Akut
Kelompok 8
- Nonny
- Odilla
Definisi
– Gagal ginjal akut (ARF = acute renal Failure) adalah kemunduran cepat fungsi
ginjal, yang disertai dengan penumpukan sampah-sampah nitrogen di dalam
tubuh (azotemia) , yang tidak disebabkan oleh faktor-faktor ekstrarenal. (
buku farmakologi & terapi pediatri ed. 2 : 391)
– Kerusakan ginjal akut (AKI) adalah sindrom klinis yang umumnya didefinisikan
oleh pengurangan fungsi ginjal secara mendadak sebagaimana dibuktikan
oleh perubahan nilai laboratorium, kreatinin serum (Scr), nitrogen urea darah
(BUN), dan output urin.
RIFLE (Risiko, Cedera, Gagal, Kehilangan Fungsi Ginjal, dan Penyakit Ginjal
Akhir-Tahap) dan kriteria AKIN (Jaringan Ginjal Rusak) adalah dua klasifikasi
berdasarkan kriteria sistem dikembangkan untuk memprediksi hasil pasien.
Penyakit Ginjal: Memperbaiki panduan Praktek Klinis Hasil Global (KDIGO)
dikembangkan untuk diberikan satu definisi standar AKI.
(DIPIRO, 2015)
Etiologi
Gagal ginjal akut merupakan sakit yang kritis. Tanda- tandanya meliputi oliguria, azotemia
dan kadang-kadang anuria. Ketidakseimbangan elektrolit, asidosis metabolik, dan beberapa
akibat berat lainnya akan terjadi ketika keadaan uremia yang dialami pasien bertambah
berat dan disfungsi renal mengganggu sistem tubuh yang lain, seperti :
a. Gastro intestinal : anoreksia, ,mual, muntah, diare, konstipasi, stomatitis, perdarahan,
hematemesis, membran mukosa yang kering, pernapasan uremik.
b. SSP : sakit kepala, mengantuk, iritabilitas, kebingungan, neuropati perifer, serangan
kejang, koma.
c. Kulit : kering, pruritus, pucat, purpura dan kadang-kadang uremic frost
d. Kardiovaskuler : pada awal penyakit, hipotensi& kemudian terjadi hipertensi, aritmia,
kelebihan muatan #airan, gagal jantung, edema sistemik, anemia, perubahan
mekanisme pembekuan darah
e. Pernapasan : edema paru, pernapasan
Manifestasi klinik
– Manifestasi klinik dari penyakit ini sulit dikenali dan tergantung pada kondisi
pasien. Pasien rawat jalan biasanya tidak mengalami kondisi akut, sedangkan
pasien rawat inap umumnya mengalami ARF setelah kejadian katastrofik.
– Gejala pada pasien rawat jalan umumnya berupa perubahan pada kebiasaan
urinasi, berat badan atau nyeri disisi tubuh. Tenaga medis biasanya dapat
mengenali gejala sebelum dikeluhkan oleh pasien.
– Gejala termasuk udema, urin berwarna/ berbusa, penurunan volume urin dan
terjadi hipotensi ortostatik.
( ISO Farmakoterapi 2)
Patofisiologi
– AKI dapat dikategorikan sebagai :
o prerenal (akibat penurunan perfusi ginjal dalam pengaturan jaringan
parenkim yang tidak rusak)
o intrinsik (akibat kerusakan struktural pada ginjal)
o paska renal (akibat obstruksi / penyumbatan aliran urin dari tubulus ginjal ke
uretra)
o fungsional (terjadi akibat perubahan hemodinamik pada glomerulus tanpa
penurunan perfusi atau perusakan struktural).
– Tujuan terapi
Tujuan utama terapi adalah untuk menghindari dan meminimalisasi
kerusakan ginjal lebih lanjut yang dapat menghambat pemulihan dan untuk
menyediakan fungsi penunjang sampai fungsi ginjal kembali normal.
RIFLE, AKIN, dan KDIGO Klasifikasi Skema untuk Cedera Ginjal Akut
Kegagalan Scr meningkat menjadi tiga kali lipat atau GFR turun> 75% dari awal, Anuria selama ≥ 12 jam
atau Scr ≥4 mg / dL (≥354 μmol / L) dengan kenaikan akut paling
sedikit 0,5 mg / dL (44 μmol / L)
Kehilangan kehilangan fungsi (RRT) selama> 4 minggu
ESKD RRT> 3 bulan
TINGKAT 1 Scr meningkat ≥ 0,3 mg / dL (≥27 μmol / L) atau 1,5 sampai 2 kali lipat <0,5 mL / kg / jam selama ≥6 jam
dari awal
TINGKAT 2 Scr meningkat> 2 - sampai 3 kali lipat dari awal <0,5 mL / kg / jam selama ≥ 12 jam
TINGKAT 3 Scr meningkat> 3 kali lipat dari baseline, atau Scr ≥4 mg / dL (≥354 <0,3 mL / kg / jam selama ≥ 24 jam
μmol / L) dengan peningkatan akut minimal 0,5 mg / dL (≥44 μmol / L), atau anuria selama ≥ 12 jam
atau kebutuhan untuk RRT
Penipisan volume :
Pendarahan, lost GI, lost ginjal Obstruksi kandung kemih
(drug-induced atau diuresis Nekrosis tubular
Kerusakan
BPH, keganasan,
osmotik, diabetes insipidus), akut Iskemik :
vascular : obat antikolinergik,
kulit (luka bakar), Kerusakan Hipotensi, sepsis
Arteri ginjal / kateter kandung kemih
hypoalbuminemia glomerulus :
vena trombosis, Racun endogen : Interstisial akut
Nephrotic /
Atherothromb Myoglobin, Nefritis : Obstruksi uretra
Berkurang efektif : nephritic
embolism, hemoglobin, asam NSAID, Keganasan, retroperitoneal
volume darah peredaran darah vaskulitis, glomerulopati,
urat, cahaya antibiotik, dll. fibrosis, nefrolitiasis
Penurunan curah jantung, HTN dipercepat penyakit
autoimun myeloma
paru, katup penyakit, sistemik HTN, HUS, atau Pelvis ginjal
vasodilatasi, sepsis, sirosis TTP
Racun eksogen : Nephrolithiasis, obat-obatan
Obat-obatan
Fungsional : nefrotoksik,
NSAID, ACEI, ARB, dll. pewarna kontras
– Pendekatan umum
a. Faktor resiko ARF diantaranya peningkatan usia, infeksi akut, gangguan pernapasan
atau kardiovaskular kronik yang sudah ada sebelumnya, dehidrasi dan gagal ginjal
kronik. Penurunan perfusi ginjal yang menyertai operasi bypass abdominal atau
coroner, kehilangan darah akut akibat trauma, dan nefropati asam urat juga dapat
meningkatkan resiko.
b. Pemberian zat nefrotoksik sedapat mungkin dihindari. Apabila pasien memerlukan
pewarna kontras dan memiliki resiko nefropati terinduksi media kontras, perfusi renal
sebaiknya dimaksimalkan melalui pemberian cairan yang cukup menggunakan larutan
saline normal atau natrium bikarbonat dan pemberian asetilsistein secara oral
sebanyak 600mg tiap 12 jam dalam 4 dosis.
c. Nefrotoksisitas amfoterisin B dapat di kurangi dengan mengulangi laju pemberian
menjadi 24 jam, atau pada pasien beresiko, dapat digunakan pergantian amfoterisin B
liposomal.
(ISO FARMAKOTERAPI 2)
Terapi Non-Farmakologi
Tujuan perawatan suportif meliputi pemeliharaan curah jantung yang cukup dan Tekanan darah
untuk mengoptimalkan perfusi jaringan dengan mengembalikan fungsi ginjal ke pra-AKI baseline.
– Hentikan pengobatan yang terkait dengan berkurangnya aliran darah ginjal. Inisiasi sesuai cairan
dan elektrolit. Hindari penggunaan nephrotoxins.
– Pada AKI berat, terapi penggantian ginjal (RRT), seperti hemodialisis dan peritoneal dialisis,
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit sambil membuang produk limbah. Lihat
– Hemodialisis intermiten (IHD) adalah RRT yang paling sering digunakan dan memiliki Keuntungan
dan kenyamanan yang bertahan 3 sampai 4 jam. Kekurangan meliputi akses dialisis vena yang sulit
pada pasien hipotensi dan Hipotensi karena cepatnya pembuangan sejumlah besar cairan.
– Beberapa varian RRT (CRRT) terus dikembangkan termasuk kontinyu hemofiltrasi, hemodialisis
kontinyu, atau kombinasi. CRRT secara bertahap menghapus zat terlarut, sehingga dapat
ditoleransi dengan lebih baik oleh pasien yang sakit kritis. Kekurangan meliputi terbatasnya
ketersediaan peralatan, kebutuhan akan asuhan keperawatan yang intensif, dan kebutuhan akan
individualalize penggantian IV, cairan dialisat, dan terapi penyesuaian obat.
– Diet
Intake cairan harus seimbang dengan output selama
terjadi oligouri.Elektrolit yang diperhatikan ialah Na dan K. Bila terjadi
hiponatremi dapat diberi NaCl hipertonik 3 % dan bila timbul hiperkalemia
diberikan Ca glukonas 10 % atau NaHCO3 7,5 % dan kayexalat .
– Pengobatan simptomatik
Untuk keadaan oligouri dapat diberikan diuretik dosis tinggi terutama
furosemid oleh karena diuretik ini memang dapat dipakai pada keadaan fungsi
ginjal yang sangat menurun, bahkan sampai GFR serendah 2 ml/menit.
Pada keadaan asidosis metabolik dapat diberikan NaHCO3 7,5 % , bila tak
berhasil dapat dilakukan dialisis. Pada hipertensi ringan dan sedang tak perlu
diberi obat-obatan, oleh karena dengan istirahat yang cukup dan pembatasan
Natrium dan cairan tekanan darah akan turun. Pada hypertensi berat dapat
diberikan hidralazin atau clonidine.Kejang-kejang pada GGA dapat disebabkan
oleh keadaan hiperkalemi, hiokalsemi atau uremi, kondisi ini dapat diatasi dengan
pemberian diazepam atau fenobarbital.