2022
KATA PENGHANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulus dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS). Yang di tulis
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Kritis.
Yang semoga insyaallah bermanfaat, bagi yang membaca dan memaham imateri ini,
Akhirulkalam, kami sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh sebab itu,
kami sangat berharap kritik dan sarannya demi penyempurnaan makalah ini. Harapan kami
semoga makalah ini dapat bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai
pihak .Aamiin.
PENDAHULUAN
1.2 RumusanMasalah
a. Apa yang di maksud denganARDS ?
b. Bagaimana anatomi fisiologi
c. Apa etiologidariARDS ?
d. Apa meninfestasi klinis dari ARDS ?
e. Apa penatalaksanaan dari ARDS ?
f. Apa patofisiologi ARDS ?
g. Apa memeriksaakan penunjang ARDS ?
h. Apa klasisifikasi ARDS ?
i. Apa komplikasi ARDS ?
j. Bagaimana asuhan keperawatan ARDS ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa yang di maksud dengan ARDS
b. Mengetahui anatomi fisiologi
c. Mengetahui etiologi dari ARDS ?
d. Mengetahui meninfestasi klinis dari ARDS ?
e. Mengetahui penatalaksanaan dari ARDS ?
f. Mengetahui patofisiologi ARDS ?
g. Mengetahui memeriksaakan penunjang ARDS ?
h. Mengetahui klasisifikasi ARDS ?
i. MengetahuikomplikasiARDS ?
j. Mengetahui asuhan keperawatan ARDS ?
BAB II
PEMBAHASAN
ARDS atau Sindroma Distres Pernafasan Dewasa ( SDPD ) adalah kondisi kedaruratan paru
yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,biasanya terjadi pada
orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajanpada berbagai penyebab pulmonal
atau non-pulmonal( Hudak, 1997).
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi
dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh
mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan
karbondioksida (Peate and Nair, 2011).
Gambar 2.1 Organ respirasi tampak depan (Tortora dan Derrickson, 2014)
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem
pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah
terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).
a) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam sistem
respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian
eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus
oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
(1) menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik
resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra
and Derrickson, 2014)
b) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot rangka
yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka
kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk
udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat
bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and Derrickson,
2014)
c) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid, epiglotis,
dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis
melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar melewati
esofagus (Peate and Nair, 2011).
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga dapat
menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus untuk
ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor iritan
yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and
Nair, 2011).
e) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang
mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing
paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah
cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan
bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam
cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
f) Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru
sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang
yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru
dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura.
Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini
mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu
sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura 8 visceral dan parietal melekat
satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).
Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan yaitu
respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada proses metabolism
intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal adalah serangkaian proses yang
terjadi saat pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel
tubuh (Sherwood, 2014).
Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke sirkulasi darah dan
karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari paru ke jaringan tubuh
atau sebaliknya
Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan karbondioksida diambil
dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011)
2.3 Etiologi
ARDS berkemban sebagai akibat kerusakan pada epitelalveolar dan endotel mikrovaskular
yang diakibatkan trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung. (sudoyo
aru) faktor resiko yang berhubungan dengan ARDS adalah :
Penatalaksanaan 1
Target utama pengelolaan penderita ARDS adalah mengembangkan alveoli secara optimal
untuk mempertahankankan gas arteri dan oksigenasi jaringan yang adekuat, keseimbangan
cairan dan asam basa serta sirkulasi yang memadai sampai integritas membran kapiler utuh
kembali. Selain itu juga ditujukan untuk mengatasi faktor-faktor pencetus dan hal-hal lain
serta memberikan terapi penunjang. Ventilasi selalunya diberikan melalui orotrakeal intubasi
atau dengan 15 trakeostomi apabila terdapat ventilasi untuk jangka masa yang panjang yaitu
lebih dari 2 minggu.
Faktor-faktor penting dalam pengobatan ARDS setelah trauma, syok, atau sepsis berat adalah
sebagai berikut:
Penatalaksanaan 2
Pendekatan terapi terkin iuntuk ARDS meliputi perawatan suportif, penatalaksanaan
spesifik ,bantuan ventilator, dan terapi farmakologis terhadap kondisi yang mendasari ARDS.
1. Prinsip umum perawatan suportif bagipasien ARDS dengan atau tanpa MODS
meliputi :
a. Pengidentifikasian dan terapi penyebab dasar ARDS
b. Menghindari cedera paru sekunder misalnya aspirasi, barotrauma, infeksi
nosocomial atau toksisitas oksigen
c. Mempertahankan penghantaran oksigen yang adekuat keend-organ dengan cara
meminimalkan angka metabolic
d. Istirahat penting untuk mengurangi konsumsi oksigen dengan demikian akan
mengurangi kebutuhan oksigen
e. Mengoptimalkan fungsi kardiovaskuler serta keseimbangan cairan tubuh
f. Dukungan nutrisi yang adekuat dengan kebutuhan 35-45 kkal/kg sehari untuk
memenuhi kebutuhan normal (Tarragni et al.,2007 dalamabiden et al., 2016;
Zuriati et al., 2017)
2. Dukungan ventilasi berikan pada kondisi hipoksemia dan peningkatan upaya
pernapasan. Perawatan ventilasi yang direkomendasikan adalah membatasi distensi
alveolar dengan mempertahankan oksigenasi jaringan yang memadai. Volume tidal
rendah (≤ 6 ml/ kgbb) terbukti memiliki tingkat kematian yang lebih rendah daripada
volume tidak yang lebih tinggi. Volume tidal dan PEEP yang rendah diperlukan untuk
mencegah kolaps alveolar akibat hilangnya surfaktan dan akumulasi cairan di alveoli.
PEEP yang lebih tinggi jika PaO2/FiO2 < 200 mmHg.
Pemberian posisi prone direkomendasikan > 16 jam udara, defek disfusi sedang,
hipoksemia selama Latihan, toksisitas oksigen, sepsis, Multiple organ
failure ,penyakit paru permanen, abnormalitas fungsi paru, barotrauma, super infeksi,
fibrosis pulmonar, kolaps paru, infeksi bakteri, kehilangan massa otot dan kelemahan,
serta masalah memori dan fungsi kognitif (Zuriati et al., 2017)
2.6 Patofisiologi
ARDS terjadi akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yangmengakibatkan
kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahandalam jaring-jaring
kapiler, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yangjelas akibat kerusakan
pertukaran- pertukan gas dan pegalihan- pengalihan ekstansif darah dalam paru-paru. ARDS
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps
alveolar.alveolar. Komplians Komplians paru menjadi menjadi sangat menurun atau paru -
paru menjadi menjadi kaku akibatnya akibatnya adalah penurunan karakteristikdalam
kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia (Brunner &Suddart 616). Ada
3 fase dalam patogenesis ARDS :
a. Sebagai konsekuensi dari serangan pencetus, complement cascade menjadi aktif yang
selanjutnya meningkatkan permeabilitas dinding kapiler.
b. Cairan, lekosit, granular, eritrosit, makrofag, sel debris, dan protein bocor kedalam
ruang interstisiel interstisiel antar kapiler dan alveoli, pada akhirnya kedalam
ruang alveolar.
c. Karena terdapat cairan dan debris dalam interstisium dan alveoli maka area
permukaan untuk pertukaran oksigen dan CO menurun sehingga₂
mengakibatkan rendahnyan rasio ventilasi-perfusi dan hipoksemia.
d. Terjadi hiperventilasi kompensasi dari alveoli fungsional, sehingga
mengakibatkan hipokapnea dan alkalosis resiratorik.
e. Sel-sel yang normalnya melaisi alveoli menjadi rusak dan diganti oleh sel-sel yang
tidak menghasilkan surfaktan, dengan demikian meningkatkan tekanan pembukaan
alveolar.
ARDS biasannya terjadi pada individu yang sudah pernah mengalami trauma fisik,
meskipun dapat juga terjadi pada individu yang terlihat sangat sehat segera sebelum
awitan, misalnya awitan mendadak seperti infeksi akut. Biasanya terdapat periode laten
sekitar 18-24 jam dari waktu cedera paru sampai berkembang menjadi gejala. Durasi
sindrom dapat beragam dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Pasien yang tampak
sehat akan pulih dari ARDS. Sedangkan secara mendadak relaps ke dalam penyakit
pulmonary akut akibat seranan seknder seperti pneumotorak atau infeksi berat.
sebenarnya sistem vaskuler paru sanggup menampung penambahan volume darah sampai
3 kali normalnya, namun pada tekanan tertentu, cairan bocor keluar masuk jaringan
intersisiel dan terjadi edama paru. (Jan Tambayog 2000,hal 109)
2.8 Klasifikasi
Perjalanan ARDS yang merupakan edema paru non kardiogenik, dapat dibagi menjadi 4
tahap gambaran klinis yaitu :
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada ARDS dan yang berkaitan dalam tatalaksananya
adalah :