Oleh:
(P1337420115042)
NIM : P1337420115042
A. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/
seluruh ostium uteri internum. (prae= di depan ; vias= jalan)(Sastrawinata, 2004)
Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga menutupi
ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada
segmen bawah rahim (SBR), menutupi atau tidak menutupi ostium eturi internum (OUI),
sedangkan kehamilan itu sudah viable atau mampu hidup diluar rahim (usia kehamilan > 20
minggu dan/ berat janin >500 gram)(Achadiat, 2004)
Menurut Cunningham (2006), plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian
bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat
pembentukan segmen bawah rahim.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal
plasenta terletak dibagian atas uterus. (Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365)
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah uterus, baik
posterior maupun anterior, sehingga perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.
(Helen Varney. 2007. hal 641)
B. Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh
pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta, dan Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta berada
tepat pada pinggir pembukaan. Plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus,
akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir, disebut Plasenta letak rendah. Pinggir
plasenta berada kira – kira 3 atau 4 cm di atas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba
pada pembukaan jalan lahir. Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik
melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta
previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis
pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi seperti ini akan terjadi dengan penanganan yang
baik. (Sarwono Prawirohardjo. 2007. hal 365 – 366)
Klasifikasi Plasenta Previa
Klasifikasi plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:
a. Plasenta Previa Totalis yaitu jika seluruh pembukaan jalan lahir tertutup jaringan plasenta
b. Plasenta Previa Parsialis yaitu jika sebagian pembukaan jalan lahir tertutup jaringan
plasenta
c. Plasenta Previa Marginalis yaitu jika tepi plasenta berada tepat pada tepi pembukaan jalan
lahir
d. Plasenta Letak Rendah yaitu jika plasenta terletak pada segmen bawah uterus, tetapi
tidak sampai menutupi pembukaan jalan lahir
C. Etiologi
Menurut (Dehes, 2013)penyebab terjadinya plasenta previa diantaranya adalah mencakup :
a. Perdarahan (hemorrhaging).
b. Usia lebih dari 35 tahun.
c. Multiparitas.
d. Pengobatan infertilitas.
e. Multiple gestation.
f. Erythroblastosis.
g. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya.
h. Keguguran berulang.
i. Status sosial ekonomi yang rendah.
j. Jarak antar kehamilan yang pendek.
k. Merokok.
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapafaktor yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekasoperasi rahim (bekas sesar atau
operasi mioma), sering mengalami infeksi rahim (radang panggul), kehamilan ganda, pernah
plasenta previa, atau kelainan bawaan rahim.
D. Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau
seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai
plasenta previa. Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan,
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta dari dinding
uterus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi pendarahan.
Plasenta previa adalah implantasi plasenta bawah rahim sehingga menutupi
kanalisservikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan. Zigot yang
tertanam sangat rendah dalam kavum uteri, akan membentuk plasenta yang pada awal mulanya
sangat berdekatan dengan ostimintenum. Plaseta yang letak nya demikian akan diam di
tempatnya sehingga terjadi plasenta previa.
Penurunan kepala janin yang mengakibatkan tertekan nya plaseta (apabila plaseta tumbuh di
segmen bawah rahim ).Pelebaran pada segmen bawah uterus dan pembukaan servikakan
menyebabkan bagian plaseta yang diatas atau dekat ostium akan terlepas dari dinding
uterus.Segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pada trisemester III.
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal(Dehes, 2013)
PATHWAY
kehamilan yang
Perdarahan
pendek
Solusio placenta ringan
Merokok
Hematoma retroplasenter bertambah besar
1 1
1
MK : Penurunan CO
Permukaan uterus Terasa sangat
MK : Kekurangan berwara biru/ungu tegang dan nyeri
MK : Resiko infeksi
volume cairan
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang terjadi tiba – tiba dan
tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh
iritabilitas uterus. Seorang wanita yang tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan
pervaginam tanpa nyeri pada trimester ketiga, harus dicurigai mengalami plasenta previa.
Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah kondisi yang
umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen bawah rahim. (Helen Varney. 2007.
hal642).
Gejala–gejala
1. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri. Pasien mungkin berdarah sewaktu
tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia bangun, ia merasa bahwa kainnya
basah. Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh.
Hal ini disebabkan oleh:
a. Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari abortus.
b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta dan dinding
rahim. Keterangannya sebagai berikut : Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding
rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri; akibatnya istmus uteri
tertarik menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim. Pada
plasenta previa, tidak mungkin terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding
rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan
pada istmus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan
perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan
karena bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya. Perdarahan
pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya. Perdarahan pada
plasenta previa bersifat berulang – ulang karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta
dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks
berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan
perdarahan baru. Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi
dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih
besar terbuka.
2. Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
3. Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plsenta previa lebih
sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa lateral dan
marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak rendah, robekannya
beberapa sentimeter dari tepi plasenta. (FKUP. 2005. hal 86)
4. Perdarahan berulang.
5. Warna perdarahan merah segar
6. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
7. Timbulnya perlahan-lahan.
8. Waktu terjadinya saat hamil
9. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
10. Denyut jantung janin ada
11. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
12. Presentasi mungkin abnormal. (www.yienmail.blogspot.com/epidemologi)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi apakah placenta melapisi cervik
tidak biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas
normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup
adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf
dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
6. Amniocentesis
Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin atau spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan jika
paru-paru fetal sudah mature.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa menurut Melda (2013) yaitu:
a. Pada perdarahan pertama, prinsipnya, jika usia kehamilan belum optimal, kehamilan masih
dapat dipertahankan karena perdarahan pertama umumnya tidak berat dan dapat berhenti
dengan sendirinya. Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total dirumah sakit, dengan
persiapan transfuse darah dan operasi sewaktu-waktu. Akan tetapi jika pada perdarahan
pertama itu telah dilakukan pemeriksaan dalam/ vaginal touch, kemungkinan besar akan
terjadi perdarahan yang lebih berat sehingga harus diterminasi
b. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih:
1) jenis plasenta previa
2) banyaknya perdarahan
3) KU ibu
4) Keadaan janin
5) Pembukaan jalan lahir
6) Paritas
7) Fasilitas rumah sakit
Setelah memperhatikan factor-faktor tersebut, ada 2 pilihan persalinan:
1) Persalinan pervaginam
a) Amniotomi
(1) Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
(a) Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan
(b) Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4
cm
(c) Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal
(2) Keuntungan amniotomi
(a) Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang
berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti
(b) Partus berlangsung lebih cepat
(c) Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan
SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
2) Persalinan perabdominal dengan SC
Indikasi SC pada plasenta previa yaitu:
a) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal
b) Semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
c) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dan plasenta
previa dengan panggul sempit, letak lintang
H. Komplikasi
Berikut ini adalah kemungkinan komplikasi plasenta previa oleh Usta (2005), yaitu :
a) Pertumbuhan janin lambat karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Adanya atrofi pada
desidua dan vaskularisasi yang berkurang menyebabkan suplai darah dari ibu ke janin
berkurang. Dalam darah terdapat oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan tubuh janin
untuk berkembang. Kekuranagan suplai darah menyebabkan suplai makanan berkurang
(Prawirohardjo, 2006).
b) Anemia janin. Tekanan yang ditimbulkan terus menerus pada plasenta akan mengurangi
sirkulasi darah antara uterus dan plasenta sehingga suplai darah ke janin berkurang
(Prawirohardjo, 2006).
c) Janin yang tertekan akibat rendahnya pasokan oksigen. Berkurangnya suplai darah berarti
suplai oksigen dari ibu ke janin juga berkurang (Prawirohardjo, 2006).
d) Shock dan kematian ibu jika pendarahan berlebihan. Pada kasus yang terbengkalai, bila ibu
tidak mendapatkan pertolongan transfuse darah akibat banyak kehilangan darah akibat
perdarahan hebat dapat menyebabkan shock bahkan kematian pada ibu (Prawirohardjo,
2006).
e) Infeksi dan pembentukan bekuan darah. Luka pada sisa robekan plasenta rentan
menimbulkan infeksi intrauterine.ibu dengan anemia berat karena perdarahan dan infeksi
intrauterine, baik seksio sesarea maupun persalinan pervaginam sama-sama tidak
mengamankan ibu maupun janinnya (Prawirohardjo, 2006).
f) Kehilangan darah yang membutuhkan transfuse. Kehilangan banyak darah akibat perdaahan
hebat perlu mendapatkan pertolongan transfuse segera. Perdarahan merupakan factor
dominant penyebab kematian maternal khususnya di Negara Indonesia (Prawirohardjo,
2006).
g) Prematur, pengiriman sebelum minggu ke-37 kehamilan, yang biasanya menimbulkan risiko
terbesar pada janin (Cunningham, 2006).
h) Cacat lahir. Cacat lahir terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang dipengaruhi oleh
plasenta previa daripada kehamilan tidak terpengaruh. Penyebab saat ini tidak diketahui
(Cunningham, 2006).
A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data
– Identifikasi klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau
bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar
sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya
biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek
trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek, trauma,
uterus / rahim feulidli.
3. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal
dan penyebabnya.
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan khusus
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.
Pemeriksaan dalam dilakukan diats meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
B. RENCANA KEPERAWATAN
E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana kegiatan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi sebagian.
DAFTAR PUSTAKA