Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PATOFISIOLOGI

TENTANG ASMA

DOSEN : HELMICE AFRIYENI,M.Farm,Apt

DISUSUN OLEH: 1. FEBBY ELFANA REZKY Ds (16160034)

2. TIKA REISA LESTARI (19160048)

3. RIZALDI YUHENDRI (19160050)

4. BRIGITA GHAITSA (19160051)

5. SONIA YOLANDA (19160056)

6. RESSA GHINA FITHRIYAH.MY (19160062)

7. DESI MELISA (19160068)

8. HANISA PUTRI ESA (19160070)

9. ZAHIYA AFIFAH FIKRI (19160083)

10. YUNEVA ARIESNI (19160086)

11. THALIA (19160087)

12. DILLA OKTAVIA (19160088)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS


DHARMA ANDALAS PADANG TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami curahkan kepada Allah SWT karena limpahan rahmat
serta anugerah dari-Nya sehingga kami mampu untuk menyelesaikan makalah
Patofisiologi dengan judul " Asma " ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita ucapkan untuk junjungan kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Selanjutnya, penulis ucapkan terimakasih kepada ibu yang telah membimbing
dan setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses
penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Penulis menyadari bahwa
terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu, apabila ada
kesalahan dalam penulisan diharapkan kritik dan saran.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap supaya makalah
yang telah penulis buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Padang, 29 Maret 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN LOGO i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Gagal Jantung 3

2.2 Tanda-Tanda Gagal Jantung 5

2.3 Jenis-Jenis Gagal Jantung 7

2.4 Penyebab Gagal Jantung 9

2.5 Pengobatan Gagal Jantung …………….. 13

BAB III PENUTUP 14

3.1 Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma.
Kejadianasma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembangtermasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan meningkatnya
industrisehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan
berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi
gambaran klinisasma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya serangan dan
sering-jarangnyaserangan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang
kala tidakterdiagnosis atau salah diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak
adekuat.Penyakit asma merupakan kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4

5% populasi penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial
terjadi padasegala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar separuh kasus timbul
sebelum usia 10tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia
kanak-kanak terdapat predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama
pada usia 30 tahun.Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia,
hal itutergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai
propinsi diIndonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke 5 dari 10
penyebab kesakitan bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992,
asma, bronkitis kronikdan emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau
sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk,
dibandingkan bronkitis kronik 11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2 per 1.000
penduduk.Beberapa anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan.Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin akan
hal ini, meskipunhal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa menderita asma,
75 % meningkat padaakhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak
di kota.

B.     RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana pengertian Asma?
2. Bagaimana epidemiologi,etiolaogi, patogenesis,manifestasi klinik Asma?
3. Bgaimana pengobatan Asma?

C.       TUJUAN
1. Mengetahui pengertian Asma.
2. Mengetaui epidemiologi,etiologi, patogenesis,manifestasi klinik,pemeriksaan,
pengobatan penyakit Asma.
3. Mengetahui pengobatan penyakit Asma.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    DEFINISI
Kondisi yang berulang dimanarangsangan tertentu mencetuskan saluran pernafasan
menyempit untuk sementarawaktu sehingga empersulit jalan pernafasan.Asma adalah
penyakit jalan nafasobstruktif intermiten, reversibel dimanatrakea dan bronchi berspon dalam
secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (Smeltzer 2002: 611).
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika
bronkusmengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 :
48).Asmaadalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).Asma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dari semua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakitgangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsanganyang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B.     EPIDEMIOLOGI
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang secara umum sering ditemui di
seluruh dunia. Prevalensi asma telah dilaporkan sampai 40% di beberapa daerah di Inggris,
Australia, Selandia Baru, dan Irlandia, sedangkan di negara-negara yang lainnya seperti
Indonesia, China, India, dan Ethiopia dengan prevalensi yang lebih rendah 4% (Chung and
Adcock, 2012). Prevalensi asma di Amerika Serikat sekitar 22 juta orangyang merupakan
salah satu penyakit kronis yang paling umum dari masa kanak-kanak, yang mempengaruhi
lebih dari 6 juta anak. Data menunjukan pasien dengan asma yang membutuhkan rawat
inap lebih dari 497.000 setiap tahunnya (Bosse et al., 2009).
Peningkatan prevalensi asma bronkial di Indonesia seiring dengan bertambahnya
usia, dimana umur kurang dari 1 th sebesar 1,1%, umur lebih dari 75 tahun prevalensinya
sebesar 12,4%, dan prevalensi asma bronkial tertinggi pada umur 25-34 tahun sebesar 5,7
%. Pada rawat inap berdasarkan umur 45–64 tahun sebesar 25,66% dan terendah pada
umur 0-6 th sebesar 0,10%. Sedangkan prevalensi rawat jalan berdasarkan umur tertinggi
25-44 tahun sebesar 24,05% dan terendah umur 0-6 tahun sebesar 0,13% (RISKESDAS,
2013).
Peningkatan kejadian asma disebabkan oleh adanya atopi, peningkatan serum
imunoglobulin E (IgE), paparan asap rokok pasif. Peningkatan prevalensi asma dapat
disebabkan oleh perubahan lingkungan indoor atau outdoor dan dapat melibatkan
aeroallergen terutama tungau debu rumah. Peningkatan prevalensi alergi dan asma bisa
disebabkan oleh aksi sinergis polusi udara atau tembakau merokok dengan sensitisasi
alergi (Chung and Adcock, 2012).
Woolcock dan Konthen (1990) di Bali mendapatkan prevalensi asma dengan
hiperreaktivitas bronkus 2,4% dan hiperreaktivitas bronkus serta gangguan faal paru
adalah 0,7%. Salah satu kemungkinan adalah bahwa perubahan pola infeksi dapat
mempengaruhi perkembangan atopi melalui perubahan respon sel-T spesifik mendukung
produksi sitokin dari 2 jenis T-helper limfosit (Th2) seperti IL-4 dan IL-5, dengan
penurunan sitokin Th1, seperti IFN-γ. Selain prevalensi, tingkat keparahan asma
tampaknya juga meningkat dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan ke rumah sakit
untuk asma dan dalam penggunaan obat asma, seperti β-agonis dan steroid inhalasi (PDPI,
2006).
Angka kematian secara umum masih rendah. Beberapa alasan mendasari angka
kematian asma adalah meningkatnya tingkat keparahan, sehingga menambah jumlah
pasien pada risiko kematian, kegagalan untuk menggunakan obat yang sesuai, karena
profesional perawatan kesehatan tidak mengevaluasi keparahan penyakit, kurangnya akses
ke perawatan medis dan penyebab iatrogenik (Chung and Adcock, 2012).
C.    ETIOLOGI
1) Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.
Faktor Predisposisi
1)Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimanacara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyaikeluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderitasangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan
foktor pencetus.Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.Faktor Presipitasi
1) AlergenDapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri dan
polusi.
2.Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
3.Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan,logam,dan
jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadakdingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-
kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Halini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
3) Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberatserangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress perlu diberi
nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratoriumhewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktulibur atau cuti.
5) Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

D.    PATOFISIOLOGI
Pada penderita asma, terjadi
bronkokonsentriksi. Proses bronkokonsentriksi ini diawali dengan proses
hypersensitivitas yang distimulasi agent fisik seperti suhu dingin, debu,
serbuk tanamana dan lainya. Asma juga dapat terjadi karena adanya
stimulasi agent psikis seperti kecemasan dan rasa takut. Pada suatu
serangan asma otot-otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi
saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya
peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara.
Hal ini memperkecil diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Sel-sel tertentu didalam
saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggung jawab terhadap awal
terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan
bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya
konstraksi otot polos, peningkatan pembentukan lender dan perpindahan
sel darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu
yang mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu
halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga
bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama
terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca
dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskanya histamin dan
leukotrien.

F.     MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
padasebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebasserangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafascepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa
tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila ada
faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkanadanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelahsembuh
serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan
adanyaobstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskanmudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaanfisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akutyang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-
otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih,
takikardi.

G.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam padagangguan
keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic persistent
bronchitis, emphysema.

H.    PENCEGAHAN
Sahabat sehat, asma merupakan jenis penyakit yang dapat dikendalikan dengan mengatur
pola hidup sehat. Selain itu, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut untuk memaksimalkan
pencegahan asma:

1) Mengenali & menghindari pemicu asma.


2) Mengikuti anjuran rencana penanganan asma dari dokter.
3) Melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan mengenali penyebab serangan
asma.
4) Menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara teratur.
5) Memonitor kondisi saluran napas.

Perlu diperhatikan, penggunaan inhaler dapat meningkatkan reaksi asma. Oleh karena itu, wajib
untuk mendiskusikannya dengan dokter, supaya rencana penanganan asma disesuaikan
dengan kebutuhan. Vaksinasi flu dan pneumonia pun sangat disarankan untuk dilakukan,
supaya asma tidak memburuk.
Jika ada keluhan tentang kesehatan anda, segera periksa diri anda ke dokter. Jangan lupa cek
kondisi kesehatan kita secara teratur untuk dapat membantu menemukan permasalahan dalam
tubuh sebelum ada gejala terlihat..

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sitemik. Penyebab dari gagal
jantung adalah disritmia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, ruptur miokard. Dari
beberpa penyebab diatas akan menyebabkan beban kerja janung meningkat lalu otomatis
akan menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal popa jantung kanan dan
kiri dan akan menimbulkan masalah-masalah keperawatan. Manifestasi klinis pada gagal
jantung terdapat dua bagian yang pertama pada gagal pompa jantung kiri (Dispnu, batuk,
kegelisahan dan kecemasan, mudah lelah), yang kedua gagal pompa jantung kanan
(Kongestif jaringan perifer dan visceral, edema ekstrimitas bawah (edema dependen),
biasanya edema pitting, penambahan berat badan, hepatomegali. Dan nyeri tekan  pada
kuadran  kanan atas abdomen  terjadi akibat  pembesaran  vena di  hepar, anorexia dan mual.
Terjadi akibat  pembesaran  vena  dan statis  vena dalam rongga abdomen, nokturia,
kelemahan). Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada gagal jantung seperti Elektro
kardiogram (EKG), skan jantung, Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple),
kateterisasi jantung, enzim hepar, rongent dada, elektrolit, oksimetri nadi, analisa gas darah
(AGD), blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin, pemeriksaan tiroid. Penatalaksanaan
yang bisa dilakukan seperti terapi farmakolgi antara lain
-          Glikosida jantung.
-          Terapi diuretik.
-          Terapi vasodilator
-          Diet.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8,  1997,  EGC, Jakarta.

Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.

Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai