Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRIBADI

TUTORIAL 2
BLOK PELAYANAN SEDIAAN FARMASI
SISTEM ENDOKRIN, KARDIOVASKULAR DAN RENAL

Oleh:

NAMA : DEWI KARTIKA


NIM : 2208020143
KELAS : C

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 38


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023
TUTORIAL 2 FARMAKOTERAPI

SISTEM ENDOKRIN, KARDIOVASKULAR DAN RENAL

Kasus: Tn. MS datang ke IGD RS dengan keluhan sesak nafas dan kondisi umum lemah, CM dan gizi
kurang. Keluhan ini dirasakan 8 jam sebelum masuk RS. Pasien rutin melaksanakan Hemodialisa
seminggu sekali dan besok adalah jadwal Hemodialis Rutin,

Identitas Pasien
Nama : Tn. MS Pekerjaan : Wiraswasta
Usia/Jenis kelamin : 40 tahun /laki-laki Berat badan : 80 kg
Alamat :- Tinggi badan : 165 cm
Status perkawinan : Menikah Peserta BPJS Tanggal masuk RS : 27 Januari 2023
Diagnosa : Gagal Ginjal Kronis

Riwayat Pasien
Riwayat Obat Riwayat Penyakit Riwayat Riwayat Keluarga Riwayat
Alergi Sosial/Gaya Hidup
- Metformin sehari Diabetes mellitus Diabetes mellitus Merokok
dua kali 1 tablet 500 dan Hipertensi sejak pada keluarga Wiraswasta
mg 3 bulan yang lalu pasien.
- Valsartan sehari
sekali 1 tablet 80 mg

1. TERMINOLOGI MEDIS

Clarify Unfamiliar Terms

No Istilah Penjelasan
1 Hemodialisa Hemodialysis adalah suatu proses dimana terjadi proses difusi terlarut
(salut) dan dan air melalui darah menuju kompartemen cairan
melewati membran semipermeable dalam dialiser. (fitria hasanuddin,
2019)
2 Gagal ginjal Kerusakan ginjal secara structural atau fungsional yang terjadi selama
kronis >3 bulan yang berpengaruh pada kesehatan. (Ferry Liwang, Patria W,
dkk,2020)
3 BUN (blood urea nitrogen) BUN adalah produk akhir dari metabolism
protein, dibuat oleh hati. (Devi Indriasari, 2009)
4 ClCr Uji pembersihan kreatinin (Creatinine Clearance Test) adalah tes yang
dilakukan untuk mengetahui kerja ginjal dan gangguan yang terjadi
pada organ tersebut. (Aliyah Fahmi,2021)
7 PRC Packed red cell berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan
selama penyimpanan atau dengan sentrifugasi putaran tinggi.
(WartaRSUD,2011)
8 Transfusi Transfuse darah adalah penginjeksian darah dari seseorang (yang
disebut donor) kedalam sistem peredaran darah seseorang yang lain
(yang disebut resipien). (Dr. Abul fadl mohsin ebrahim, 2001)
9 Albumin Albumin adalah protein utama yang dihasilkan hati selama sehat dan
sepertiga dari albumin yang dapat dipertukarkan terdapat didalam
ruang intravascular. (Jonatan Oswari, 1995)
10 GFR (Glomerular filtration rate) Adalah Variabel utama yang
menggambarkan efisiensi ginjal dalam pembuangan zat sisa
metabolism. (Patrick davey, 2005).

2. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana patofisiologi dari penyakit gagal ginjal kronis
2. Apa hubungan antara riwayat penyakit dengan gagal ginjal kronis?
3. Bagaimana tanda dan gejala gagal ginjal kronis?
4. Bagaimana penanganan terapi non farmakologinya?
5. Bagaimana penanganan terapi farmakologinya?
6. Bagaimana patofisiologi terjadinya anemia pada pasien gagal ginjal kronis?
7. Bagaimana nantinya PIO dan konseling terkait pengobatan pada pasien Gagal Ginjal Kronis?
8. Bagaimana monitoring dan evaluasi pada pasien gagal ginjal kronis?
3. BRAINSTORMING
A. Patofisiologi
secara umum penyakit ginjal kronis terjadi ketika trdapat penurunan jumlah nefron, hal
ini dapat disebabkan oleh infeksi, inflamasi, ataupun kompleks imun. Pada keadaan ini ginjal
akan beradaptasi dengan terjadinya hipertrofi dan hiperfiltrasi sehingga peningkatan ureum dan
kreatinin baru akan terlihat apabila penurunan LFG sudah mencapai 50%. Hipertrofi dan
hiperfiltrasi ini lama kelamaan akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif karena
peningkatan tekanan kapiler glomerulus akan menyebabkan kerusakan kapiler sehingga terjadi
glomerulosklerosis.
B. Etiologi dan hubunganya dengan penyakit gagal ginjal
Penyakit gagal ginjal kronik dapat disebabkan :
 Penyakit primer pada ginjal seperti glomerulonephritis, pielonefritis, hypoplasia kongenital,
penyakit ginjal polisiklik, obstruksi/ infeksi saluran kemih.
 Sekunder akibat penyakit lain atau proses sistemik seperti diabetes mellitus, hipertensi, lupus
eritematosus. (Ferry Liwang, Patria W, 2020)
Menurut Janis rivandi dan ade yonata dalam jurnal hubungan diabetes melitus dengan
kejadian gagal ginjal kronik. Dalam pengertian klinik nefropati diabetic (ND) adalah
komplikasi yang terjadi pada 40% dari seluruh pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan
merupakan penyebab utama penyakit gagal ginjal pada pasien yang mendapat terapi ginjal
yang ditandai dengan adanya mikroalbuminuria (30mg/hari) tanpa adanya gangguan ginjal,
disertai dengan peningkatan tekanan darah sehingga mengakibatkan penurunan filtrasi
glomerulus dan akhirnya menyebabkan ginjal tahap akhir.
Beberapa penelitian dalam Sub Sahara afrika telah meneliti pravalensi CKD pada orang
beresiko tinggi, termasuk orang-orang dengan diabetes dan hipertensi. Di Tanzania
pravalensi 84% pada pasien rawat jalan dewasa penderita CKD dengan diabetes dan
pravalensi CKD dari 47% diantara pasien Ghana, terutama wilayah Greater Accra, disertai
hipertensi. Selain itu tercatat 44% pravalensi pada pasien dengan hipertensi, 39% pada
mereka dengan diabetes, 16 % pada orang-orang dengan obesitas dan 12% pada mereka
yang , memilik virus human immunodeficiency (HIV) atau AIDS.
Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesia Renal Registry (IRR), pada tahun 2007-2008
didapatkan penyebab tersering kedua pada gagal ginjal kronis adalah diabetes mellitus (23%).
Pada patofisiologinya terjadinya kerusakan ginjal, hiperfiltrasi masih dianggap sebagai
awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Hiperfiltrasi yang terjadi pada
sisa nefron yang sehat lambat laun akan menyebabkan sclerosis dari nefron tersebut.
Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi glomerulus pada nefropatik diabetic
kemungkinan disebabkan oleh dilatasi alteriol aferen oleh efek yang tergantung glukosa,
yang diperantarai oleh hormon vasoaktif,IGF-1 Nitric Oxide, prostaglandin dan glucagon. Efek
langsung dari hiperglikemia adalah rangsangan sel, sintesis matriks ekstraseluler, serta
produksi TGF-β yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase-C (PKC) yang termasuk dalam
serine-threonin kinase yang memiliki fungsi pada vaskular seperti kontratilitas, aliran darah,
proliferasi sel dan permeabilitas kapiler. Dari kadar glukosa yang tinggi menyebabkan
terjadinya glikosilasi protein membrane basalis, sehingga terjadi penebalan selaput
membrane basalis, dan terjadi pula penumpukan zat serupa glikoprotein membrane basalis
pada mesangium sehingga lambat laun kapiler-kapiler glomerulus terdesak, dan aliran darah
terganggu yang dapat menyebabkan glomerulosklerosis dan hipertrofi nefron yang akan
menimbulkan nefropati diabetik.
Menurut data Indonesian Renal Registry (IRR) bebrapa tahun terakhir penyebab
tertinggi gagal ginjal adalah hipertensi, dari data tersebut masih belum bisa dipastikan bahwa
hipertensi penyebab penyakit gagal ginjal, dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh IRR
henya kepada pasien hemodialisa yang merupakan pasien gagal ginjal tahap akhir.
(kemenkes RI,2017).
Organ ginjal yang bekerja didukung oleh aliran darah ke ginjal, jaringan ginjal dan
saluran pembuangan ginjal, bila salah satu faktor itu terganggu maka akan menyebabkan
fungsi ginjal akan terganggu bahkan dapat berhenti, adanya penyakit lain yang menjadi
faktor penyebab 2 kejadian penting yaitu: (1). Peningkatan resistensi darah ke ginjal, (2).
Penurunan fungsi kapiler glomerulus. Hal ini menyebabkan terjadinya ischemia pada ginjal
yang merangsang peningkatan pengeluaran renin (pro renin menjadi renin).
Skema hipertensi renovaskuler. Iskemia merangsang pengeluaran renin dan menyebabkan
terbentuknya angiotensin II yang mengakibatkan intrarenal hemodynamics dan sodium
Retention.
Renin ini akan menyebabkan meningkatnya angiotensin I dan angiotensin II yang
mempunyai efek vasokontriksi dan pengeluaran aldosteron yang mempunyai efek intrarenal
hemodynamics dan sodium Retention. (pressure natriuresis).
Hipertensi menyebabkan gangguan pada ginjal, penyakit hipertensi pada dasarnya
adalah penyakit yang dapat merusak pembuluh darah, jika permbuluh darahnya ada di ginjal,
maka tentu saja ginjalnya mengalami kerusakan. Kejadian ini akan menyebabkan tingkat
terapi hemodialysis menjadi tinggi dan angka kematian akibat penyakit ini juga cukup tinggi.
Hipertensi menyebabkan rangsangan barotrauma pada kapiler gromerolus dan
meningkatkan tekanan kapiler gromerolus tersebut, yang lama kelamaan akan menyebabkan
gromerolusclerosis. Gromerulussclerosis dapat merangsang terjadinya hipoksia kronis yang
menyebabkan kerusakan ginjal.

(Mahadri Dhrik, 2019)


C. Tanda Dan Gejala
Penyakit ginjal kronis derajat ringan umumnya tidak menimbulkan gejala klinis yang disadari.
Pada sebagian besar kasus gejala baru akan muncul saat fungdi ginjal tersisa 10%. Gejala yang
dapat di temui antara lain :
 Sindrom uremia : nyeri dada (pericarditis), pendarahan abnormal seperti ekimosis dan
pendarahan saluran cerna, penurunan kesadaran (ensefalopati uremikum)
 Malaise, pruritus, mual dan muntah
 Anemia, pucat, mudah lelah
 Kelebihan cairan ; sesak, edema pada ekstremitas
 Palpitasi (aritmia) (Ferry Liwang, Patria W, dkk, 2020)

D. Terapi Non-Farmakologi
Pencegahan penyakit gagal jantung kronis dapat diupayakan melalui :
 Rutin aktivitas fisik untuk menjaga tetap aktif dan bugar
 Membiasakan diri untuk mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang
 Mengontrol kadar gula darah
 Memeriksa tekanan darah secara rutin dan menjaga tekanan darah dalam batas normal.
 Memeriksa berat badan secara rutin dan mengupayakan dalam rentang ideal
 Menjaga kecukupan hidrasi tubuh
 Tidak merokok
 Tidak mengkonsumsi obat-obatan diluar resep dokter secara terus menerus.
Pencegahan perburukan fungsi ginjal dan klinis dilakukan dengan :
 Pengaturan diet tinggi kalori, rendah protein, rendah garam.
 Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik, perlu membatasi asupan protein. Hal ini
dilakukan pada pasien dengan LFG<30 ml/menit/1,73 m2. Asupan protein yang
dianjurkan maksimal 0,8g/kg/BB/hari dengan jumlah kalori 30-35 kkal/kgBB/hari.
 Penurunan fungsi ginjal juga menyebabkan terjadinya hiperfosfatemia sehingga asupan
fosfat perlu dibatasi.
 Asupan garam dibatasi <2 g natrium (setara 5 g natrium klorida)
 Keseimbangan cairan dan elektrolit. Asupan cairan diseimbangkan dengan cairan yang
keluar berupa urine dan insensible water loss. (sekitar 500-800 ml/hari). Pembatasan
konsumsi natrium bertujuan mengendalikan hipertensi dan edema. Konsumsi kalium
juga perlu di batasi pada penyakit gagal ginjal kronik stadium lanjut (stadium 4-5) untuk
mencegah terjadinya hyperkalemia yang dapat berakibat pada gangguan irama
jantung. (Ferry Liwang, Patria W, dkk, 2020)

E. Terapi Farmakologi

Interpretasi

Jenis Pemeriksaan Hasil Interpretasi

Hemoglobin 8,8 Rendah

Hematokrit 27,4 Rendah

Albumin 3,19 Rendah

BUN 98 Tinggi

Creatinin 14,12 Tinggi

Kalium 5,82 Tinggi

Asam Urat 8,6 Tinggi

Glukosa 184 Tinggi

2JPP 202 tinggi

ClCr 7,3 Tinggi

Tekanan darah 200/100 Tinggi

 Mengatasi etiologi dan mencegah berulang.


 Hentikan asupan kalium
 Mengeluarkan kelebihan kalium :
- Pemberian diuretik, (Ferry Liwang, Patria W, 2020)
 Terapi hipertensi pada penderita hemodialysis dengan target tekanan darah yang ditargetkan
oleh NKF-KDOQI pre-dialitik <140/90 mmHg dan post-dialitik <130/80 mmHg. (Christoper,
2008)
 Untuk aturan pakai dan penyesuaian dosis terapi :
1. Pemberian furosemid yang direkomendasikan The Renal Drug Handbook 5th edition
frekuensi untuk furosemid yaitu satu kali perhari dengan dosis 20-40mg.
2. Pemberian diltiazem dengan penyesuaian dosis adalah 3-100 mg perhari (Nadia
Husna Dan Niken Larasati,2019)
3. Menurut Restuyani paronoan, 2019, Pemberian Valsartan, farmakokinetik dari
pemberian valsartan tidak terkait dengan tingkat kerusakan ginjal, sehingga tidak
disarankan untuk penyesuaian dosis. (Israeli, 2000) dosis awal untuk valsartan adalah
80-160 mg/ hari (koda kimble, 2013)
4. Dalam renal pharmacotherapy dosage, adjustment of medications eliminated by the
kidneys, bisoprolol termasuk kedalam obat yang membutuhkan penyesuaian dosis
untuk pasien GGK. Jika nilai LFG <8 ml/dl diberikan dosis bisoprolol 5 mg sekali sehari.
Jika LFG <10 ml/menit diberikan dosis 2,5 mg sekali sehari.
5. Pemberian lisinopril 10-40 mg sekali sehari (penatalaksanaan hipertensi, 2021)
6. Penambahan obat antidiabetik golongan thiazolididion (pioglitazone)
direkomendasikan jika kadar gula post prandialnya tidak menurun, dikarenakan
pioglitazone tidak memerlukan modifikasi dosis pada penderita CKD stadium V
dikarenakan obat ini di metabolisme dihati. (Ndaru setyaningrum, dkk, 2019)
F. Patofisiologi Terjadinya Anemia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Anemia sering kali ditemui pada penyakit gagal ginjal kronis. Hal ini disebabkan oleh
defisiensi erythropoietin, penurunan produksi eritropoietin yang berperan sebagai stimulator
eritropoiesis menyebabkan terjadinya anemia, sehingga dianjurkan pemberian eritropoietin
serta evaluasistatus besi dan pemberian suplementasi besi jika perlu. Target hemoglobin 11-
12mg/dl. (Ferry Liwang, Patria W, dkk, 2020)

G. PIO Dan Konseling Terkait Pengobatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis
Konseling Dan Pelayanan Informasi Obat

1. Menjelaskan terapi farmakologi yang digunakan, meliputi cara pemakaian obat dan
tujuan dari masing-masing pemberian obat

2. Menjelaskan kemungkinan efek samping obat yang terjadi

3. Menjelaskan cara penympanan

4. Menjelaskan terapi non farmakologi

5. Memberi informasi terkait ketersediaan obat dan harganya

6. Mengedukasi pasien terkait kepatuhan melakukan hemodialysis rutin dan kepatuhan


penggobatan obat.

7. Mengedukasi pasien terkait pentingnya hemodialysis rutin untuk keberlangsungan


hidup pasien.

8. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjelaskan kembali apa yang sudah
disampaikan.

9. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya informasi yang belum dipahami.

10. Mengingatkan kepada pasien jika terjadi hal yang tidak diinginkan segera dating.
H. Monitoring dan evaluasi

Evaluasi dan Monitoring


Parameter Hasil Monitoring
1. Nilai hemoglobin, hematocrit, albumin, BUN, Lakukan
kreatinin, glukosa, glukosa darah post prandial, Monitoring
dan CrCl Normal. dan evaluasi
2. Adanya perbaikan pada nilai GFR. berkala jika
3. tekanan darah terkontrol tiap 3 bulan sekali diperlukan
(140/80) untuk
Keberhasilan Hasil pemeriksaan
4. keseimbangan cairan dijaga (output=input) mencegah
Terapi Laboratorium
5. keseimbangan elektrolit hyperkalemia, kekambuhan
hiperfosfatemia.
6. tidak terjadi komplikasi penyakit.
7. kepatuhan menjalankan hemodialisi rutin.
8. manajemen anemia.

1. Tidak di temukan efek samping aktual penggunaan


Pada Obat pada kondisi pasien CKD, namun efek
Efek
Data riwayat samping potensial dapat muncul seiring dengan
Samping
penggunaan obat. penggunaan beberapa obat dengan mekanisme
Obat
kerja yang sama.dalam rentang waktu
penggunaan yang lama.

Terdapat interaksi obat yang potensial pada (bisoprolol +


penggunaan obat seperti, bisoprolol + diltiazem yang diltiazem)
dapat menyebabkan resiko bradikardia Monitoring
Interaksi
Lisinopril + valsartan dapat menyebabkan hipotensi, denyut
Obat
peningkatan kalium dan gangguan ginjal. jantung pasien
Valsartan +bisoprolol yang dapat meningkatkan kadar dan tekanan
kalium. darah.
Bisoprolol+ furosemide resiko hipotensi akut. (ACE-I +ARB)
Rekomendasi
penghentian
obat valsartan
dan tetap
melanjutkan
penggunaan
ACE-I
DRP (Drug Related Problem)

No. Jenis DRP Ya Tidak Alasan Tindak Lanjut

1. Ada indikasi tidak √ Kadar glukosa Memberikan terapi menggunakan


ada obat post prandial golongan tiazolididion (pioglitazone)
pasien diatas
batas normal

2. Penggunaan √

obat tanpa

indikasi / Tidak

diperlukan

obat

3. Obat tidak √

Tepat

4.. Dosis terlalu √

Rendah

5. Dosis terlalu Penggunaan lasix Memberikan Lasix dengan dosis 1x


dengan aturan sehari dengan penyesuaian dosis 20-
Tinggi
minum 2x 40mg/ hari
sehari,tidak
sesauai dengan
aturan minum
furosemide 1x
sehari

6. Efek Samping V

bisoprolol +
7. Interaksi Obat V Monitoring denyut jantung dan
diltiazem yang
tekanan darah
dapat
menyebabkan
resiko bradikardia

Lisinopril +
Monitoring tekanan darah dan kadar
valsartan dapat
kalium serta nilai LFG pada ginjal.
menyebabkan
hipotensi,
peningkatan
kalium dan
gangguan ginjal.

Valsartan
Dilakukan monitoring
+bisoprolol yang
dapat
meningkatkan
kadar kalium.

Bisoprolol+
Pemberian jeda penggunaan obat
furosemide resiko
hipotensi akut.
8. Pasien tidak
menggunakan

obat karena
alasan kepatuhan,
ekonomi, dan
availabilitas
4. PENGKAJIAN SISTEMATIK
5. LEARNING OBJECTIVE

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi gagal ginjal kronik.


2. Mahasiswa mengetahui dan memahami hubungan antara riwayat penyakit dengan gagal
ginjal kronis.
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala gagal ginjal kronis.
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami terapi non farmakologinya.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami terapi farmakologinya
6. Mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi terjadinya anemia pada pasien gagal
ginjal kronis.
7. Mahasiswa mengetahui dan memahami PIO dan konseling terkait pengobatan pada pasien
gagal ginjal kronis.
8. Mahasiswa mengetahui dan memahami monitoring dan evaluasi pada pasien gagal ginjal
kronis.
LEMBAR REKONSILIASI

No. ID : IN897JIH

No. RM : 10.30.XX.XX

Nama Pasien : Tn. MS

Alamat : Jl. X
Daftar riwayat alergi

Tanggal Obat yang menyebabkan Berat alergi Reaksi alergi


alergi
Ringan/ sedang/
berat

- - - -

Daftar semua jenis obat yang digunakan pasien atau dibawa dari rumah baik obat resep, OTC, herbal atau TCM

No Nama Obat Dosis/ Berapa Alasan Berlanjut saat


Frekuensi lama mengkonsumsi rawat inap
obat
YA TIDAK

1. Asam folat 3x1 Daei Untuk mengatasi


27/1-3/2 gejala aneminya

2. CaCo3 3x1 27/1-3/2 Mengatasi defisit


vitamin D dan
hipokalsemia

3. Valsartan 160 mg 1x1 27/1-3/2 Untuk mengatasi


tekanan darah

4. Injeksi lasix IA 1x1 27/1- Untuk mengatasi


28/1 hiperkalemia dan
tekanan darah

5. Naproten 10 mg 1x1 27/1-3/2 Untuk mengatasi


tekanan darahnya

6. Diltiazem 30 mg 3x1 27/1-3/2 Untuk mengatasi


tekanan darah dan
gejala aritmia

7. Bisoprolol 2,5 mg 1x1 29/1-3/2 Untuk mengatasi


tekanan darah dan
aritmia

Petugas

(apt. Dewi Kartika, S.Farm)


CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama
Nama
Catatan Perkembangan Tenaga terang
Tanggal Catatan Perkembangan Dokter Terang Tanggal
Kesehatan Lain
TTD
TTD
27/1 S: 28/1 S:
 Tn. MS dating dengan keluhan  Tn. MS dating dengan
sesak nafas dan kondisi umum lemah, keluhan sesak nafas dan kondisi
CM dan Gizi kurang. Keluhan ini umum lemah, CM dan Gizi
dirasakan 8 jam sebelum masuk RS, kurang. Keluhan ini dirasakan 8 apt. Dewi
pasien rutin melaksanakan dr. HA, jam sebelum masuk RS, pasien kartika
hemodialisa seminggu sekali dan Sp.PD. rutin melaksanakan hemodialisa S.Farm
besok adalah jadwal hemodialysis seminggu sekali dan besok
rutin. adalah jadwal hemodialysis
O: rutin.
 TD : 190/100 O:
 N:-  TD : 190/100
 T : 36 ° C  N:-
 RR : -  T : 36 ° C
 Sat O2 :  RR : -
A:  Sat O2 :
 Diabetes melitus, dan A:
hipertensi sejak 3 bulan lalu.  Diabetes melitus, dan
P: hipertensi sejak 3 bulan lalu.
- O2 NRM 8-10L/menit P:
- Infus D5% Mikrolini - O2 NRM 8-10L/menit
- Infus NaCL 0,9% - Infus D5% Mikrolini
- Diet RPRGKR protein 0,6 g/BB/jam - Infus NaCL 0,9%
- Diet DM 1700 kal - Diet RPRGKR protein 0,6
- Asam folat 3 x 1 g/BB/jam
- CaCO3 3 x 1 - Diet DM 1700 kal
- Valsartan 160 mg 1 x 1 - Asam folat 3 x 1
- Injeksi Lasix IA / 8 jam - CaCO3 3 x 1
- Tranfusi PRC - Valsartan 160 mg 1 x 1
- Hemodialisa - Injeksi Lasix IA / 8 jam
- Noperten 10 mg 1 x 1 - Tranfusi PRC
- Diltiazem 30 mg 3 x 1 - Hemodialisa
- Noperten 10 mg 1 x 1
- Diltiazem 30 mg 3 x 1
28/ 1 S: S: Terjadi peningkatan pada
Terjadi peningkatan pada tekanan tekanan darah, penurunan pada
darah, BUN dan creatinin. BUN dan creatinin.
O: O:
 TD : 200/100
 N:- TD : 200/90
 T : 36 ° C N:
T : 36 ° C
 RR : -
RR :
 Sat O2 :
Sat O2 :
A:
 Diabetes melitus, dan A:
hipertensi sejak 3 bulan lalu.  Diabetes melitus, dan
P: hipertensi sejak 3 bulan lalu.
- O2 NRM 8-10L/menit
- Infus D5% Mikrolini P:
- Infus NaCL 0,9% - Lasix 2 x 1
- Diet RPRGKR protein 0,6 g/BB/jam - O2 NRM 8-10L/menit
- Diet DM 1700 kal - Infus D5% Mikrolini
- Asam folat 3 x 1 - Infus NaCL 0,9%
- CaCO3 3 x 1 - Diet RPRGKR protein 0,6
- Valsartan 160 mg 1 x 1 g/BB/jam
- Injeksi Lasix IA / 8 jam - Diet DM 1700 kal
- Tranfusi PRC - Asam folat 3 x 1
- Hemodialisa - CaCO3 3 x 1
- Noperten 10 mg 1 x 1 - Valsartan 160 mg 1 x 1
- Diltiazem 30 mg 3 x 1 - Injeksi Lasix IA / 8 jam
- Tranfusi PRC
- Hemodialisa
- Noperten 10 mg 1 x 1
- Diltiazem 30 mg 3 x 1
29/1 S: 29/1 S:
Terjadi peningkatan Hb dan Terjadi peningkatan Hb dan
hematocrit dan tekanan darah hematocrit, dan tekanan darah
namun masih dibawah batas normal. namun masih dibawah batas
normal.
O:
TD : 210/100 O: apt. Dewi
N: dr. HA, TD : 210/100 kartika
T : 36 ° C Sp.PD N: S.Farm
RR : T : 36 ° C
Sat O2 : RR :
 A : Diabetes melitus, dan Sat O2 :
hipertensi sejak 3 bulan lalu. A:
Hipertensi → dibeikan
P: antihipertensi
(Tatalaksana tertulis) Anemia → diberi asam folat
P:

- O2 NRM 8-10L/menit
- Infus NaCL 0,9%
- Diet RPRGKR protein 0,6
g/BB/jam
- Diet DM 1700 kal
- Asam folat 3 x 1
- CaCO3 3 x 1
- Valsartan 160 mg 1 x 1
- Noperten 10 mg 1 x 1
- Bisoprolol 2,5 mg 1 x 1
- Diltiazem 30 mg 3 x 1
- Lasix 2 x 1
31/1 S: 5-22-22 S:
 Terjadi peningkatan Hb,  Terjadi peningkatan
hematokrit, penurunan BUN, dan Hb, hematokrit,
creatinin dan penurunan pada penurunan BUN, dan apt. Dewi
tekanan darah. creatinin dan kartika,
O: penurunan pada S.Farm
dr. HA,
 TD : 200/90 tekanan darah.
Sp.PD
N: O:
 T : 36 ° C
TD : 200/90
 RR :
N:
 Sat O2 : T : 36 ° C
A : Diabetes melitus, dan hipertensi RR :
sejak 3 bulan lalu. Sat O2 :

P: A:
(Tatalaksana tertulis),
 hipertensi → diberi
antihipertensi
 anemia → diberi asam folat
P:

 O2 NRM 8-10L/menit
 Infus NaCL 0,9%
 Diet RPRGKR protein 0,6
g/BB/jam
 Diet DM 1700 kal
 Asam folat 3 x 1
 CaCO3 3 x 1
 Valsartan 160 mg 1 x 1
 Noperten 10 mg 1 x 1
 Bisoprolol 2,5 mg 1 x 1
 Lasix 2 x 1
 Diltiazem 30 mg 3 x 1
2/2 S: 2/2 S : Terjadi peningkatan pada
Terjadi peningkatan pada BUN, BUN, Creatinin, natrium, kalium,
Creatinin, natrium, kalium, dan dan tekanan darah diastolic.
tekanan darah diastolic.
O: apt. Dewi
O: kartika
TD : 200/100
 TD : 200/100 S.Farm
N:
N: dr. HA,
T : 36 ° C
 T : 36 ° C Sp.PD
RR :
 RR : Sat O2 :
 Sat O2 :
A : Diabetes melitus, dan hipertensi A:
sejak 3 bulan lalu.  hipertensi → diberi
antihipertensi
P:  anemia → diberi asam folat
(Tatalaksana tertulis), P:

 O2 NRM 8-10L/menit
 Infus NaCL 0,9%
 Diet RPRGKR protein 0,6
g/BB/jam
 Diet DM 1700 kal
 Asam folat 3 x 1
 CaCO3 3 x 1
 Valsartan 160 mg 1 x 1
 Noperten 10 mg 1 x 1
 Bisoprolol 2,5 mg 1 x 1
 Lasix 2 x 1
 Diltiazem 30 mg 3 x 1
DAFTAR PUSTAKA

Ferry Liwang, Patria W, 2020, dkk “Kapita Selekta Kedokteran Edisi V Jilid I” Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Janis rivandi dan Ade Yonata “Hubungan Diabetes Mellitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik” Bagian
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

Mahadri Dhrik, A.A .Ngurahg putra riana prasetya, 2019 “Kajian Pemilihan Obat Antihipertensi Pada
Penderita Hipertensi Dengan Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialysis” Sekolah Tinggi
Farmasi Mahaganesha, Denpasar.

Ana pradiningsih, dkk, 2020 “ Evaluasi Penggunaan Obat Hipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Rawat Inap Dirumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat” Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram, Indonesia.

Nadia Husna Dan Niken Larasati,2019 “ Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Hemodialysis” Prodi Farmasi, Fakultas Kesehatan, Universitas Jendral Achmad Yani
Yogyakarta, Indonesia.

Restuyani paronoan, 2019 “analisis efektivitas dan efek samping penggunaan antihipertensi pada pasien
gagal ginjal kronik rawat inap di rsup dr. Wahidin sudirohusodo makassar” Universitas Hasanudin,
Makassar, Indonesia.

Larry K. golightly, et al (2013).” Renal pharmacotherapy dosage adjustment of medications eliminated by


the kidneys. New york : springer science business media new york.

Perhimpunan dokter hipertensi Indonesia,2021 “Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021” Jakarta.

Ndaru setyaningrum, dkk, 2019 “Kesesuaian Pengobatan Antidiabetik Oral Pada Pasien Dengan
Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta” departemen
farmasi, fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas islam Indonesia, Yogyakarta.

Fitria Hasanuddin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, 2019 “Adekuasi Hemodialisa Pasien Gagal Ginjal Kronik” Indonesia.

Devi Indriasari, S.Gz, 2009” 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obat Dan Cegah Penyakit”
Yogyakarta, Indonesia.

Aliyah Fahmi,S.Si,M.Si, 2021 “Kimia Klinik Dasar (Pemahaman Apa Dan Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan
Kimia Klinik” jawa barat, Indonesia.

WartaRSUD,2011”RSUD dr. H.Soemarno Sosroatmodjo Siap Menerima Pasien Jampersal” Indonesia.

Dr. Abul Fadl Mohsin Ebrahim, 2001 “Kloning, Euthanasia, Transfuse Darah, Transparasi Darah Dan
Eksperimen Pada Hewan” Indonesia.

Jonatan Oswari, 1995 “ Sabiston Buku Ajar Bedah Bagian I” Jakarta.

Patrick davey, 2005 “ At A Glance Medicine “ Penerbit Erlangga.


Ferry Liwang, Patria W, dkk, 2020 “ Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi V “ Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai