Karakteristik Studi
Cross Sectional
Jenis riset ini melibatkan lebih dari
01 satu kasus. Peneliti yang
menerapkan model cross-sectional
tertarik pada variasi.
Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak
hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai
Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau
dengan sedikit sekali menambah biaya
Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang
02 daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena inidividu yang cepat sembuh atau
cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi
meneliti prevalensi penyakit , paparan atau mengumpulkan data prevalensi paparan dan
keduanya, pada suatu populasi tertentu. penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-
perbedaan penyakit antara kelompok terpapar
dan kelompok tak terpapar, dalam rangka
meneliti hubungan antara paparan dan penyakit.
Contoh : penelitian persentase bayi yang
mendapat ASI eksklusif disuau komunitas, Contoh : beda proporsi pemberian ASI eksklusif
penelitian prevalens asma pada anak berdasar pada pelbagai tingkat pendidikan ibu,
sekolah di Jakarta. Beda kadar kolestrol siswa SMP daerah kota
dan desa, beda prevalens penyakit jantung
reumatik siswa lelaki dan perempuan.
Contoh
Jurnal
Jurnal 1
Jurnal 1 Tujuan
SER rata-rata keseluruhan adalah 0,89 ± 0.86D, 0.62 ± 0.89D dan 0.56 ±
0,95 pada tahun 2014, 2016 dan 2018 masing-masing.
Rata-rata SER dikaitkan dengan tahun pengujian, usia (semua P <0,0001)
dan jenis kelamin (P = 0,03).
Penelitian ini telah menunjukkan untuk pertama kalinya, prevalensi miopia yang
lebih rendah dan SER yang lebih tinggi terkait dengan kerugian sosial ekonomi
di Australia, terutama pada populasi anak-anak dari daerah pedesaan.
meningkat dua kali lipat, tetapi tetap jauh lebih rendah daripada
lebih tinggi.
Jurnal 2
Jurnal 2 Metode