- Nama : Ny. SA
1. Mansjour, Arif et al. Kapita Selekta. edisi 3, Jakarta, Media Aeculapsus. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia., 2001 hal 531
2. Markum H.M.S. Penyakit Ginjal Kronik dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
edisi IV jilid I, Jakarta, Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.,2006 hal
507-3
HASIL PEMBELAJARAN
1. Subyektif
Pasien, merupakan pasien rujukan PKM Wanggarasi dengan Gastritis kronik. Os
mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah > 5 kali sejak 1 hari yll, badan terasa lemas,
makan minum susah, susah BAB, BAK (+) sedikit dan pekat
2. Objektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium diagnosis utama Gagal ginjal
kronik grade V. Diagnosis sekunder Hipertensi dan Anemia. Pada kasus ini diagnosis
ditegakkan berdasarkan :
- Gejala klinis :
Nyeri ulu hati, mual, muntah,badan lemas, dan BAK sedikit dan pekat
- Pemeriksaan Fisik :
3. Assessment
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika
tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai
laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m.
Hipertensi adalah penyebab utama kedua dari End-stage Renal Disease (ESRD).
Sebagai contoh, menurut United States Renal Data System (U.S. Renal Data System,
2009), sekitar 51-63% dari semua pasien dengan Gagal ginjal kronik juga menderita
hipertensi. Angka ini meningkat pada pasien di atas 65 tahun menjadi 90%.
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat
kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis,
saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan
kardiovaskular.
a. Kelainan hemopoeisis
Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94 CU), sering
ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat bervariasi bila
ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
b. Kelainan saluran cerna
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal
ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dam muntah masih
belum jelas, diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus
sehingga terbentuk amonia. Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan
mukosa lambung dan usus halus. Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera
mereda atau hilang setelah pembatasan diet protein dan antibiotika.
c. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien
gagal ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat
pengobatan gagal ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf
mata menimbulkan gejala nistagmus, miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina
(retinopati) mungkin disebabkan hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada
pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan atau deposit garam kalsium pada conjunctiva
menyebabkan gejala red eye syndrome akibat iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati
mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal ginjal kronik akibat penyulit
hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.
d. Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga
berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera
hilang setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak
jarang dijumpai timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost
e. Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada
gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa
merupakan salah satu indikasi mutlak untuk segera dilakukan dialisis.
f. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi
sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Kelainan mental berat seperti konfusi,
dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai pada pasien GGK.
Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa
hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas).
g. Kelainan kardiovaskular
Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat
kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi sistem
vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium
terminal dan dapat menyebabkan kegagalan faal jantung.
4. Plan
- Diagnosis
Diagnosis utama adalah Gagal Ginjal Kronik Grade V, Hipertensi dan Anemia.
Prinsip penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik yaitu:
1. Melakukan restriksi protein
2. Kontrol hipertensi
3. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
4. Terapi pengganti ginjal
5. Hemodialisis
6. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
7. Transplantasi ginjal
- Jika diketahui hasil diagnosis positif Gagal Ginjal Kronik grade V, hipertensi dan
anemia, maka tindakan yang paling tepat adalah segera dilakukan hemodialisis, tetapi
sebelumnya kita tangani untuk hiperetensi dan anemianya. Pada CKD grade I atau II
hipertensi dapat diberikan ACE inhibitor atau ARB, tetapi pada CKD stage akhir kita
berikan antagonis aldosteron. Untuk anemianya seharusnya kita berikan ESA
(Erithropoesis Stimulating Agents), iron therapy atau transfusi sebagai pilihan
terakhir. Pada kasus ini diberikan penatalaksanaan sebagai berikut :
1. Perbaikan KU
2. Penstabilan tekanan darah
3. Penanganan terhadap anemia
4. Terapi
- Amlodipin 1 x 10 mg
- Pendidikan
Telah dilakukan kepada pasien dan keluarganya terkait penyakitnya yang memerlukan
tindakan hemodialisis. Pelaksanaan hemodialisis akan dilakukan setelah tekanan
darah stabil dan anemia dapat ditangani
- Konsultasi
Dijelaskan secara rasional perlunya konsultasi dengan ahli gizi sehingga diharapkan
adanya integrasi antara pola makan dan terapi dari dokter, sehingga penderita selalu
dalam kondisi stabil.
Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan
Kepatuhan kontrol hipertensi 7 hari post opname, Segera diketahui tingkat
kestabilan tekanan darah pasien
Nasihat Setiap kali kunjungan Kepatuhan terhadap nasihat yang
telah diberikan