(AKI)
Gangguan Ginjal Akut (GgGA)
Nama : M. Arrayan
Tempat tgl lahir : Kota Agung 29 Sep. 1976.
Pendidikan :
1. SD, 1987
2. SMP, 1991
3. SPK, 1995
4. D3, 2002
5. S1, 2005
6. Telp. 08127322223
7. FB. Arrayan Muhammad
8. IG. arrayan3putra
9. WhatsApp 08127322223
10. Email : arrayan3putra@gmail.com
Makanan
favorit
1. Membuang sampah nitrogen.
2. Mengatur keseimbangan asam basa.
3. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit.
4. Kelenjar endokrin menghasilkan hormon erytropoitin, dan
renin.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium. :
1. Urinnalisi
2. Pemeriksaan darah
Darah rutin.
Terdiri dari pemeriksaan Hemoglobin, leukosit, laju endap drah,
hitung jenis lekosit, dan trombisit.
Faal ginjal
Terdapat berbagai macam tes fungsi ginjal, dari berbagai tes fungsi
ginjal yang sangat penting diketahui adalah tes penilaian filtrat
glomerulus.
Penilaian Filtrasi Glomerulus.
Nitrogen Urea Darah (Blood Urea Nitrogen = BUN) urea adalah hasil
dari metabolisme protein.
Kreatinin serum.
Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan
dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi
dalam urin dengan kecepatan yang sama,
Peningkatan serum kreatinin : ketoasidosis, makan daging
matang, obat-obatan yang menghambat sekresi kreatinin
oleh tubulus (simetidin, asam asetilsalisilat, trimetoprim).
Penurunan serum Kreatinin : Berkurangnya massa otot yang
berhubungan dengan kaheksia, usia, rendahnya konsumsi
protein.
Tes Kebersihan Kreatinin(TKK) / Clirens Creatinin Test (CCT).
Penduan CCT/GFR
menurut rumus Cockcroft- gault.
(140 – umur) x BB
72 x kreatinin serum
Defenisi GGA (gagal Ginjal Akut) sudah digunakan lebih dari 50 tahun
(Homer W.Smith, 1951), lebih dari 33 defenisi GGA yang
dipublikasikan, sehingga terjadi beragam interpretasi, untuk itu pakar
nefrologi bergabung dalam ADQI (Acute Dialisys Quality Initiative)
2002 sampai 2007 membuat suatu defenisi Acute Kidney Injury (AKI),
menggantikan Acute Renal failure (ARF) / GGA.
Defenisi GgGA/AKI
Penurunan mendadak fungsi ginjal (dalam 24 jam) yang ditandai
dengan peningkatan kadar kreatinin serum sebesar ≥0,3 mg/dl atau
kenaikan kadar kreatinin serum lebih dari 1,5 kali (>50%) bila
dibandingkan dengan kadar sebelumnya atau penurunan urine
output menjadi kurang dari 0,5 cc/kgBB/jam selama lebih dari 6 jam.
acute on chronic renal failure (aCRF), dinyatakan bila ditemukan
penurunan akut laju filtrasi glomerulus disebabkan factor-faktor yang
dapat dikoreksi pada pasien yang sudah diketahui mempunyai
insufiensi renal atau Penyakit Ginjal Kronis stadium dini
Angka kejadian : 25-50 kasus / 1 juta penduduk.
Di Inggris (2007), 336 kasus/ juta penduduk.
Spanyol (1996) 209 kasus/juta penduduk.
China (2007) 0,54/1000 pasien yang dirawat.
India (2007) 6,6/1000 pasien yang dirawat.
Indonesia (2005) 6,1% pada pasien yang dirawat di ruang ICU.
Di Amerika Serikat : ±1% pasien saat MRS AKI. 2-5% pasien selama
perawatan AKI. ± 95% konsultasi dgn nefrologist berhubungan
dengan AKI.
Kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya GGA dan
penanganan yang tepat dapat memperkecil resiko mortalitas dan
morbiditas. Tidak ada predileksi ras
Mortalitas: 34-63% dari seluruh kejadian. 90% AKI mengalami
anuaria atau oliguri (oliguric AKI).
PATOFISIOLOGI AKI :
Patofisiologi AKI prerenal
Apabila ginjal mengalami hipoperfusi akan mengakibatkan
rangsangan aktivitas sistem renin Angiotensinaldesteron
(RAA), sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah ginjal
yang tujuanya adalah untuk meningkatkan aliran darah ke
ginjal dan mempertahankan LFG dengan meningkatkan
reabsorbsi air dan garam di tubulus sehingga terjadi retensi
urin dan natrium mengakibatkan urin menjadi pekat.
Hipoperfusi bila dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan
kerusakan ginjal menetap.
Patofisiologi AKI Intrinsik
Gagal napas.
Etiologi :
Edema paru.
Acute respiratory distress syndroma.
Infeksi paru.
Emboli paru.
Penanganan sesuai penyebab dan penderita perlu dirawat di ruang
intensif
Gagal Jantung.
Hipertensi gawat.
Uremia.
DIAGNOSIS :
Anamnesis
Riwayat penyakit penting untuk diagnosis faktor penyebab/ tipe
GgGA dan terapi selanjutnya.
Catat penemuan selama pem.fisik seperti hipotensi, kontraksi
volume, PJ kongestif.
Minum obat nefrotoksik, trauma, perdarahan atau transfusi darah,
terpajan etanol, etilen glikol, uap air raksa, timah, kadmium atau
logam berat lainnya.
Individu dengan kondisi komorbid hipertensi, gagal jantung
kongestif, diabetes, myeloma, infeksi kronik, kel.mieloproliferatif
Output urin :
Anuria tiba-tiba obstruksi akut, GNA berat, emboli akibat obstruksi
A.renalis.
Menurunnya output urin secara gradual striktur uretra atau
kandung kemih akibat pembesaran prostat.
Akibat dari berkurangnya nefron yang berfungsi, sedikit saja zat
nefrotoksik dapat menyebabkan GGA superimposed pada
insufisiensi ginjal kronik.
Pemeriksaan Fisik: penting utk mencari data etiologi AKI.
Kulit: petekie, purpura, dan ekimosis inflamasi dan vaskuler
sebagai penyebab AKI.
Mata : Vaskulitis nekrotikans. Kelumpuhan mata, keracunan etilen
glikol atau vaskulitis nekrotikans.
Hipertensi maligna, ateroemboli, dan endokarditis.
Sistim kardiovaskuler : Nadi, TD, pem. jantung, paru-paru, turgor
kulit, edema perifer.
Catat intake cairan, output urin, timbang BB tiap hari.
Abdomen :Adakah obstruksi bladder outlet sbg penyebab AKI
misalnya kanker serviks atau pembesaran prostat. Adanya bruit di
epigastrium atau hipertensi renovaskuler.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan biokimia darah: Hitung sel darah lengkap, Ureum dan
kreatinin serum, LGF : kadar yang meningkat atau kecepatan
kenaikannya.
Rasio Ureum/kreatinin : 20:1 reabsorbsi urea seperti pada pengurangan
volume. > 20: 1 perdarahan gastrointestinal bagian atas, uropati
obstruktif, protein enteral dan parenteral yang meningkat, terapi
kortikosteroid, kondisi hiperkatabolik.
Urinalisis :. Urin merah kecoklatan, GNA atau adanya myoglobin atau
hemoglobin. Proteinuria atau penyakit ginjal intrinsik (GN, nefritis
interstitialis akut, nekrosis tubuler, penyakit vaskuler. Silinder RBC,
kelainan glomerulus, RBC dismorfik, lupus nefritis, sedimen lekosit atau
silinder lekosit pielonefritis atau nefritis interstitialis akut. Eosinofil
(pengecatan Wright atau Hansel) ISK, GN, emboli, atau nefritis
interstitialis akibat obat. Kristal asam urat ATN akibat nefropati asam
urat, Kristal kalsium oksidat AKI akibat keracunan etilen glikol.
Radiologi : USG pada AKI biasanya normal, kecuaili bila ada PGK maka
ginjal akan mengecil.
Penatalaksanaan :
Th/ agresif sedini mungkin. Kreatinin serum baru meningkat setelah
LFG berkurang 50%.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan mengoreksi
parameter biokimia.
Koreksi asidosis dengan pemberian bikarbonat.
Hiperkalemia harus diturunkan dg menguarangi intake kalium,
menunda absorpsi kalium, penggunaan potassium-binding
resin,kontrol perpindahan intraseluler, dialisis.
Koreksi anemia, kelainan platelet dg transfusi, pemberian
desmopressin atau estrogen.
Pengelolaan konservatif pada AKI
N
o
Komplikasi Terapi
1
.
Kelebihan cairan Batasi garam (1-2 gr/hari) dan air < 1 liter /hari.
2
.
Intravaskuler Bartasi cairan (<1 liter /hari), hindari pemberian cairan
hipotonis (termasuk Dextrosa 5%)
3
.
Hiperkalemia Batasi intake kalium (<40mmol/hari)
Hindari suplemen kalium dan diuretic hemat kalium.
Beri resin “potassium binding ion exchange” (kayaxalat)
Beri glukosa 50% sebanyak 50 cc +insulin 10 unit
Beri natrium bikarbonat (50-100 mmol)
Beri salbutamol 10-20 mg inhaler atau 0,5-1 mg iv
Kalsium glukonat 10% (10 cc dalam 2-5 menit)
4
.
Acidosis Batasi intake protein (0,8-1 gr/kgBB/hari)
metabolic Beri natrium bikarbonat (usahakan kadar serum
bikarbonat plasma > 15 mm0l/l dan pH arteri > 7,2
5
.
Hiperposfatemia Batasi intake posfat (800 mg/hari), beri pengikat posfat
(kalsium asetat-bikarbonat, alumunium HCL, sevalemer).
6
.
Hipokalsemia Kalsium bikarbonat atau kalsium glukonat 10% (10-20
cc)
PENGKAJIAN
Riwayat Kesehatan
Data biografi, pola sehat – sakit, pola pemeliharahaan
kesehatan,
pola hubungan kekerabatan, riwayat kesehatan (lalu dan
keluarga)
Data dasar / pem fisik
Fatigue / malaise
Hipotensi
Distritmia jantung
Bradikandi (hipovolemia)
Edema
Pucat (pendarahan)
OliguriaAbdomen kembung.
Mual, muntah, aneriksa
Gang, status mental (tk kesadaran)
Fasikulasi otot / kejang
Takipnea / dyspnea
Nafas amonia, batuk
Demam (sepsis, dehidrasi)
DIAGNOSA KEP.
Gangguann Keseimbangan Volume Cairan : kelebihan / kekurangan b.
d. Retensi air , kehilangan cairan berlebih, pendarahan, dsb.
(Resiko) penurunan curah jantung b. d. kelebihan / defisit volume
cairan, ketidak seimbangan eletronik.
(Resiko) perububahan / gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan b. d.
anoreksi, ganguan sistem metabolik (katabolisme protein), diet.
Resiko kerusakan jaringan kulit b. d. status nutrisi buruk, edema,
pruritus.
Resiko infeksi b. d. depresi pertahanan imunologi, prosedur invasif,
malnutrsi.
Kurang pengetahuan ttg kondisi, prognosis, terapi.
Cemas b. d. prognosa penyakit, ketdk adekuatan mekanisme koping,
dsb.
PRIORITAS KEP
Membuat / mempertahankan keseimbangan cairan &
elektronik
Mencegah komplikasi
Memberikan dukungan / suport
Memberikan informasi tentang penyakit prognosa & regiman
terapi
TINDAKAN KEP
Sesuai dengan dx keperawatan yang muncul dengan
mengacu pada tujuan & keriteria hasil yang ditetapkan
Memperhatikan prioritas tindakan keperawatan.
Tindakan kolaborasi memegang peranan penting utk
pemulihan organ (fisiologis ginjal) & mencegah komplikasi
perlu tindakan pematauan / monitor keefektifan terapi &
hasil labotarium
EVALUASI KEPERAWATAN
Tercapainya kondisi keadekuatan volume cairan
Tidak terjadinya komplikasi
Kondisi / status nutrisi adekuat
Cemas tertasi
Tk pengetahuan bertambah.
PERITONEAL
HEMODIALYSIS
DIALYSIS
TRANSPLANTASI
PGK (Penyakit Ginjal Kronik) / CKD (Cronic Kidney
Desease)
Dalam kepustakaan sekarang banyak ditemukan defenisi dari
penyakit ginjal kronik / CKD (Chronic Kidney Desease).
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Penurunan LFG
Arrayan. Documents
(1).Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Keseimbangan cairan intravaskuler dan
natrium masih dapat dipertahankan
sampai GFR menurun dibawah 15
ml/menit.Toleransi terhadap asupan
cairan dan garam sudah mulai berkurang
pada stadium lebih dini.
Kelebihan cairan akan bermanifestasi
sebagai oedem bahkan sampai gagal
jantung kongestip. Penatalaksanaanya
adalah dengan membatasi cairan dan
garam serta pemberian diuretic.
Arrayan. Documents
Acidosis metabolic terjadi karena
berkurangnya kemampuan mensekresi H+,
mulai terjadi pada GFR < 30 ml/menit.
Arrayan. Documents
(2).Hiperfosfatemia.
Konsentarasi fosfor dalam darah
dipertahankan melalui filtrasi di glomerulus,
sampai dengan GFR 30 ml/menit
keseimbangan fosfor masih dapat
dipertahankan walaupun dengan
konpensasi meningkatnya sekresi hormon
paratiroid.
Usaha untuk mencegah perubahan
tersebut dengan pengaturan diet rendah
protein, apabila GFR turun dibawah 30
ml/menit maka obat pengikat fosfat
diperlukan.
Arrayan. Documents
(3).Osteodistropi renal.
Perubahanpada metabolisme dan struktur
tulang merupakan suatu hal yang umum
terjadi pada pasien dengan GGK, ada 3
jenis perubahan tulang pada GGk yaitu :
osteotis fibrosa, osteomalacia dan
adynamic bone desease.
Arrayan. Documents
(5).Anemia.
Anemia pada pasien GGK merupakan suatu hal
yang umum, lebih dari 90 % penderita mengalami
anemi, bahkan pertanda yang membedakan GGA
dengan GGK. Jenis anemianya adalah normokrom
normositer.
Penyebab utamnya adalah berkurangnya
pembentukan sel darah merah (SDM).
1. Akibat defisiensi pembentukan eritropoitin oleh
ginjal.
2. Lama hidup SDM pasien GGK separuh dari masa
orang normal.
3. Hemolisis, perdarahan dan defisiensi Fe.
Penurunan Eritropoitin sudah mulai pada kadar serum
>2-3 mg% (GFR 30-50 ml/menit). Anamia perlu
diperbaiki oleh karena berpengaruh terhadap
kwalitas hidup serta komplikasi kardiovaskuler.
Arrayan. Documents
(6).Gangguan hormon / infertilitas.
Selain penurunan hormon eritropoitin dan
peningkatan hormon rennin pada GGK
juga terjadi gangguan kesuburan.
Wanita muda yang menderita GGK akan
berhenti menstruasi sedangkan paada pria
umumnya menjadi impoten dan steril bila
GFR menurun hingga 5 ml/menit.
Baik pria atau wanita akan kehilangn libido
bila uremia semakin berat.
Arrayan. Documents
(7).Perubahan kulit.
Penimbunan pigmen kemih (urokrom)
bersama anemia pad insufisiensi ginjal lanjut
akan menyebabkan kulit pasien menjadi
putih seakan-akan berlilin dan kekuning-
kuningan. Orang berkulit coklat, kulitnya akan
berwarna coklat kekuningan, sedangkan
pada orang berkulit hitam akan berwarna
abu-abu bersemu kuning, terutama ditelapak
tangan dan kaki.
Penderita uremia sering mengalami pruritis
dan ini dianggap sebagai menifestasi
peningkatan fungsi kelenjar paratiroid dan
pengendapan kalsium dalam kulit. Jika kadar
BUN sangat tinggi, maka pada bagian kulit
yang banyak berkeringat akan timbul kristal
urea yang halus berwarna putih.
Arrayan. Documents
(8).Perubahan pada saluran cerna.
Manifestasi uremia di saluran cerna dapat
menyebabkan pasien sangat terganggu.
Anoreksia ,mual, muntah merupakan
gejala yang sering ditemukan pada
uremia. Seluruh saluran cernah dapat
terserang pada uremia.
Pasien mengeluh rasa kecap logam pada
mulutnya, napasnya berbau amoniak,
pada lambung, usus besar, usus kecil juga
dapat terbentuk tukak dan dapat
menyebabkan perdarahan yang cukup
berat.
Arrayan. Documents
(9).Kelainan neuromuskuler.
Arrayan. Documents
Pada perubahan neuromuscular ini dapat
dibagi menjadi dua bagian :
a. Sistem saraf pusat.
Gejala dan tanda pada tahap ini adalah
penurunan ketajaman serta kemampuan
mental untuk berpikir, apatis dan kelelahan.
b.System sarap tepi.
Gejala yang timbul pada tahap ini adalah
restless leg sindroma, perubahan sensorik
pada ekstrimitras pasien merasa nyeri seperti
terbakar, perasaan baal pada kaki dan jari
kaki yang kemudian menjalar ketungkai
seperti kaus kaki panjang. Gangguan motorik
biasanya dimulai dengan foot drop dan akan
berkembang menjadi paraplegi.
Arrayan. Documents
By.Arrayan Arrayan. Documents
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium. :
1. Urinnalisi
2. Pemeriksaan darah
Darah rutin.
Terdiri dari pemeriksaan Hemoglobin, leukosit, laju endap drah, hitung jenis
lekosit, dan trombisit.
Faal ginjal
Terdapat berbagai macam tes fungsi ginjal, dari berbagai tes fungsi ginjal
yang sangat penting diketahui adalah tes penilaian filtrat glomerulus.
Penilaian Filtrasi Glomerulus.
Nitrogen Urea Darah (Blood Urea Nitrogen = BUN) urea adalah hasil dari
metabolisme protein.
Kreatinin serum.
Kreatinin merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot
dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan
kecepatan yang sama,
Peningkatan serum kreatinin : ketoasidosis, makan daging
matang, obat-obatan yang menghambat sekresi kreatinin
oleh tubulus (simetidin, asam asetilsalisilat, trimetoprim).
Penurunan serum Kreatinin : Berkurangnya massa otot yang
berhubungan dengan kaheksia, usia, rendahnya konsumsi
protein.
Tes Kebersihan Kreatinin(TKK) / Clirens Creatinin Test (CCT).
Penduan CCT/GFR
menurut rumus Cockcroft- gault.
(140 – umur) x BB
72 x kreatinin serum
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama
kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat
nefritogen daripada yang lain
Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut yang
ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.
Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan
A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca
streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3
tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus
golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan
dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian
penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini
dapat dikurangi.
Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan
timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan
lupus eritematosus.
A. Congenital (herediter)
1. Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya
glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai
tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus
anterior.
Gejala klinis yang utama adalah hematuria,
umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan
eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat
menderita infeksi saluran nafas atas.
Hilangnya pendengaran secara bilateral dari
sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada
saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur
sepuluh tahunan.
2. Sindrom Nefrotik Kongenital
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau
bahkan sebelum lahir.
Gejala proteinuria massif, sembab dan
hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi
beberapa minggu sampai beberapa bulan
kemudian.
Proteinuria terdapat pada hampir semua bayi pada
saat lahir, juga sering dijumpai hematuria
mikroskopis.
Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik
(hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai
dengan sembab dan tidak berbeda dengan
sindrom nefrotik jenis lainnya.
1. Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui
etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik,
bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai
glomerulonefitis progresif.
20-30% pasienmenunjukkan hematuria mikroskopik dan
proteinuria,
30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis
akut dengan hematuria nyata dan sembab,
sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala
sindrom nefrotik.
Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi
saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit
tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca
streptococcus atau nefropati IgA.
2. Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada
keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan
obat tertentu.
Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada
hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik.
Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak,
didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom
nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian
berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan
awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun.
Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria
didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik
merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat
awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%,
dan hipertensi 30%.
3. Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien
dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik,
hipertensi dan gagal ginjal kronik.
Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus
dengan gangguan hepar, saluran cerna atau
kelainan sendi.
Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis
karena kebetulan ditemukan hematuria
mikroskopik.
Adanya episode hematuria makroskopik biasanya
didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain
atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi.
Golerulonefritis sekunder yang banyak
ditemukan dalam klinik
yaitu glomerulonefritis pasca
streptococcus, dimana kuman penyebab
tersering adalah streptococcus beta
hemolitikus grup A yang nefritogenik
terutama menyerang anak pada masa
awal usia sekolah.
Glomerulonefritis pasca streptococcus
datang dengan keluhan hematuria nyata,
kadang-kadang disertai sembab mata
atau sembab anasarka dan hipertensi.
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan
glomerulus dan non glomerulus berdasarkan etiologi,
histology, atau perubahan faal yang utama.
Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus yang sering
dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan
fungsi ginjal.
Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat
membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non
glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis pasti.
Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria,
hematuria, sembab, hipertensi dan penurunan fungsi
ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara
bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik,
gejala klinisnya terutama terdiri dari proteinuria massif dan
hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sebab.
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran
seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia,
hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi
maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.
2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan,
pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme
pembuluh darah lokal dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki
basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah
yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
melainkan juga disebabkan oleh bertambahnya volume
plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung
akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.
4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping
sintesis eritropoetik yang menurun.
1. Istirahat selama 1-2 minggu
2. Modifikasi diet.
3. Pembatasan cairan dan natrium
4. Pembatasan protein bila BUN meningkat.
5. Antibiotika.
6. Anti hipertensi
7. Pemberian diuretik furosemid intravena (1
mg/kgBB/kali)
8. Bila anuria berlangsung lama (5-7hari)
dianjurkan dialisa peritoneal atau
hemodialisa.
a. Pengkajian
1. Biodata
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
2. Riwayat Penyakit
Riwayat kesehatan umum, meliputi gangguan atau
penyakit yang lalu, berhubungan dengan penyakit
sekarang. Contoh: ISPA
Riwayat kesehatan sekarang, meliputi;
keluhan/gangguan yang berhubungan dengan penyakit
saat ini. Seperti; mendadak nyeri abdomen, Pinggang,
edema.
1. Aktivitas/istirahat
- Gejala: kelemahan/malaise
- Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus otot
2. Sirkulasi
- Tanda: hipertensi, pucat,edema
3. Eliminasi
- Gejala: perubahan pola berkemih (oliguri)
- Tanda: Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
4. Makanan/cairan
- Gejala: (edema), anoreksia, mual, muntah
- Tanda: penurunan keluaran urine
5. Pernafasan
- Gejala: nafas pendek
- Tanda: Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman
(pernafasan kusmaul)
6. Nyeri/kenyamanan
- Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
- Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
Pada laboratorium didapatkan:
- Hb menurun ( 8-11 )
- Ureum dan serum kreatinin meningkat. (
Ureum : Laki-laki = 8,84-24,7 mmol/24jam atau
1-2,8 mg/24jam, wanita = 7,9-14,1
mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam,
Sedangkan Serum kreatinin: Laki-laki = 55-123
mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl, wanita = 44-106
mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl).
- Elektrolit serum (natrium meningkat,
normalnya 1100 g)
- Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 ,
albumin ⊕, Eritrosit ⊕, leukosit ⊕)
- Pada rontgen: IVP abnormalitas pada
sistem penampungan (Ductus koligentes)
1. Kelebihan voleme cairan berhubungan
dengan penurunan haluaran urin, diet
kelebihan dan retensi cairan natrium
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d mual,muntah,anoreksia,
pembatasan diet dan perubahan
mambran mukosa mulut
3. Kurang pengetahuan tentang
kondisidan penanganan
4. Intoleransi aktivitas b/d keletihan,
anemia, retensi produk sampah dan
prosedur dialisis
.1. Kaji status cairan :
•Timbang berat badan tiap hari
•Keseimbangan massukan dan haluaran
•Turgorr kulit dan adanya oedema
•Distensi vena leher
• Tekanan darah denyut dan irama nadi
2. Batasi masukan cairan
3. Identifikasi sumber potensial cairan:
Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral
dan intravena
Makanan
4. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
5. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan
6. Tingkatkan dan dorong hygiene oral dan sering
1. Kaji status nutrisi :
oPerubahan berat badan
oPengukuran antrometrik
oNilai laboratorium (elektron serum, BUN., kreatinin, protein, transferin, dan kadar besi)
2. Kaji pola diet nutrisi pasien :
•Riwayat diet
•Makanan kesukaan
•Hitung kalori
3.Kaji foktor yang berperan dalam merubah masukan nitrisi :
•Anoreksia, mual/muntah,
•Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
•Depresi
•Kurang memahami pembatasan diet
•Stomatitis
4. Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas – batas diet
5. Tingkatkan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi seperti :
telur, pruduk susu, daging,
6. Timbang berat badan tiap hari.
1. Jelskan fungsi renal dan konsekuensi GNA
sesuai dengan tingkat pemehaman dan
kesiapan pasien untuk belajar
2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara
– cara untuk memahami berbagai
perubahan akibat penyakit dan penanganan
yang mempengaruhi hidupnya.
3. Sediakan informasi tertulis maupun secara oral dengan
tepat tentang :
oFungsi dan kegagalan renal
oPembatasan cairan dan diet
oMedikasi
oMelaporkan masalah tanda dan gejala
oJadwal tindak lanjut
oSumber di komunitas
oPilihan terapi
1. Kaji faktor yang menimbulkan keletihan:
oAnemia
oKetidakseimbangan cairan dan elektrolit
oRetensi produk sampah
oDepresi
2. tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
perawatan diri yang dapat di toleransi,
bantu jika keletihan terjadi
3. anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
4. anjurkan untuk istirahat setelah dialisisinstruksi dasar
untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut
Menunjukan perubahan - perubahan berat badan
yang lambat
·Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
·Menunjutkan turgo kulit normal tanpa oedema
·Menunjukan tanda – tanda vital normal
·Menunjukan tidak adanya distensi vena leher
·Meloporkan adanya kemudahan dalam
bernafas/tidak terjadi nafas pendek
·Melakukan hyegiene oral dengan sering
·Melakukan penurun rasa haus
·Meloporkan berkurangnya kekeringan pada
mambra mukosa mulut
·Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis
yang tinggi
·Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam
batasan diet
·Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
·Mematuhi medikasi sesuai dengan jadwal untuk mengatasi
anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang
·Menjelaskan dengan kata – kata sendiri rasinal pembatasan
diet dan hubungan dengan kadar kreatinin dan urea
·Mengkosulkan daftar makanan yang dapat direrima
·Melaporkan peningkatan nafsu makan
·Menunjukan tidak adanya perlambatan / penurunan berat
badan yang tempat
·Menunjykan turgor kulit yang normal/tanpa oedema, kadar
albumin, plasma dapat diterima
Menytakan hubungan antara penyebab
glomerulonephritis akut dan konsekuensinya
Menjelaskan pembatasan cairan dan diet
sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal.
Mempertahankan hubungan GNA dengan
kebutuhan penanganan menggunakan kata – kata
sendiri
Menanyakan tentang pilihan terapi yang
merupakan petunjuk persiapan belajar
Menyatakan rencana untuk melanjutkan
kehidupan normalnya sedapat mungkin
Menggukan informasi dan instruksi terrtulis untuk
mengklasifikasikan pertanyaan dan mencari
informasi tambahan.
DX IV :
Berpartisipasi dalam meningkatkan
tingkat aktivitas dan latihan
Melaporkan rasa sejahtera
Melakukan istirahat dan aktivitas secara
bergantian
Berpertisipasi dalam aktivitas perawatan
mandiri yang dipilih .
PERITONEAL
HEMODIALYSIS
DIALYSIS
TRANSPLANTASI
Integrated Renal Replacement Therapy
Renal
Replacement
Therapy
Terapi pengganti ginjal :
1. Dialisis :
- Hemodialisis
- Peritoneal Dialisis.
2. Transplantasi Ginjal.
Hemodialisis :
Tindakan “pengobatan “ dengan tujuan mengeluarkan sisa
metaboisme dari dalam tubuh melalui proses pertukaran
antara bahan yang ada dalam dialisat dengan bahan yang
ada dalam darah melewati membran smipermeabel secara
difusi atau ultrafiltrasi.
Tujuan :
Untuk menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal
sedemikian rupa sehingga pengobatan biasa (konservatif )
tidak dapat lagi mempertahankan kehidupan.
Tujuan Hemodialisis :
1. Menunggu fungsi ginjal pulih dengan pengobatan atau
operasi.
2. Hemodialisa reguler/ seumur hidup karena ginjal tidak
dapat pulih kembali.
3. Menunggu cangkok ginjal.
By. Arrayan
2. Indikasi Kronis
Bisanya pada Gagal Ginjal Kronis dengan :
- Gejala klinis dan laboratorium sama dengan
GGA.
- Kliren kreatinin (CCT) < 15 ml/menit.
3. Dialisis Preparatif.
Penderita gagl ginjal yang disebabkan karena
kelainan cirurgis yang dalam keadaan uremia
tidak dapat dilakukan operasi. Penderita
dilakukan dialisis preparatif sampai keadaan
memungkinkan untuk dilakukan operasi.
Keunggulan hemodialisa.
1. Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dibersihkan.
2. Waktu dialisis cepat.
3. Resiko kesalahn teknik kecil.
4. Adekuasi dialisis dapat ditetapkan segera, under
dialisissegera bisa dikoreksi.
Kelemahan Hemodialisis.
1. Tergantung mesin.
2. Sering terjadi hipotensi,kram, disquilibrium sindroma.
3. Vaskuler akses infeksi, trombosis.
4. Sisa fungsi ginjal cepat menurun dibandingkan peritonel
dialisis.
5. Resiko tertularnya penyakit dari peralatan hemodialisa.
Komponen-komponen pada Hemodialisa.
1. Ginjal buatan / Dializer.
Adalah sebuah tabung yang terbuat dari bahan
celulosa aceteat hollow fiber.
Pada dializer terdapat dua kompartemen :
- Kompartemen darah.
- Kompartemen dialisat.
Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh membran
smipermeabel. Aliran darah berlawanan dengan aliran
dialisat.
Arah aliran
darah
Arrayan Documents
Layar monitor
Dializer
AV Blood line
Heparin
Dialisat
Arrayan Documents
3. Vaskuler Akses.
Suatu cara mengeluarkan darah dari tubuh yang kemudian
masuk ke dalam dializer selanjutnya darah dikembalikan
ketubuh.
Tujuan :
1. Mengeluarkan darah dari tubuh menuju dializer.
2. Memasukan darah dari dializer kembali ketubuh.
2. Permanen.
a. AV fistula ( cimino ).
b. AV graf.
Kanul double lumen pada vena
subklavia
Arrayan Documents
Kanul double lumen pada vena
femoralis
Arrayan documents
Arrayan Documents
Arrayan Documents
Heparinisasi.
Antikoagulan diperlukan selama sesi HD untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah pada sirkuit extakorporeal.
Teknik heparinisasi.
Discontinous heparinisasi.
Takaran awal 100-2000IU. Pada tiap jam berikutnya diberikan 100-
2000IU total 4000-5000 IU.
Continous heparinisasi.
Teknik menggubnakan infusion pump. Dosis sama dengan diatas.
Persiapan sebelum Hemodialisa.
a. Persiapan pasien:
Pengkajian data-data pasien meliputi :
1. Identitas pasien.
2. Riwayat penyakit.
3. Keadaan umum pasien.
4. Keadaan psikososial.
5. Keadaan pisisk (tanda fital, berat badan, warna kulit, konjungtiva, ekstrim
6. Data Laboratorium:
HB, ureum, kreatinin, Elektrolit, HIV,HBSAG, CT_BT, glukosa, albumin, protein
pospat.\
7. Data interdialisis (untuk pasien HD rutin).
1. Listrik.
2. Air.
3. Saluran pembuangan.
4. Sistem dialisat.
Penanganan:
Atur posisi kepala lebih rendah dari kaki.
Pemberian glukosa IV.
Anjurkan pasien mengkonsumsi makanan yang mengandung
glukosa selama HD.
3. Mual-muntah
Penyebab:
gangguan GIT
Katakutan
Reaksi obat
Hipotensi.
Penanganan :
Penanganan :
Beri Oksigen sesuai kebutuhan
Bila berlanjut HD stop.
Kram otot
Penyebab :
Peningkatan UF , penurunan elektrolit tubuh yang cepat.
Penanganan : turunkan uf, massage daerah kram.
Sindrom ketidakseimbangan dialisis
Ketidak seimbangan BUN di otak dengan dalam peredaran darah
menyebabkan perpindahan air kedalam otak menyebabkan
odema cerebri, biasanya terjadi pada pasien pertama kali HD
paada pasien yang mengalami uremia berat.
Hipoksemia
Sering terjadi pada pasien dengan gangguan kardiopulmonal.
Aritmia
Terjadi pada pasien yang mengalami hipoksemia, hipotensi,
penghentian obat antiaritmia selama dialisis perubahan kalsium,
magnesium, kalium dan bikarbonat.