Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS KELOLAAN KELOMPOK

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. E UMUR 17 TAHUN DENGAN

FLOUR ALBUS (KEPUTIHAN) DI PUSKESMAS PEMATANG KANDIS

KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2022

Disusun Oleh :

Anik Wahyuni

Rina Setia Agustin

Sandi Maryanti

Maria Andriana

Nadia Amelia Fitri

Nurhidayah

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROFESI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS

KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK

BUKIT TINGGI 2022


LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.E UMUR 17 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS


(KEPUTIHAN) DI PUSKESMAS PEMATANG KANDIS TAHUN2022

Telah Disetujui dan Disahkan Oleh :

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Bd.Marta Ulina Am.Kep,S.Tr.Keb Ainal Mardiah,S.ST.,M.Keb

Mengetahui,

Ketua Program Studi Profesi Pendidikan Bidan

Fakultas Kesehatan Universitas Fort De kock

(Febriniwati Rifdi,S.ST.M.Biomed)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan
pada Remaja dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Nn. E Umur 17 Tahun dengan flour
Albus (Keputihan) di Puskesmas Pematang Kandis ”. Shalawat dan salam penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu dapat meneladani segala sisi kehidupan
beliau. Laporan ini dibuat sebagai tugas siklus 1 Asuhan Kebidanan pada Remaja dan
Pranikah Program Studi Profesi Pendidikan Bidan Fakultas Kesehatan Universitas Fort De
Kock Bukit Tinggi

Penulis sadar tanpa bantuan dan bimbingan dari banyak pihak akan sangat sulit untuk
menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih ada kekurangan dan kelemahan
karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang penulis miliki. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan
ini. Penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jambi,November 202 2

Penulis

Kelompok

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulis............................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5

A. Pengertian Flour Albus (Keputihan)........................................................5


B. Kalsifikasi Flour Albus..............................................................................6
C. Gejala Flour Albus (Keputihan)...............................................................7
D. Pencegahan Flour Albus............................................................................7
E. Patofisiologi Flour Albus...........................................................................8
F. Penatalaksanaan Flour Albus (Keputihan).............................................8
G. Komplikasi..................................................................................................9

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................10

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................20

BAB IV PENEUTUP............................................................................................23

A. Keimpulan.................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

DAFTARLAMPIRAN.............................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefenisikan kesehatan merupakan suatu


kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi. Bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan, perempuan memiliki banyak masalah dengan area vagina, kebanyakan kasus
berupa keputihan. Infeksi vagina bisa terjadi ketika kuman-kuman seperti bakteri dan virus
masuk ke vagina melalui berhubungan seks (Rahmah, 2017: 2).

Pada masa remaja, remaja putri harus memperhatikan kesehatan dirinya terutama
kesehatan reproduksi. Indonesia merupakan daerah tropis sehingga membuat keadaan tubuh
menjadi lebih lembab dan berkeringat. Akibatnya bakteri mudah berkembang dan
menyebabkan bau tidak sedap terutama pada bagian lipatan organ genetalia pada perempuan,
untuk menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan
perorangan (Tristanti, 2015: 9).

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang, untuk menjaga
kesejahteraan fisik dan psikis (Tristanti, 2015: 9).

Dengan demikian remaja putri diharapkan mengerti tentang pentingnya merawat tubuh
khususnya kebersihan organ seksual untuk menjaga kesehatan reproduksi. Hal ini bertujuan
agar terhindar dari resiko infeksi, penyakit radang panggul dan kemandulan serta berdampak
buruk pada masa yang akan datang (Astuti, 2016: 35).

Masalah keputihan tidak bisa diremehkan, karena dapat berakibat sangat fatal bila
terlambat ditangani, misalnya dapat menimbulkan kemandulan, radang panggul, serta kanker
leher rahim. 95% keputihan merupakan gejala awal dari kanker leher rahim yang bisa
berujung pada kematian bila tidak segera mendapatkan penanganan (Ramayanti, 2016: 4).

Jumlah wanita di dunia pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan yang pernah
mengalami keputihan sekitar 75%. Untuk Indonesia jumlah wanita sekitar 237.641.326 jiwa
75%. Penelitian di Sumatera Utara sebanyak 37,4 juta jiwa menunjukkan 75% remaja

v
mengalami keputihan, di kota Medan pada 2013 sebanyak 855.281 jiwa dan sebanyak 45%
pernah mengalami keputihan (Simanjuntak, 2015: 4).

Untuk menjaga agar tubuh tetap dalam keadaan bersih harus memperhatikan kebersihan
perseorangan atau personal hygiene. Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
Kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang, untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis (Tristanti,
2015: 9).

Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMA N 3 Tahuna Barat oleh
Gampu (2018) dengan metode wawancara yang dilakukan pada 10 orang siswi diperoleh data
6 orang siswi mengalami keputihan. Pada penelitian dari Prasetyowati (2009) di SMU
Muhammadiyah Metro menunjukkan hasil dimana responden yang mengalami keputihan
sebanyak 75% dan 25% responden tidak keputihan. Dan pada penelitian Wijiyanti (2016) di
SMA PGRI 1 Kudus menunjukkan bahwa responden paling banyak mengalami kejadian
sering keputihan yaitu sebesar 51,2%, jarang keputihan sebesar 36,6% dan tidak keputihan
sebesar 12,2%. Hal ini terjadi karena sebagian besar siswi memiliki persepsi kurang baik,
sikap kurang setuju, dan perilaku kurang baik tentang vaginal hygiene sehingga
menyebabkan kejadian sering keputihan.

Berdasarkan uraian di atas, , penulis menyusun laporan kasus kelolaan kelompok yang
berjudul asuhan kebidanan pada remaja Nn. “E” umur 17 tahun dengan keputihan (flour
albus) di Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin dengan tujuan dapat memahami cara
asuhan yang tepat diberikan pada remaja putri dengan keputihan di Puskesmas di Puskesmas
Pematang Kandis Kab,Merangin Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah “ bagaimana asuhan kebidanan pada “Nn.
E” umur 17 tahun dengan Flour Albus (Keputihan) di puskesmas Pematang Kandis
Kab.Merangin Tahun 2022”?
C. Tujuan Penulis
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada remaja “rpada “Nn. E” dengan Flour
Albus (Keputihan) di puskesmas Pematang Kandis Kab.Merangin Tahun 2022
b. Tujuan Khusus

vi
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan sistematis pada Nn. E
Umur 17 tahun dengan Flour Albus (Keputihan) di UPTD Puskesmas Pematang
Kandis Kab,Merangin.
2) Menginterpretasikan data serta menemukan diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour Albus (Keputihan) di UPTD
di Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour
Albus di UPTD di Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin.
4) Melakukan antisipasi segera pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour Albus
(Keputihan) di UPTD di Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin
5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan atau intervensi segera pada
Nn.E Umur 17 tahun dengan Flour Albus (Keputihan) di UPTD Puskesmas
Pematang Kandis Kab,Merangin
6) Melakukan rencana tindakan pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour Albus di
UPTD di Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour
Albus (Keputihan) di UPTD Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin
8) Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata
dilapangan pada Nn. E Umur 17 tahun dengan gangguan reproduksi Flour Albus
(Keputihan) di UPTD di Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin
9) Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada kesenjangan
antara teori dan praktek pada kasus Nn.E Umur 17 tahun dengan gangguan
reproduksi Flour Albus di UPTD Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin.
D. Manfaat Penulisan
a. Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penatalaksanaan
asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour
Albus dan dapat menerapkan teori dan praktek kebidanan.
b. Bagi Puskesmas Pematang Kandis
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada serta
meningkatkan mutu prlayanan kesehatan khususnya untuk asuhan gangguan
reproduksi pada Nn. E Umur 17 tahun dengan Flour Albus.

vii
c. Bagi Universitas Fort De Kock
Hasil penulisan diharapkan dapat menambah wawasan dan iptek khususnya
mahasiswa kebidanan dalam menerapakan asuhan pada remaja dengan dismenore,
serta dapat menjadi dokumen dan bahan bacaan bagi mahasiswa sehingga menjadikan
sumber ilmu bagi pembaca.

viii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN FLOUR ALBUS (KEPUTIHAN)

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu
keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari
alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi,
keganasan atau tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan
infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu
candida albicans (Manuaba, 2015).

Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan
keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga
terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat
genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan
penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2015).

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala keputihan tersebut
dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Gejala keputihan karena
faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari vagina berwarna kuning; b). Tidak berwarna,
tidak berbau, tidak gatal; c). Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak Gejala keputihan
karena faktor patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna
kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa gatal; d).
Jumlah cairan banyak (Katharini, 2017).

B. Kalsifikasi Flour Albus menurut Sibagariang dkk (2010) adalah :


1. Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang berupa muskus
yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Flour Albus normal
dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi
antara hari ke 10 – 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stres
dan sedang mengkonsumsi obat – obat hormonal seperti pil KB. Flour Albus ini
tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal.

ix
Flour Albus yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
 Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin
sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan Flour Albus.
 Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
 Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual
menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh
darah, divagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah
sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
 Adanya peningkatan produksi kelenjar – kelenjar pada mulut rahim saat
masa ovulasi.
 Mukus servik yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen
serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
2. Flour Albus patologis
Flour Albus patologis terjadi karena disebabkan oleh :
a. Infeksi
Adanya jamur dan bakteri seperti Gonokokus, Klamidia Trakomatis,
Grandnerella, Treponema Pallidum, Parasit dan Virus.
b. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan. Cedera
persalinan dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
c. Benda asing
Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps
uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.
d. Kanker
Flour Albus ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu
dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat – alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal
dan mudah rusak, akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan
pembuluh darah pada hiper vaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan
yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.
e. Menopause
Pada menopause sel – sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam
pematangan sel akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering,

x
sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul
infeksi penyerta.
C. Gejala Flour Albus (Keputihan)
Menurut Sibagariang dkk (2010), ada beberapa gejala Flour Albus, anatara lain :
1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi terasa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada
kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB.
2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau
tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda
asing di vagina.
3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri
panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga
panggul.
4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau
terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh
erosi pada mulut rahim.
6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel – sel mati, kemungkinan
adanya sel – sel kanker pada serviks.
D. Pencegahan Flour Albus
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya Flour
Albus, antara lain :
1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.
2) Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat
sembunyi kuman.
3) Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan
mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
4) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian
celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat.
Usahakan menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang
menyerap keringat. Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan
kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.

xi
5) Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum atau
tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi
6) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga bisa muncul
lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi, ember, ciduk, water torn
dan bibir kloset dengan antiseptik untuk menghindari menjamurkan kuman.
7) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari
Keputihan / Flour Albus yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui
hubungan seks.
E. Patofisiologi Flour Albus
Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh
berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka
keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 – 4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah
bakteri laktobasilus dan selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan
penyakit). Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen
tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar
dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri patogen. Ujungnya,
jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Data penelitian tentang kesehatan
reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti menderita keputihan
paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak
dua kali atau lebih (Shadine, 2012).
F. Penatalaksanaan Flour Albus (Keputihan)
Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi yang serius dari
Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang
juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,


bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat – obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal
seperti krem yang dioleskan dan vulva yang dimasukkan langsung ke dalam liang

xii
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga kebersihan
daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan
yaitu dengan :

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut,
panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daearah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
G. Komplikasi
Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate sekitar
vulva. Keputihan sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari penyakit radang
panggul (Pelvic Inflammatory Disease).Patofisiologi PID (pelvic inflammatory
disease) atau penyakit radang panggul dimulai dari infeksi di vagina atau serviks
yang didapatkan dari infeksi menular seksual (IMS), biasanya disebabkan oleh C.
trachomatis atau N. gonorrhoeae. Selanjutnya, bakteri tersebut naik ke saluran
genitalia yang lebih atas. Mekanisme penyebab kenaikan ini diduga bersifat
multifaktorial. Selain kedua bakteri tersebut, bakteri yang juga dapat berperan pada
patogenesis PID adalah flora vaginalis seperti Gardnerella vaginalis, Haemophilus
influenzae, dan bakteri anaerob. Namun, tidak hanya bakteri, beberapa kasus PID

xiii
juga berkaitan dengan infeksi virus yakni CMV dan HSV-2.Lendir serviks
merupakan salah satu sistem pertahanan yang menghalangi mikroorganisme
pathogen naik ke saluran genitalia yang lebih atas. Namun, pada kondisi infeksi yang
menyebabkan peradangan pada vagina atau serviks, efektvitas perlindungan lendir
serviks ini menjadi berkurang. Begitu juga pada saat ovulasi dan menstruasi,
efektivitas perlindungan serviks menjadi berkurang diakibatkan perubahan hormonal.
Selain itu, aliran darah menstruasi merupakan medium biakan yang baik untuk
bakteri.

xiv
BAB III

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. E UMUR 17 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS


(KEPUTIHAN) DI PUSKESMAS PEMATANG KANDIS KAB.MERANGIN

TAHUN 2022

Hari/Tanggal = Sabtu / 19 November 2022

Pukul = 11.00 Wib

1) DATA SUBJEKTIF (S)


1. Identitas
 Nama = Nn. E
 Umur = 17 tahun
 Agama = Islam
 Suku/Bangsa = Jawa/Indonesia
 Pendidikan = SMA
 Pekerjaan = Pelajar
 Alamat = Pematang Kandis
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
 Nn E Mengatakan mengalami keputihan yang berwarna bening,tidak berbau
tidak gatal selama 1 minggu
 Nn E mengatakan cemas dengan keadaannya
b. Riwayat Menstruasi
 Menarche : 11 tahun
 Siklus : 25-34 hari
 Teratur / tidak : Teratur
 Lama : 4-5 hari
 Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut
 Sifat darah : encer khas darah
 Dismenorea : Tidak ada
 Fluor albus : keputihan yang berwarna bening,tidak berbau
tidak gatal

xv
 Keluhan lain : Keluar cairan putih menjelang menstruasi
c. Riwayat penyakit
 Jantung : Nn.E mengatakan tidak merasa berdebar-debar saat
melakukan aktifitas ringan dan tidak berkeringat dingin ditelapak tangan.
 Ginjal : Nn.E mengatakan tidak pernah merasa sakit pinggang
dan saat buang air kecil tidak sakit.
 Asma : Nn.E mengatakan tidak pernah sesak nafas.
 TBC : Nn.E mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan selama
3 bulan.
 Hepatitis : Nn.E mengatakan pada mata, kuku, dan kulit tidak pernah
berwarna kuning.
 Hipertensi : Nn.E mengatakan tidah pernah merasakan sakit kepala
hebat, pandangan kabur, dan tekanan darah > 140/90 mmHg.
d. Riwayat penyakit ginekologi
Nn.E mengatakan tidak pernah merasakan gejala rasa sakit, benjolan, luka, serta
keluarnya cairan nanah di kemaluan, Nn.Vmengatakan hanya merasakan nyeri
pada perut bawah saat menstruasi.
e. Data kebutuhan dasar
 Pola nutrisi
Nn.E mengatakan makan 2 x/hari dan tidak pernah sarapan porsi sedang,
jenis makanan nasi, lauk, dan lebih suka makanan instan, kurang suka
makan sayur serta minum 6-7 gelas/hari jenis air putih dan teh.
 Pola eliminasi
Nn.E mengatakan BAB 1 kali/hari konsistensi lembek serta BAK 3-5
kali/hari, warna urine kuning jernih, bau khas urine.
 Aktifitas
Nn. E mengatakan sehari-hari sekolah, membantu pekerjaan orang tua, dan
bermain.
 Istirahat / Tidur
Nn. E mengatakan jarang tidur siang dan tidur malam 6 - 7 jam per hari.
 Personal Hygiene
Nn.E mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 3x sehari, ganti pakaian 2x
sehari dan keramas 3x dalam seminggu, memakai cairan pembersih
vagina.

xvi
f. Data psikososial
 Pengetahuan tentang gangguan/penyakit yang diderita
Nn.E mengatakan belum mengetahui penyebab dari keluar cairan dan
kadang-kadang gatal di daerah vagina.
 Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Nn.E hanya mengetahui bahwa harus menjaga kebersihan area
kewanitaannya, tetapi tidak mengetahui tentang alat reproduksi dan
gangguan reproduksi yang mungkin terjadi.
 Dukungan keluarga
Keluarga dan kerabat selalu mendukung Nn.V untuk cepat sembuh dan
kembali pulih seperti semula, dimana Nn.Vselalu ditemani oleh keluarga
dan kerabat saat memerlukan bantuan dan memenuhi kebutuhannya.
g. Keadaan psikologi
Nn.E mengatakan cemas dengan kondisinya, karena takut terjadi gangguan
kesehatan yang serius dan mengganggu proses belajar.
2) DATA OBJEKTIF (O)
1. Pemeriksaan Fisik Umum
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 TTV
 TD = 120/70 mmHg
 R = 22x/menit
 N = 80 x/menit
 S = 37,0 c
 TB = 150 cm
 BB = 51 kg
 LILA = 24 cm
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Muka : Cloasma gravidarum : Tidak Ada
b. Mata
 Kelopak Mata : Normal
 Konjungtiva : Tidak Pucat
 Sklera : Tidak Ikterik
c. Hidung

xvii
 Simetris : Ya
 Secret : Tidak Ada
 Polip : Tidak Ada
d. Mulut Dan Gigi :
 Lidah : Bersih
 Gusi : Tidak Epulis
 Gigi : Tidak Karies
e. Telinga
 Simetris :Ya
 Serumen : Tidak Ada
f. Leher
 Kelenjar Tiroid : Tidak Ada Pembengkakan
 Kelenjar Getah bening : Tidak Ada Pembengkakan
g. Payudara:
 Pembesaran :Ya
 Simetris : Ya
 Papilla Mamae : Menonjol
 Pengeluaran : Tidak Ada
 Benjolan/Tumor : Tidak Ada
 Strie : Ya
 Kebersihan : Bersih
h. Abdomen
 Pembesaran perut : Tidak Ada
 Benjolan/Tumor : Tidak Teraba
 Bekas Operasi : Tidak Ada
 Nyeri Tekan :Tidak Ada
i. Anogenetal
 Vulva Vagina :Cairan yang berwarna bening,tidak berbau tidak
gatal
 Inspekulo : Tidak di lakukan pemeriksaan
 Pemeriksaan Dalam : Tidak di lakukan pemeriksaan dalam
 Anus : Tidak di lakukan pemeriksaan
j. Ekstremitas :
 Atas

xviii
 Simetris : Ya
 Oedema : Tidak Ada
 Varises : Tidak Ada
 Bawah
 Simetris : Ya
 Oedema : Tidak Ada
 Varises : Tidak Ada
 Reflek Patela : Tidak di lakukan
k. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium : Tidak di lakukan
3. ASSEMENT (A) :
 Nn.E usia 17 tahun dengan Flour Albus (Keputihan) Fisiologis
 Diagnosa potensial : Keputihan Patologis
 Kebutuhan tindakan segera :
 Beri support mental pada Nn. E
 KIE cara menjaga personal hygiene dan Penatalaksanaan flur albus
(keputihan)
4. PLANING :
1) Melakukan informed concent
Evaluasi : Informed Consent telah di lakukan
2) Menjelaskan Kepada pasien tentang kondisi nya dan memberitahukan hasil
pemeriksaan.
Evaluasi : Nn E telah mengeahui dan mengerti hasil pemeriksaan
3) Memberi konseling kepada pasien tentang perbedaan keputihan yang normal
dan abnormal dan beberapa faktor yang dapat menyebabkan keputihan seperti :
a) Menjelang dan sesudah Haid
b) Keadaan Stres
c) Kelelahan
Evaluasi : Nn E mengerti dengan penjelasan yang telah di berikan
4) Memberikan KIE tentang Penatalaksanaan flour albus (keputihan) yaitu dengan
cara :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup,
hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

xix
2. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan
bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat.
Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
3. Menganjurkan Nn E untuk sering mengganti celana dalam jika basah,
mengeringkan kemaluan setelah BAB/BAK
4. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
5. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
daearah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
6. Hindari pemakaian barang – barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset
di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya
7. Minum Rebusan Daun sirsak dapat untuk mengobati keputihan pada wanita
karena mengandung senyawa acetogenesis antara lain asimisin, bulatasin
dan skuamosin mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman,
yaitu fenol, dimana kandungan fenol dalam daun sirsak 5 kali lebih efektif
dibandingkan fenol biasa.Berdasarkan penelitian yang dilakukan Didi
Rohadi (2015) Aktivitas antimikosis etanol daun sirsak (annona muricata L),
Estrak etanol daun sirsak dapat menghambat pertumbuhan candida albicans
ATCC pada konsentrasi 15%, 30%, dan 60% yang ditunjukkan dengan
terbentuknya daerah hambat/bening di sekitar semuran yang berisi ekstrak
etanol daun sirsak.Estrak etanol daun sirsak menunjukkan aktivitas
antimikosis terutama terhadap candida albikans.Pada rentang konsentrasi
15%-60% semakin tinggi konsentrasi eksrak semakin besar aktivitasnya.
8. Mengkonsumsi daun kemangi Di dalam kandungan daun kemangi terdapat
kandungan antibiotik alami yang mampu membunuh kuman penyebab
keputihan.Cara memakainya adalah dengan memakan daun kemangi
mentah-mentah bersama nasi.
9. Mengkonsumsi Akar mawar ,Tanaman mawar mempunyai manfaat beragam
mulai dari bunganya yang bisa dipakai sebagai masker wajah sampai

xx
akarnya untuk mengobati keputihan.Caranya, ambil akar tanaman mawar
yang masih segar kemudian cuci dengan air bersih. Rebus secukupnya lalu
minum secara teratur sebagai obat tradisional penyakit keputihan.
10. Mengkonsumsi Rebusan air Kunyit, Kandungan antiseptik dan antibakteri
alami dalam kunyit sangat bermanfaat untuk mengobati keputihan secara
alami.Caranya, sediakan 2 rimpang kunyit, 1 genggam daun beluntas, 1
gagang buah asam, dan 1 potong gula aren. Semua bahan tersebut direbus
dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian di saring. Minum secara
teratur 1 gelas sehari.
Evaluasi : Nn E mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan bersedia
melaksanakan anjuran yang telah di berikan
5) Memberitahu Nn E bahwa akan dilakukan kunjungan rumah 1 minggu lagi untuk
dilakukan pemantauan perkembangan keadaan
Evaluasi : Nn E memahami dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah 1
minggu lagi

xxi
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal : Sabtu, 26 November

Pukul : 14.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Nn E mengatakan keputihan yang dialami nya sudah berkurang
Nn E mengatakan sudah melaksanakan anjuran yang telah di berikan.
B. DATA OBJEKTIF
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 79 x/i ,
P : 22 x/i
S : 36,5 ˚C
C. ASSESMENT
Nn.E usia 17 tahun dengan Flour Albus (Keputihan) Fisiologis.
D. PLANING
1. Menjelaskan Kepada pasien tentang kondisi nya dan memberitahukan hasil
pemeriksaan.
Evaluasi : Nn E telah mengeahui dan mengerti hasil pemeriksaan
2. Memberi konseling Kembali kepada pasien tentang perbedaan keputihan yang
normal dan abnormal dan beberapa faktor yang dapat menyebabkan keputihan
seperti
 Menjelang dan sesudah Haid
 Keadaan Stres
 Kelelahan
Evaluasi : Nn E mengerti dengan penjelasan yang telah di berikan
3. Mengingatkan kembali kepada Nn E Penatalaksanaan flour albus (keputihan):
1) Menganjurkan Nn E untuk Tetap menerapkan Pola hidup sehat yaitu diet yang
seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta
hindari stres berkepanjangan.

xxii
2) Menganjurkan Nn E untuk Tetap Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi
dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan
menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari
pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty
liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
3) Menganjurkan Nn E untuk sering mengganti celana dalam jika basah,
mengeringkan kemaluan setelah BAB/BAK
4) Menganjurkan Nn E untuk Tetap menghindari penggunaan bedak talk, tisu
atau sabun dengan pewangi pada daearah vagina karena dapat menyebabkan
iritasi.
5) Menganjurkan Nn E untuk tetap menghindari pemakaian barang – barang
yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi. Sedapat
mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap
dudukan kloset sebelum menggunakannya
6) Menganjurkan Nn E untuk tetap minum Rebusan Daun sirsak apabila masih
untuk mengalami keputihan
7) Menganjurkan Nn E Untuk tetap Mengkonsumsi daun kemangi jika masih
mengalami keputihan
8) Menganjurkan Nn E untuk tetap Mengkonsumsi Akar mawar jika masih
mengalami keputihan.
9) Menganjurkan Nn E untuk tetap minum air rebusan Kunyit, Kandungan
antiseptik dan antibakteri alami dalam kunyit sangat bermanfaat untuk
mengobati keputihan secara alami.Caranya, sediakan 2 rimpang kunyit, 1
genggam daun beluntas, 1 gagang buah asam, dan 1 potong gula aren. Semua
bahan tersebut direbus dengan 1 liter air sampai mendidih, kemudian di saring.
Minum secara teratur 1 gelas sehari.
Evaluasi : Nn E mengerti tentang penjelasan yang di berikan dan bersedia
melaksanakan anjuran yang telah di berikan

xxiii
BAB IV

PEMBAHASAN

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi sehat secara menyeluruh baik
kesejahteraan fisik, sosial dan mental yang utuh dalam segala hal yang bekaitan dengan
fungsi, peran dan proes reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Kesehatan reproduksi pada
wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intim.Tentu kita perlu sadari bahwa menjaga
kesehatan reproduksi sangat penting.Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga
kebersihan atau higienitas, terutama pada daerah sekitar vagina. Keputihan merupakan salah
satu gangguan klinis yang sering dikeluhkan oleh semua wanita. Remaja putri yang baru
memasuki masa pubertas dengan segala bentuk fenomena perubahan pada diri mereka,
masalah ini dapat berdampak negatif jika tidak ditangani sejak dini.

Keputihan atau flour albus adalah kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir
yang menyerupai nanah. Keputihan merupakan permasalahan klasik pada kebanyakan kaum
wanita. Ironisnya kebanyakan wanita tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab
keputihan. Jika tidak ditangani dengan baik, keputihan bias berakibat fatal, kemandulan dan
kehamilan ektopik (hamil diluar kandungan) bias menjadi salah satu akibat keputihan. Gejala
awal kanker Rahim biasanya dimulai dengan keputihan. Keputihan tidak selamanya
merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu, keputihan dibagi
menjadi dua, yaitu keputihan fisiologis dan patologis.Keputihan yang fisiologis terjadi pada
kaum wanita yang pertama kali haid, yang biasanya terjadi di akhir siklus haid. Keputihan
jenis ini akan sembuh sendiri, dan tidak berbau dan berwarna putih jernih. Keputihan yang
patologis adanya infeksi bakteri, jamur, virus, kemudian terjadi reaksi akibat penggunaan
bahan kimia seperti memakai cuci vagina atau menggunakan pembalut yang terlalu lama dan
keputihan cenderung berbau busuk, berwarna kehijauan dan kadang-kadang disertai rasa
gatal.

Pada kasus yang penulis temui dilapangan terhadap Nn.E didapat bahwa Nn.E
mengganti pembalut saat menstruasi hanya 2x dan Nn.E menggunakan cairan pembersih
vagina.

Menurut penelitian Oriza (2018) bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan


kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Darussalam Medan adalah pengetahuan, sikap,

xxiv
pemakaian pantyliner, frekuensi penggantian pantyliner, dan pemakaian cairan pembersih
vagina.

Hal ini diperkuat oleh penelitian Astuti, dkk (2017) dimana ada hubungan vaginal
hygiene dengan kejadian keputihan pada mahasiswi di asrama putri PSIK UNITRI Malang
dengan nilai korelasi -0,760.

Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif memerlukan
perawatan khusus. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi
persoalan bagi kaum remaja puteri adalah masalah keputihan. Kesehatan organ reproduksi
berawal dari menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan vagina yang bertujuan agar vagina
tetap bersih, normal, sehat dan terhindar dari kemungkinan adanya penyakit, termasuk
keputihan.

Hal ini diperkuat juga oleh penelitian Shah (2019) dimana gadis yang pernah
mengalami gatal-gatal di area genital 2,12 kali lebih mungkin melakukan praktik yang buruk
tentang kebersihan alat kelamin dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah mengalami
gatal-gatal. Dapat diartikanhasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja yang
kurang memadai menyebabkan praktik kebersihan alat kelamin yang buruk. Kesadaran
tentang perlunya informasi tentang praktik kebersihan alat kelamin yang baik sangat penting.

Pengetahuan tentang personal hygiene pada sangat penting untuk menghindari


terjadinya keputihan. Hal ini didukung oleh penelitian Widyasih (2017) yang berjudul Effect
of Vaginal Hygiene Module to Attitudes and Behavior of Pathological Vaginal Discharge
Prevention Among Female Adolescents in Slemanregency, Yogyakarta, Indonesia yang
menyatakan bahwa Terdapat perbedaan yang signifikan sikap dan praktik pencegahan
keputihan patologis siswa antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Siswa yang
telah terpapar modul kebersihan vagina selama enam bulan menunjukkan sikap dan praktik
yang lebih baik dalam pencegahan keputihan secara patologis dibandingkan dengan siswa
kelompok kontrol yang tidak menerima modul apa pun. Kesimpulan: Penelitian ini
mengimplikasikan bahwa modul kebersihan vagina dapat disediakan secara luas bagi remaja
putri pada masa pubertas dini

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga
penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena itu untuk mengetahui adanya suatu
penyakit perlu dilakukan berbagai pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut.

xxv
Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk infeksi jamur), preparat
basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan
(menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas)
(Manuaba, 2015).

Menurut penelitian Chirenje, et all (2019) yang berjudul The Etiology of Vaginal
Discharge Syndrome in Zimbabwe menyatakan bahwa penyebab dari keputihan adalah
Chlamydia trachomatis, Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae.

Dari uraian diatas, penulis berasumsi bahwa penyebab keputihan adalah infeksi jamur
dan bakteri, pengetahuan remaja yang kurang terhadap personal hygiene memperparah
terjadinya keputihan pada remaja.

xxvi
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn.E 17 tahun dengan keputihan di


Puskesmas Pematang Kandis Kab,Merangin, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

1. Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Nn.E 17 tahun dengan keputihan,


penulis telah mampu melakukan pengkajian dengan baik. pengkajian tersebut
didapat dari pengumpulan data yaitu dari data subjektif dan objektif pasien di
mana dari data pasien yaitu pasien bernama Nn.E 17 tahun dengan keputihan.
Data objektif dilihat dari keadaan umum baik kesadaran composmentis dan TTV
dalam batas normal.
2. Penulis telah mampu melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa
kebidanan Nn.E 17 tahun dengan keputihan, yang didapat dari data subjektif dan
objektif dari hasil pengkajian. Pada kasus ini Nn.E tidak mengalami masalah
apapun.
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi tidak ada diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin akan terjadi pada Nn. E hal ini ditunjukkan dengan keluhan yang
dialami oleh Nn.V merupakan keluhan yang normal terjadi pada remaja sebelum
dan sesudah menstruasi.
4. Penulis telah mampu memberikan rencana asuhan kebidanan terhadap Nn.E 17
tahun dengan keputihan sesuai dengan asuhan yang diberikan yaitu dengan
memberikan informasi yang tepat mengenai keluhan yang dialami dan cara
penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan keluhan yang dialami ibu.
5. Penulis telah mampu melakukan pelaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan
rencana asuhan kebidanan yang diberikan.
B. Saran
a. Mahasiswa
Diharapkan lebih berperan aktif dalam melakukan pembinaan kasus sehingga
asuhan yang diberikan dapat diterapkan sesuai dengan teori yang telah didapat
di institusi pendidikan.
b. Puskesmas

xxvii
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada kasus gangguan
reproduksi dengan Flour Albus di UPTD Pematang Kandis Kab.Merangin
c. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan,
terutama asuhan kebidanan dalam penanganan Flour Albus
d. Bagi Profesi
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan
mengembangkan asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi dengan
Flour Albus.

xxviii
SATUAN ACARA PENYULUHAN FLOUR ALBUS

I. Topik : Keputihan Pada Remaja


Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2022
Waktu : 60 menit

Tempat : Puskesmas Pematang Kandis

Sasaran : Remaja Putri

II. Tujuan Intruksional Umum

Setelah di berikan penyuluhan ini di harapkan remaja mampu memahami dan


mengerti tentang keputihan pada remaja

III. Tujuan Intruksional Khusus


Pada akhir pertemuan peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian Flour albus (keputihan) pada remaja
2. Menjelaskan penyebab Flour albus (keputihan) pada remaja
3. Menjelaskan tanda dan gejala Flour albus (keputihan) pada remaja
4. Menjelaskan Fatofisiologi flour albus (keputihan) pada remaja
5. Menjelaskan penanganan Flour albus (keputihan) pada remaja
6. Menjelaskan pengobatan Flour albus (keputihan) pada remaja
IV. Materi
1) Pengertian Flour albus (keputihan) pada remaja
2) Penyebab Flour albus (keputihan) pada remaja
3) Tanda dan gejala Flour albus ((keputihan) pada remaja
4) Fatofisiologi flour albus (keputihan) pada remaja
5) penanganan Flour albus (keputihan) pada remaja
6) Pengobatan Flour albus (keputihan) pada remaja
V. Metode
 Ceramah
 Diskusi
 Tanya Jawab
VI. Media
Leaflet

xxix
VII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


1 5 Menit 1.Pembukaan 1.Menjawab Salam
2.Salam 2.Memperhatikan
3.Perkenalkan diri dengan seksama
2 35 1.Penyampaian materi oleh penyuluh Memperhatikan
2.Menjelaskan pengertian Flour penjelasan dan
albus (keputihan) pada remaja mendengarkan materi
3.Menjelaskan penyebab Flour albus
(keputihan) pada remaja
4.Menjelaskan tanda dan gejala
Flour albus (keputihan) pada remaja
5.Menjelaskan Fatofisiologi flour
albus (keputihan) pada remaja
6. Menjelaskan penanganan Flour
albus (keputihan) pada remaja
7. Menjelaskan pengobatan Flour
albus (keputihan) pada remaja
3 5 Evaluasi Merespon dan bertanya
1.Memberi kesempatan kepada
peserta untuk bertanya

3 15 Menit 1.Penutup Menyimpulkan bersama-


2. Mengakhiri penyuluha sama
3. Kesimpulan Menjawab salam
4. Mengingatkan materi pertemuan
selanjutnya
5. Mengucapkan terimakasih
6. salam

xxx
VIII. Evaluasi
1. Menjelaskan pengertian Flour albus (keputihan) pada remaja
2. Memahami penyebab Flour albus (keputihan) pada remaja
3. Memahami tanda dan gejala Flour albus (keputihan) pada remaja
4. Menmahami Fatofisiologi flour albus (keputihan) pada remaja
5. Mengatasipenanganan Flour albus (keputihan) pada remaja
6. Mengatasi pengobatan Flour albus (keputihan) pada remaja

xxxi
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :


Nuha Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT


RINEKA CIPTA.

Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta :


Rohima Press.

Cahyani, Y. W. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ny. D P1 A0 umur 27 tahun gangguan


sistem reproduksi dengan Flour Albus di RS Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Tidak
dipublikasikan.

Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.Jakarta


Selatan : Salemba Medika.

Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health) Teori dan Praktikum.


Bandung : Alfabeta.

Jamaan, T. 2013. Panduan Praktis Mengatasi Penyakit pada Wanita. Jakarta : Onbloss
Creative Mandiri.

Manuaba, I. A. C, Manuaba, I. B. G. F, Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami


Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta : EGC.

MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.

Muslihatun, W. N, et al. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.


Nasir, A, Muhith, A, Ideputri, M. E. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian

Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika.

Norma, N. D, Dwi, M. S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan


Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika.

xxxii
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA.

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta Selatan :


Salemba Medika.

Oktavia, W. 2013. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. S P1 A0


Akseptor IUD dengan Keputihan di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo. Karya Tulis
Ilmiah. Tidak dipublikasikan.

Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : MITRA CENDIKIA


Press.

Sibagariang, E. E, Pusmaika, R, Rismalinda. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita.

Jakarta Timur : CV. Trans Info Media.

Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba


Medika.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru

xxxiii

Anda mungkin juga menyukai