Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Transfusi Pada


Pasien Thalasemia
E. Sri Indiyah Supriyanti1, Meri Risma Mariana2
1,2Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sint Carolus
Jln. Salemba Raya no 41 Jakarta -10440
Telp: (021) 390444. Email : sri.indiyah@yahoo.com

Abstrak

Penyakit Thalasemia di Indonesia cenderung meningkat pada tahun 2010 tercatat ada sekitar 5.050 jumlah
penduduk yang menderita thalasemia. Penyakit thalasemia memerlukan transfusi seumur hidup dan mempunyai
efek samping pengobatan yang cukup serius. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan transfusi pada pasien thalasemia.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan
sampel yang digunakan total sampling yakni sebanyak 68 responden. Kriteria responden adalah yang sudah
melakukan transfusi 3 kali berturut turut. Hasil dianalisis dengan menggunakan uji statistic Chi Square diperoleh
tidak ada hubungan yang berkmakna antara tingkat kepatuhan dengan umur (P=0,598), jenis kelamin (P=0,586),
pekerjaan orang tua (P=0,269), lama sakit (P=0,458), penyakit penyerta (P=0,635), penanggung jawab
pembayaran (P=0,584); serta ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kepatuhan transfusi
dengan nilai(P=0,045). Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan orang tua dengan kepatuhan transfusi
(P=0,009). Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya peningkatan pengetahuan pasien Thalasemia tentang
penyakit Thalasemia juga efek samping yang dapat terjadi.

Kata kunci : kepatuhan, thalasemia, transfusi

Abstract

Thalassemia disease in Indonesia tends to increase in the year 2010 noted approximately 5,050 population of
thalassemia. Thalassemia disease requires a lifetime of transfusion and has a fairly serious treatment with side
efficiency. It can be determined by many factors. Aim of this study was to identify the factors associated with
transfusion in thalassemia patients. This research is a correlative descriptive study with a cross-sectional
approach. Sampling techniques used in the sample is a total of 68 respondents. The criteria of the respondent
are that the transfusion has 3 consecutive attempts. The results were analyzed using the Chi-Square statistic
test obtained no meaningful relationship between levels of compliance with age (P = 0,598), gender (P =
0,586), parental work (P = 0,269), long illness (P = 0,458), soreness disease (P = 0,635 ), the charge of
payment (P = 0,584); And there is a meaningful relationship between education and transfusion compliance
with value (P = 0,045). There is a meaningful relationship between parental knowledge and transfusion
obedience (P = 0,009). The recommendation of this study is the need to increase the knowledge of thalassemia
patients on thalassemia disease.

Keywords : compliance, thalassemia, transfusion

607
Vol. 9 No.2 Juni 2019 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Pendahuluan
Salah satu penyakit kronis pada anak transfusi ini tumbuh secara normal.3 Perawatan
adalah penyakit thalasemia. Penyakit ini dan pengobatan yang dilakukan dalam jangka
merupakan penyakit kelainan darah yang panjang dapat menyebabkan kejenuhan bagi
disebabkan oleh gangguan produksi penderita dan keluarganya.5
hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin
Beberapa faktor yang mempengaruhi
berkurang.1 Prevalensi carrier thalassemia yang
kepatuhan itu adalah: Usia, jenis kelamin, suku
paling tinggi di wilayah mediterania adalah
bangsa, pekerjaan, pendidikan, penyakit
Negara Irak dan Saudi Arabia yaitu antara 1-
penyerta, efek samping terapi, penerimaan dan
155 sedangkan prevalensi carrier di Asia
penangkalan terhadap penyakit, agama,
antara lain di Singapura 4%, Hongkong 2,8%,
budaya, akomodasi, dukungan keluarga,
Srilangka 2,2%, dan diikuti oleh India 2,17%.2
interaksi dengan petugas kesehatan,
Thalasemia diturunkan dari orangtua pengetahuan, status ekonomi orang tua, dan
kepada anaknya melalui gen. Jika kedua orang penanggung jawab pembayaran.6 Sejalan
tua adalah pembawa sifat thalasemia ada dengan penelitian Rahayu, Waluyo dan
kemungkinan 50% anak pembawa sifat Supardi banyak hal mempengaruhi tingkat
thalasemia (minor) sedangkan 25% menderita kepatuhan diantaranya dukungan keluarga,
thalasemia mayor dan 25% lagi anak akan faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor
normal. Namun, bila salah satu dari orang tua akomodasi, serta faktor lingkungan dan sosial.7
pembawa sifat, dan satunya lagi normal, maka disamping itu seorang anak yang masuk rumah
kemungkinan 50% anak menjadi pembawa sakit akan mengalami perasaan cemas akibat
sifat thalasemia, sedangkan 50% lagi hospitalisasi.8 Kepatuhan para penderita
kemungkinan anak akan normal.3 thalasemia terhadap instruksi dokter
Indonesia menjadi salah satu negara menyebabkan terkadang pasien thalasemia
dengan angka kejadian thalasemia yang tinggi. datang sudah dalam keadaan kadar hemoglobin
Berdasarkan data yang didapat dari Lembaga (Hb) yang sudah sangat rendah (<5 gr/dl),
Eijkman angka kejadian thalasemia alpa di sesak, dan sangat lemah. Sehingga tujuan dari
Indonesia sekitar 2,6-11%, banyak ditemukan penelitian ini adalah tentang faktor faktor yang
di Pulau Sulawesi, pada suku Bugis atau suku berhubungan dengan kepatuhan pasien
Kajang. Thalasemia beta, dengan pembawa thalasemia untuk transfusi.6
sifat terbanyak ditemukan di Pulau Sumatera, Metode
dan sekitar hampir 10% di daerah Palembang.
Penelitian ini menggunakan metode
Di Pulau Jawa angka pembawa sifat sebesar
kuantitatif dengan disain cross sectional.
5%.4
Populasi dalam penelitian meliputi seluruh
Di Pusat Thalasemia anak RSX pasien thalasemia yang telah melakukan
didapatkan data distribusi pasien thalasemia transfusi pada 1 Januari 2013 sampai dengan
berjumlah 1.067 jiwa dengan rentang umur 31 desember 2013. Adapun jumlah populasi
kurang dari 2 tahun sampai dengan lebih dari sebanyak 817. Sampel yang digunakan adalah
25 tahun. Penderita perempuan berjumlah 55% total sampling. Jumlah pasien dalam 1 tahun di
dan laki-laki 45% adapun distribusi pasien pusat Thalasemia RSCM 817:12=68. Jadi
thalasemia berdasarkan jenisnya adalah 50.9% jumlah sampel pada penelitian ini 68 orang.
thalasemia beta, 6% thalasemia beta/HbE, 2% Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus s/d
thalasemia alfa dan 0.5% thalasemia lainnya Desember 2013 di Pusat Thalasemia Anak
Hingga saat ini thalasemia belum dapat di RSCM dengan menggunakan data sekunder
sembuhkan cara pengobatan satu-satunya yang dan data primer oleh karena itu alat pengumpul
dapat dilakukan adalah transfusi darah secara data yang di gunakan adalah rekam medik
teratur biasanya sekali dalam empat minggu. pasien dan kuisioner pada pasien dan keluarga
Pada umumnya anak-anak yang menjalankan yang melakukan transfusi. Analisis data yang
digunakan adalah Chi square (karena
membandingkan skala ukur nominal dan
ordinal ) dengan derajat kemaknaan(α) 5%=
0,05.

608
E. Sri Indiyah Supriyanti Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Hasil
Dari peneitian yang telah dilakukan pendidikan, lamanya penyakit, penanggung
didapatkan hasil yang yang mengenai distribusi jawab pembayaran, kepatuhan transfusi,
dari karekteristik responden yang terdiri dari pengetahuan orang tua dan intervensi petugas.
umu, jenis kelamin,

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu (n=68)

Variabel Frekuensi Presentasi


Umur
0 -5 thn 19 27,9%
6 -12 thn 49 72,1%
Jenis Kelamin
Laki-laki 42 61.8%
Perempuan 26 38.2%
Pendidikan
Tdk sekolah 22 32,4%
SD 41 60,3%
SMP 5 7,4%
Pekerjaan
Bekerja 47 69.1%
Tidak bekerja 21 30.9%
Lamanya Penyakit
1-5 tahun 27 39.7%
≥ 6 tahun 41 60,3%
Penyakit Penyerta
Ada 49 72,1%
Tidak ada 19 27.9%
Penanggung jawab pembayaran
Ada 65 95.6
Tidak ada 3 4.4
Kepatuhan transfusi
Patuh 11 16.2%
Tidak Patuh 57 83.8%
Pengetahuan orang tua
Baik 46 67.6
Buruk 22 32.4
Interaksi petugas
Melakukan 40 58.8
Tidak Melakukan 28 41.2
Total 68 100

Mayoritas responden memiliki


Pada tabel 1 di atas dapat di lihat bahwa penanggung jawab pembayaran sebanyak 65
mayoritas responden berusia 6-12 tahun responden (95,6%). Responden mayoritas tidak
sebanyak 49 responden (72,1%). Responden patuh dalam melakukan tranfusi sebanyak 57
mayoritas berjenis kelamin kali-laki sebanyak 42 responden (83,8%). Pengetahuan orang tua
responden (61,8%). Tingkat pendidikan mayoritas baik sebanyak 46 responden (67,6%).
responden SD sebanyak 41 responden (60,3%). Mayoritas petugas melaklukan interkasi terhadap
Mayoritas orang tua responden bekerja sebanyak responden sebnyak 40 (58,8).
47 (69,1%). Lamanya responden menderita Hasil bivariate dalam penelitian ini
penyakit thalasemia ≥ 6 tahun sebanyak 41 ditampilkan pada table 2 yaitu terkait hubungan
responden (60,3%). Mayoritas responden berbagai karakteristik individu dengan kepatuhan
memiliki penyakit penyerta sebanyak 49 transfusi
responden (72,1%).

609
Vol. 9 No.2 Juni 2019 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Tabel 2. Hubungan Karakteristik Individu Berhubungan Dengan Kepatuhan Transfusi (n=68)

Variabel Tingkat Kepatuhan Nilai p


Patuh Tidak patuh Total
N % N % N %
Umur
0 – 5thn 4 21,1 15 78,9 19 100 0,598
6 – 12thn 7 14,3 42 85,7 49 100
Jenis kelamin
Laki-laki 7 16,7 35 83,3 42 100 0,586
Perempuan 4 15,4 22 84,6 26 100
Pendidikan
Belum sekolah 6 27,3 16 72,7 22 100 0,045
SD 3 7,3 38 92,7 41 100
SMP 2 40,2 3 60 5 100
Pekerjaan
Bekerja 9 19,1 38 80,9 47 100 0,269
Tidak bekerja 2 9,5 19 90,5 21 100
Lamanya sakit
1 -5 tahun 5 18,5 22 81,5 27 100 0.458
≥ 6 tahun 6 14,6 35 85,4 41 100
Penyakit penyerta
Ada 8 16,3 41 83,7 49 100 0.635
Tidak ada 3 15,8 16 84,2 19 100
Penanggungjawab pembayaran
Ada 11 16,9 54 83,1 65 100 0.584
Tidak ada 0 0 3 100 3 100
Pengetahuan orang tua
Baik 11 23,9 35 76,1 22 100 0.009
Buruk 0 0 22 100 46 100
Interaksi petugas kesehatan
Melakukan 4 10 36 90 40 100 0.094
Tidak melakukan 7 25 21 75 28 100
Dari tabel 2 di atas dapat di lihat bahwa P=0,045 (nilai p<0.05) yang berarti hipotesa
responden yang berumur 6-12 tahun dan patuh Ha diterima. Responden memiliki oarng tua
sebanyak 7 orang (14.3%). Hasil uji statistic yang bekerja dan patuh melakukan transfuse
chi square di diperoleh nilai p= 0,598 > 0.05, sebanyak 9 orang (19.1%).
maka Ha di tolak sehingga dapat disimpulkan
Dari uji statistik chi- square diketahui
bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan
tidak ada hubungan yang bermakna antara
kepatuhan transfusi pada anak dengan
pekerjaan dengan tingkat kepatuhan transfusi
thalasemia. Responden yang berjenis kelamin
pada pasien thalasemia dengan P=0,269 (nilai
laki-laki dan patuh sebanyak 7 orang (16.7%).
p>0.05), yang berarti hipotesa adalah Ha
Dari uji statistik chi square diketahui tidak ada
ditolak. Responden mengalami sakit ≥ 6 tahun
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dan patuh sebanyak 6 orang (14.6%). Hasil uji
dengan tingkat kepatuhan transfusi pada pasien
statistik chi square diketahui tidak ada
thalasemia dengan nilai P=0,586 (P>0,005),
hubungan yang bermakna antara lamanya sakit
yang berarti Ha ditolak. Responden yang
dengan tingkat kepatuhan transfusi pada pasien
belum bersekolah dan patuh sebanyak 6 orang
thalasemia dengan P=0,458 (nilai p>0.05).
(27.3%). Hasil uji statistik chi square
Responden memiliki penyakit penyerta dan
menyatakan ada hubungan yang bermakna
patuh sebanyak 8 oarng (16.3%), hasil uji uji
antara pendidikan dengan tingkat kepatuhan
statistik chi square diketahui tidak ada
transfusi pada pasien thalasemia dengan
610
E. Sri Indiyah Supriyanti Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia
hubungan antara penyakit penyerta dengan tinggi selama satu tahun diperkirakan sebesar
tingkat kepatuhan transfusi pada pasien tiga ratus juta rupiah oleh karena itu
thalasemia dengan P=0,418 (nilai P>0.05) pendapatan orang tua sangat berperan dalam
dengan kesimpulan Ha ditolak. Responden mendukung program pengobatan pada pasien
yang memiliki penanggung jawab pembayaran thalassemia. Distribusi frekuensi berdasarkan
dan patuh sebanyak 11 orang (16.9%), hasil uji lamanya penyakit menunjukan jumlah
statistik chi square menyatakan tidak ada responden yang terbesar berdasarkan lamanya
hubungan yang bermakna antara penanggung sakit sebanyak 41 orang (60,3%) adalah 6 – 10
jawab pembayaran dengan tingkat kepatuhan tahun. Penyakit thalasemia adalah penyakit
transfusi pada pasien thalasemia dengan kronik yang diderita pasien seumur hidup.
P=1.000 (nilai p>0.05). Responden yang Semakin patuh pasien thalasemia untuk
memiliki orang tua berpengetahuan baik dan transfusi angka harapan hidupnya semakim
patu sebanyak 11 orang (23.9%), dari uji tinggi.
statistik chi square diketahui ada hubungan
Jumlah responden yang mempunyai
yang bermakna antara pengetahuan orang tua
penyakit penyerta adalah 49 orang (72,1%).
dengan tingkat kepatuhan transfusi pada pasien
Komplikasi yang ada pada pasien thalasemia
thalasemia dengan P=0,009 (nilai p>0.05).
adalah hepatomegali, kardiomegali,
Responden yang tidak merasakan bahwa
hipersplenomegali. Dari kuisioner yang di
petugas melakukan interaksi dan patuh
dapat pada pasien Thalasemia yang melakukan
sebanyak 7 orang (25%). Hasil uji statistic chi
transfusi di Pusat thalasemia RS X, jumlah
square di diperoleh nilai p= 0,094 > 0.05,
terbesar adalah hipersplenomegali yang terjadi
maka Ha di tolak sehingga dapat disimpulkan
karena penumpuk zat besi di organ limpa.
bahwa tidak ada hubungan antara interaksi
petugas dengan kepatuhan transfusi pada anak Jumlah responden yang memiliki
dengan thalasemia. penanggung jawab pembayaran sebesar 95,6%.
Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
Pembahasan
pengobatan thalasemia membuat orang tua
Hasil analisis univariat menggambarkan kesulitan dalam menjalani program
distribusi frekuensi dari variabel-variabel pengobatan. Upaya yang diberikan oleh
penelitian yaitu umur, jenis kelamin, pemerintah untuk memberikan kemudahan
pendidikan, pekerjaan orang tua, lamanya dalam pembiayaan salah satunya adalah
penyakit, penyakit penyerta, penanggung JAMPELTHAS, jaminan yang khusus
jawab pembayaran, kepatuhan transfusi, diberikan pada pasien thalasemia.
interaksi petugas, dan pengetahuan orang tua.
Sebanyak 83,8% responden tidak patuh
Distribusi umur menunjukkan bahwa 49
transfusi sehingga datang dengan kadar
responden (72,1%) melakukan transfusi di
haemoglobin yang rendah (<8gr/dL). Hal ini
pusat thalasemia berumur 6-12 tahun.
berdampak pada pertumbuhannya oksigenasi
Thalasemia mayor dapat didiagnosa pada janin
ke otak sehingga terjadi penurunan kemampuan
dan neonatus manifestasinya muncul pada
intelegensi. Faktor yang dianggap berperan
bayi umur 6-12 bulan bayi tampak pucat,
dalam kecepatan pertumbuhan anak thalasemia
iritabilitas, anoreksia, demam dan sering
adalah keteraturan atau kepatuhan transfusi.
mengalami pembesaran abdomen.
Sebesar 67,6% orang tua responden
Distribusi berdasarkan jenis kelamin mempunyai pengetahuan yang baik.
didapatkan 42 responden (61.8%) yang Pengetahuan yang kurang optimal meliputi
melakukan transfusi di pusat thalasemia di RS thalasemia adalah penyakit menahun dan
X berjenis kelamin laki-laki. Penyakit pasien thalasemia bisa mengalami gangguan
thalasemia adalah penyakit keturunan yang pertumbuhan sehingga pasien terlihat lebih
diturunkan orangtuanya. Penyakit ini dapat di kecil dari teman sebaya.
turunkan pada anak laki – laki atau perempuan
Sebesar 58,8% responden merasakan
dalam perbandingan yang sama. Setiap jenis
interaksi petugas kesehatan. Hasil analisis
kelamin sama sama berkemungkinan
pernyataan menunjukkan bahwa sebesar 2.9%
mentransmisikan keadaan tersebut baik kepada
perawat mengingatkan kembali untuk datang
keturunan laki – laki maupun perempuan.
transfusi. hal ini memang jarang dilakukan
Pekerjaan orang tua menunjukkan bahwa petugas kesehatan mungkin disebabkan pasien
orang- tua anak yang melakukan transfusi 47 yang datang adalah pasien yang sudah sering
orang (69.1%) adalah bekerja. Biaya mendapatkan transfusi jadi mereka berpikir
pengobatan untuk pasien thalasemia sangat tanpa di ingatkan mereka sudah datang sendiri.

611
Vol. 9 No.2 Juni 2019 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Hubungan antara umur dengan tingkat Terdapat hubungan yang bermakna antara
kepatuhan transfusi pendidikan dengan tingkat kepatuhan transfusi
pada pasien thalasemia dengan P=0,045 (nilai
Pada uji statistic chi square di ketahui
p<0.05) yang berarti hipotesa Ha diterima.
tidak ada hubungan yang bermakna antara
umur dengan tingkat kepatuhan p= 0.598 (nilai Pendidikan adalah suatu proses
P>0.05). Tidak adanya hubungan antara umur pertumbuhan, perkembangan atau perubahan
dengan kepatuhan pada penelitian ini kearah lebih dewasa lebih baik atau lebih
disebabkan karena umur responden pada matang pada diri individu, kelompok atau
penelitian ini masih sangat muda sehingga masyarakat. Semakin tinggi pendidikan
mereka belum menyadari penting nya transfusi seseorang maka semakin terbuka terhadap
bagi dirinya oleh karena itu peranan orang tua informasi sebaliknya jika pendidikan rendah
masih sangat besar dengan kata lain kepatuhan maka akan menghambat perkembangan
mereka untuk menjalani transfusi sangat terhadap informasi.10
tergantung dengan orang dewasa disekitarnya
Adanya hubungan yang bermakna antara
antara lain orang tua.
pendidikan dan kepatuhan disebabkan karena
Hasil penelitian ini berbeda dengan pendidikan berbanding lurus dengan
penelitian yang dilakukan oleh Budiman di pengetahuan dan akan diikuti dengan
RS.Dr. M Jamil Padang, yang mengatakan kepatuhan yang baik. Seseorang yang
adanya hubungan yang bermakna antara umur mempunyai pendidikan yang tinggi lebih
dan kepatuhan dengan nilai P=0.027 (p<0.05). mengerti saat di berikan informasi dan
Rata rata umur pasien yang lebih tua lebih tentunya merespon informasi tersebut.
banyak yang patuh di banding yang tidak Pendidikan adalah proses dalam rangkaian
patuh. Hasil penelitian ini sejalan dengan mempengaruhi. Makin tinggi pendidikan
pendapat Anggraeni (2009) menyimpulkan makin mudah menerima informasi kesehatan.11
tidak ada hubungan yang bermakna antara Sebaliknya orang yang berpendidikan rendah
umur dengan kepatuhan dengan nilai sulit menerima informasi sehingga sulit
P=0,261(P<0,05).9 membuat mereka patuh pada program
transfusi. Pada penelitian ini responden yang
Hubungan antara jenis kelamin dengan berpendidikan SMP lebih patuh karena mereka
tingkat kepatuhan transfusi sudah lebih mengerti arti transfusi buat
mereka. Semakin mereka patuh maka tubuh
Dari uji statistik chi square diketahui
mereka akan semakin sehat sehingga mereka
tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis
bisa beraktifitas seperti teman sebaya mereka.
kelamin dengan tingkat kepatuhan transfusi
Bagi remaja penyakit dapat mengganggu
pada pasien thalasemia dengan nilai P=0,586
kemandirian sehingga mereka tidak ingin jatuh
(P>0,005), yang berarti Ha ditolak.
dalam keadaan sakit atau lemah. Hubungan
Tidak adanya hubungan antara jenis yang semakin akrab dengan teman-teman
kelamin dengan kepatuhan transfusi pada sehingga mereka tidak mau kehilangan waktu
penelitian ini di sebabkan karena Penyakit ini bersama teman untuk itu mereka patuh
dapat di turunkan pada anak laki – laki atau terhadap transfusi agar selalu sehat. Usia
perempuan dalam perbandingan yang sama. remaja juga sudah mulai menyadari kalau
Sehingga jenis kelamin tidak terlalu mereka tidak patuh transfusi akan berpengaruh
berpengaruh terhadap kepatuhan transfusi. kepada citra diri mereka warna kulit menjadi
Hasil penelitian ini berbeda dengan kelabu dan bentuk rahang akan maju kedepan
pendapat dari seorang ahli yang mengatakan tentunya hal ini mempengaruhi body image
bahwa jenis kelamin termasuk faktor yang mereka, sehingga mereka sangat patuh
mempengaruhi kepatuhan.. Hal ini disebabkan terhadap transfusi.
anak perempuan mempunyai sifat tidak ingin Hubungan antara pekerjaan orang tua
menjadi beban orang lain, penurut dan takut dengan tingkat kepatuhan transfusi
terhadap hukuman sehingga lebih mudah untuk
Dari uji statistik chi- square diketahui
diberi pengertian tentang manfaat program
tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengobatan.6
pekerjaan dengan tingkat kepatuhan transfusi
Hubungan antara pendidikan dengan pada pasien thalasemia dengan P=0,269 (nilai
tingkat kepatuhan transfusi p>0.05), yang berarti hipotesa adalah Ha
ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan

612
E. Sri Indiyah Supriyanti Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia
penelitian Wulandari yang menyimpulkan sedikit sehingga membuat mereka tetap
tidak ada hubungan yang bermakna antara semangat. Berbeda halnya dengan mereka yang
pekerjaan dengan kepatuhan dengan nilai menderita lebih dari 5 tahun mungkin sudah
P=0.782.12 ada komplikasi yang membuat semangat
mereka turun dan merasa tidak ada gunanya
Menurut peneliti kepatuhan pada transfusi
patuh terhadap transfusi karena penyakit tak
lebih tinggi pada orang tua yang bekerja karena
kunjung sembuh. Disinilah pentingnya kita
orang tua yang bekerja pasti mempunyai
sebagai petugas kesehatan memberikan
penghasilan yang dapat sudah pasti sangat
pendidikan kesehatan tentang Thalasemia dan
dibutuhkan pada program pengobatan.
memberikan dukungan baik kepada pasien
Besarnya biaya pengobatan pada pasien
maupun keluarganya. Keluarga perlu
thalasemia membuat orangtua harus berupaya
dipersiapkan untuk mendampingi pasien
keras agar mempunyai dan yang cukup untuk
karena penyakit ini sampai saat ini belum ada
itu mereka harus bekerja untuk mendapatkan
penyembuhannya. Disarankan agar pasien ikut
uang. Bila orangtua tidak bekerja tentunya
dalam perkumpulan Thalasemia sehingga
tidak ada penghasilan yang bisa digunakan
mereka dapat berbagi pengalaman atau saling
untuk mendukung program therapi. Saat ini
mendukung sesama penderita Thalasemia
untuk program transfusi pemerintah sudah
demikian juga dengan sesama keluarga
memberi kemudahan dengan membebaskan
Thalasemia agar saling menguatkan.
biaya transfusi. Sementara untuk biaya
transportasi ke rumah sakit dan biaya makan Hubungan antara penyakit penyerta dengan
menjadi tanggungan orangtua yang tentunya kepatuhan transfusi
tidak sedikit terutama bagi pasien yang tinggal
Dari uji statistik chi square diketahui
di luar Jakarta. Sehingga tidak jarang mereka
tidak ada hubungan antara penyakit penyerta
menunda transfusi sampai ada uang untuk
dengan tingkat kepatuhan transfusi pada
berangkat ke rumah sakit, yang mengakibatkan
pasien thalasemia dengan P=0,418 (nilai
mereka datang sudah dengan kadar
P>0.05) dengan kesimpulan Ha ditolak. Hasil
haemoglobin yang rendah. Jika mereka punya
penelitian ini sejalan dengan penelitian
penghasilan tentunya hal ini bisa dihindari.
Budiman yang menyatakan tidak ada hubungan
antara penyakit penyerta dengan kepatuhan
transfusi dengan nilai P= 0.633.5
Hubungan antara lamanya sakit dengan
kepatuhan transfusi
Dari uji statistik chi square diketahui Efek samping dari pengobatan
tidak ada hubungan yang bermakna antara menimbulkan masalah kesehatan yang lain
lamanya sakit dengan tingkat kepatuhan sehingga sangat berpengaruh terhadap
transfusi pada pasien thalasemia dengan kepatuhan, semakin tidak menyenangkan efek
P=0,458 (nilai p>0.05). Hal ini sejalan dengan samping yang timbul semakin tidak patuh
penelitian fatmawati yang menyimpulkan tidak pasien berobat. Hasil penelitian didapatkan
ada hubungan antara durasi penggunaan obat hubungan yang bermakna antara ada tidaknya
dengan kepatuhan pengobatan dengan nilai p- efek samping dengan kepatuhan berobat pasien
value = 0,375 dan OR = 1,572.13 Penelitian ini yang diterapi tamoxifen (p< 0,05). Hasil
ini tidak sejalan dengan penelitian yang penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian
dilakukan oleh Syamsiah yang menyimpulkan yang dilakukan Budiman dimana didapatkan
adanya hubungan yang bermakna antara pasien yang berhenti terapi tamoxifen karena
lamanya sakit dengan kepatuhan dengan nilai efek samping obat.9 Hal ini disebabkan
P= 0,01 semakin lama seseorang mengidap perbedaan populasi yang diwakili dan
suatu penyakit semakin tidak patuh terhadap perbedaan jumlah sampel.
program terapi hal ini mungkin disebabkan
Adanya penyakit penyerta membuat status
oleh adanya rasa bosan terhadap terapi.14
kesehatan semakin buruk baik dari segi fisik
Menurut peneliti kepatuhan yang tinggi maupun mental. Pada pasien Thalasemia yang
pada responden yang mengidap penyakit 1- 5 memiliki penyakit penyerta hiperpslenisme
tahun dikarenakan mereka merasa dengan akan mengalami pembesaran pada daerah
transfusi keadaan mereka lebih baik dan belum abdomen yang tentunya dapat mengurangi
ada rasa bosan. Keluargapun masih sangat aktifitas. Mereka akan datang untuk transfusi
mensupport mereka, sehingga mereka tidak bila sudah terlihat pucat atau mengalami
merasa sendiri. Disamping itu komplikasi kelemahan tanpa memikirkan kadar
pasca pengobatanpun belum ada atau masih haemoglobin yang mungkin sudah <8gr/dl.
613
Vol. 9 No.2 Juni 2019 Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia

Pegobatan transfusi yang dilakukan seumur akan sejalan dengan kepatuhannya terhadap
hidup sudah membuat jenuh ditambah dengan transfusi, ketidak patuhan transfusi lebih tinggi
penyakit lain tentu membuat semangat mereka pada pengetahuan orang tua yang buruk karena
turun tentunya hal ini berpengaruh kepada orang tua yang buruk tidak mengerti seberapa
kepatuhan mereka untuk transfusi. penting nya transfusi bagi pasien thalasemia.
Proses pembelajaran dimaksudkan untuk
Hubungan antara penanggung jawab
memberikan pengetahuan pada penderita
pembayaran dengan kepatuhan transfusi
sehingga terjadi perubahan proses informasi,
Tidak ada hubungan yang bermakna pengambilan keputusan dan emosi yang pada
antara penanggung jawab pembayaran dengan akhirnya terjadi proses kontrol cognator dalam
tingkat kepatuhan transfusi pada pasien otak agar melakukan mekanisme belajar dan
thalasemia dengan P=1.000 (nilai p>0.05). Hal adaptasi.17
ini tidak sejalan dengan penelitian Budiman
yang menyatakan adanya hubungan bermakna Hubungan antara interaksi petugas
antara penanggung jawab pembayaran dengan kesehatan dengan tingkat kepatuhan
kepatuhan dengan nilai P=0.026 yang transfusi
menyatakan dengan adanya penanggung jawab Hasil uji statistic chi square di diperoleh
pembayaran didapatkan kemudahan dalam segi nilai p= 0,094 > 0.05, maka Ha di tolak
pembiayaan.9 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara interaksi petugas dengan
Kepatuhan pada pasien yang mempunyai kepatuhan transfusi pada anak dengan
penanggung jawab pembayaran, tinggi. Karena thalasemia.
mereka tidak di bebani lagi oleh biaya
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
pengobatan. Pemerintah sudah memfasilitasi
penelitian yang dilakukan oleh Budiman di RS.
dengan pemberian Jampelthas, akan tetapi pada
Dr.M.Jamil. Padang yang menyatakan adanya
kenyataannya walaupun sudah mempunyai
hubungan bermakna antara interaksi petugas
jaminan mereka masih saja tidak patuh. Yang
kesehatan dengan kepatuhan presentasi
mereka butuhkan bukan hanya untuk biaya
responden yang patuh lebih tinggipada pasien
transfusi saja, transportasi dan biaya makan
yang mendapat pelayanan interaksi petugas
juga harus mereka pikirkan. Dari wawancara
kesehatan yang baik dengan nilai p=0.003.9
dengan responden saat pengisian kuisioner
tidak jarang mereka mengeluhkan hal ini. Penelitian ini di dukung oleh teori
Brunner and Suddarth yang mengatakan
Hubungan antara pengetahuan orang tua meningkatkan interaksi profesional kesehatan
dengan kepatuhan transfusi dengan klien adalah suatu hal penting untuk
memberikan umpan balik pada klien setelah
Dari uji statistik chi square diketahui ada
memperoleh infomasi.6 Suatu penjelasan
hubungan yang bermakna antara pengetahuan
penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan
orang tua dengan tingkat kepatuhan transfusi
dapat meningkatkan kepatuhan, semakin baik
pada pasien thalasemia dengan P=0,009 (nilai
pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan,
p>0.05). Hasil penelitian ini sejalan dengan
semakin teratur pula penderita melakukan
Hendini di Puskesmas Karang-anyar Godang
kunjungan pengobatan. Pendapat ini sejalan
rejo yang menyimpulkan adanya hubungan
dengan Niven dalam Bruner dan Suddarth yang
antara pengetahuan orang tua dengan
mengatakan kualitas interaksi antara
kepatuhan nilai P=0.002 menyatakan bahwa
profesional kesehatan dan pasien merupakan
jika tingkat pengetahuannya tinggi maka
bagian yang penting dalam menentukan derajat
tingkat kepatuhannya juga tinggi.15 Pendapat
kepatuhan.6
ini juga didukung oleh teori yang mengatakan
pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini Menurut peneliti walaupun responden
terjadi setelah orang melakukan pengindraan tidak mendapat interaksi yang baik dari
terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman petugas kesehatan angka kepatuhannya tetap
dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pasien
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng sangat tergantung dengan transfusi tanpa
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh memandang apakah petugas kesehatannya baik
pengetahuan.10 dalam memberikan asuhan keperawatan.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan, Dukungan profesional kesehatan sangat
semakin baik pula penderita melaksanakan diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan
pengobatan.16 Pengetahuan orang tua yang baik
614
E. Sri Indiyah Supriyanti Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia
contoh yang paling sederhana adalah tehnik doi.org/10.14238/sp5.1.2003.2-3 diakses
komunikasi. tanggal 9 Juli 2018; 2016.
4. Grentia. Ikatan Dokter Anak Indonesia
(Mengenal Thalasemia). Jakarta, 2016.
Kesimpulan www.idai.or.id diakses pada tanggal 08 juni
Tidak ada hubungan antara kepatuhan 2018
transfusi dengan umur, jenis kelamin, 5. Leifer. Introduction to Maternity & Pediatric
pekerjaan orang tua, lamanya sakit, penyakit Nursing: Elsevier Saunders; 2011.
penyerta, penanggung jawab pembayaran, 6. Brunner & Suddarth. Buku ajar keperawatan
medikal bedah. Edisi 8, volume 2. Jakarta:
interaksi petugas kesehatan pada pasien
EGC; 2013.
Thalasemia di Pusat Thalasemia RSX. Ada 7. Rahayu, Y., Waluyo, E.M.J., & Supardi.
hubungan antara kepatuhan transfusi dengan Dukungan keluarga dalam kepatuhan terapi
pendidikan, pengetahuan pada pada pasien thalassemia di rumah Sakit Umum
pasienThalasemia di Pusat Thalasemia RSX. daerah Kebupaten Ciamis Tahun 2015. Mutiara
Media, vol 16, no 2: 52-56. Juli 2016
Saran 8. Purnama, Agus. "Penerapan Atraumatic Care
Pengetahuan responden tentang dengan Medical Play terhadap Respon
Thalasemia, efek samping transfusi dan Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang
mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat Inap
komplikasinya masih sangat rendah. Oleh Anak." Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
karena itu, perlu adanya peningkatan Indonesia 8.04 2018: 516-521.
pengetahuan pasien dan orang tua tentang hal 9. Budiman, A, Khambri, D. Bachtiar, H. Faktor –
itu. Baik berupa penyuluhan langsung yang Faktor yang mempengaruhi kepatuhan berobat
dapat diberikan petugas secara berkelompok pasien yang diterapi dengan Tamoxifen setelah
ataupun secara pribadi saat memberikan operasi kanker payudara. Jurnal Unand, vol 2.
asuhan keperawatan. Televisi yang ada di No 1; 2012. http://jurnal.fk.unand.ac.id
ruang Thalasemia dapat dimanfaatkan sebagai 10. Notoatmodjo, S. Promosi kesehatan dan ilmu
perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
media informasi tentang penyakit Thalasemia. 11. Mubarak, W.I, dkk. Ilmu keperawatan
Perawat menghadirkan dirinya secara utuh dan komunitas. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
ini sudah bertentangan dengan prinsip caring 12. Wulandari, Retno. Hubungan status pekerjaan,
“Being there”. Oleh karena itu, perlu adanya tingkat pengetahuan, kepatuhan ibu pada
pelatihan tentang caring untuk para petugas budaya, dan keterpaparan penyuluhan gizi
kesehatan juga perlu adanya petugas yang terhadap kegagalan pemberian asi eksklusif.
memantau pasien agar pasien dan keluarga http://www.fkm.undip.ac.id
13. Fatmawati, Sellia Andani. Faktor-faktor yang
dapat mematuhi jadwal transfuse. Perlunya
berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat
ruangan khusus untuk konseling karena pasien pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD dr.
dengan penyakit Thalasemia mempunyai Moewardi periode oktober 2016 – maret 2017.
permasalahan yang kompleks. Oleh karena itu, Skripsi tidak dipublikasikan; 2017.
perlu difasilitasi dengan ruangan khusus untuk 14. Syamsiah, Nita. Faktor-faktor yang
mereka mengungkapkan permasalahannya. berhubungan dengan kepatuhan pasien CKD
yang menjalani hemodialisa di RSPAU Dr
Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma
Daftar Pustaka Jakarta. Tesis tidak dipublikasikan; 2011.
1. Rund & Rahmilewitsz. Medical & psicososial 15. Handayani, D. Hubungan dukungan keluarga
aspet of chronics ilness and disability. USA: dengan kepatuhan lansia dalam mengikuti
Ascend learning company; 2012. posyandu lansia di Desa Krajan Kecamatan
2. Oktaviani, Bella. Mekanisme Koping Keluarga Waru Kabupaten Sukoharj; 2011.
Dalam Merawat Anak dengan Thalasemia 16. Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap manusia, teori
Mayor usia 6 – 12 tahun di POPTI Kota dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Bandung, 2017 Pelajar, ;2007.
3. Pediatri, Sari. Thalasemia dan 17. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi
Permasalahannya di Indonesia. Ilmu Penelitian Ilmu Keperawatan : Jakarta:
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Salemba Medika; 2008.
Universitas Indonesia. Vol. 5 No. 1.

615

Anda mungkin juga menyukai