperti pesantren, penjara, atau berkeluarga.

b) Memiliki daya tahan tubuh yang lemah.

c) Mengonsumsi steroid.

d) Sedang menjalani kemoterapi.

e) Orang dewasa yang aktif secara seksual.

f) Untuk anak-anak, kerap berada di fasilitas penitipan.

4. Gejala Kudis

Gejala scabies yang muncul bisa bervariasi, tergantung jika sudah pernah


terserang tungau sebelumnya atau belum. Saat seseorang terkena tungau kudis
pertama kali, diperlukan waktu sampai 2-6 minggu hingga gejalanya terlihat.
Jangka waktu tersebut akan lebih pendek pada serangan berikut nya karena sistem
kekebalan tubuh lebih cepat bereaksi, yaitu 1-4 hari.

Nah, gejala yang paling umum saat seseorang mengalami kudis, antara lain:

a) Rasa gatal yang parah, terutama di malam hari.

11
b) Alami ruam menyerupai jerawat.

c) Terdapat sisik atau lecet pada kulit.

d) Alami luka akibat garukan.

Rasa gatal dapat memburuk di malam hari karena itu adalah momen tungau
kudis menaruh telurnya ke dalam kulit. Gatal sering dirasakan di sela-sela jari,
ketiak, selangkangan, dan daerah lipatan lain. Selain gatal, ruam dan jejak seperti
galian yang tipis dan tidak teratur juga bisa muncul ketika tungau menggali ke
dalam kulit. Ruam akibat kudis juga bisa menjadi luka bila pengidap menggaruk
kulitnya. Hati-hati, luka terbuka bisa menyebabkan impetigo. Kudis berkrusta
juga dikenal sebagai kudis Norwegia, yaitu bentuk kudis serius yang
menyebabkan gejala kulit yang parah. Orang yang terkena scabies berkrusta akan
mengalami gejala berupa kerak yang meluas, abu-abu, dan tebal.

5. Diagnosis Kudis

Dokter kemungkinan dapat mendiagnosis kudis hanya dengan melakukan


pemeriksaan fisik dan memeriksa area kulit yang menimbulkan gejala. Pada
beberapa kasus, dokter bisa memastikannya dengan cara mengeluarkan tungau
dari kulit dengan jarum. Cara lain yang bisa dilakukan jika tungau tidak
ditemukan adalah dengan mengikis sebagian kecil kulit sebagai sampel jaringan.
Setelah itu, pemeriksaan sampel tersebut dilakukan di bawah mikroskop untuk
memastikan jika benar ada tungau atau telurnya. Selain itu, dokter juga dapat
melakukan pemeriksaan dengan tinta (Burrow Ink Test) untuk membantu
menemukan jalur liang pada kulit yang dibuat tungau. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara menjatuhkan tinta pulpen ke area kulit yang dirasa ditempati tungau.
Setelah itu, tinta kemudian dihapus dan beberapa tinta ada yang masuk ke dalam
terowongan yang dibuat tungau. Terowongan tersebut dapat terlihat jelas dengan
mata telanjang setelahnya. Inilah indikasi jika seseorang terserang kudis.

12
6. Pengobatan Kudis

Kudis dapat diobati dengan menggunakan beberapa jenis obat. Beberapa krim
dan losion bisa didapatkan melalui resep dokter. Obat kudis biasanya dioleskan di
sekujur tubuh, dari leher ke bawah, lalu dibiarkan selama setidaknya 8 jam.

Dokter juga akan menganjurkan semua anggota keluarga dan orang terdekat
pengidap untuk mengonsumsi obat tersebut meskipun tidak menunjukkan tanda-
tanda tertular scabies. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran scabies. Obat
krim digunakan untuk mengatasi penyakit ini dengan membunuh tungau dan
telurnya. Namun, ada baiknya untuk berdiskusi dengan dokter terlebih dahulu
terkait tindakan pengobatan ini. Sebab sebagian obatnya tidak boleh digunakan
oleh anak-anak atau wanita hamil. Walaupun obat tersebut membunuh tungau
dengan cepat, tapi rasa gatal mungkin tidak sepenuhnya hilang selama beberapa
minggu.

7. Komplikasi Kudis

Komplikasi yang dapat terjadi adalah impetigo. Hal ini disebabkan garukan
yang kuat sehingga merusak kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri
sekunder. Impetigo sendiri adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus atau kadang bakteri streptococcus.

Bentuk kudis yang lebih parah juga dapat terjadi yang disebut dengan kudis
berkrusta. Pada seseorang yang mengalami kudis hanya memiliki 10 hingga 15
tungau pada kulitnya. Namun, jika seseorang alami kudis berkrusta, tungau telah
berkembang biak hingga jutaan.

8. Pencegahan Kudis

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah infestasi ulang dan
mencegah penyebaran penyakit ini pada orang lain, yaitu:

13
a) Membersihkan pakaian dengan benar. Gunakan air sabun panas untuk
mencuci semua pakaian, handuk, dan seprai yang digunakan dalam waktu
tiga hari sebelum perawatan dilakukan. Keringkan pakaian tersebut dengan
panas tinggi.

b) Pisahkan barang yang tidak bisa dicuci. Cobalah untuk memisahkan


barang-barang yang tidak dapat dicuci ke dalam kantong plastik tertutup
dan letakkan di tempat yang terpisah, seperti garasi. Diamkan selama
beberapa minggu agar tungau mati setelah beberapa hari tidak
mendapatkan makanan.

Selain itu, berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah
kudis:

a) Jaga kebersihan dengan baik, termasuk tempat tidur.

b) Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi. 

14
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil reading journal dapat ditarik kesimpulan bahwa Tingkat pengetahuan
secara tidak langsung berhubungan dengan kejadian skabies melalui perilaku
hidup sehat. Diharapkan dengan informasi tentang penyakit skabies siswa
dapat merubah perilaku kesehatan menjadi baik agar terhindar dari penyakit
tersebut
.
B. Saran
Hasil reading journal ini dapat mencegah Penularan penyakit scabies
dapat terjadi biasanya melalui : kontak langsung, misalnya : tidur bersama,
bermain bersama, perawat/dokter dengan penderita anak–anak dengan
pengasuhnya, dan lain–lain. Alat– alat tidur misalnya selimut, alas kasur
(sprei), bantal. Pakaian, misalnya sering tukar-menukar pakaian. Handuk,
misalnya handuk yang dipakai bersama, lingkungan yg kurang bersih dan
ketersediaan air bersih

15
DAFTAR PUSTAKA

Andareto Obi. (2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta : Pustaka Ilmu
Semesta. Depkes RI. (2016). Angka Kejadian Masalah Scabies.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinkes Kota Jambi. (2018). Angka


Kejadian Masalah Scabies. Dinas Kesehatan Kota Jambi. Hidayat, A.A.A.
2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika. Kemenkes RI. (2014).

Kadri, Hasyim, and Salvita Fitrianti. "Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan


Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Modern Al-Hidayah Kota
Jambi." JurnalAbdimas Kesehatan (JAK) 3.1 (2021): 72-75.

Konsep Personal Hygiene Pada Anak-Anak. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia. Maharani. (2015). Penyakit Kulit. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press. Notoatmodjo. 2012.

Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Puspitasari. (2018). Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Susanto R Clever. (2013).

Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta : Nuha Medika Puspitasari. (2018).


Penyakit Kulit. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Healthline. Diakses Pada 2022. Everything You Need To Know About Scabies.

Mayo Clinic. Diakses Pada 2022. Scabies.

Medical News Today. Diakses Pada 2022. Scabies: Images, Symptoms, And
Treatments.

Webmd. Diakses Pada 2022. Scabies: Pictures Of Rash & Mites, Symptoms,
Treatment.

16
LAMPIRAN
wwwww e-ISSN: 2550-0813 | p-ISSN: 2541-657X | Vol 8 No 5 Tahun 2021 Hal. : 960-966
-

NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial


available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index

PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PENDERITA PENYAKIT SCABIES


DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB BATURAJA

M. Anugrah Bimantara, Padmono Wibowo

Politeknik Ilmu Pemasyarakatan Abstrak

Scabies adalah penyakit kulit yang diakibatkan oleh tungau atau parasit untuk manusia.
Penyebaran penyakit scabies imi umumnya terjadi melaui kontak fisik langsung antar kulit
manusia atau melalui pakian, handuk dan peralatan tidur serta melakukan pola hidup yang tidak
sehat. Jumlah penderita penyakit scabies di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB meningkat dari bulan
September ke bulan oktober sebesar 15,75 %. Metode penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri
dari referensi jurnal, buku dan hasil penelitian sebelumnya. Alat pengumpulan data menggunakan
wawancara dan menggunakan kepustakaan data. Hasil dari penelitian ini terdapatnya pelayanan
kesehatan yang belum efektif yang dilakukan oleh penghuni Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Baturaja, ini dikarenakan masih banyaknya Warga Binaan Pemasyarakatan yang menganggap
remeh penyakit scabies dan tidak melakukan pola hidup sehat.

Kata Kunci: Pelayanan Kesehatan, Scabies, Rumah Tahanan Negara

960
*Correspondence Address : mangurah00@gmail.com
DOI : 10.31604/jips.v8i5.2021.960-966 © 2021UM-
Tapsel Press

961
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

PENDAHULUAN Republik Indonesia Nomor 32 Tahun


Negara Indonesia adalah neara 1999 menyebutkan lembaga yang berada
yang telah memlki aturan yang diatur di bawah Kementrian Hukum dan Hak
dalam Undang-Undang Dasar dan Asasi Manusia harus melaksanakan
memliki Norma-norma hukum pada pelayanan pada kesehatan narapidana
Negara. Setiap manusia yang telah ataupu Tahanan. Hal ini dikarenakan
melanggar hukum, akan mendapatkan Narapidana dan Tahanan yang
sanksi baik sanksi hukum maupun sanksi merupakan Warga Binaan
soasial.yang sering terjadi di Indonesia Pemasyarakatan (WBP) sangat mudah
adalah kasus pemerkosaan, penculikam, terkena serangan berbagai penyakit
pembunuhan dan lain-lain. Orang yang dikarenakan pola hidup yang tidak
telah melanggar hukum yang telah bersih dan kurang layak.
ditetapkan pada hukum tertulis, akan di Banyaknya penyakit pada Lapas
bawake dalam Lembaga Pemasyarakatan dan Rutan diakibatkan lebihnya
(Lapas) ataupun Rumah Tahanan Negara kapasitas warga binaan, pelayanan
(Rutan) demi melakukan sanksi dan kesehatan yang belom memenuhi standar
menjalani hukuman. serta penundaan pemberian layanan
Rumah Tahanan Negara adalah kesehatan. Rumah Tahanan Negara Kelas
tempatnya terdakwa ditahan dalam IIB merupakan salah satu yang
menjalani selama proses penyelidikan, memberikan pelayanan kesehatan secara
penuntutan,dan pemeriksaan di mandiri dengan menyediakan poliklinik
pengadilan di Indonesia. Rutan berfungsi dan bekerjasama dengan Pusat Kesehatan
untuk melakukan perrawatan tahanan Masyarakat Sekar Jaya, Rumas Sakit
sebelum menjadi Narapidana dan fungsi Pemerintah Baturaja. Pelayanan pada
dari Lapas ialah membina para pelaku kesehatan di Rutan Kelas IIB Baturaja
yang melanggar hukum agar dapat tergolong belum memadai dikarenakan
menjadi lebiih baik dan diterima di jumlah tenaga kesehatan berjumlah 2
masyarakat kembali. Perbahan fungsi orang perawat, belum terdapat dokter
pada Rutan telah di dasari oleh Surat baik umum maupun spesialis. Selain itu
Keputusan Menteri Keakiman No. juga ketidak lengkapan fasilitas seperti
M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang belum adanya ruang rawat inap, obat-
penetapan Lapas sebaga Rutan. Ketika obatan masih terbtas, fasilitas alat bantu
Narapidana menjalani kehidupan di pada orang yang cacat masih terbatas
Lapas ataupun di Rutan mereka hanya yang wajib melayani 402 Warga Binaan
mengalami kehilangan kebebasan Pemasyarakatan. Data laporan setiap
bergerak atau kemerdekaan bergerak, bulan di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
selalu terkontrol atas hidupnya, Baturaja menyebutkan terjadinya
terbatasnya hidup bersama keluarga peningkatan pada penyakit scabies pada
barang dan jasaserta hubungan seksual bulan Agustus sebanyak 85 orang dan
atar pasangan yang telah melakukan bulan September sebanyak 105 orang di
pernikahan. Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Kesehatan merupakan salah satu Baturaja. Pemenuhan kebutuhan
terpenting dalam tantanan sosal pada pelayanan kesehatan pada penyakit
setip mahkluk hidup, yang menjadikan scabies menjadi aspek penting dalam
kebutuhan pokok pada masyarakat agar proses perawatan pelayanan warga
tidak terjdi kesakitan baik secara fisik, binaan pemasyarakatan, sehingga dapat
mental, sosial dan terhindar dari menekankan angka penyakit scabies
kecacatan (Suyono dan Budiman, tersebut.
2010:1). Peraturan Pemerintahan

962
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

Berdasarkan hal yang dijelaskan gatal yang hebat, munculnya bercak


diatas, maka peneliti merasa tertarik merah pada kulit dan, pada kasus yang
untuk melakukan penelitian tentang parah, keluarnya luka. Scabies biasanya
PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP menyebar melalui kontak dengan kulit
PENDERITA PENYAKIT SCABIES DI atau alat-alat seperti pakaian, dll.
RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB
BATURAJA. Adapaun permasalahan pada SCABIES PADA WARGA BINAAN
penelitian ini adalah PEMASYARAKATAN
a. Factor apa saja yang 1. Pengetahuan Pengetahuan
membuat penyakit scabies Warga binaan
menjadi terbanyak di Rumah Pemasyarakatan tentang cabbies ii
Tahanan Negara Kelas IIB sedikit rendah karenak jika pengetahuan
Baturaja tinggi mereka akan lebih hati-hati dalam
b. Bagaimana pelayanan atau menerapkan gaya hidup sehari-hari yang
penanganan terhadap baik. Hal ini membuat Petugas Rumah
wargabinaan yang terdampak Tahanan Negara Kelas IIB Baturaja selalu
penyakit scabies mengadakan penyuluhan kesehatan
terkain penyakit scabies maupun
METODE PENELITIAN penyakit lainnya yang agar diharapkan
Penelitian ini merupakan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
penelitian kualitatif dengan pendekatan Baturaja menekankan penyakit dan
yuridis normative. Sumber data dalam membuat pola hidup sehat untuk Warga
penelitian ini menggunakan data Binaan Pemaasyarakatan.
sekunder yang terdiri dari referensi
jurnal, buku dan hasil penelitian 2. Faktor Perilaku
sebelumnya. Alat pengumpulan data a) Menggunakan pakaian
menggunakan wawancara dan bergantian
menggunakan kepustakaan data. Teknik Warga Binaan
pada pengolaan data dilakukan secra Pemasyarakatan di Rumah
kualitatif. Sifat penelitian ini pada Tahanan Negara Kelas IIB
dasarnya dilakukan secara deskriptif Baturaja biasanya
untuk menggambarkan apa saja memakai pakian
kebutuhan pelayanan kesehatan bergantian baik pakaian
penderita penyakit scabies di Rumah sehari-hari, alat sholat, alat
Tahanan Negara Kelas IIB Baturaja. mandi, tidur bersama
Setelah itu, dilakukan secara prefektif dengan jarak yang sangat
untuk menelaah dan memberikan saran- berdekatan, mamaki
saran terkait proses formulasi dalam selimut tidur secara
konteks pembaruan sistem pelayanan bersama-sama dan
kesehatan warga binaan mencuci pakaian dengan
pemasyarakatan. bersama-sama dengan
Warga Binaan
PEMBAHASAN Pemasyarakatan yang
Scabies adalah pemyakit kulit sedang menderita
yang disebabkan oleh Sercoptes scabiei var penyakit scabies hal ini
hominis. Tungau ini adalah parasit membuat penyebaran
obligat untuk manusia, scabies tidak penyakit scabies cepat
hanya menular dengan penyakit seksual menyebar dengan sesama
semata-mata (Habif, 2007). Penyakit Warga Binaan
scabies ini biasanya ditandai dengan rasa Pemasyarakatan
963
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

layak di Rumah Tahanan


b) Melakukan hal dengan Negara Kelas IIB Baturaja
bersama-sama dengan
jarak berdekatan b) Kepadatan Lingkungan Hal
ini biasanya membuat Kepadatan hunian pada
perkembangan penyakit Rumah Tahanan Negara
scabies lebih cepat terlutar Kelas IIB Baturaja
antar Warga Binaan dianggap tinggi, karena
Pemasyarakatan kapasitas yang seharusnya
seharusnya Warga Binaan 262 orang kini diisi 402
Pemasyarakatan yang oarng. Idealnya perkamar
sedang mengalami dihuni 3-4 bahka 5 orang
penyakit scabies menjaga kini bisa diisi 10-15 orang
jarak dengan sesama dalam satu kamar.
Warga Binaan Kepadatan hunian ini
Pemasyarakatan agar adalah syarat yang mutlak
penyebaran penyakit ini untuk kesehatan Warga
dapat di minimalisir Binaan Pemasyarakatan.
terhadap Warga Binaan Selain kepadatan hunian
Pemasyarakatan di Rumah mengkibatkan pada
Tahanan Negara Kelas IIB kelembapan, suhu,
Baturaja ventilasi, pencahayaan
matahari juga
3. Faktor Lingkungan berpengaruh dalam
a) Kondisi air penyebaran penyakit
Air merupakan komponen scabies. lingkungan yang
penting
bagi kehidupan makhluk PELAYANAN KESEHATAN DI
hidup, karena makhluk RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB
hidup tidak dapat hidup BATURAJA
tanpa air. Air untuk Hak dan kewajiban harus
konsumsi manusia harus dihormati bagi seluruh masyarakat
berasal dari air bersih dan umum dan masyarakat, khususnya bagi
aman yang telah disetujui narapidana yang tinggal baik di Lapas
oleh Menteri Kesehatan maupun Rutan, dalam undang-undang
Republik Indonesia No. no. 12 Tahun 1995 tentang
416/Menkes/Per/IX/199 Pemasyarakatan dan Peraturan
0. Kondisi air di Rumah Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Tahanan Negara Kelas IIB 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata
Baturaja terbilang Cara Penegakan Hak-Hak Narapidana
lumayan bersih karena Pemasyarakatan memuat salah satu
Rumah Tahanan Negara isinya menjelaskan bahwa mendapatkan
Kelas IIB Baturaja pengobatan adalah baik perawatan
mengambil sumber air rohani maupun juga perawatan jamani.
yang bersih di PDAM Pemberian perawatan rohani
pemerintah daerah di dilaksankan dengan Kepala Lapas dan
Baturaja, hal ini di lakukn Rutan bekerjasama dengan instansi yang
karena tidak adanya berwenang melalui pembinaan rohani
sumur atau mata air yang dan pendidikan karakter oleh pejabat
yang ditunjuk atau ditetapkan oleh
964
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

kepala. Perawatan fisik yang memenuhi penderita terjaga seoptimal


syarat untuk masuknya narapidana ke dan sebaik mungkin.
penjara terdiri dari olahraga dan d. Pelayanan kegiatan
rekreasi, membeli pakaian, kesehatan rehabilitatif,
mendapatkan peralatan tidur dan mandi, kegiatan untuk
dan menerima layanan kesehatan seperti mengembalikan bekas
obat-obatan di klinik Lapas ataupun penderita kedalam
Rutan. masyarakat sehingga dapat
Pelayanan kesehatan adalah diterima dimasyarakat dan
segala bentuk pelayanan atau program di berguna bagi banyak
bidang kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat sesuai dengan
pegawai dan narapidana dan dilakukan bidang ke ahlian masing-
secara sendiri-sendiri atau bersama- masing.
sama dalam organisasi. Pelayanan
kesehatan yang ditawarkan di Rutan Agar pelayanan kesehatan
Kelas IIB Baturaja antara lain: terwujud secara optimal, Rumah
a. Pelayanan kesehatan Tahanan Negara Kelas IIB Baturaja
promotif, kegiatan atau diperlukan sistem pelayanan kesehatan
rangkaian kegiatan seperrti sebagai berikut :
pelayanan kesehatan yang a. Sumber Daya Manusia di
lebih mengutamakan Bidang Kesehatan Kewenangan
kegiatan yang bersifat untuk memberikan
promosi kesehatan, metode pelayanan kesehatan dilaksanakan
ini biasanya digunakan pada sesuai dengan bidang spesialisasi
penyampaian dan pelatihan masing-masing. Untuk mencapai
dari pegawai untuk Warga pemerataan pelayanan kesehatan, perlu
Binaan Pemasyarakatan diatur penugasan tenaga kesehatan. Di
b. Pelayanan kesehatan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
preventif, kegiatan Baturaja tergolong sedikit untuk petugas
pencegahan terhadap suatu yang memiliki keahlian di bidang
masalah pada kesehatan atau kesehatan, terdapat 2 orang perawat hal
penyakit, bentuk kegiatan ini ini membuat idak efektif nya pelayanan
biasanya dilakukan sceerning kesehatan di Rumah Tahanan Negara
awal ; pemeriksaan fisik, Kelas IIB Baturaja karena tidak
laboratorium dan ronrgen. seimbangnya penghuni atau Warga
Kemudian pemeriksaan fisik Binaan Pemasyarakatan dengan petugas
yang bersifat berkala dan pelayanan kesehatan yang membuat
berkesinambungan ; Perawat kerepotan jika ada keluhan sakit
pemeriksaaan medis awal dari Warga Binaan Pemasyarakatan
terhadap tahanan baru dan
kunjungan regular ke sel b. Unit Pelayanan Kesehatan
c. Pelayanan kesehatan kuratif, Pelayanan kesehatan di Rumah
pengobatan yang ditujukan Tahanan Negara Kelas IIB Baturaja ini
untuk masing-masing Warga dilakukan pada Polklinik walaupun
Binaan Pemasyarakatan yang terdapat Pusat Kesehatan Masyarakat
bertujuan guna (Puskesmas) yang membantu Pelayanan
penyembuhan penyakit kesehatan di Rumah Tahanan Negara
ataupun pengendalian Kelas IIB Baturaja, tetapi keamandirian
kecacatan agar kualitas Unit pelayanan kesehatan tetap
diperlukan khususnya untuk Warga
965
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

Binaan Pemasyarakatan karena dalam f. Penctatan Pelaporan


hal ini mereka di dalam lingkungan Pencatatan pelaporan sangat
tertutup. diperlukan untuk tersedianya data dan
informasi kesehatan di Rumah Tahanan
c. Upaya Pelayanan Kesehatan Negara Kelas IIB Baturaja, hal ini
Upaya ini di Rumah Tahanan dilakukan agar melhat meningkat atau
Negara Kelas IIB Baturaja ini untuk menurunya suatu penyakit yang dialami
memelihara dan meningkatkan derajat oleh Warga Binaan Pemasyarakatan di
kesehatan bagi Warga Binaan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB
Pemasyarakatan sehingga dilakukan Baturaja. Serta melihatnya langkah-
kegiatan-kegiatan yang membuat pola langkah yang dilakukan oleh petugas itu
hidup Warga Binaan Pemasyarakatan mengalami kenaikan atau penurunan
agar lebih baik lagi. Kegiatan dilakukan pada suatu penyakit di Rumah Tahanan
secara terpadu, agar dapat melakukan Negara Kelas IIB Baturaja
pencegahan pada penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatann penyakit serta PENCEGAHAN
pemulihan kesehatan oleh petugas Setiap Warga Binaan
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pemasyarakatan yang menjadi penghuni
Baturaja. diRumah Tahanan Negara Kelas IIB
Baturaja, mendapatkan mengobatan baik
d. Sistem Rujukan penderita dengan cara melaporkan diri di
Sistem rujukan di Rumah Poliklinik Rumah Tahanan Negara Kelas
Tahanan Negara Kelas IIB Baturaja IIB Baturaja. Kemudian Perawat yang
melakukan kerja sama dengan bertugas akan memberikan obat- obatan
Puskesmas Sekar Jaya dan Rs. yang membantu penyembuhan penyaik
Pemerintah yang ada di Baturaja, hal ini scabies atau penyakit lainnya, kemudian
diharapkan pengiriman dan penerimaan perawat akan memberikan arahan terkait
pasien ke tempat rujukan agar apasaja yang harus dihindirai dalam
dipermudah yang sesuai dengan standar tahap penyembuhan. Selain itu juga,
operasional peraturan yang dibuat. Dan Pihak dari Rumah Tahanan Negara Kelas
Warga Binaan Pemasyarakan di Rumah IIB Baturaja akan memberikan
Tahanan Negara kelas IIB Baturaja pengarahan terhadap semua Warga
dimudahkan melaksanakan sistem Binaan Pemasyarakatan di Rumah
rujukan saat sakit. Tahanan Negara Kelas IIB Baturaja.
Kemudian, petugas member arahan
e. Obat-obatan dan Peralatan untuk tidak memakai pakaian dan alat
Kesehatan sholat dengan bergantian, menjaga jarak
Obat-oabatan dan peralatan saat tidur dan melakukan pemberisihan
kesehatan di Rumah Tahanan Negara lingkungan baik dalam maupun di luar
Kelas IIB Baturaja sangat diperlukan dala kamar hunian. Hal ini agar para Warga
pelayanan kesehatan, hal ini membuat Binaan Pemasyarakatan di Rumah
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Tahnan Negara Kelas IIB Baturaja
Baturaja kesulitan untuk mendapatkan terhindar dan menekankan angka
obat-obatan dan peralatan dalam jumlah penyakit scabies maupun penyakit lainnya.
banyak dengan itu adanya kerja sama
dengan instansi lain agar mendapatkan PENUTUP
obat yang diinginkan sesuai dengan Rumah Tahanan Negara adalah
penyakit yang di derita oleh Warga tempatnya terdakwa ditahan dalam
Binaan Pemasyarakatan menjalani selama proses penyelidikan,

966
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

penuntutan,dan pemeriksaan di DAFTAR PUSTAKA


pengadilan di Indonesia. Rutan berfungsi Liambana, Endang Sri Mulyawati dkk.
untuk melakukan perrawatan tahanan (2021). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Melalui
Media Video Terhadap Upaya Pencegahan
sebelum menjadi Narapidana. Perbahan Penyakit Skabies Di Pesantren Immim Putra
fungsi pada Rutan telah di dasari oleh Makassar. Journal Of Health Quality
Surat Keputusan Menteri Keakiman No. Development, 1(1), 1-9.
M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang
penetapan Rutan sebaga pembinaan. Hak Griana, Tias Pramesti. (2013). Scabies :
Penyebab, Penanganan Dan Pencegahannya. El-
dan kewajiban harus terpenuhi bagi Hayah, 4(1), 37-45.
seluruh masyarakat umum dan
masyarakat khususnya bagi Warga Rikiyanto dkk. (2016). Panduan Bagian
Binaan Pemasyarakatan yang tinggal baik Program Pendidikan Profesi Ilmu Kesehatan Kulit
& Kelamin. (Karya Tulis Ilmiah, Universitas
di Lapas maupun Rutan, pada Undang-
Muhammadiyah Yogyakarta, 2016).
Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan dan Peraturan Mahfudzo. (2018). Kebutuhan (Need)
Pemerintah Republik Indonesia Nomor Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada Penderita
32 Tahun 1999 Tentng syarat dan Tata Penyakit Scabies Di Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Kelas IIA Jember. (Disertasi Doktoral,
cara pelaksanaan hak Warga Binaan
Universitas Jember, 2018).
Pemasyarakatan terdpat salah satu isi
yang menjelaskan bahwa mendapatkan Delfani, Rama. (2020). Faktor-Faktor
perawatan baik perawatan rohani Yang Mempengaruhi Kejadian Skabies Pada
maupun juga perawatan jamani. Hal ini Remaja : Sebuah Tinjauan Sistematis. (Skripsi ,
Universitas Bina Husada, 2020).
membuat petugas pelayanan kesehatan
untuk memecahkan masalah pada
pelayanan kesehatan terutama penyakit
scabies dikarenakan banyaknya
penularan pada Warga Binaan
Pemasyarakatan di Rumah Tahanan
Negara Kelas IIB Baturaja.

Saran
Penulis berharap dengan adanya
hasil penelitian ini dapat bermanfaat
bagi petugas, terutama dalam pemecahan
masalah yang sedang dijalami oleh
Rumah Tahanan Negara maupun
Pemasyarakatan kedepannya. Jangkauan
informasi terkait penyakit scabies ini
juga dapat diperluas mencakup seluruh
baik pada penghuni maupun juga
petugas Rumah Tahanan Negara Kelas
IIB Baturaja. Agar dapat memahami serta

967
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 8 (5) (2021): 960-966

melakukan praktik pola hidup sehat dan


pencegahan penularan penyakit scabies.

968

Anda mungkin juga menyukai