Anda di halaman 1dari 25

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

PADA ANAK “A” DENGAN GEA


DI RUMAH SAKIT SULTAN SURIANSYAH KOTA BANJARMASIN
TAHUN 2022

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Asuhan Kebidanan PKK III


Dosen Pembimbing : Hj. Isnaniah, S.S.T.,M.Pd

OLEH :
Maessy Wulan Sari
P07124119040

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM
DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima pengambilan kasus Dokumentasi Asuhan Kebidanan


Pada Anak “A” Dengan Gea Di Rumah Sakit Idaman Banjarbaru Tahun 2022
Nama : By. A
Umur :22 Bulan
Alamat : Jl. Kalayan

Lembar persetujuan ini dibuat untuk memenuhi tugas pembuatan Dokumentasi


Asuhan Mata Kuliah Praktik Kebidanan III bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin Jurusan Kebidanan Jalur Umun Semester VI

Banjarbaru, 2022
Menyetujui,
Pembimbing Praktik Kebidanan III Mahasiswa

Hj. Isnaniah, S.S.T.,M.Pd Maessy Wulan Sari


NIP. 196604101990032002 NIM. P07124119040

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Subhaanahuwata’alaa Yang Maha


Mendengar Lagi Maha Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Asuhan Kebidanan
Pada Anak “A” Dengan Gea Di Rumah Sultan Suriansyah Kota Banjarmasin
Tahun 2022”. Dalam proses menyelesaikan tugas ini, tentunya banyak pihak yang
telah memberikan bantuan berupa ilmu, saran, serta kritik yang menunjang, yang
berarah positive pada tugas penulis.
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka penulis harapkan saran dan kritik yang konstruktif dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah Subhaanahuwata’alaa kita kembalikan
semua urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi kami mahasiswa.

Banjarbaru, 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGAMBILAN KASUS..................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................4
D. Manfaat...............................................................................................4

BAB II KONSEP DASAR


A. Pengertian Gastroenteritis Akut..........................................................6
B. Etiologi Gastroenteritis Akut..............................................................6
C. Tanda dan Gejala Gastroenteritis Akut..............................................7
D. Patofisiologi Gastroenteritis Akut.......................................................7
E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................8
F. Komplikasi .........................................................................................8
G. Penatalaksanaan .................................................................................9

BAB III ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “A” DENGAN GEA DI


RUMAH SAKIT SULTAN SURIANSYAH.........................................12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................18
B. Saran....................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gastroenteritis saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering
terjadi pada masyarakat. Gastroenteritis juga merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian pada anak di berbagai Negara. Gastroenteritis dapat
menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak lebih rentan
mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna
(Paramita, 2017).
Gastroenteritis akut perlu tatalaksana yang cepat dan tepat.
Gastroenteritis akut merupakan peningkatan pengeluaran tinja dengan
konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit
tiga kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, Gastroenteritis
akut didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-
rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam, penanganan
gastroenteritis sangat penting dan harus selalu diwaspadai karena sering
terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan mengakibatkan kematian
(Maidarti dan Rima Dewi, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO 2018) saat ini penyakit
Gastroenteritis diderita 66 juta orang di dunia. Gastroenteritis Akut adalah
penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia, dimana setiap tahun
1,5 juta balita meninggal dunia akibat diare. Meskipun mortalitas dari diare
dapat diturunkan dengan program rehidrasi atau terapi cairan namun angka
kesakitannya masih tetap tinggi. Di dunia, terdapat 1,7 miliar kasus diare
yang terjadi setiap tahunnya (Veneziano, 2017).
Penyebab tersering gastroenteritis akut pada anak disebabkan oleh
rotavirus. Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoadapat
menyebabkan diare. Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp,
Campylobacterjejuni, dan Cryptosporidium sp merupakan mikroorganisme
tersering penyebab diare pada anak.Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam

1
tubuh bersama makanan dan minuman. Virus atau bakteri tersebut akan
sampai ke sel–sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi, sehingga
dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan
digantikan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga fungsi
sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus mengalami
atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan dengan
baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus halus
dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak
cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap
tadi akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare. Penderita dengan
diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan
tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat. (Utami, 2016). Widagdo (2011) menjelaskan
bahwa virus tersebar dengan cara fekal oral bersama makanan dan minuman,
dari beberapa ditularkan secara airborne yaitu norovirus, Virus penyebab
diare secara selektif menginfeksi dan merusak sel-sel di ujung jonjot yang
rata disertai adanya sebukan sel radang mononuclear pada lamina propania
sedang pada mukosa lambung tidak terdapat perubahan walaupun penyakit
dikenal sebagai gastroenteristis.
Diare juga dapat terjadi akibat masuknya mokroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.
Mikroorganisme tersebut berkembangbiak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi toksin. Enterotoksin yang

2
di produksi agen bakteri (seperti E. Coli dan Vibrio cholera) akan
memberikan efek lansung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke
dalam lumen gastrointestinal. Diare lebih dominan menyerang balita karena
daya tahan tubuhnya yang masih lemah, sehingga balita sangat rentan
terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika diare disertai muntah
berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi. Inilah yang harus selalu
diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam pertolongan dan
mengakibatkan kematian (Maidarti dan Rima Dewi, 2017).
Penyakit diare pada anak juga sebagai penyebab kurang gizi sebab diare
menyebabkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan
gizi dan daya serap tubuh terhadap sari makanan, terlebih jika terjadi dalam
kondisi infeksi. Oleh karena itu diare yang terus menerus akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang
pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak di masa depan.
(Poernomo, Setiawati, Hadisaputro, Budhi, & Adi, 2016) .
Tindakan yang perlu dilakukan pada pasien Gastroenteritis Akut dengan
diare yaitu manajemen diare (I.03101) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
mengidentifikasi penyakit diare, mengidentifikasi riwayat pemberian
makanan, memonitor warna, volume, fekuensi dan kosistensi tinja,
memonitor jumlah pengeluaran diare, memberikan asupan cairan oral,
memasang jalur intravena, mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah
lengkap, menganjurkan makanan porsi kecil tapi sering, menganjurkan
melanjutkan pemberian air susu, berkolaborasi pemberian obat antimodilitas.
Selain itu, manajemen diare salah satunya adalah dengan mengamati turgor
kulit secara berkala untuk mengetahui tingkat dehidrasi (NIC, 2016). Aspek
yang paling penting adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektolit, ini
dilakukan dengan cara rehidrasi oral, yang harus dilakukan pada semua
pasien, kecuali jika tidak dapat minum atau diare hebat yang membahayakan
jiwa yang memerlukan hidrasi intravena. Status hidrasi harus dipantau dengan
baik dengan memerhatikan tanda-tanda vital, pernafasan dan urin, serta
penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah cairan yang hendak diberikan

3
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar (Veneziano, 2017).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Gastroenteritis Akut (GEA) di
Ruang Merak Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Gastroenteritis Akut
(GEA) di Ruang Merak Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Gastroenteritis
Akut (GEA) di Ruang Merak Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.
b. Mentapkan diagnosis Asuhan Kebidanan Pada Bayi Gastroenteritis
Akut (GEA) di Ruang Merak Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.
c. Menyusun rencana Asuhan Kebidanan Pada Bayi Gastroenteritis Akut
(GEA) di Ruang Merak Rumah Sakit Idaman Banjarbaru.
d. Melaksanakan tindakan rencana Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Gastroenteritis Akut (GEA) di Ruang Merak Rumah Sakit Idaman
Banjarbaru.
e. Melakukan evaluasi rencana Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Gastroenteritis Akut (GEA) di Ruang Merak Rumah Sakit Idaman
Banjarbaru.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dalam mencari pemecahan permasalahan pada
pasien gastroenteritis akut (GEA) dengan masalah keperawatan diare
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Keluarga Klien

4
Meningkatkan pengetahuan bagi keluarga tentang perawatan anak
Gastroenteritis Akut terutama penatalaksanaan penanganan diare.
Sehingga bisa mengambil keputusan yang sesuai dalam masalah, serta
ikut dalam melakasanakan tindakan yang dilakukan oleh perawat.
b) Bagi Perawat
Dapat dijadikan bahan masukan dan tambahan dalam melakukan
tindakan keperawatan di rumah sakit guna meningkatkan mutu
pelayanan pada klien Gastroenteritis Akut/Diare.
c) Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah yang
meningkatkan penatalaksanaan keperawatan pada klien Gastroenteritis
Akut/Diare.
d) Bagi Penulis
Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan asuhan
kebidanan dan memperbanyak pendalaman dalam memberikan dan
menyusun asuhan kebidanan pada bayi Gastroenteritis Akut.

5
BAB II
KONSEP DASAR
GASTROENTERITIS AKUT

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen (arif muttaqin, 2011).
Gastroenteritis akut juga didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari
gejala infeksi saluran pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa
organisme seperti bakteri, virus, dan parasite. Beberapa organisme tersebut
biasanya menginfeksi saluran penecernaan manusia melalui makanan dan
minuman yang telah tercermar oleh organisme tersebut (food borne
disease) (Mendri, 2017)

B. ETIOLOGI
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari
gastroenteritis sangat beragam, antara lain sebagai beriikut :
1. Factor infeksi
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang di sebabkan oleh
kontaminasi makanan maupun air minum (enteropathogenic,
Escherichia coli, salmonella, shigella, V. Cholera, dan
clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus ;enteroviruses, adenovirus, dan
rotavirus. Penyebab diare pada anak adalah rotavirus.
c. Jamur: kandida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, cryptosporidium dan
cyclospora).
2. Factor non infeksi
a. Alergi makanan : susu, protein

6
b. Gangguan metabolic atau malabsorbsi
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan C.
d. Obat-obatan : antibiotic, laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan
Sorbital.
e. Penyakit usus
f. Emosional atau stress.

C. TANDA DAN GEJALA


Menurut Sodikin (2011), Beberapa tandan dan gejala yang terjadi pada
kasus gastroenteritis, antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel dan gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Timbul diare
4. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
5. Fesek makin cair, mungkin mengandung darah dan lendir
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar, cekung pada
bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, bibir terlihat kering
9. Berat badan menurun
10. Pucat, lemah

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbs cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit.
Menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare
juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus

7
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme
memproduksi toksin, enterotoksin yang diproduksi agen bakteri E Coli dan
Vibrio Cholera) akan memberikan efek langsung dalam peningkatan
pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan feses
a. Pemeriksaan secara makroskopik harus diperhatikan bentuk,
warna feses, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain
b. Pada pemeriksaan mikroskopik harus diperhatikan telur cacing,
parasit dan bakteri.
2. Pemeriksaan darah
a. Homogram lengkap, meliputi HB, eritrosit, leukosit, dan
hematokrit untuk membantu menemukan derajat dehidrasi dan
infeksi.
b. Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam basa c. Pemeriksaan
AGD dan elektrolit, yaitu Na, K, CI, dan Mg
3. Pemeriksaan urine
4. Ditetapkan volume, berat jenis, ph, dan elektrolitnya

F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi
2. Renjatan hiporomelik
3. Kejang
4. Bakterikimia
5. Malnutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan usus
Dari komplikasi gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan

8
sebagai berikut:
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang, elastic, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan 5-8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre-syok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi berat
Kehilangan cairan 8-10% dari BB dengan gambaran klin9k seperti
tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis,
sampaj koma, otot kaku sampai sianosis.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Dewi (2011), prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
1. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
2. Diatetik (pemberian makanan), makanan yang diberikan rendah
lemak, rendah serat, cukup kalori dan tinggi protein.
3. Obat-obatan.
a. Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari sebanyak
1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50%
cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
b. Sesuai dengan umur anak:
1) <2 tahun diberikan ½ gelas
2) 2-6 tahun diberikan 1 gelas
3) > 6 tahun diberikan 400cc (2 gelas)
c. Apabila dehidrasinya ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka
diberikan cairan 25-100 ml/kg/BB dalam sehari atau setiap jam 2
kali.
d. Oralit diberikan sebanyak + 100 ml/KGBB setiap 4-6 jam pada
kasus dehidrasi ringan sampai berat.
Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT).

9
 Larutkan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + 4
setengah sendok teh garam dapur halus + 1 gelas air masak
atau air teh hangat.
 Air tajin (2 liter + 5g garam)
1) Cara tradisional 3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan
beras dimasak selama 45-60 menit.
2) Cara biasa 2 liter air + 100 g tepung beras + 5g garam
dimasak hingga mendidih.
4. Teruskan pemberian ASI atau memberikan susu formula yang rendah
lemak untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Menurut Saputra (2014), penanganan diare berdasarkan derajat
dehidrasi :
1. Dehidrasi berat
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi
intravena secara cepat dengan pengawasan yang ketat dan
dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak membaik.
a) Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus
disiapkan, beri larutan oralit jika anak bisa minum
Catatan : larutan IV terbaik adalah larutan ringer laktat.
Namun, jika tidak tersedia, larutan garam normal NaCL 0,9%
bisa digunakan
b) Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai tabel
berikut
Pertama, berikan Selanjutnya,
30mL/kg dalam : berikan 70 mL/kg
dalam :
Usia < 12 bulan 11 jam 5 jam
Usia > 12 bulan 30 menit 2,5 jam

2. Dehidrasi ringan/sedang
Pada umumnya, anak dengan dehidrasi ringan/sedang harus diberi

10
larutan oralit, dalam waktu 3 jam pertama diklinik saat anak
berada dalam pemantauan dan ibunya diajari cara menyiapkan
dan memberi larutan oralit.

Usia Sampai 4 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5 bulan


bulan
Berat badan < 6 kg 6-10 kg 10-12 kg 12-13 kg
Jumlah cairan 200-400 400-700 700-900 900-1400

11
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
PADA ANAK “A” DENGAN GEA
DI RUMAH SAKIT SULTAN SURIANSYAH KOTA BANJARMASIN
TAHUN 2022

Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Maret 2022


Pukul : 09.30 WITA
No. Register : 0-022-63-x

IDENTITAS
1. Bayi
Nama : An. A
Umur : 22 Bulan
Tanggal lahir : 14 April 2020
Anak ke : 2
2. Orang tua
Ibu Ayah
Nama Ny.L Tn. R
Umur 25 tahun 26 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA sederajat SMA sederajat
Pekerjaan IRT Swasta
Suku/Bangsa 25 tahun 25 tahun
Alamat Jl. Kalayan

PROLOG
Pada tanggal 05 Maret 2021 pukul 09.30 WITA, pasien anak dari ruang IGD
dirujuk ke ruang Anak RSUD Sultan Suriansyah untuk dilakukan rawat inap. Ibu
mengatakan anak nya demam sejak 3 hari yang lalu, demam naik turun dengan

12
pengobatan , BAB cair sejak 3 hari. Riwayat persalinan, anak lahir pada tanggal
14-04-2021, cukup bulan pada usia kehamilan 39 minggu, spontan belakang
kepala, segera menangis, warna kulit kemerahan, gerakan aktif, JK : Laki-laki,
BB lahir : 2.700 gram, PB lahir : 49 cm, dengan APGAR Score 8/9/10.
Pemeriksaan fisik normal, anak tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat,
tidak ada riwayat penyakit yang diderita anak dan status imunisasi lengkap. Telah
terpasang infus RL 10 Tpm.

SUBJEKTIF
Ibu mengatakan anak nya demam sejak 4 hari yang lalu, demam naik turun
dengan pengobatan , BAB cair sejak 3 hari.

OBJEKTIF
Keadaan umun baik, kesadaran compos mentis, N : 121 x/ menit, R : 25 x/ menit,
T : 37,0 ºC, Spo2 : 98 %, mulut dan bibir agak kering, tidak ada retaksi dada,
turgor kulit baik, akral hangat dan BB : 10 kg, PB: 81 cm. Pada tanggal
05/02/2021 pukul 09.30 WITA dilakukan pemeriksaan penunjang dengan hasil :
Hemoglobin (11,3 g/dL), Leukosit (7.040/mm3), Trombosit (197.000/mm3),
Hematokrit (31,9 %), Basofil (0 %), Segmen (47 %), Limfosit (36 %) normal,
sedangkan Eosinofil (0 %), Stab/Batang (0 %) dan Monosit (17 %) tidak normal,
TEST ANTI SARS COV-2 : Ig G (Non Reaktif) dan Ig M (Non Reaktif). Pada
tanggal 05 Maret 2022 pukul 16:53 dilakukan pemeriksaan Fases Lengkap dengan
Hasil : Makroskopis-Warna (KUNING), Makroskopis-Konsistensi (LEMBEK),
Makroskopis-Darah (NEGATIF), Makroskopis-Lendir (+POSITIF),
Makroskopis-Lekosit (1-3), Makroskopis-Eritrosit (2-4), Makroskopis-Telur
Cacing (NEGATIF), Makroskopis-Amoebe (NEGATIF), dan Makroskopis-Serat
(-).

ANALISIS/ ASSESMENT
Anak A Usia 22 Bulan Dengan GEA

13
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan keadaan anak kepada ibu. Evaluasi :
Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang GEA pada anak nya Evaluasi : Ibu
mengerti dan memahami tentang GEA.
3. Melakukan koloborasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien
a. Melakukan pemasangan infus RL 10 tpm.
b. Melakukan Pemberian Injeksi Santagesik sebanyak 100 mg/8 jam pada
jam 12.00-19.00√-04.00 WITA.
c. Melakukan pemberian Injeksi ondancentron sebanyak 1 mg (k/p)
secara IV (tidak diberikan).
d. Melakukan pemberian obat Zinc 1 × 1 sdk dan L-Bio 1×1 sach pada jam
12.00 WITA dan diberikan lagi pada besok hari dijam yang sama.
Memberitahukan kepada ibu jika anak memuntahkan obat yang diberikan,
ibu harus mengulang kembali pemberian obat sampai anak sudah benar
meminumnya. Ibu mengerti
4. Memantau cairan infus yang terpasang mulai jam 08.00 WITA pada kolf I
dengan 10 tpm habis sampai jam 22.00 WITA (16 jam).
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan anak minum yang cukup agar tidak
mengalami dehidrasi. Evaluasi : Ibu mengerti dengan yang sudah di jelaskan
dan anak sudah diberi
6. Menganjurkan ibu untuk memberi makanan yang d i b e r i k a n o l e h
p e t u g a s g i z i untuk mengatasi GEA dan kebutuhan dasar pada anak
terpenuhi. Evaluasi : Ibu mengerti dengan yang sudah di jelaskan dan anak
sudah diberi makan
7. Mengingatkan ibu untuk selalu mengantikan popok pada anak agar tidak
terjadi lecet pada daerah kelamin terutama anus. Ibu mengerti

14
CATATAN PERKEMBANGAN
No Pengkajian Catatan Perkembangan
1. Dinas Malam SUBJEKTIF
06-Maret-2022 Ibu mengatakan demam sudah tidak ada,
Makan/Minum (</<)

OBJEKTIF
KU baik, kesadaran compos mentis, S :
36,80c , N : 116×/ menit , R: 20×/ menit,
SPo2: 99%. turgor kulit kembali,
ekstremitas atas dan bawah tidak ada odema
dan anus lecet.

ANALISA
Anak dengan GEA tanpa dehidrasi hari ke-2

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada ibu bahwa keadaan umum baik
dan suhu badannya sudah turun. Ibu
mengerti
2. Berkolaborasi terapi sesuai advis dokter,
yaitu :
a. Infus RL 10 Tpm makro kolf ke-3
terpasang pada jam 20.40 WITA
(infus Up )
b. Salep Gentamicyn + Betametason
pada 10.00,18.00√,02.00.
c. Pemberian obat mistalin 3×0,6 ml
pada 10.00,18.00√,02.00.

15
3. Mengingatkan ibu untuk memberi minum
kepada anak agar tidak kekurangan cairan
tubuh dan memberi makanan yang
bernutrisi. Anak sudah minum setengah
gelas air putih dan menghabiskan
setengah piring bubur.
4. Mengingatkan ibu agar anaknya istirahat
yang cukup dan menjaga kebersihan diri
serta didaerah kelamin terutama anus.
Ibu mengerti
5. Mengobservasi tanda-tanda vital
6. Pada jam 23.00 WITA, S : 36,40c, N :
110 ×/menit, P: 38×/menit
7. Pada jam 06.00 WITA, S : 36,70c, N :
117 ×/menit, P: 32×/menit
2. Senin 07-Maret 2022 SUBJEKTIF
Pukul 07.00 WITA Ibu mengatakan BAB sudah normal.

OBJEKTIF
KU baik, kesadaran compos mentis, S :
36,30c, N : 110 ×/menit, P: 32×/menit,
bising usus tidak terdegar, turgor kulit cepat
kembali, ekstremitas atas dan bawah tidak
ada odema.

ANALISA
Anak A umur 22 bulan dengan GEA

PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan
kepada ibu bahwa keadaan anaknya

16
baik. Ibu mengerti
2. Melepas infus. Infus sudah dilepas
3. Memberikan KIE :
a. Mengontrol kembali kesehatan
anaknya apabila anak diare kembali
b. Menjaga kebersihan anaknya serta
lingkungan sekitar untuk
pencengahan terjadinya kembali
penyakit.
c. Menjaga makanan serta nutrisi yang
dikonsumsi anak. Ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan.
4. Anak diperbolehkan pulang atas izin
dokter.

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gastroenteritis Akut adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen.
Penyebab tersering gastroenteritis akut pada anak disebabkan oleh
rotavirus. Mikroorganisme seperti bakteri, virus dan protozoa dapat
menyebabkan diare. Eschericia coli enterotoksigenic, Shigella sp,
Campylobacterjejuni, dan Cryptosporidium sp merupakan mikroorganisme
tersering penyebab diare pada anak.Virus atau bakteri dapat masuk ke dalam
tubuh bersama makanan dan minuman. Virus atau bakteri tersebut akan
sampai ke sel–sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi, sehingga
dapat merusak sel-sel epitel tersebut. Sel–sel epitel yang rusak akan
digantikan digantikan oleh sel-sel epitel yang belum matang sehingga fungsi
sel–sel ini masih belum optimal. Selanjutnya,vili–vili usus halus mengalami
atrofi yang mengakibatkan tidak terserapnya cairan dan makanan dengan
baik. Cairan dan makanan yang tidak terserap akan terkumpul di usus halus
dan tekanan osmotik usus akan meningkat. Hal ini menyebabkan banyak
cairan ditarik ke dalam lumen usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap
tadi akan terdorong keluar melalui anus dan terjadilah diare. Penderita dengan
diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan
hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan
tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.

18
Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi
sedang atau dehidrasi berat.

B. SARAN
Kita sebagai petugas kesehatan khususnya seorang bidan, diharapkan
senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2011). Asuhan Neonatus Dan Anak Balita.
Jakarta : Salemba Medika
Maidati dan Rima Dewi. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Diare Pada Baliat (Studi Kasus : Puskesmas Babakansari).
Jurnal Keperawatan, V(2), 110-120. https://doi.org/2338-7246
Muttaqin, Arif.(2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika
Sodikin.(2011). Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem
Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Poernomo, H., Setiawati, M., Hadisaputro, S., Budhi, K., & Adi, M. S.
(2016). Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Anak Balita (Studi
Epidemiologis di Puskesmas Baamang Unit I Kabupaten
Kotawaringin Timur). Jurnal Epidemiologi
https://doi.org/10.14710/J.E.K.K.VI12.3946

20

Anda mungkin juga menyukai