Anda di halaman 1dari 59

Daftar Isi

Daftar Kelompok ……………………………………………………………. ii

Kata pengantar ……………………………………………………………. iii

Daftar isi ……………………………………………………………. iii

BAB I ……………………………………………………………. 5

Sistem Pemerintahan, Bentuk Negara ,dan Bentuk Pemerintahan.

BAB II ……………………………………………………………. 31

Lembaga Legislatif, Lembaga Eksekutif, dan Lembaga Legislatif

BAB III ……………………………………………………………. 42

Sistem Pemilihan Umum


BAB IV ……………………………………………………………. 58

Ciri Khas

Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 62

1
BAB I

Sistem Pemerintahan, Bentuk Negara ,dan Bentuk


Pemerintahan.

1.1 Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan adalah suatu sistem yang tersusun dan dimiliki oleh suatu negara
dalam mengatur pemerintahannya. Tiap negara tentu memiliki sistem pemerintahan untuk
mengatur negara tersebut. Namun, antara satu negara dengan negara lain tidak selalu memiliki
sistem pemerintahan yang sama.

Berikut macam-macam sistem pemerintahan yang ada di dunia :

1. Sistem Pemerintahan Presidensial


Sistem presidensial merupakan sistem pemerintahan negara republik yang mana
kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilihan umum dan dibedakan dengan kekuasaan
legislatif. Sistem presidensial juga disebut dengan sistem kongresional. Dalam sistem ini, posisi
presiden cenderung lebih kuat dan tidak dapat dikudeta kecuali jika presiden melakukan
tindakan pelanggaran konstitusi atau tindakan kriminal lainnya.
Negara yang menganut sistem presidensial : Indonesia, Amerika Serikat, Filipina

2. Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem parlementer adalah sistem pemerintahan di mana pihak parlemen berperan aktif
dalam pemerintahan, yang nyata dibuktikan dengan wewenang parlemen untuk mengangkat
dan memberhentikan perdana menteri. Selain itu, dalam sistem pemerintahan parlementer juga
dapat memiliki seorang presiden dan perdana menteri yang bertugas mengatur jalannya
pemerintahan itu sendiri.
Negara yang menganut sistem parlementer : Inggris, Jepang, Malaysia, Belanda

3. Sistem Pemerintahan Semi-Presidensial


Sistem semi-presidensial adalah sistem pemerintahan yang menggabungkan dua sistem
pemerintahan, yaitu presidensial dan parlementer. Sistem semi-presidensial memberlakukan

2
sistem rakyat yang memilih presiden sehingga presiden memiliki kekuasaan yang kuat bersama
dengan perdana menteri yang ada. Sistem pemerintahan semi-presidensial juga disebut Dual
Eksekutif atau Eksekutif Ganda. Meski pun Indonesia yang memiliki sistem pemerintahan
presidensial juga dipengaruhi oleh sistem parlementer, namun Indonesia tidak dapat
dikategorikan sebagai negara dengan sistem pemerintahan semi-presidensial, karena secara
resmi sistem pemerintahan Indonesia adalah sistem presidensial
Negara yang menganut sistem semi-presidensial : Prancis

4. Sistem Pemerintahan Komunis


Komunisme sebenarnya merupakan suatu ideologi. Namun pada perkembangannya, ada
beberapa negara yang menggunakan komunis sebagai suatu sistem pemerintahan dalam negara
tersebut. Sistem komunis juga sangat anti-liberalisme dan menentang kepemilikan akumulasi
modal pada suatu individu tertentu. Sistem komunis sendiri juga mengharuskan segala alat
produksi dikuasai oleh negara dengan tujuan untuk kemakmuran rakyat.
Negara yang menganut sistem komunis : Korea Utara, Kuba, Vietnam

Sistem pemerintahan di Jepang dibagi menjadi 5 yaitu :

I. Sistem Pemerintahan Pada Masa Feodal


II. Sistem Pemeritahan Semi Modern Shogun Tokugawa
III. Sistem Pemerintahan Modern Era Meiji
IV. Sistem Pemerintahan Monarki Konstitusional
V. Sistem Parlementer Jepang

I. Sistem Pemerintahan Pada Masa Feodal


Untuk mengontrol wilayah Jepang yang memiliki luas 377.815 km2 yang merupakan
kumpulan dari 6.852 pulau, dan untuk mengurusi penduduk yang berjumlah sekitar 128 juta
(2011), Jepang menyelenggarakan sistem pemerintahan modern yang merupakan adopsi dari
berbagai negara, terutama negara-negara di Eropa. Namun, sistem pemerintahan tradisional
Jepang merupakan adaptasi dari sistem pemerintahan di Cina.
Untuk memahami sistem pemerintahan modern di Jepang, analisa terhadap sistem
pemerintahan tradisional perlu dilakukan. Sebelum mengalami modernisasi, pada masa feodal
(1185-1603) pemerintahan Jepang menerapkan sistem pemerintahan yang menempatkan
3
shogun sebagai pemimpin tertinggi yang memiliki kekuasaan penuh, sementara kaisar hanyalah
sebagai boneka dengan sedikit kekuatan politik. Periode ini diawali oleh Minamoto no
Yoritomo (源の頼朝) yang membangun model pemerintahan yang dikenal dengan
sebutan bakufu (幕府) atau pemerintahan shogunat. Shogunat yang pertama dikenal dengan
nama Kamakura bakufu (鎌倉幕府) di Kamakura pada tahun 1192. Model pemerintahan
shogunat terdiri dari dua divisi utama yaitu, divisi samurai dan divisi pengadilan/hukum.
Para shogun diberikan kekuasaan militer oleh kaisar, dan mereka juga dibantu
oleh para daimyō (大名) yang merupakan tuan tanah semenjak abad ke-10 hingga awal abad
ke-19. Para daimyō memiliki hak kepemilikan tanah secara turun-temurun dan bahkan tentara
untuk melindungi tanah dan pekerjanya. Tak jarang, daimyō dapat meningkat statusnya
menjadi shogun. Daimyō pada masa Kamakura disebut Gokenin (ご家人) dan pada periode
Muromachi (1336-1573), kelas Gokenin dihapuskan dan diganti dengan Kelas Daimyō.
Sistem shogunat sebagai dasar pemerintahan pada masa Kamakura berangsur hilang pada akhir
periode ini. Kaisar terakhir pada periode ini, Go-Daigo mengembalikan kekuasaan kepada
kekaisaran karena menganggap shogunat gagal menghadapi serangan tentara Mongol (1268
dan 1281). Para shogunat tidak terlalu tertarik dengan hubungan luar negeri, dan mereka
mengabaikan sinyal-sinyal rencana penyerangan tentara Kubilai Khan dari Mongolia.
Dikembalikannya pemerintahan kepada kaisar menimbulkan ketidaksenangan kaum samurai.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Go-Daigo disebut Kenmu shinsei (建武新政) atau Restorasi
Kenmu.
Namun upaya Go-daigo untuk menempatkan kaisar sebagai pemimpin utama
tampaknya kurang berhasil kaena pada tahun 1336 berdirinya Shogunat Ashikaga (足利幕府)
yang selanjutnya disebut Periode Muromachi(室町幕府). Ashikaga Takauji mendapat
dukungan dari samurai yang menentang keputusan Go-Daigo. Ashikaga memerintah wilayah
Jepang dari Kyoto. Adapun Kaisar Go-Daigo membangun markasnya di dekat Kota Nara.

Pemerintahan selanjutnya diteruskan oleh Oda Nobunaga (織田信長)


seorang daimyō yang berhasil mengusir Ashikaga Yoshiaki, shogun terakhir Ashikaga bakufu
dari Kyoto. Nobunaga merupakan daimyō yang kuat dan memiliki strategi kepemimpinan yang
unik. Dia membangun Benteng Azuchi di daerah Shiga yang berdekatan dengan Danau Biwa
dan Kyoto. Benteng ini berfungsi untuk mengawasi pergerakan musuh dan juga sebagai tempat
perlindungan dari konflik yang terjadi di kota. Masa kepemimpinan Nobunaga beserta

4
para daimyō yang meneruskannya, yaitu Toyotomi Hideyoshi (豊臣秀吉), dan Tokugawa
Ieyasu (徳川家康) merupakan periode menuju penyatuan wilayah Jepang yang tercapai pada
tahun 1590. Namun, dari ketiganya, hanya Tokugawa Ieyasu yang berhasil mendapatkan
gelar Sei-Taishogun (征夷大将軍), lalu mendirikan Shogunat Tokugawa pada tahun 1603.
Penggambaran tentang perjuangan ketiganya dalam penyatuan Jepang dilukiskan sebagai
sebuah proses pembuatan kue mochi, Nobunaga menumbuk tepung berasnya, Hideyoshi yang
mengulennya, dan Tokugawa yang menyantapnya.
Masa kepemimpinan Nobunaga dan Hideyoshi dikenal sebagai periode Azuchi dan
Momoyama, sedangkan shogunat Tokugawa juga dikenal sebagai periode Edo yang
berlangsung dari tahun 1603-1868.
II. Sistem Pemeritahan Semi Modern Shogun Tokugawa
Tokugawa pada dasarnya meneruskan sistem shogunat, dan juga mempertahankan
sistem kasta/kelas-kelas dalam masyarakat Jepang sebagaimana yang dilakukan oleh
Hideyoshi. Di bawah daimyō terdapat para tentara yang merupakan para samurai. Para samurai
menduduki status sosial tertinggi setelah para daimyō. Samurai memiliki kelebihan yaitu dapat
membuat sendiri nama keluarganya dan membawa dua pedang. Nama samurai pada masa itu
tidak sama dengan nama-nama orang Jepang pada masa sekarang yang hanya terdiri dari dua
kata saja yaitu, nama keluarga dan nama sendiri. Orang-orang Jepang dewasa ini yang
menggunakan nama keluarga samurai masih disegani oleh masyarakat Jepang. Para samurai
bukanlah kalangan terpelajar, namun mereka memiliki konsep perilaku seorang ksatria, yang
dikenal dengan istilah bushidō (武士道). Apabila seorang samurai melanggar bushidō, maka
dia harus melakukan seppuku (切腹) atau hara-kiri(腹切り)yaitu dengan menusuk perut
mereka dengan pedangnya. Sekalipun kalangan samurai didominasi oleh kalangan laki-laki,
terdapat pula wanita yang menjadai samurai.
Kelas kedua setelah samurai adalah kalangan orang petani. Mereka dikelompokkan dalam
beberapa kelas. Karena beras merupakan makanan pokok masyarakat Jepang, maka kestabilan
negara/wilayah tergantung dari terpenuhinya pasokan beras dari petani. Oleh karena itu mereka
dianggap penting. Namun, sayangnya kaum petani tetap tidak memperoleh penghasilan yang
cukup untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang dimasuki oleh anak-anak
samurai.

Kelas ketiga diisi oleh para tukang besi dan tukang kayu yang akan membuat pedang-
pedang para samurai. Adapun kelas keempat adalah para pedagang. Di antara semua kasta
5
tersebut, kelas pedagang adalah kalangan yang paling memiliki kesempatan untuk mendidik
anak-anak mereka, sebab mereka yang mengendalikan peredaran uang dalam masyarakat.

Sistem pemerintahan Tokugawa menempatkan kaisar sebagai penguasa tertinggi


Jepang. Oleh karena itu kaisar yang berkedudukan di Kyoto berwenang mengeluarkan
kebijakan dan selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh Tokugawa sebagai shogun yang pada waktu
itu berkedudukan di Tokyo. Untuk kelancaran sistem tersebut, maka Tokugawa
membentuk Kyōto Shoshidai (京都所司代) yang bertugas menjadi penghubung antara
shogunat dengan keluarga kekaisaran.
Pemerintahan Tokugawa juga dikenal sebagai pemerintahan semi modern dan dikatator
militer. Shogunat Tokugawa mulai membuka diri dengan asing sejak tahun 1600-an.
Perdagangan dengan pedagang dari Eropa dan Cina dilakukan sebelum pada akhirnya
diterapkannya kebijakan sakoku (鎖国) pada tahun 1653.
Struktur pemerintahan Shogunat Tokugawa sangat kompleks, di bagian tertinggi setelah
shogun terdapat tairō (大老) atau sesepuh yang berperan sebagai penasehat. Selain itu terdapat
rōjū (老中) atau Menteri Senior yang membawahi pejabat-pejabat lain, terlibat dalam
pembagian daerah, memberikan masukan kepada shogun, dan penghubung dengan keluarga
kaisar. Intinya menteri senior bertanggung jawab terhadap semua bidang pemerintahan yang
dalam sistem modern dipegang oleh para menteri dalam kabinet.
Selain itu terdapat Dewan Wakadoshiyori (若年寄) beranggotakan 4 orang yang bertugas
mengurusi keperluan hatamoto (旗本) atau para samurai, dan gokenin (ご家人) atau daimyō .
Lembaga lain yang dibentuk oleh shogunat Tokugawa adalah Soba yōnin (側用人) yang
berperan menghubungkan antara rōju dengan shogun.
Untuk mengurusi masalah keagamaan dibentuk jisabugyō (時差奉行) dan untuk
mengurusi para daimyo di daerah Shikoku dan menjaga Benteng Osaka,
dibentuk Oosakajō dai (大阪城代). Anggota dari Oosakajō dai adalah para fudaidaimyō (譜
代大名) atau daimyō teratas di keshogunan Tokugawa. Adapun untuk menjaga keamanan di
daerah Kyoto dan untuk berhubungan dengan kekaisaran, dibentuk Kyōtoshoshidai (京都所司
代).
Di bawah Menteri Senior terdapat sejumlah orang yang bertugas menyelidiki kelompok
masyarakat di bawah dan para daimyo serta istana kekaisaran apabila terjadi praktek
administrasi yang salah, korupsi dan untuk mencegah terjadinya pemberontakan. Mereka
6
adalah oometsuke (大目付)yang bertugas mengawasi para daimyō , dan metsuke (目付) yang
mengawasi masyarakat awam di bawah para daimyō . Mereka bertanggung jawab kepada ryō ju
dan wakadoshiyori.
Adapun pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh 3 lembaga administrasi
atau sanbugyō (三奉行), yaitu jishabugyō (寺社奉行), yang bertugas dalam urusan
keagamaan (Buddha dan Shinto), kanjōbugyō (勘定奉行) yang bertugas menangani masalah
keuangan dan mengontrol tenryou (天領) atau daerah kekuasaan shogun; dan machibugyō (町
奉行) yang merupakan pelaksana pemerintahan di daerah/lokal. Petugas machibugyō memiliki
cakupan tugas yang luas, mereka dapat bertugas sebagai walikota, kepala polisi, kepala
pengadilan, kepala pemadam kebakaran, tetapi tidak bertanggung jawab untuk mengurusi para
samurai.
Pemerintahan di daerah yang merupakan wilayah kekuasaan shogun dikontorol oleh gundai (
郡代) dan daikan (代官). Daikan bertugas menjadi wakil pemerintahan pusat dalam mengontrol
daerah-daerah yang relatif luas. Sementara untuk daerah yang lebih kecil luasannya dipimpin
oleh seorang gundai. Selain itu terdapat lembaga Kurabugyou (蔵奉行) yang bertugas
mengontrol lumbung/gudang beras keshogunan. Daikan, gundai dan kurabugyō bertanggung
jawab kepada kanjōbugyō .
Shogunat Tokugawa juga berbeda dengan shogunat sebelumnya, karena inisiatifnya
memberntuk lembaga gaikokubugyou (外国奉行) yang bermarkas di Nagasaki dan Kanawaga.
Lembaga ini bertugas untuk mengurusi hubungan dan kerjasama dengan negara-negara di
dunia.

III. Sistem Pemerintahan Modern Era Meiji


Pemerintahan modern Jepang diawali pasca restorasi Meiji atau Meiji ishin (明治維新).
Shogun terakhir dalam keshogunan Tokugawa ke-15 yaitu, Tokugawa Yoshinobu
menyerahkan kekuasaannya kepada kaisar pada tahun 1867. Namun ketidakpuasan Yoshinobu
karena kekaisaran tidak memberikannya kedudukan yang penting pada akhirnya menimbulkan
Perang Boshin(戊辰戦争) pada tahun 1868-1869. Gejala penentangan pada keshogunan
Tokugawa sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1866, ketika
aliansi Satchou atau Satsuma Chōsuu dōmei (薩摩長州同盟) yang merupakan gabungan
antara Satsuma han (薩摩藩)dan Choushuu han (長州藩), dua klan yang paling berkuasa
pada akhir shogun Tokugawa. Aliansi dipelopori oleh Sakamoto Ryōma (坂本龍馬). Dalam
7
Perang Boushin, pasukan dan antek-antek Yoshinobu berhasil ditaklukkan, dan hal ini menjadi
awal sistem kekaisaran yang kuat di Jepang.
Periode Meiji membawa Jepang pada keterbukaan pada dunia luar, terutama Eropa yang
berakibat pada perubahan besar-besaran dalam sistem pemerintahannya. Hal yang pertama kali
dilakukan adalah merombak sistem pemerintahan shogunat melalui penyusunan Seitaisho (正
大将) yang dilakukan oleh Fukuoka Takachika (福岡孝弟)dan Sōjima Taneomi(副島種臣)
yang mengenyam pendidikan di Barat.

Struktur pemerintahan pusat atau daijō kan (太政官) yang dibentuk pada tahun 1868,
merupakan kombinasi antara struktur pemerintahan pada periode Nara dan Heian dan sistem
pemerintahan di barat. Daijō kan terdiri dari lembaga legislatif, lembaga eksekutif, urusan
Shinto, keuangan, militer, hubungan luar negeri, dan urusan dalam negeri. Kementerian
Kehakiman dibuat terpisah, sama seperti yang diterapkan di barat.
Sistem pembagian daerah pada shogunat Tokugawa yang dibagi menjadi prefektur atau ken (
県), dan municipal atau fu (府) yang dikontrol oleh Divisi Urusan Dalam Negeri. Dan pada
tahun 1871, bentuk pemerintahan daerah yang dikuasai oleh daimyō atau klan tertentu
dihapuskan melalui haihanchiken (廃藩置県). Dengan peraturan ini, diperkenalkan sistem
sentralisasi dengan pengontrolan penuh dari pemerintah pusat. Para daimyō diperintahkan
untuk menyerahkan semua kekuasaan mereka kepada kaisar. Selanjutnya pemerintah pusat
membentuk dewan perwakilan di setiap prefektur, municipal, kota dan desa.
Adapun pemerintah pusat mengadakan reorganisasi pada tahun 1869 untuk memperkuat
kekuasaan pusat, dengan membentuk Majelis Nasional sebagai lembaga tertinggi, membentuk
Dewan Penasihat atau sangi (参議) dan delapan kementrian yaitu, Kementerian Dalam Negeri,
Kementrian Luar Negeri, Keuangan, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Urusan Rumah tangga
kekaisaran, Kehakiman, Pekerjaan Umum, dan Pendidikan.

Sekalipun Majelis Nasional adalah lembaga tertinggi, sistem pengambilan keputusan dilakukan
secara tertutup oleh hanbatsu (藩閥) atau oligarki Meiji yang beranggotakan klan-klan yang
mendirikan dinasti Meiji yaitu Klan Satsuma, Chōshuu, Tosa, Hizen, dan dari Pengadilan
Kerajaan). Sistem oligarki menyebabkan kecemburuan di kalangan klan yang lain, dan memicu
gerakan pembentukan Konstitusi Jepang. Pada tahun 1875 berlangsung Konferensi Osaka yang
menghasilkan reorganisasi pemerintahan dengan pembentukan Genrōin (元老院) yang

8
merupakan majelis yang keanggotaannya ditunjuk oleh kaisar. Genrōin beranggotakan
keluarga kaisar, pejabat tingkat atas dan para pakar. Mereka bertugas untuk mereview dan
merekomendasikan kebijakan yang diusulkan, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk
menghasilkan kebijakan. Genrōin juga ditugaskan untuk menyusun draft konstitusi pada tahun
1876, tetapi kemudian draft yang mereka ajukan ditolak karena terlalu liberal. Genrōin pada
tahun 1890 diganti menjadi kokkai (国会) atau Parlemen Nasional.
Berdasarkan Konstitusi Meiji yang dirilis pada tahun 1889, dibentuk Imperial Diet atau Teikoku
gikai (帝国議会) pada tanggal 29 November 1890. Parlemen Imperial ini terdiri dari House of
Representative (Majelis Rendah) dan House of Peers (Kizokuin =貴族院). Anggota dari House
of Representative dipilih langsung oleh Kaisar, dan adapun anggota Kizokuin dipilih dari
keluarga kaisar. Kizokuin adalah bentuk tiruan dari the British House of Lords.

Pada tahun 1869, pemerintah Meiji menciptakan silsilah kekeluargaan dalam kekaisaran dan
kebangsawanan di Jepang, dengan menyatukan lembaga pengadilan (kuge=公家) dan para
daimyou menjadi sebuah kelas bangsawan yang dikenal sebagai kazoku (家族). Pada peraturan
imperial tahun 1884, kazoku dibagi menjadi lima golongan yang mirip dengan pembagian strata
kerajaan di Inggris (European Prince (duke), marquis, count, viscount, baron).

Anggota dari House of Peers adalah :

1. Putra Mahkota dari usia 18 tahun


2. Semua pangeran (shinnou) dan pangeran yang memiliki darah kekaisaran yang berusia
di atas 20 tahun.
3. Semua pangeran dan marquis yang berusia di atas 25 tahun
4. 150 orang wakil yang dipilih berdasarkan ranking counts, viscounts, dan baron, yang
berusia di atas 25 tahun
5. 150 anggota tambahan yang dipilih oleh Kaisar
6. 66 orang yang dipilih untuk mewakili 6000 orang pembayar pajak tertinggi.
IV. Sistem Pemerintahan Monarki Konstitusional
Perubahan mendasar dalam sistem pemerintahan Jepang adalah tatkala dibentuk pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi. Dengan adanya desakan pembentukan konstitusi, maka
model pemerintahan yang menempatkan personal yang berjasa sebagai pejabat tinggi negara,
dihapuskan dan diganti dengan sistem pemilihan yang modern dan demokratis. Pada masa
9
sebelum perang, diangkatnya seseorang menjadi shogun atau terbangunnya sebuah shogunat
baru terjadi karena faktor kemenangan dalam peperangan antara pihak shogunat lama dengan
oposisinya. Sebaliknya, pemerintahan kekaisaran berganti secara turun temurun dengan
mempertahankan silsilah dan garis keturunan kekaisaran.

Dengan adanya konstitusi, maka pemerintahan akan dikendalikan secara demokratis, dan
pemilihan pejabat pemerintahan tidak lagi berdasarkan azas kekeluargaan dan atau akibat
peperangan, tetapi diselenggarakan secara konstitusional.Konstitusi Jepang diberlakukan pada
3 Mei 1947, yang memuat delapan pasal pokok tentang kekaisaran, penolakan terhadap
peperangan, hak dan kewajiban rakyat, lembaga legislatif negara, kabinet, pengadilan,
keuangan, dan pemerintah lokal.

Dengan terbentuknya konstitusi Jepang, model pemerintahan yang dipilih selanjutnya adalah
Monarki konstitusional. Dalam model ini, kaisar adalah simbol negara dan pemersatu negara.
Kaisar tidak memiliki kekuasaan yang berkaitan dengan pemerintahan, dan semua kegiatan
kaisar adalah resmi dan merupakan seremonial yang memerlukan masukan dan nasehat dari
parlemen. Selain itu, kaisar juga berperan sebagai duta diplomatik.

Kaisar pertama di bawah sistem monarki konstitusi adalah Kaisar Akihito yang merupakan
Kaisar ke-125 dan masih memegang tahta pada saat ini. Dia merupakan putra dari Kaisar Showa
dan Permaisuri Kojun. Menempuh pendidikan di bidang Ilmu Politik dan Ekonomi di
Universitas Gakushuin tetapi tidak mendapatkan gelar akademik dari institusi ini. Minatnya
justru berkembang di bidang biologi kelautan, mengikuti jejak ayahnya. Banyak karya ilmiah
yang ditulisnya tentang bidang ini, dan juga tulisannya tentang sejarah ilmu sains di jaman Meiji
yang diterbitkan di Jurnal Science dan Nature. Dia diangkat menjadi kaisar pada 7 Januari 1989
setelah kematian ayahnya. Dan hari setelah pengangkatannya disebut sebagai Tahun Heisei (平
成) atau Tahun Pembangunan Perdamaian. Beliau menikah dengan Putri Michiko, dan
memiliki 3 orang anak, yaitu Pangeran Naruhito (Hiro no miya), Pangeran Akishino (Aya no
miya), dan Putri Sayako (Nori no miya).

Putra Mahkota adalah Pangeran Naruhito yang merupakan putra pertama Kaisar Akihito, lahir
pada tahun 1960. Putra Mahkota juga merupakan lulusan program doktor di bidang sejarah di
Universitas Gakushuin. Dan kemudian memperdalam bidang sejarah transportasi Sungai

10
Thames pada abad ke-18 di Merton College, Cambridge University. Naruhito menikah dengan
Owada Masako, putrid seorang diplomat, dan juga merupakan lulusan Harvard University
bidang Ekonomi, lalu melanjutkan perkuliahan di Universitas Tokyo. Masako adalah seorang
diplomat sebelum menikah dengan Pangeran Naruhito. Mereka memiliki seorang anak, Putri
Aiko yang lahir pada 1 Desember 2001.

Dalam konstitusi Jepang, pengganti kaisar atau putra mahkota adalah anak yang berjenis
kelamin laki-laki. Oleh karena itu, status Putri Aiko sebagai putra mahkota dipermasalahkan.
Dan karena istri putra kedua kaisar, Pangeran Akishino, pada tahun 2006 melahirkan seorang
anak laki-laki (anak ketiga), Pangeran Hisahito Shinno, maka selama Pangeran Naruhito tidak
memiliki anak laki-laki, putra mahkota akan berpindah ke Pangeran Hisahito. Semula PM
Shinzo Abe pada tahun 2007 mengusulkan sebuah proposal tentang kemungkinan diangkatnya
seorang putri untuk menjadi penerus tahta kekaisaran, namun sejak kelahiran Hisahito, proposal
ini tampaknya akan ditentang, sehingga kekaisaran Jepang akan tetap mempertahankan tradisi
lama, bahwa penerus kekaisaran adalah seorang putra mahkota.

V. Sistem Parlementer Jepang


Berdasarkan konstitusi Jepang, Parlemen atau kokkai (国会) adalah lembaga tertinggi negara
dan lembaga yang berhak mengeluarkan kebijakan dan perundangan. Parlemen Jepang
mengadopsi sistem parlemen dua kamar (bicameral) yang diterapkan di Inggris. Ada dua badan
dalam Kokkai yaitu, Shugiin (衆議院) atau House of Representative (Majelis Rendah) dan
Sangi in (参議院) atau House of Councillors (Majelis Tinggi).

Majelis Rendah terdiri dari 480 anggota yang memiliki masa jabatan 4 tahun dan langsung
dipilih oleh rakyat. Masa 4 tahun tidaklah mutlak karena dapat dibubarkan oleh PM dengan
mosi tidak percaya. Pemilih yang berhak memilih adalah warganegara Jepang yang berusia 20
tahun, dan yang berhak dipilih adalah warganegara berusia 25 tahun, dengan persyaratan
memiliki deposito sebesar 300 juta untuk calon tunggal di sebuah distrik atau yang dikenal
sebagai shousenkyoku (小選挙区) atau single-seat electoral district, dan 600 juta yen untuk
calon yang berasal dari daerah pemilihan yang dikenal sebagai hireiku (比例区)
atau proportional representation constituency. Adapun tugas dan wewenang Majelis Rendah
adalah : mengajukan usulan kebijakan, berperan dalam pemilihan PM, menetapkan anggaran

11
keuangan, menerima pengunduran diri kabinet (PM dan menteri), dan masalah ratifikasi
perjanjian. Dengan suara 2/3, Majelis Rendah dapat memveto keputusan Majelis Tinggi.
Dari segi keluasan wewenang, Majelis Rendah memiliki wewenang yang lebih luas daripada
Majelis Tinggi. Semisal terdapat rancangan perundangan yang diveto oleh Majelis Tinggi,
Majelis Rendah dapat menganulirnya dengan melakukan pemungutan suara dengan hasil
kesepakatan minimal 2/3 anggota yang hadir. Tetapi, Majelis Rendah dapat dengan mudah
dibubarkan oleh PM, dan sangat sensitif dengan pendapat dan opini rakyat. Sementara Majelis
Tinggi tidak dapat dibubarkan.

Hal yang membedakan sistem parlemen Jepang dengan sistem parlemen Inggris adalah dalam
kabinet Inggris, semua anggota kabinet adalah sekaligus anggota House of Common, oleh
karena itu pasti ada kesamaan pendapat antara kabinet dengan House of Common (shomin in
=庶民員). Adapun di Jepang, PM harus dipilih dari anggota Majelis Rendah, dan Menteri
Sekretaris Negara boleh dipilih dari Majelis Rendah atau Majelis Tinggi atau dari publik. Oleh
karena itu kabinet bisa saja sependapat dengan Majelis Rendah, tetapi ada kalanya tidak
sepakat.

Adapun majelis Tinggi memiliki masa jabatan 6 tahun yang dipilih per tiga tahun sekali. Majelis
Tinggi merupakan bentuk terusan dari Kizokuin (貴族院) atau House of Peers yang
diberlakukan pada masa Meiji berdasarkan Konstitusi Imperial Jepang (11 Februari 1889~3
Mei 1947). Keanggotaannya berjumlah 242 orang yang merupakan warganegara Jepang
minimal berusia 30 tahun. Anggota Majelis Tinggi separuhnya dipilih dalam Pemilu, dengan
komposisi, 73 dipilih dari perwakilan tunggal dari 47 prefektur yang ada di Jepang (小選挙区
), dan 48 dipilih secara nasional dengan sistem perwakilan dengan proporsi tertentu (比例区).
Sekalipun tidak memiliki wewenang sebesar Majelis Rendah, kabinet harus tetap
memperhatikan pendapat Majelis Tinggi, terutama berkaitan dengan masalah amandemen
Konstitusi, sebab hak suara kedua majelis adalah sama. Dan ada banyak contoh
keputusan/kebijakan perundangan yang diputuskan secara bersama oleh kedua majelis.

1.2 Bentuk Negara

1. Negara Serikat (Federasi)

12
Pengertian dari negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa negara bagian
dengan mempunyai satu buah pemerintah federasi yang mana bertugas untuk mengendalikan
kedaulatan negara tersebut. Keseluruhan dari negara bagian tersebut diatur dengan peraturan
yang mengatur tentang pembagian kewenangan antara pemerintah federal dan pemerintah
negara bagian. Hal ini dapat diartikan juga bahwa setiap negara bagian mempunyai pemerintah
dan konstitusi sendiri. Meski demikian yang menjalankan hubungan internasional dengan pihak
luar negeri tetaplah menjadi kewenangan negara federal.

Pada bentuk negara serikat (federasi) hal yang berkaitan dengan keuangan, keamanan, dan
peradilan biasanya diurus oleh pemerintah federal. Contoh negara federasi adalah Amerika
Serikat, Argentina, Kanada, Australia, Swiss dan Afrika Selatan adalah contoh negara serikat
(federasi), Selain itu bentuk negara malaysia adalah federasi yang juga menjadi contoh negara
federasi. Perlu diketahui juga bahwa negara-negara bagian ini tidak selalu mempunyai nama
yang sama. Di Afrika Selatan, negara bagian bernama provinsi seperti juga halnya dengan
Kanada dan Argentina. Di Swiss, namanya lander atau canton.

Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara
federasi. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara federasi.

 Masing-masing negara bagian boleh membuat dasar hukumnya sendiri. Meski


demikian, dasar hukum dan peraturan yang dibuat oleh negara bagian harus selaras
dengan dasar hukum dari negara federal.
 Masing-masing negara bagian mempunyai pemerintahan sendiri termasuk kepala
negara beserta kabinetnya, serta anggota parlemen.
 Masing-masing negara bagian boleh mempunyai bendera negara bagiannya sendiri.
 Negara federal memiliki kedaulatan keluar dan ke dalam negara bagian atau yang
disebut dengan limitatif. Ini juga menegaskan bahwa negara bagian tidak memiliki
kedaulatan, tetapi kekuasaan sebenarnya tetaplah dimiliki oleh negara bagian.

2. Negara Kesatuan

13
Bentuk negara kesatuan merupakan bentuk negara terbanya di seluruh dunia, jumlahnya sekitar
separuh Negara di dunia. Undang-undang dasar negara kesatuan memberikan kekuasaan penuh
kepada pemerintahan pusat untuk melaksanakan kegiatan hubungan luar negeri.

Sebuah negara kesatuan betapapun luas otonomi yang dimiliki oleh propinsi-propinsinya,
masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan luar negeri merupakan wewenang
pemerintah pusat dan daerah pada prinsipnya tidak boleh berhubungan langsung dengan negara
luar. Indonesia, Jepang dan Prancis adalah contoh negara kesatuan dan bentuk negara semacam
ini biasanya tidak menimbulkan kesulitan dalam hubungan internasional.

Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara
Kesatuan. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara Kesatuan.

 Masing-masing negara kesatuan di dunia hanya memiliki satu bendera dan satu Undang-
Undang Dasar sebagai dasar hukumnya.
 Negara kesatuan hanya mempunyai satu pemerintah pusat dengan beberapa daerah
kekuasaan di bawahnya.
 Dalam pemerintahan negara kesatuan hanya memiliki 1 dewan perwakilan rakyat.
 Negara kesatuan hanya membuat satu kebijakan yang berkaitan dengan bidang politik,
sosial, ekonomi, dan keamanan.

3. Perserikatan Negara (Konfederasi)


Konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah Negara melalui sejumlah perjanjian
internasional yang memberikan wewenang tertentu kepada konfederasi. Dalam bentuk
gabungan ini, negara-negara anggota konfederasi semuanya tetap merupakan negara-negara
yang berdaulat dan berada pada subjek hukum internasional. Karena pada hakikatnya
konfederasi atau perserikatan negara bukanlah merupakan negara itu sendiri, melainkan suatu
gabungan dari negara-negara yang sudah merdeka. Biasanya perserikatan/konfederasi ini
dibentuk dengan tujuan tertentu, misalnya untuk membentuk pertahanan bersama, atau utuk
urusan politik luar negeri.

14
Meskipun terbentuk dari gabungan beberapa negara, negara konfederensi tidak sama dengan
negara federal. Negara-negara yang tergabung dalam konfederasi memiliki kedaulatan penuh,
sedangkan negara-negara bagian yang tergabung dalam negara federal tidak berdaulat.

Untuk diketahui negara dengan bentuk konfederasi hanya bertahan sampai abad 19 saja. Negara
yang dulunya berbentuk konfederasi lama kelamaan beralih ke bentuk federal, contohnya
negara Swiss. Negara tersebut dulunya berbentuk konfederasi, tetapi sejak tahun 1848 Swiss
cenderung menggunakan sistem federal dimana hubungan internasional diselenggarakan oleh
pemerintah pusat.

4. Negara Netral
Bentuk negara yang selanjutnya yakni negara netral. Negara netral adalah negara yang
membatasi dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam berbagai sengketa yang terjadi dalam
masyarakat internasional. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah dibedakan
pengertian netralitas tetap, netralitas sewaktu-waktu dan politik netral (netralitas positif).

 Netralitas tetap adalah negara yang netralitasnya dijamin dan dilindungi oleh perjanjian-
perjanjian internasional seperti Swiss dan Austria,
 Netralitas sewaktu-waktu adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak negara
itu sendiri (self imposed) yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia misalnya,
selalu mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik dengan blok
kekuatan manapun. Tiap kali terjadi perang, Swedia selalu menyatakan dirinya netral
yaitu tidak memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia tidak diatur
oleh perjanjian-perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang sewaktu-
waktu dapat saja ditanggalkannya. Dengan berakhir perang dingin, Swedia dan juga
Finlandia ikut menjadi anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985.
 Politik netral atau netral positif yang kebijaksanaannya dianut oleh negara-negara
berkembang terutama yang tergabung dalam gerakan non blok. Negara-negara tersebut
bukan saja tidak memihak kepada blok-blok kekuatan yang ada tetapi juga dengan bebas
memberikan pandangan dan secara aktif mengajukan saran dan usul penyelesaian atas
masalah-masalah yang dihadapi dunia demi tercapainya keharmonisan dan
terpeliharanya perdamaian dalam masyarakat internasional.

15
Negara netral juga memiliki tiga segi yang menjadi dasar-dasar politiknya. Ketiga segi tersebut
tediri dari:

 Segi sosiologis, Dalam segi sosiologis dijelaskan bahwa negara netral menilai segala
sesuatu secara objektif demi terwujudnya keseimbangan dan perdamaian. Hal tersebut
merupakan suatu kewajiban sosial yang bersumber dari latar belakang negara yang
bersangkutan.
 Segi yuridis, Dalam segi yuridis dijelaskan bahwa negara yang bersifat netral
mempunyai instrumen hukum yang membahas tentang pengakuan negara-negara lain
atas peran Indonesia dalam gerakan non blok netralitas tersebut.
 Segi politik, Dalam segi politik ini dijelaskan bahwa negara netral tetap merupakan
negara menjalankan politik secara seimbang dan melindungi negara tertentu agar tidak
diperebutkan oleh negara besar lainnya.

5. Trustee (perwalian)
Trustee adalah wilayah jajahan dari negara-negara yang kalah perang dalam perang Dunia II
dan berada di bawah naungan Dewan Perwalian PBB serta negara yang menang perang.
Pemerintahan di daerah trustee melibatkan Dewan Perwalian PBB dengan tujuan untuk
mempertinggi kemajuan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan rakyat di daerah
tersebut menuju ke arah pemerintah sendiri. Hal ini selaras dengan hak menentuan nasib sendiri.
Tujuan utama sistem perwalian ialah untuk meningkatkan kemajuan wilayah perwalian menuju
pemerintahan sendiri.

Contohnya, Papua Nugini merupakan negara bekas negara jajahan Inggris berada dibawah
naungan PBB sampai dengan tahun 1975. Kemudian contoh berikutnya adalah mikronesia yang
merupakan negara trustee terakhir yang pada tahun 1994 dilepas Dewan Perwalian PBB.

Dalam Piagam PBB dicantumkan bahwa yang termasuk trustee adalah sebagai berikut:

1. Daerah yang dengan suka rela dilepaskan oleh negara yang menguasainya.
2. Daerah yang dilepaskan oleh negara yang kalah perang dalam PD II.
3. Daerah mandat yang lahir berdasarkan Perdamaian ersailles.

16
6. Koloni atau negara jajahan
Negara Koloni / Negara Jajahan adalah suatu daerah yang tidak diperintah oleh pemerintah dari
bangsa tersebut, tetapi diperintah oleh bangsa lain, dan seluruh urusan pemerintahan diatur
negara yang menjajah. atau negara koloni juga disebut sebagai suatu negara yang menjadi
jajahan negara lain. Jadi, daerah atau negara koloni tidak memiliki hak untuk menentukan nasib
sendiri karena nasibnya ditentukan oleh pemerintah negara yang menjajahnya. Contohnya,
Indonesia pernah menjadi koloni (negara jajahan) Belanda selama kurang lebih dari 350 tahun.

7. Protektorat
Protektorat adalah suatu negara yang berada di bawah lindungan negara lain yang kuat.
Umumnya, negara yang dilindungi tidak dianggap berdaulat dan tidak merdeka. Hal-hal yang
berhubungan dengan luar negeri dan pertahanan negara diserahkan pada negara perlindungnya.
Contoh negara bentuk protektorat adalah Maroko, Uni Indo-Cina (Vietnam, Kamboja dan Laos)
sebelum merdeka merupakan protektorat dari Prancis. Menurut Samidjo, SH, Protektorat dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

1. Protektorat internasional adalah jika sebuah negara merupakan subyek hukum


internasional. Contohnya, Mesir pada saat menjadi protektorat Turki pada tahun 1917
dan Zanzibar pada saat menjadi protektorat Inggris tahun 1890.
2. Protektorat Kolonial adalah protektorat yang menyerahkan urusan hubungan luar
negeri, pertahanan dan keamanan, serta dalam negeri pada negara
perlindungnya. Negara protektorat kolonial tidak menjadi subyek hukum internasional.
Contoh: Brunei Darussalam sebelum merdeka merupakan negara protektorat Inggris.

8. Dominion
Dominion adalah bentuk negara yang hanya terdapat dalam sejarah ketatanegaraan Inggris.
Bentuk negara ini mula-mula merupakan tanah jajahan Inggris, namun sekarang sudah menjadi
negara merdeka dan berdaulat dalam suatu gabungan negara yang diberi nama "The British
Commonwealth of Nation".

17
Dalam perkembangan zaman, ada beberapa negara jajahan Inggris yang merdeka dengan status
dominion seperti India dan Pakistan (meskipun sekarang dua negara tersebut telah mengubah
bentuk pemerintahan menjadi republik).

Akhirnya, bentuk dominion pun menjadi hilang. Karena yang duduk dalam The British
Commonwealth of Nation tidak hanya negara dominion saja maka The British Commonwealth
of Nation diubah menjadi Commonwealth of Nation. Anggota-anggota negara persemakmuran
itu antara lain Inggris, Malaysia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Australia, Kanada dan India.

9. Mandat
Negara mandat merupakan sebuah negara yang awalnya adalah jajahan dari negara yang kalah
dalam Perang Dunia I yang kemudian diletakkan di bawah perlindungan suatu negara yang
menang perang dengan pengawasan dari Dewan Mandat Liga Bangsa-Bangsa. Ketentuan-
ketentuan tentang pemerintahan perwalian ini telah ditentukan dalam suatu perjanjian di
Versailles. Contohnya, Kamerun merupakan negara bekas jajahan Jerman menjadi mandat
Prancis.

10. Negara Kecil


Bentuk negara berikutnya yang akan kami jelaskan adalah negara kecil. Sesuai dengan
penamaannya, mereka yang memiliki bentuk negara kecil adalah negara-negara yang wilayah
kedaulatannya tidak begitu luas. Karena wilayah kedaulatannya tidak luas, maka jumlah
penduduknya pun tidak banyak atau sangat sedikit.

Meskipun berbentuk negara kecil, Negara-negara kecil ini semua mempunyai unsur konstitutif
seperti yang dipersyaratkan oleh hukum internasional untuk pembentukan suatu negara.
Walaupun semua negara-negara kecil ini merupakan negara-negara yang merdeka dan
berdaulat, tidak semuanya sanggup melaksanakan kedaulatan keluarnya, seperti mempunyai
perwakilan diplomatik dan konsuler dengan negara-negara lain atau menjadi anggota
organisasi-organisasi internasional. Pertimbangan terutama adalah karena mahalnya biaya
pembukaan misi perwakilan tetap di luar negeri, kekurangan personalia dan beratnya beban
pembayaran kontribusi wajib pada organisasi-organisasi internasional.

18
Negara-negara kecil juga tidak memiliki angkatan bersenjata dan pertahanan nasionalnya
diserahkan kepada negara tetangga. Tentu saja dengan catatan negara-negara kecil itu harus
memiliki kebijaksanaan luar negeri yang tidak bersebrangan dengan negara tetangganya.

11. Negara Terpecah


Berikutnya yakni bentuk negara terpecah. Bagaimana suatu negara bisa disebut negara terpecah
? Negara disebut terpecah ketika suatu negara yang diduduki oleh beberapa negara yang
berkonflik pada Perang Dunia 2 dan mempunyai ideologi yang berbeda. Perbedaan ideologi
tersebut terjadi akibat perang dingin dan juga konflik antara blok timur dan blok barat. Sebuah
negara yang berbeda hakekat ideologi nya kemudian terpecah menjadi 2 negara dengan sistem
pemerintahannya masing-masing. Kedua negara tersebut cenderung saling mencurigai dan
bermusuhan satu sama lain. Terdapat 5 negara yang terpecah setelah perang dunia kedua.
Kelima negara tersebut adalah : Korea, Jerman, Cyprus, Vietnam dan Cina

12. Gabungan Negara-Negara Merdeka


Bentuk negara yang terakhir adalah Negara yang berisi Gabunga-gabungan dari negara-negara
yang sudah merdeka. Gabungan negara-negara merdeka mempunyai dua macam bentuk yaitu
Uni Riil dan Uni Personil.

1. Uni Riil, merupakan gabungan dua buah negara atau lebih yang terbentuk dari adanya
perjanjian internasional. Negara-negara tersebut memiliki satu kepala negara dan
melaksanakan hubungan internasionalnya secara bersama-sama. Dalam hal ini, Uni Riil
merupakan subjek dari hukum internasional. Sedangkan negara-negara yang berada di
dalamnya mempunyai kedaulatan ke dalam. Contoh dari penerapan uni riil di masa lalu
yakni Uni Austria. Negara-negara timur tengah seperti Mesir dan Suriah juga pernah
bergabung dalam United Arab Republic. Selain itu, Islandia dan Denmark juga pernah
bergabung selama tahun 1918 sampai tahun 1944.
2. Uni Personil, Terbentuknya negara uni personil ini dapat terjadi bila dua negara
merdeka menggabungkan diri karena memiliki raja yang sama. Berbeda dengan Uni
Riil, Dalam uni personil setiap negara tetap merupakan subjek hukum internasional.
Contoh-contoh dalam sejarah adalah uni personil antara Luxemburg dan Belanda dari
tahun 1815 sampai 1890, kemudian Belgia dan negara merdeka Kongo dari tahun 1855
sampai 1908. Pada jaman sekarang negara dengan sistem uni riil dan uni personil hanya
mempunyai nilai sejarah saja dan praktis tidak ada lagi negara yang berada di bawah
19
sistem tersebut kecuali beberapa negara dalam kerangka British Commonwealth of
Nations yang mengakui Ratu Elizabeth II sebagai kepala negaranya, seperti Australia
dan Kanada.

Bentuk negara Jepang sendiri adalah sebuah negara yang monarki konstitusional yang
sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Dimana ada juga monarki absolut yang
benar-benar meletakkan kekuasaan pada tangan Raja atau Ratu. Namun di Jepang tetap
terbagi dalam badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif.

Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan dapat diartikan sebagai rangkaian lembaga politik yang berfungsi
untuk mengorganisasikan suatu negara guna menegakkan kekuasaannya atas masyarakatnya.
Di bawah ini adalah bentuk-bentuk pemerintahan dari era klasik hingga era modern yang dianut
oleh hampir seluruh negara yang ada di muka bumi ini.

Bentuk Pemerintahan Klasik

Bentuk pemerintahan klasik biasanya menggabungkan bentuk negara dan bentuk


pemerintahan secara bersamaan. Menurut teori pemerintahan klasik, bentuk pemerintahan
dibedakan dari jumlah pemegang kekuasaan. Biasanya pemegang kekuasaan adalah mereka
dengan kedudukan yang juga tinggi pada sebuah negara.

Pengertian mengenai bentuk pemerintahan klasik melahirkan beberapa pengertian menurut para
ahli. Bentuk pemerintahan klasik sendiri pada kenyataannya melahirkan bentuk-bentuk
pemerintahan yang baru, dan bentuk-bentuk pemerintahan yang baru itulah yang diamini oleh
beberapa ahli yang berbeda. Tokoh terkenal dibalik perbedaan persepsi mengenai bentuk-
bentuk pemerintahan klasik adalah Plato dan Aristoteles.

Bentuk & bentuk Pemerintahan Klasik Menurut Plato (249–347 SM)

Bentuk-bentuk pemerintahan klasik menurut Plato dibedakan menjadi lima bentuk


pemerintahan negara. Kelima bentuk itu menurut Plato harus sesuai dengan sifat – sifat tertentu
manusia. Berikut ini adalah bentuk-bentuk pemerintahan klasik tersebut.

20
1. Aristokrasi
Suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaannya berada di tangan sekelompok orang
yang dapat mencerminkan rasa keadilan.
2. Temokrasi
Suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang oleh sekelompok orang yang
berlimpah harta (hartawan).
3. Oligarkhi
Suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaannya dipegang oleh golongan orang yang
dipengaruhi kemewahan atau harta kekayaan.
4. Demokrasi
Suatu bentuk pemerintahan yang menyerahkan seluruh kekuasaannya kepada rakyat.
5. Tirani
Suatu bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang tiran yang jauh dari rasa keadilan.
Bentuk-bentuk Pemerintahan Modern
Bentuk-bentuk pemerintahan selepas masa pemerintahan klasik adalah pemerintahan
modern. Pemerintahan modern tentu saja sudah mengalami perubahan yang cukup jauh dari
bentuk pemerintahan klasik. Berikut ini adalah bentuk-bentuk pemerintahan modern yang
cukup banyak diterapkan di berbagai negara. Salah satunya Indonesia.
1. Monarki
Monarki berasal dari kata Yunani "monos" yang berarti satu, dan "archein" yang
bermakna pemerintah. Monarki adalah sejenis pemerintahan yang dipegang oleh seorang
penguasa monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan merupakan sistem tertua di
dunia. Pada abad ke-19, terdapat kurang lebih 900 kerajaan di dunia, yang kemudian berubah
menjadi 240 buah dalam abad ke-20. Pada abad ke-20, hanya 40 kerajaan yang masih ada. Dari
jumlah tersebut hanya empat negara mempunyai penguasa monarki yang mutlak dan selebihnya
terbatas pada sistem konstitusi.
Leon Duguit dalam bukunya Traite de Droit Constitutional membedakan
pemerintahan dalam bentuk monarki dan republik. Perbedaan antara bentuk pemerintahan
“monarki” dan “republik” menurut Leon Duguit, adalah ada pada kepala negaranya. Jika
ditunjuk berdasarkan hak turun – temurun, maka kita berhadapan dengan Monarki. Kalau
kepala negaranya ditunjuk tidak berdasarkan turun – temurun tetapi dipilih, maka kita
berhadapan dengan Republik. Bentuk pemerintahan Monarki sendiri kemudian dibedakan lagi
menjadi bentuk-bentuk pemerintahan Monarki lainnya. Yaitu:

21
Monarki Absolut
Monarki Absolut merupakan bentuk pemerintahan suatu negara yang dipimpin oleh
seorang (raja, ratu, kaisar, syah). Dalam monarki absolut, kekuasaan pemimpin tidak terbatas.
Perintah raja merupakan wewenang yang harus dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri raja terdapat
kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang menyatu dalam ucapan dan perbuatannya.
Bentuk pemerintahan ini pernah dijalankan oleh Raja Louis XIV di Perancis. Beberapa negara
lainnya yang pernah menganut monarki absolut adalah Brunei Darussalam, Arab Saudi, dan
Swaziland (Sebuah negara kecil di selatan Afrika).
Monarki Konstitusional
Monarki Konstitusional merupakan bentuk pemerintahan suatu negara yang dipimpin oleh
seorang raja, namun kekuasaan raja dibatasi oleh undang-undang dasar (konstitusi). Proses
monarki kontitusional adalah sebagai berikut:

1. Ada kalanya proses monarki konstitusional itu datang dari raja itu sendiri karena takut
dikudeta. Contohnya: negara Jepang dengan hak octroon.
2. Ada kalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena adanya revolusi rakyat
terhadap raja. Contohnya: inggris yang melahirkan Bill of Rights I tahun 1689,
Yordania, Denmark, Arab Saudi, Brunei Darussalam.

Monarki Parlementer
Monarki Parlementer merupakan bentuk pemerintahan suatu negara yang dipimpin oleh
seorang raja, namun kekuasaan yang tertinggi berada di tangan parlemen (DPR). Dalam
monarki parlementer, kekuasaan, eksekutif dipegang oleh kabinet (perdana menteri) dan
bertanggung jawab kepada parlemen. Fungsi raja hanya sebagian kepala negara (simbol
kekuasaan) yang kedudukannya tidak dapat diganggu gugat. Contoh negara yang pernah
menganut monarki parlementer adalah Belanda, Inggris, dan Malaysia.
2. Republik
Selain bentuk pemerintahan Monarki, bentuk-bentuk pemerintahan modern juga
melahirkan bentuk pemerintahan Republik. Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala
negaranya bukan seorang raja, melainkan presiden. Seorang presiden bertindak sebagai kepala
negara tidak berdasarkan warisan turun-temurun, tetapi dipilih secara langsung oleh rakyat
maupun dipilih oleh suatu lembaga/badan yang dikuasakan untuk itu. Sama dengan
pemerintahan Monarki, pemerintahan Republik juga digolongkan menjadi beberapa bagian.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk pemerintahan Republik.

22
Republik Absolut
Republik Absolut merupakan sebuah bentuk pemerintahan otokratis (kekuasaan
dipegang satu orang) yang dipimpin oleh seorang diktator. Tidak ada batasan bagi kekuasaan
bagi pemimpin negara. Penguasa mengakibatkan konstitusi dan untuk melegitimasi
kekuasaannya digunakanlah partai politik. Dalam pemerintahan ini, parlemen memang ada,
namun tidak berfungsi. Pemerintahan seperti ini pernah dijalankan oleh negara Italia dan
Jerman pada masa Perang Dunia II.
Republik Konstitusional
Republik Konstitusional merupakan bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
presiden. Kekuasaan presiden dibatasi oleh UUD atau konstitusi. Di samping itu, pengawasan
yang efektif dilakukan oleh parlemen. . Contoh negara yang menganut republik konstitusional
adalah Indonesia dan Amerika Serikat.
Republik Parlementer
Republik Parlementer merupakan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya terbagi,
kepala negara dipegang oleh presiden, presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara. Namun,
presiden tidak dapat diganggu – gugat. Sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh seorang
menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Dalam sistem ini, kekuasaan legislatif lebih
tinggi dari pada kekuasaan eksekutif. Contoh negara yang menganut republik parlementer
adalah India, Pakistan, Israel, Perancis.
3. Emirat
Istilah emirat diambil dari bahasa Arab, yaitu imarah, yang bentuk jamaknya
adalah imarat. Bentuk pemerintahan Emirat merupakan salah satu dari bentuk-bentuk
pemerintahan yang dianut. Emirat merupakan suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang emir.
Dalam bahasa Arab, istilah emirat dapat merujuk pada provinsi apa pun dari sebuah
negara yang diperintah oleh anggota kelompok pemerintah. Penggunaan emirat ini terlihat pada
emirat nama negara Uni Emirat Arab, di mana negara ini dibagi menjadi tujuh emirat federal
yang masing-masing diperintah oleh seorang emir.
4. Federal atau Federasi

Federasi merupakan bagian dari bentuk-bentuk pemerintahan yang membagi negaranya


menjadi beberapa negara bagian yang saling bekerja sama dan membentuk negara kesatuan.
Masing-masing negara bagian memiliki beberapa otonomi khusus dan pemerintahan pusat

23
mengatur beberapa urusan yang dianggap nasional. Contoh negara yang pernah menganut
bentuk federasi adalah Amerika Serikat, Australia, Kanada, India, dan sebagainya.
5. Negara Kota
Bagian dari bentuk-bentuk pemerintahan ini merupakan istilah untuk menyebut sebuah
negara yang berbentuk kota dan mempunyai wilayah kekuasaan, memiliki rakyat, dan
pemerintahan yang berdaulat penuh. Salah satu contoh negara kota adalah Singapura.
Tabel Pemerintahan Di Jepang dari Masa ke Masa

Tahun Periode Periode Subperiode Pemerintahan

30.000 SM–
Paleolitik Jepang tidak diketahui
10.000 SM

10.000 SM–
Jōmon klan-klan lokal
3000 SM

900 SM-250
SM
Jepang Yayoi klan-klan lokal
(tumpang
kuno
tindih)

sekitar 250
Masehi-538 Yamato Kofun
Masehi
klan Yamato

538-710
Yamato Asuka
Masehi Jepang
klasik

710-794 Nara Istana kekaisaran di Nara

24
794-1185 Heian Istana kekaisaran di Heian

1185-1333 Kamakura Keshogunan Kamakura

Restorasi
1333-1336 Kaisar Jepang
Kemmu

zaman
1336-1392 Nanboku-cho
feodal
Muromachi Keshogunan
1392-1573 Ashikaga, Oda
Nobunaga, Toyotomi
zaman Sengoku Hideyoshi
Azuchi-
1573-1603
Momoyama

awal
zaman
1600-1867 Edo Keshogunan Tokugawa
modern di
Jepang

monarki terbatas (Kaisar


1868-1912 Meiji
Meiji)

Japan
monarki terbatas (Kaisar
1912-1926 zaman Taishō Demokrasi Taisho
Taishō)
modern

monarki terbatas (Kaisar


1926-1945 Shōwa Ekspansionisme
Shōwa)

25
Jepang zaman Komandan Tertinggi
1945-1952
pendudukan Sekutu Sekutu

Pascapendudukan
1952-1989 demokrasi
Sekutu
parlementer, Kaisar
Jepang sebagai simbol
1989-
Heisei negara
sekarang

Mengenai sistem pemerintahan, Jepang menjalankan sistem pemerintahan parlementer, sama


seperti yang dijalankan di Negara Inggris dan Kanada. Sejak tahun 1947 di Jepang mulai
berlaku sebuah konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang didasarkan pada tiga prinsip, yaitu
: kedaulatan rakyat, hormat terhadap hak - hak asasi manusia, dan penolakan perang. Di dalam
konstitusi ini juga menetapkan tentang tiga kemandirian badan pemerintah yang terdiri dari :

 Badan legislatif bisa disebut Diet atau Parlemen


 Badan eksekutif terdiri dari anggota kabinet
 Badan Yudikatif berfungsi sebagai pengadilan hukum

Parlemen Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat membatasi
kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur
dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada
di tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan
sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara
dalam urusan diplomatik.

 Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris.
 Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah dan Majelis Tinggi. Majelis Rendah
Jepang terdiri dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung
oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan. Majelis Tinggi
Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki masa jabatan 6 tahun, dan dipilih

26
langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang berusia 20 tahun ke atas memiliki hak untuk
memilih.

Kabinet Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para menteri. Perdana Menteri adalah
salah seorang anggota parlemen dari partai mayoritas di Majelis Rendah. Partai Demokrat
Liberal (LDP) berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Pada tahun itu terbentuk
pemerintahan koalisi yang hanya berumur singkat dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar
di Jepang adalah Partai Demokratik Jepang.

Perdana Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri diangkat melalui
pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing
memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan. Pada
praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen. Menteri-menteri kabinet
diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan
keputusan Parlemen Jepang, dan memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-menteri
kabinet. Perdana Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis
Rendah untuk bertahan sebagai Perdana Menteri.

BAB II
27
Lembaga Legislatif, Lembaga Eksekutif, dan Lembaga
Legislatif
2.1 Lembaga Legislatif
Lembaga Legislatif adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, kongres, dan asembli nasional.
Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan menujuk eksekutif. Dalam Sistem
Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan yang sama dan bebas dari eksekutif.
Sebagai tambahan atas menetapkan hukum, legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk
menaikkan pajak dan menerapkan budget dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga
kadangkala menulis perjanjian dan memutuskan perang.
 Cara Pemilihan
Lembaga Legislatif (Legislature), yaitu National Diet (Parlement Nasional).
Diet sebagai badan tertinggi dari kekuasaan negara juga berfungsi sebagai pembuat
undang-undang. Anggota Diet terdiri dari Majelis Rendah (Dewan kanselir) dengan 480
anggota dan (Majelis Tinggi) dengan 242 anggota. Para anggota Diet akan memilih
Perdana Menteri dari kalangan mereka sendiri. Kemudian Perdana Menteri terpilih akan
membentuk kabinet. Kabinet akan bertugas dibawah kepemimpinan Perdana Menteri,
tetapi kabinet dalam mejalankan tugasnya akan bertanggung-jawab kepada Diet. Diet
terdiri dari dua Rumah , yaitu DPR dan Majelis . Kedua Rumah terdiri dari anggota
terpilih , wakil dari semua orang . Jumlah anggota setiap rumah harus ditetapkan oleh
hukum . Kualifikasi anggota kedua Rumah dan pemilih mereka harus ditetapkan oleh
hukum . Namun, tidak akan ada diskriminasi karena ras , keyakinan , jenis kelamin ,
status sosial , asal keluarga , pendidikan , properti atau pendapatan . Masa jabatan
anggota DPR harus empat tahun . Namun, istilah harus dihentikan sebelum jangka
penuh dalam kasus DPR dibubarkan . Masa jabatan anggota Majelis harus enam tahun
, dan pemilihan setengah anggota akan dilakukan setiap tiga tahun . Daerah Pemilihan ,
metode pemungutan suara dan hal-hal lain yang berkaitan dengan metode pemilihan
anggota kedua Rumah harus ditetapkan oleh hukum .
 Hubungan antar Lembaga
1. Hubungan dengan Eksekutif
Kabinet dapat membubarkan Parlemen (tetapi hanya Majelis Rendah/House
of Councellors). Sementara itu, Parlemen punya wewenang untuk

28
mengangkat/menunjuk Perdana Menteri (harus orang sipil dan harus dari anggota
Parlemen /Diet)
Para anggota Diet memilih perdana menteri dari antara mereka sendiri.
Perdana menteri membentuk dan memimpin kabinet menteri negara. Kabinet, dalam
menjalankan kekuasaan eksekutif, bertanggung-jawab terhadap Diet.
Check and balances Parlemen kepada kabinet dapat dilihat dalam hal Kabinet
dengan ketuanya bertanggungjawab kepada parlemen. Apabila kabinet atau seorang
atau beberapa orang anggotanya mendapat mosi tidak percaya dari parlemen, maka
kabinet atau seorang atau beberapa orang daripadanya harus mengundurkan diri. Di
lain pihak Perdana Menteri dan menteri-menteri lainnya dari negara dapat, pada
setiap saat, muncul di dalam salah satu Majelis untuk tujuan berbicara mengenai
rencana undang-undang, tanpa mengindahkan apakah mereka anggota daripada
Majelis atau tidak. Mereka harus muncul bilamana kehadiran mereka.
2. Hubungan dengan Yudikatif
Mahkamah Agung mengawasi jalannya/pelaksanaan tugas-tugas Parlemen
(misalnya dalam pembuatan Undang-Undang). Sedangkan, Parlemen/ Diet dapat
melakukan Impeachment, yaitu dapat memanggil Mahkamah Agung
memepertanggungjawabkan perbuatannya, atau dapat menuduh Mahkamah Agung
tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
Hubungan antara kehakiman dengan parlemen dapat kita lihat ketika anggota-
anggota dari kedua Houses (Majelis Tinggi dan Rendah) tidak boleh dinyatakan
bertanggung jawab di luar House untuk pidato-pidato, perdebatan-perdebatan atau
suara yang diberikan di dalam House. Di lain pihak, parlemen harus membentuk
suatu pengadilan tindak pidana bagi pejabat-pejabat umum di antara anggota-
anggota kedua Houses untuk tujuan mengadili mereka oleh para hakim terhadap
siapa tindakantindakan pemindahan telah diadakan. Serta hal-hal yang berhubungan
dengan tindak pidana pejabat-pejabat umum harus diatur dengan undang-undang.
 Tugas dan Wewenang
1. Perdana menteri memiliki jabatan sebagai kepala pemerintahan, Perdana
Menteri dan Menteri negara lain harus warga sipil.
2. Kabinet, dalam menjalankan kekuasaan eksekutif, harus secara kolektif
bertanggung jawab kepada Diet.

29
3. Perdana Menteri akan ditunjuk dari antara anggota Diet dengan resolusi Diet.
Penunjukan ini akan mendahului semua bisnis lainnya.
4. Jika DPR dan Dewan Kanselir tidak setuju dan jika kesepakatan tidak dapat
dicapai bahkan melalui sebuah komite bersama kedua Rumah, diatur oleh
hukum, atau Rumah dewan gagal untuk membuat penunjukan dalam waktu
sepuluh (10) hari, tidak termasuk masa reses, setelah DPR telah membuat
penetapan, keputusan DPR menjadi keputusan Diet.
5. Perdana Menteri akan menunjuk Menteri Negara. Namun, jumlah mereka
mayoritas harus dipilih dari antara anggota Diet. Perdana Menteri dapat
menghapus Menteri Negara saat ia memilih.
6. Jika DPR sahkan resolusi non-kepercayaan, atau menolak resolusi keyakinan,
Kabinet harus mengundurkan diri secara massal, kecuali DPR dibubarkan dalam
waktu 10 (sepuluh) hari berikutnya.
7. Ketika ada kekosongan di jabatan Perdana Menteri, atau pada pertemuan
pertama Diet setelah pemilihan umum anggota DPR, Kabinet harus
mengundurkan diri secara massal. Dalam kasus seperti itu, Kabinet akan
meneruskan fungsinya sampai waktu ketika Perdana Menteri yang baru
diangkat.
8. Perdana Menteri, mewakili Kabinet, menyampaikan tagihan, laporan tentang
urusan nasional umum dan hubungan luar negeri ke Diet dan latihan kontrol dan
pengawasan atas cabang administratif.
9. Kabinet, di samping fungsi lain administrasi umum, wajib melaksanakan fungsi
sebagai berikut :
10. Administer hukum setia; melakukan urusan negara.
11. Mengelola urusan luar negeri.
12. Menyimpulkan perjanjian. Namun, harus mendapatkan persetujuan atau,
tergantung pada keadaan, persetujuan kemudian dari Diet.
13. Mengadministrasikan pelayanan sipil, sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh hukum.
14. Siapkan anggaran, dan menyampaikannya kepada Diet. Kabinet menetapkan
untuk melaksanakan ketentuan dalam Konstitusi dan hukum. Namun, tidak
dapat memasukkan ketentuan pidana dalam pesanan lemari tersebut kecuali
diizinkan oleh hukum tersebut.

30
15. Menentukan amnesti umum, amnesti khusus, pergantian hukuman,
penangguhan hukuman, dan pemulihan hak.\
16. Semua hukum dan perintah kabinet harus ditandatangani oleh Menteri Negara
dan ditandatangani oleh Perdana Menteri.
17. Menteri Negara, selama masa jabatannya, tidak akan dikenakan tindakan hukum
tanpa persetujuan dari Perdana Menteri. Namun, hak untuk mengambil tindakan
yang tidak terganggu dengan ini.

 Masa Jabatan Dan berakhirnya masa jabatan


1. Majelis rendah (Shuugi-in) yang beranggotakan 480 anggota dipilih oleh rakyat setiap
4 tahun sekali
2. Majelis Tinggi (Sangi-in) yang beranggotakan 242 anggota dipilih oleh rakyat
setiap 6 tahun sekali
3. Dapat dibubarkan perdana menteri jepang atau melalui mosi tidak percaya Sangi-in
tidak dapat dibubarkan sehingga anggotanya bisa menjabat 6 tahun secara penuh.

2.2 Lembaga Eksekutif

Eksekutif merupakan cabang pemerintahan yang mempunyai suatu kekuasaan dan


tanggungjawab dalam nenerapkan hukum. Misalnya biasanya dalam suatu cabang eksekutif
disebut ketua pemerintahan. Eksekutif bisa mengarah kepada adminitrasi, pada sistem
presiden, atau sebagai perintah, didalam sistem parlementer.

Eksekutif (dari bahasa latin), execure yang mempunyai arti melaksanakan atau melaukan.
Kekuasaan eksekutif umumnya dipegang oleh badan eksekutif. Di negara demookratis,
badan eksekutif umunya dari kepala negara seperti raja atau presiden. Badan eksekutif
dalam arti yang luas juga mencakup dari pergawai negri sipil serta militer.

 Cara Pemilihan

Lembaga Eksekutif (Executive), yaitu Cabinet (Dewan Menteri) yang dipimpin


oleh Perdana Menteri. Perdana Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan.
Perdana Menteri diangkat melalui pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila

31
Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing memiliki calon perdana menteri,
maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan. Pada praktiknya, perdana
menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen. Menteri-menteri kabinet diangkat
oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan
keputusan Parlemen Jepang, dan memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-
menteri kabinet. Perdana Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari
anggota Majelis Rendah untuk bertahan sebagai Perdana Menteri.

 Hubungan antar Lembaga

1. Hubungan dengan Legislatif


Kabinet dapat membubarkan Parlemen (tetapi hanya Majelis Rendah/House
of Councellors). Sementara itu, Parlemen dapat mengangkat/menunjuk Perdana
Menteri (harus orang sipil dan harus dari anggota Parlemen /Diet).
2. Hubungan dengan Yudikatif
Mahkamah Agung berhak mengawasi Kabinet dalam melaksanakan
Konstitusi 1947, sedangkan kabinet berhak menunjuk Ketua Mahkamah Agung dan
Hakim Agung. Hakim Agung (kecuali Hakim Kepala) harus diangkat oleh Kabinet.
Sedangkan Hakim-hakim pada pengadilan-pengadilan yang lebih rendah harus
diangkat oleh Kabinet dari suatu daftar orang-orang yang dicalonkan oleh
Mahkamah Agung.

 Tugas dan Wewenang


1. Setiap Rumah akan menjadi hakim sengketa yang berkaitan dengan kualifikasi
dari para anggotanya. Namun, dalam rangka menolak kursi untuk anggota, perlu
mengesahkan resolusi dengan mayoritas dua pertiga atau lebih dari anggota
yang hadir.
2. Bisnis tidak dapat ditransaksikan di salah satu Dewan kecuali satu-sepertiga atau
lebih dari total anggota hadir.
3. Semua hal harus diputuskan, dalam setiap Rumah, dengan mayoritas yang hadir,
kecuali seperti di tempat lain yang disediakan dalam Konstitusi, dan dalam hal
mendesak, petugas memimpin harus memutuskan masalah ini.

32
4. Musyawarah di setiap Rumah harus publik. Namun, pertemuan rahasia dapat
diselenggarakan di mana mayoritas dua-pertiga atau lebih anggota yang hadir
melewati resolusi untuk itu.
5. Setiap Rumah harus menyimpan catatan proses. Catatan ini harus dipublikasikan
dan diberikan sirkulasi umum, kecuali bagian-bagian setiap proses sidang
rahasia yang mungkin dianggap memerlukan kerahasiaan. Setelah permintaan
seperlima atau lebih dari anggota yang hadir, suara anggota tentang masalah
apapun harus dicatat dalam berita acara.
6. Setiap Rumah harus memilih presiden sendiri dan pejabat lainnya. Setiap Rumah
akan membuat peraturan yang berkaitan dengan pertemuan, proses dan disiplin
internal, dan dapat menghukum anggota untuk melakukan teratur. Namun,
dalam rangka untuk mengusir anggota, mayoritas dua pertiga atau lebih dari
anggota yang hadir harus lulus padanya resolusi.
7. Sebuah RUU menjadi undang-undang pada bagian oleh kedua Rumah, kecuali
ditentukan lain oleh Konstitusi. Sebuah RUU yang disahkan oleh DPR, dan di
mana Dewan Kanselir membuat keputusan yang berbeda dari DPR, menjadi
hukum ketika melewati untuk kedua kalinya oleh DPR oleh mayoritas dua
pertiga atau lebih dari anggota yang hadir. Penyediaan paragraf sebelumnya
tidak menghalangi DPR dari menyerukan pertemuan komite bersama kedua
Rumah, disediakan oleh hukum.
8. Kegagalan oleh Dewan Kanselir untuk mengambil tindakan akhir dalam enam
puluh (60) hari setelah menerima tagihan yang disahkan oleh DPR, terkecuali
waktu istirahat, dapat ditentukan oleh DPR untuk membentuk suatu penolakan
terhadap RUU tersebut oleh Rumah Anggota Dewan.
9. Anggaran pertama harus diserahkan ke DPR. Setelah mempertimbangkan
anggaran, ketika Dewan Kanselir membuat keputusan yang berbeda dari DPR,
dan ketika kesepakatan tidak dapat dicapai bahkan melalui sebuah komite
bersama kedua Rumah, diatur oleh hukum, atau dalam hal kegagalan oleh
Dewan Kanselir untuk mengambil tindakan akhir dalam tiga puluh (30) hari,
periode reses dikecualikan, setelah penerimaan anggaran yang disahkan oleh
DPR, keputusan DPR menjadi keputusan Diet.
10. Menyetujui Diet yang dibutuhkan untuk pembuatan perjanjian internasional.

33
11. Setiap Rumah dapat melakukan investigasi dalam hubungannya dengan
pemerintah, dan mungkin menuntut kehadiran dan kesaksian para saksi, dan
produksi rekaman.
12. Perdana Menteri dan Menteri lain dari Negara, pada setiap saat, muncul dalam
salah satu Dewan untuk tujuan berbicara di tagihan, terlepas dari apakah mereka
adalah anggota DPR atau tidak. Mereka harus muncul ketika kehadiran mereka
diperlukan dalam rangka untuk memberikan jawaban atau penjelasan.
13. Diet harus membentuk pengadilan dakwaan dari antara anggota kedua Rumah
untuk tujuan mencoba orang hakim terhadap siapa proses penghapusan telah
dilembagakan.
14. Hal-hal yang berkaitan dengan pendakwaan harus disediakan oleh hukum.

 Masa Jabatan Dan berakhirnya masa jabatan

1. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan keputasan


Perlemen Jepang dan memberikan persetujuan atas pengangkatan menteri-
menteri kabinet
2. Perdana Menteri diangkat melalui pemilihan di antara anggota parlemen,
yang pada umumnya dari anggota partai mayoritas pada Majelis Rendah
3. menteri-menteri dalam kabinet diangkat oleh Perdana Menteri
4. Kabinet diwajibkan mengundurkan diri dan mengosongkan jabatan secara
massal ketika jabatan Perdana Menteri kosong, atau terjadi resolusi
ketidakpercayaan sehingga kabinet harus dibubarkan dalam waktu 10 hari.

2.3 Lembaga Yudikatif


Lembaga Yudikatif adalah suatu badan yang memiliki sifat teknis yuridis yang
berfungsi mengadili penyelewengan pelaksanaan konstitusi dan peraturan perundang-
undangan oleh institusi pemerintahan secara luas serta besifat independent dalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya.
 Cara Pemilihan
Terdiri dari 1 Mahkamah Agung dan pengadilan yang lebih rendah (4 pengadilan
tinggi , satu pengadilan daerah di setiap propinsi -kecuali Hokkaido yang mempunyai 4
pengadilan daerah-, pengadilan negeri, pengadilan keluarga, dan pengadilan sumir).

34
Mahkamah Agung terdiri dari Ketua Mahkamah Agung (1 orang Hakim Agung),
dan 14 Hakim lainnya. Hakim agung dilantik oleh kaisar atas persetujuan kabinet dan
ke-14 hakim lainnya dilantik langsung oleh kabinet. Sedangkan, Hakim-hakim pada
pengadilan-pengadilan yang lebih rendah harus diangkat oleh Kabinet dari suatu daftar
orang-orang yang dicalonkan oleh Mahkamah Agung.
Untuk pengadilan distrik, sistem kehakiman awam ini mulai diperkenalkan sejak
Mei 2009. Di bawah sistem pengadilan distrik ini, 6 warga dewasa dipilih secara acak
untuk bertindak sebagai hakim awam dalam kasus peradilan pidana di pengadilan
distrik.
Kabinet mengajukan nama-nama calon ketua Mahkamah Agung dan perdana
Menteri yang akan menunjuk ketua Mahkamah Agung tersebut dan kemudain dilantik
oleh Kaisar. Sementara itu, hakim-hakim lainnya akan ditunjuk oleh cabinet. Hakim-
hakim di Mahkamah Agung dan pengadilan sumir wajib pensiun ketika berumur 70
tahun. Sedangkan untuk hakim pengadilan tinggi, pengadilan negeri, dan pengadilan
keluarga wajib pensiun ketika berusia 65 tahun.
Setiap 10 tahun sekali, masyarakat memiliki kesempatan untuk memberhentikan
ketua Mahkamah Agung dari pengadilan dengan pemungutan suara secara referendum
pada saat pemilu.
Hakim-hakim Mahkamah Agung dapat ditinjau olehh masyarakat dan dapat
dipanggil pada pemilihan House of Representatives yang pertama diikuti dengan
penunjukan mereka dan pada pemilihan umum pertama setelah selang setiap 10 tahun
sesudahnya. Hakim-hakim pengadilan rendah tidak ditinjau oleh masyarakat, namun
masa jabatannya terbatas selama 10 tahun dengan hak istimewa pengangkatan kembali.
 Hubungan antar Lembaga
1. Hubungan dengan lembaga Legislatif
Mahkamah Agung bertugas mengawasi jalannya/pelaksanaan tugas-tugas
Parlemen (misalnya dalam pembuatan Undang-Undang). Sementara itu, parlemen
dapat melakukan Impeachment, yaitu dapat memanggil Mahkamah Agung
memepertanggungjawabkan perbuatannya, atau dapat menuduh Mahkamah Agung
tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Hubungan dengan Lembaga Eksekutif
Mahkamah Agung berkewajiban untuk mengawasi Kabinet dalam
melaksanakan tugasnya sesuai hasil Konstitusi tahun1947, sedangkan Kabinet

35
punya wewenang untuk menunjuk Ketua Mahkamah Agung dan Hakim Agung
yang kemudian akan dilantik oleh Kaisar. Hakim Agung (kecuali Hakim Kepala)
harus diangkat oleh Kabinet. Sedangkan Hakim-hakim pada pengadilan-
pengadilan yang lebih rendah harus diangkat oleh Kabinet dari suatu daftar orang-
orang yang dicalonkan oleh Mahkamah Agung.
Sifat sebagai lembaga yang independen ini juga termasuk dari pengaruh
eksekutif dan atau legislatif, sehingga tidak boleh ada tindakan disipliner terhadap
hakim-hakim yang dilakukan oleh sesuatu organ eksekutif atau legislatif. Di lain pihak,
Menteri-menteri negara, selama masa jabatan mereka, tidak boleh dikenakan tindakan
hukum tanpa persetujuan dari Perdana Menteri. Walaupun demikian, hak untuk
mengambil tindakan tersebut tidaklah dirusakkan karena hal ini.
 Tugas dan Wewenang
1. Kekuasaan kehakiman Seluruh hak dalam Mahkamah Agung dan di pengadilan
lebih rendah seperti ditetapkan oleh hukum. Tidak ada pengadilan luar biasa
harus ditetapkan, dan tidak setiap organ atau badan Eksekutif diberikan
kekuasaan kehakiman akhir.
2. Semua hakim harus independen dalam melaksanakan hati nurani mereka dan
harus terikat hanya oleh Konstitusi ini dan hukum.
3. Mahkamah Agung dipegang dengan kekuatan aturan-keputusan dalam yang
menentukan aturan prosedur dan praktek, dan hal yang berhubungan dengan
pengacara, disiplin internal pengadilan dan administrasi urusan peradilan.
Publik (dan yang diberi kuasa) harus tunduk pada aturan-kekuatan pembuatan
Mahkamah Agung.
4. Mahkamah Agung dapat melimpahkan wewenang untuk membuat aturan untuk
pengadilan rendah ke pengadilan tersebut.
5. Hakim tidak harus dihilangkan kecuali dengan pendakwaan umum, kecuali
secara hukum dinyatakan mental atau fisik tidak kompeten untuk melakukan
tugas resmi.
6. Tidak ada tindakan disipliner terhadap hakim harus dikelola oleh organ
eksekutif atau lembaga.
7. Mahkamah Agung harus terdiri dari Hakim Ketua dan (beberapa) pembantunya
seperti hakim yang akan ditentukan oleh hukum; semua hakim tersebut kecuali
Hakim Ketua akan diangkat oleh Kabinet.

36
8. Pengangkatan hakim Mahkamah Agung akan ditinjau oleh orang-orang pada
pemilihan umum pertama anggota DPR setelah pengangkatan mereka, dan akan
ditinjau kembali pada pemilihan umum pertama anggota DPR setelah selang
sepuluh (10) tahun, dan dalam cara yang sama setelahnya.
9. Dalam kasus-kasus yang disebutkan dalam paragraf di atas, ketika mayoritas
pemilih nikmat pemberhentian hakim, ia akan diberhentikan. Hal yang berkaitan
untuk meninjau harus ditentukan oleh hukum. Para hakim Mahkamah Agung
harus pensiun pada pencapaian usia sebagaimana ditetapkan oleh hukum. Semua
hakim tersebut akan menerima, pada interval dinyatakan teratur, kompensasi
yang layak yang tidak akan menurun selama masa jabatan mereka kantor.
10. Para hakim pengadilan rendah akan diangkat oleh Kabinet dari daftar orang-
orang yang dicalonkan oleh Mahkamah Agung. Semua hakim tersebut akan
menjabat untuk jangka waktu sepuluh (10) tahun dengan hak istimewa
pengangkatan kembali, dengan ketentuan bahwa mereka akan pensiun pada
pencapaian usia sebagaimana ditetapkan oleh hukum.
11. Para hakim pengadilan rendah akan menerima, pada interval dinyatakan teratur,
kompensasi yang layak yang tidak akan menurun selama masa jabatan mereka
kantor.
12. Mahkamah Agung adalah pengadilan terakhir dengan kekuatan untuk
menentukan konstitusionalitas dari setiap hukum, perintah, peraturan atau
tindakan resmi.
13. Ujian harus dilakukan dan penilaian menyatakan secara terbuka. Dimana
pengadilan bulat menentukan publisitas untuk membahayakan ketertiban umum
atau moral, pengadilan dapat dilakukan secara pribadi, tetapi pengadilan
kejahatan politik, pelanggaran yang melibatkan pers atau kasus-kasus di mana
hak-hak orang sebagaimana dijamin dalam Bab III Konstitusi ini dalam
pertanyaan harus selalu dilakukan secara terbuka.
14. Membicarakan sistem pemerintahan (dalam arti luas) suatu negara berarti
membicarakan hubungan antar sub-sistem pemerintahan, yang meliputi semua
lembaga-lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara yang ada pada
suatu negara itu, untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan negara) misalnya
hubungan antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudisiil. Sedangkan

37
sistem pemerintahan dalam arti sempit, hanya membicarakan hubungan antar
lembaga eksekutif dan lembaga legislatif dalam suatu negara.
 Masa Jabatan Dan berakhirnya masa jabatan

1. Kekuasaan yudikatif terletak di tangan Mahkamah Agung dan pengadilan-


pengadilan yang lebih rendah, seperti pengadilan tinggi, pengadilan distrik, dan
pengadilan sumir. Semuanya di tunjuk oleh kabinet.
2. Hakim-hakim di Mahkamah Agung dan pengadilan sumir wajib pensiun ketika
berumur 70 tahun. Sedangkan untuk hakim pengadilan tinggi, pengadilan
negeri, dan pengadilan keluarga wajib pensiun ketika berusia 65 tahun.
3. Setiap 10 tahun sekali, masyarakat memiliki kesempatan untuk memberhentikan
ketua Mahkamah Agung dari pengadilan dengan pemungutan suara secara
referendum pada saat pemilu.
4. Hakim-hakim pengadilan rendah tidak ditinjau oleh masyarakat, namun masa
jabatannya terbatas selama 10 tahun dengan hak istimewa pengangkatan
kembali.

BAB III
Sistem Pemilihan Umum
Pemilu adalah salah satu aspek demokrasi yang terpenting, dengan melaksanakan pemilu
akan menghasilkan penyelenggara negara yang mengisi posisi penting dalam lembaga-
38
lembaga negara yang bertanggungjawab mewujudkan tujuan negara yang tercantum
dalam konstitusi. Adapun Jenis-jenis pemilu yang ada di negara-negara demokrasi yaitu :

1. First Past The Post Voting System (Single Member Plurality)

Pemilih hanya memilih satu kandidat pada surat suara pada setiap wilayah geografis.
Suara itu di tambahkan masing-masing calon untuk setiap wilayah geografis, dan kandidat
yang mendapatkan suara terbanyak akan memenangkan pemilihan umum dan mewakili
wilayah tersebut. Sistem ini didesain untuk memilih satu kandidat pemenang, bukan
beberapa pemenang untuk satu daerah pemilihan, dan yang perlu diingat pemilih hanya
memilih kandidat bukan partai politiknya.

2. Block Vote Electoral System

Pemilih mempunyai pilihan (votes) sebanyak jumlah kursi yang diperebutkan di


distriknya dan biasanya bebasa memilih calon perseorangan terlepas dari afiliasi partai
politik. Pemilih menggunakan hak pilihnya sebanyak (atau sedikit) kursi yang
diperebutkan seperti yang mereka inginkan. System ini digunakan di Yordania, Mongolia,
Filipina dan Thailand.

3. Partay Block Vote (PBV)

Dalam system ini pemilih hanya memiliki satu suara, pemilih memilih kandidat di dalam
daftar calon, daripada memilih individu. Disini partai yang memperorel suara terbanyak
memenangkan semua kursi di distrik tersebut dan dibagi sesuai daftar kandidat yang
memperoleh suara (the winners takes all). System ini pernah digunakan di Kamerun,
Chad, Djibouti dan Singapura.

4. Alternative Vote

Pemilih memberikan peringkat pada calon yang mereka pilih dan memungkinkan pemilih
memberikan preferensi mereka tidak hanya pilihan utama mereka. Cara menghitung
perolehan suara adalah dengan menghitung preferensi pertama. Jika ada calon mendapatka
50% suara + maka langsung ditetapkan sebagai terpilih.

5. Two Round System (TRS)

39
Sistem ini seperti namanya menggunakan dua putaran dala satu pemilihan umum dengan
rentang waktu yang tidak terlalu lama. Putaran yang pertama dilakukan seperti dalam
sistem single round plurality/majority system, jika sebuah partai atau calon memenangkan
proporsi tertentu atau mayoritas suara dalam putaran pertama tidak perlu dilakukan
putaran kedua. Proporsi tertentu itu biasanya mayoritas mutlak, namun begitu sejumlah
negara menetapkan presentase tertentu (Indonesia dalam pilkada menetapkan 30% dari
suara sah).

6. Proportional Representation (PR)

Alasan rasional dibalik semua sistem PR adalah adanya kesadaran tidak proporsionalnya
perolehan suara partai politik dihubungkan dengan perolehan kursi di lembaga legislatif.
Ada 2 jenis sistem PR, yi List PR dan Single Transferable Vote (STV). Sistem PR
menghendaki digunakannya distrik pemilihan (dapil) dengan jumlah anggota banyak
(lebih dari satu) makanya sistem ini disebut multy member constituency (MMC). Di
beberapa negara seperti Israel dan Belanda, seluruh negara menjadi satu daerah pemilihan
yang beranggota banyak. Dibeberapa negara seperti Argentina, Portugal, dan Indonesia,
distrik elektoral adalah provinsi, sementara di Indonesia agak spesifik karena setiap dapil
jumlah kursi yang diperebutkan pada dasarnya ditentukan oleh KPU.

7. List Proportional Representation System

Di dalam sistem pemilu List PR setiap partai politik atau kelompok menampilkan sebuah
daftar calon untuk daerah pemilihan beranggota banyak (multi member electoral distrik.
Pemilih memilih untuk partai dan partai akan mendapatkan jumlah kursi yang
proporsional sesuai dengan presentasi perolehan suara yang dimenangkannya di daerah
pemilihan tersebut. Dalam sistem List PR yang tertutup kandidat yang memenangkan
kursi ditentukan dalam urutan nomor kandidat dalam list (daftar) yang disediakan. Makin
kecil angka calon dalam daftar makin besar peluangnya untuk terpilih. Dalam sistem List
PR yang terbuka, pemilih dapat mempengaruhi dan menentukan keterpilihan seorang
calon berdasarkan preferensi yang mereka berikan di dalam surat suara.

8. The Single Tranferable Vote (STV)

40
Ditemukan di abad 19 oleh Thomas Hare dan Carl Andrae. Menggunakan model multy
member district. Pemilih memberikan rangking pada kandidat untu preferensi di dalam
kertas suara seperti dalam alternative vote system.

9. Mixed Member Proportional (MMP)

MMP adalah sistem campuran dalam hal pilihan-pilihan yang dikehendaki oleh pemilih
untuk memilih perwakilan melalui dua sistem yang berbeda – satu List PR System dan
biasanya satu lagi sistem pluralitas/mayoritas- biasanya sistem List PR mengkompensasi
hasil yang tidak proporsional dari sistem pluralitas/mayoritas. Ada dua system pemilu
jenis ini yaitu Mixed Member Proportional dan Parallel system.

Mixed Member Proportional yaitu Jika hasil dari dua jenis pemilu terkait dengan alokasi
kursi dalam sistem PR tergantung pada hasil pemilihan berdasarkan sistem
pluralitas/mayoritas dan kompensasi diberikan akibat disproporsionalitas yg timbul akibat
sistem pluralitas/mayoritas.

Parallel system yaitu Jika dua set kursi parlemen,saling terpisah dan dibedakan serta tidak
saling tergantung satu sama lain dalam alokasi kursi.

Sistem politik Jepang memiliki tiga jenis pemilihan: pemilihan umum untuk DPR
diselenggarakan setiap empat tahun (kecuali lower house dibubarkan sebelumnya), pemilihan
untuk Majelis diadakan setiap tiga tahun untuk memilih satu-setengah dari anggotanya, dan
pemilihan lokal diadakan setiap empat tahun untuk kantor di prefektur, kota, dan desa.
Pemilihan diawasi oleh komite pemilihan di setiap tingkat administrasi di bawah arahan umum
dari Komite Administrasi Pemilihan Pusat, sebuah organisasi yang melekat pada Departemen
Ministry of Internal Affairs and Communications ( MIC ).

Usia pemilih minimum adalah 20 tahun; pemilih harus memenuhi persyaratan residensi tiga
bulan sebelum diperbolehkan untuk mencoblos. Bagi mereka yang ingin mendaftar, ada dua set
persyaratan usia: 25 tahun untuk masuk ke DPR dan sebagian besar untuk kantor lokal, dan 30
tahun untuk masuk ke Majelis dan gubernur prefektur. Setiap deposit untuk pencalonan adalah

41
3 juta yen (30 ribu dolar) untuk konstituensi kursi tunggal dan 6 juta yen (60 ribu dolar) untuk
representasi proporsional.

a. Latar Belakang

Parlemen Jepang dibentuk pertama kali 1889 dan 1890 ketika pemilu pertama diadakan untuk
parlemen Jepang. Pembentukan parlemen modern ini sangat dipengaruhi oleh Prusia dan
model Eropa lainnya. Periode Meiji adalah periode Jepang memutuskan bahwa mereka perlu
untuk mengadopsi setidaknya bentuk kehidupan politik modern yang umum di Eropa Barat
untuk meyakinkan Eropa bahwa Jepang adalah negara yang beradab, layak dan sederajat maju
dengan Jerman dan Eropa pada masa itu. Restorasi Meiji memberi perubahan yang besar bagi
jepang karena dalam periode ini membentuk parlemen jepang yang disebut sebagai “
Diet”. Perubahan di era Meiji dimulai dengan berakhirnya masa feodal Tokugawa pada tahun
1868 dan pemimpin muda Jepang melakukan perjalanan di seluruh Eropa dan Amerika Serikat
mempelajari sistem politik, konstitusi, sistem pendidikan, semua aspek kehidupan di Eropa
modern dan Amerika Serikat.

Di bawah sistem politik Jepang sebelum Perang Dunia Kedua, kaisar itu dalam teori maha
kuasa.Kaisar itu berdaulat, dan semua orang yang bekerja untuk pemerintah yang berlaku
bekerja untuk kaisar.Itu berarti, pada dasarnya, kekuasaan yang dibagi di antara beberapa
kelompok yang berbeda dalam sistem politik Jepang, militer, birokrasi sipil, dan sampai batas
tertentu Diet, parlemen Jepang. Dalam periode pra-perang, sebelum Perang Dunia Kedua, fakta
bahwa kaisar itu secara teoritis semua-kuat berarti berlaku bahwa kelompok-kelompok yang
bisa mengklaim berbicara untuk kaisar adalah orang-orang yang bahkan sama kuat. Sehingga
kita tahu di tahun 1930-an, itu militer Jepang, yang mengaku berbicara atas nama kaisar, yang
berhasil mengamankan hampir semua kekuatan politik tersendiri.

Konstitusi Kekaisaran Jepang dari 1890 (disingkat sebagai “Konstitusi Meiji”), adalah hukum
dasar negara Jepang yang paling awal. Setelah Restorasi Meiji ditetapkan pada 1868 , bentuk
konstitusi Jepang menjadi konstitusional monarki absolut berdasarkan Prusia model.
Akibatnya, Tenno adalah penguasa tertinggi, dan pengikutnya di kabinet , yang Perdana
Menteri akan dipilih oleh Dewan Penasihat . Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Perdana
Menteri dan kabinetnya tidak selalu dipilih dari anggota terpilih dari Diet. Kemudian

42
dilakukan Prosedur untuk mengubah “Konstitusi Meiji” yang sebelumnya berlaku, sepenuhnya
direvisi menjadi Konstitusi baru seperti Konstitusi yang berlaku pada tanggal 3 Mei 1947 .

b. Pasca Perang Dunia Kedua

Parlemen yang ada di Jepang saat ini, yang disebut “Diet,” mengalami perubahan setelah
Perang Dunia Kedua sehingga adanya penerapan konstitusi baru secara resmi tahun 1947.
Berbeda system parlemen pra-perang, konstitusi baru Diet sebagai organ tertinggi kekuasaan
negara. Perbedaan system parlemen pra perang (Periode Meiji) dengan system parlemen pasca
perang (Konstitusi baru 1947)adalah jika system pra-perang ( Periode Meiji) kedaulatan negara
beristirahat atau terletak tidak kepada masyarakat sipil tetapi kedaulatan negara terletak pada
otoritas kaisar. Diet memang memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam system politik, tetapi tidak
memiliki kekuatan yang absolut, karena secara teoritis kekuasaan Negara hanya terletak pada
otoritas kaisar.Kontitusi Meiji ini terdiri dari House of Representative ( DPR ) dan House of
Peers ( Bangsawan atau kaisar).

Pasca-perang, secara teori Diet didefinisikan sebagai organ tertinggi negara, kekuasaan
negara, sumber segala kekuasaan politik di Jepang. Semua hukum, telah diadopsi oleh
parlemen.“Diet” memiliki peran sentral untuk bermain dalam politik Jepang. Dan
Konstitusi pasca perang berubah menjadi konstitusi baru 1947 dimana konstitusi tersebut
terdiri dari Majelis Rendah, Majelis tertinggi. Namun, ini bukan organ tertinggi kekuasaan
yang sesungguhnya di Jepang karena lembaga dalam Diet, karena otoritas kekuatan dalam
pembuat kebijakan di jepang cendrung tidak berlangsung dalam “Diet” melainkan dalam
birokrasi. Misalnya parlemen jepang memiliki komite seperti yang dimiliki kongres di Amerika
Serikat.Namun bagi kongres di AS komite sangatlah penting karena undang-undang diadopsi
oleh panitia, dan berikan hak kesahan atau legitimasi undang-undang disetujui oleh
senat.Karena itu AS parlemen diadopsi dari senat ke DPR.Jepang, komite tidak rancangan
undang-undang, atau rancangan undang-undang yang sangat sedikit.Kebanyakan undang-
undang di Jepang disusun oleh birokrasi dan kemudian diserahkan kepada parlemen oleh
kabinet.sehingga pusat pembuatan kebijakan di Jepang era modern cenderung berlangsung
tidak dalam Diet, tetapi dalam birokrasi.

c. Kostitusi Damai 1947

43
Konstitusi (Undang-Undang Dasar) Jepang yang mulai berlaku pada tahun 1947, didasarkan
pada tiga prinsip : kedaulatan rakyat, hormat terhadap hak-hak asasi manusia, dan penolakan
perang. Hal ini dinyatakan dalam nama “orang Jepang” dan menyatakan bahwa “kekuatan
berdaulat tinggal dengan orang-orang” dan pemerintah adalah kepercayaan suci dari orang-
orang, otoritas yang berasal dari rakyat, kekuasaan yang dilakukan oleh wakil rakyat, dan
manfaat yang dinikmati oleh masyarakat. Bagian dari tujuan dari bahasa ini adalah untuk
membantah teori konstitusional sebelumnya bahwa kedaulatan tinggal di Kaisar. Konstitusi
menegaskan bahwa Kaisar hanyalah simbol dan bahwa ia berasal “posisinya dari kehendak
rakyat dengan siapa berada kekuasaan yang berdaulat” (Pasal 1). Teks konstitusi juga
menegaskan liberal doktrin hak asasi manusia.Konstitusi juga menetapkan kemandirian tiga
badan pemerintahan – badan legislatif (Diet atau Parlemen), badan eksekutif (kabinet), dan
badan yudikatif (pengadilan)

d. Diet Jepang ( Parlemen)

Diet Jepang adalah apa yang disebut sebagai legislatif bikameral, yang berarti bahwa ia
memiliki dua rumah, yaitu majelis rendah (DPR) dan majlis tinggi (MPR atau Senat). Rumah
yang paling kuat di Diet Jepang adalah majelis rendah.Majelis rendah memiliki 500 anggota di
bawah sistem pemilihan baru yang diadopsi pada tahun 1994, dan anggotanya dipilih untuk
masa jabatan empat tahun.majelis rendah, yang paling penting dari dua majelis parlemen
Jepang, karena tempat di mana para politisi paling ambisius ingin dipilih. Terutama hapir semua
anggota kabinet dan, oleh hukum, perdana menteri, harus dipilih dari anggota majelis rendah.

Rumah kedua dari Diet Jepang disebut House of Councillors, atau majelis tinggi.Majelis tinggi
memiliki 252 anggota, yang masing-masing dipilih untuk jangka waktu enam tahun.Setengah
dari anggotanya dipilih setiap tiga tahun, sehingga setiap anggota melayani enam tahun. Di
Jepang Perdana menteri masa jabatan enam tahun, tidak seperti majelis rendah. Meskipun
Majelis Tinggi tidak sekuat sekuat majelis rendah. Namun banyak politisi di majelis tinggi
yang berlaku sebagai wakil dari kelompok kepentingan besar di Jepang, Akibatnya, kelompok-
kelompok kepentingan akan memberikan dukungan mereka kepada para politisi untuk
mencalonkan diri dalam pemilihan majelis tinggi, khususnya dalam pemilihan majelis tinggi,
mengharapkan bahwa politisi terpilih kemudian akan berlaku menjadi pelobi dalam parlemen
untuk kelompok kepentingan.

44
Badan eksekutif, adalah perdana menteri, dipilih dari antara anggota parlemen, sehingga partai
politik yang memiliki mayoritas kursi, atau gabungan partai yang mengontrol mayoritas kursi,
memutuskan siapa perdana menteri akan menjadi, dan bahwa perdana menteri kemudian
menunjuk kabinetnya, juga dari kalangan anggota Diet. Perdana Menteri juga berhak
membubarkan majelis rendah sebelum masa jabatan habis. Ringkasnya Jepang tidak memiliki
pemisahan kekuasaan seperti yang kita miliki di Amerika Serikat, di mana eksekutif, kepala
cabang eksekutif, presiden, dipilih langsung oleh rakyat, Kongres terpilih secara terpisah, dan
ada pemisahan antara dua dalam hal kekuatan mereka.

Peran Diet (Parlemen) dalam Pembuat Kebijakan dan Perundang-undangan

Sistem ini di Jepang, di mana undang-undang ini kebanyakan disusun oleh birokrat dan
diserahkan kepada Diet oleh kabinet, di Amerika serikat draft undang-undang barada dalam
otoritas di kongres namun system parlementer Jepang berbeda dari sistem parlementer lainnya
adalah bahwa politisi parlemen berperan tidak sebesar dalam menyusun undang-undang atau
dalam mengawasi undang-undang karena kekuatan tersebut berada di birokrasi dan diet hanya
berperan sedikit saat penyerahan susunan undang-undang, seperti bentuk ajuan cabinet
(Eksekutif). Hal ini menarik dikaji pada system parlemen jepang saat ini adalah isu tentang
kekuatan birokrasi lebih besar dalam memiliki hak politisi untuk membuat proses kebijakan
dibandingkan dengan Diet.

Alasan birokrasi Jepang memiliki kekuasaan yang lebih besar dalam membuat proses kebijakan
karena Diet tidak memiliki jenis dukungan staf di Jepang seperti layaknya di Amerika Serikat,
karena di Jepang partai politik tidak memiliki jenis dukungan staft seperti yang dimiliki negara-
negara Inggris dan Jerman dan negara-negara lain di Eropa, di mana politisi individu umumnya
tidak memiliki staf besar, tetapi partai politik memiliki staf yang mampu rancangan undang-
undang dan untuk membantu anggota mereka terlibat langsung dalam proses politik. Jadi peran
Diet dalam politik Jepang agak berbeda dari peran parlemen dalam sistem politik
lainnya.Karena peran parlemennya minim dalam membuat undang-undang, karena itu berbeda
dengan AS dan system parlemen seperti biasanya.

e. Birokrasi di Jepang

Jepang, seperti setiap negara industri modern lainnya, perlu memiliki individu yang kompeten
yang bekerja di pemerintah, dan ini adalah orang-orang yang kita sebut birokrat.Sekarang, salah
45
satu hal yang menjadi ciri dari sistem politik Jepang, bahwa birokrasi di Jepang dianggap oleh
Jepang untuk menjadi tempat di mana negara terbaik dan terang, atau elit berjalan.Jadi, tidak
seperti beberapa negara lain, di mana birokrat tidak memiliki banyak prestise sosial dan menjadi
PNS tidak dianggap tentu karir yang paling sukses yang satu bisa bercita-cita untuk, di Jepang
menjadi anggota Departemen Keuangan atau anggota dari Departemen Perdagangan dan
Industri Internasional, menjadi birokrat di jalur elit itu adalah bahwa kelompok birokrat senior
di pemerintah Jepang secara tradisional posisi yang sangat bergengsi. Di Jepang, birokrat
diambil dari orang-orang yang lulus ujian yang paling sulit, yang lulusan dari universitas terbaik
di negeri ini.

f. Kelompok Kepentingan dalam Politik Jepang

Kelompok kepentingan memiliki peran besar untuk bermain dalam politik dalam demokrasi
abad kedua puluh modern.Kita tahu di Amerika Serikat bagaimana kelompok kepentingan
penting adalah, apakah itu federasi AFL / CIO tenaga kerja, atau asosiasi medis, atau kelompok
bisnis, dan kelompok kepentingan lainnya, yang semuanya memainkan peran yang sangat
penting dalam mendukung partai dan politisi, mengangkat isu-isu ke dalam agenda politik. Dan
hal yang sama berlaku di Jepang. Bahkan, Jepang memiliki kelompok kepentingan yang lebih,
lebih banyak organisasi orang yang mencari untuk mendapatkan pandangan mereka terwakili
dalam sistem politik, daripada benar untuk hampir semua negara lain kecuali Amerika Serikat
sendiri.Jepang, seperti Amerika Serikat, adalah bangsa joiner.

g. Jepang dalam Pemilu

Semua sistem politik demokrasi modern memiliki aturan yang mengatur kampanye pemilu,
pembiayaan pemilu, iklan kampanye, dan sebagainya.Tapi dibandingkan dengan negara-negara
demokrasi lainnya, undang-undang Jepang yang mengatur aspek kehidupan kehidupan politik
jauh lebih ketat dan membatasi dari pada tempat manapun.Di Jepang, politisi individu tidak
diizinkan untuk membeli waktu apapun untuk media, untuk iklan TV. Mereka tidak diizinkan
untuk membeli ruang di surat kabar atau waktu di radio.

Setiap calon pejabat publik diberikan sejumlah waktu luang untuk iklan nya TV, atau iklan
radio, atau iklan di koran, tetapi mereka sangat ketat dalam hal jenis iklan dia bisa terlibat dalam
ke pembatasan apakah politisi adalah diizinkan untuk duduk atau berdiri, menggunakan alat
peraga, dan hal-hal lain. Alasan pembatasan ini dalam UU Pemilu Jepang seharusnya kembali
46
ke keinginan untuk membuat pemilu yang adil samarata dengan tidak membiarkan orang-orang
yang memiliki lebih banyak uang untuk memiliki keunggulan lebih dari kandidat yang tidak
memiliki uang.

Demokrasi yang berbeda memiliki cara yang berbeda untuk pemilihan orang ke kantor, Di
Amerika Serikat kita memiliki sistem, misalnya, untuk anggota DPR di mana setiap kabupaten
memilih satu orang jadi siapa pun yang mendapatkan suara terbanyak di kabupaten menjadi
anggota DPR. Dalam banyak negara di Eropa mereka memiliki apa yang disebut “sistem
proporsional,” di mana pemilih tidak memilih individu, tetapi mereka memilih partai politik,
dan jika partai mendapat 20 persen suara populer, maka mendapat sekitar 20 persen kursi, dan
partai yang mendapat 6 persen suara populer mendapat 6 persen kursi. Dengan kata lain
mendapat perwakilan proporsional untuk suaranya.

Sistem pemilu yang digunakan di Jepang sampai tahun 1994 berbeda dengan sistem pemilu
yang digunakan di tempat lain di dunia demokrasi modern, apakah itu yang disebut “first-past-
the-post” jenis sistem yang digunakan untuk US House of perwakilan dan British House of
Commons, atau PR (sistem perwakilan proporsional) , seperti yang digunakan di banyak negara
Eropa. Orang Jepang memiliki sistem yang disebut “medium-size election district” (ukuran
sedang distrik pemilihan) Sistem ini pertama kali diadopsi di Jepang pada tahun 1925, dan itu
adalah sistem pemilu yang berlaku dari 1925 sampai 1993, dengan pengecualian hanya satu
pemilu segera setelah Perang Dunia Kedua. Jadi untuk Jepang, sejarah modern pemilu di Jepang
adalah sejarah hampir seluruhnya dari ini “ukuran sedang distrik pemilihan” sistem.

Eksistensi Partai Politik di Jepang sudah dimulai sejak era Restorasi Meiji yang dimulai pada
tahun 1868. Program Iwakura Shisetsudan atau Misi Iwakura dalam rangka menerapkan sistem
pemerintahan dan ekonomi di negara-negara Barat pada tahun 1871-1873 membuahkan
reformasi politik yang melahirkan partai politik pertama di Jepang, yaitu Aikoku Koto dan
menjalankan jiyu minken undo atau ‘Gerakan untuk Kebebasan dan Hak Rakyat’.
Perkembangan ini terus mengalami kemajuan pada saat Jepang memasuki era demokrasi Taisho
(1912-1926) ketika partai-partai mulai bermunculan dan mengikuti pola partai-partai modern
yang berkembang pesat di negara-negara Barat, khususnya Inggris Raya dengan sistem
demokrasi parlementernya. Model ini cukup terkenal dalam basis masyarakat Jepang,
mengingat kiprah partai berbasis massa, dukungan sosial dan prinsip yang jelas. Selama periode
ini, acapkali parlemen didominasi oleh Rikken Seiyukai, dengan oposisi terbesar Rikken

47
Minseito.Mengingat gelombang demokrasi di Jepang memiliki pola pasang-naik dan pasang-
surut sejak Restorasi Meiji hingga pasca-pendudukan Jepang oleh Amerika Serikat, peranan
partai politik dalam tatanan pemerintahan di Jepang juga mengalami hal yang serupa.

Pasca Perang Jepang menyerah kepada pasukan sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, secara
resmi Jepang telah mengakhiri periode militerismenya yang ekspansionis di sebagian wilayah
Asia.Amerika Serikat mengambil alih pemerintahan Jepang dengan naungan Supreme
Commander of the Allied Powers (SCAP) dan General Headquarters (GHQ). Sejak masa
pendudukan Amerika Serikat ini, Konstitusi Meiji yang sejak tahun 1889 hingga menyerahnya
Jepang kepada pasukan sekutu digunakan sebagai landasan konstitusional Jepang diubah
menjadi Heiwa Kenpo (Konstitusi Damai) atau yang lebih dikenal sebagai Konstitusi Jepang
pasca-perang pada tanggal 3 Mei 1947.

Sejak diberlakukannya konstitusi baru pada tahun 1947, terdapat tiga partai besar yang
memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan umum, yaitu Partai Liberal (Jiyuto), Partai
Sosialis (Shakaito) dan Partai Demokrat (Minshuto).

Pada tahun 1955, dua partai berhaluan konservatif kanan,( Liberal ) Jiyuto dan (Demokrat)
Minshuto, melebur menjadi satu partai yang dominatif hingga tahun 1993, Partai Demokrat
Liberal (Jiyu Minshuto, Jiminto, Liberal Democratic Party atau LDP). Sejak periode ini,
dikenal istilah Sistem 1955 (gojugonen taisei).

Dominasi LDP dalam dinamika politik di Jepang memang tidak dapat dilepaskan dari sistem
partai politik tahun 1955. Sistem ini mengatur kehidupan politik Jepang pasca-Perang Dunia
Kedua. Pendudukan Amerika Serikat di Jepang pasca-Perang Dunia Kedua memang memiliki
dilemanya tersendiri. Dilema ini khususnya berhubungan dengan kehidupan politik Jepang
yang harus menjadi sangat bergantung dengan keinginan politik Amerika Serikat di negaranya
dan wilayah Asia Timur dan Tenggara secara keseluruhan. Terbentuknya kekuatan dua partai
di Jepang pada tahun itu karena kedua partai ini merupakan partai politik yang paling dominan.

Di dalam sistem pemilihan umum tahun 1955, kebijakan elektoral yang digunakan ialah
penggunaan metode single non-transferable vote (SNTV). Penggunaan metode ini berarti di
dalam setiap distrik sebuah partai politik diharuskan untuk mencalonkan lebih dari satu calon.
Pemilihannya akan sangat difokuskan kepada pemilihan calon-calon individu ini ketimbang
kepada partai politik itu sendiri. Banyak pengamat yang beranggapan partai LDP sangatlah
48
diuntungkan dengan sistem ini dikarenakan posisi partai ini sebagai pemerintah sangat
memudahkan bagi anggota-anggotanya dikenal oleh masyarakat Jepang ketimbang partai
Sosialis yang kurang dikenal individu-individu anggotanya.

Melalui sistem yang telah berlangsung sejak tahun 1955, LDP memiliki kemampuan sebagai
partai yang hegemonik dalam tatanan pemerintahan Jepang selama 38 tahun, sebelum akhirnya
dikalahkan melalui koalisi partai-partai lawan yang berhasil meraih kursi mayoritas pada tahun
1993, ditambah skandal-skandal yang mencoreng nama baik LDP sebagai partai yang sukses
mengangkat Jepang dari ‘puing-puing’ sisa Perang Dunia kedua. Kiprah LDP selama 38 tahun
di pemerintahan Jepang yang sangat dominatif ini acapkali membuat istilah baru yang
dinamakan ichi to-ni bun’no ichi seito-sei (sistem satu-setengah partai), mengingat hasil
perolehan suara yang didapatkan oleh LDP tidak dapat ditandingi oleh partai lain, meskipun
sudah berkoalisi, dan hanya menghasilkan setengah dari hasil suara LDP. Hal ini juga didukung
oleh sistem SNTV yang mampu menjadikan partai-partai diluar LDP menjadi kurang dominan
selama 38 tahun.Di sisi lain, LDP telah membentuk sebuah jaringan kuat yang dinamakantetsu
no sankaku chitai atau segitiga besi yang dihuni oleh partai berkuasa LDP dengan keiretsu
(pebisnis) dan birokrasi sebagai penopangnya.Hegemonic party system atau one-party
dominant system akhirnya tercipta di perpolitikan jepang.

Meskipun LDP merupakan partai yang berkuasa sangat lama dan berpengaruh sangat kuat
dalam setiap langkah politis, ekonomis, diplomatis dan bahkan kulturalis Jepang, LDP tidak
pernah memperoleh suara yang menjadikannya memiliki dua-per-tiga kursi di parlemen,
sehingga tidak sedikit dari rancangan kebijakan LDP yang diveto oleh oposisi di dalam
parlemen.

Dimensi politik yang sangat memusatkan perhatiannya pada pertumbuhan ekonomi, ternyata
memiliki dampak buruknya bagi LDP. Kemajuan ekonomi di Jepang di masa 1960-1980an
ternyata telah membawa banyak elit politik LDP menjadi korup dan banyak melakukan
persekongkolan dengan kalangan pengusaha. Kebiasaan para elit politik LDP ini mulai terlihat
dengan jelas oleh masyarakat Jepang pada tahun 1980an yang mulai mendorong keinginan
masyarakat untuk tidak lagi mempertahankan dominasi LDP di dalam kokkai. Masyarakat
Jepang yang sebelumnya bersifat konservatif dan mengedepankan status-quo, kini berubah dan
mendukung adanya reformasi dan berakhirnya dominasi LDP. Kecurigaan masyarakat semakin

49
menjadi-jadi ketika terbongkarnya skandal-skandal yang menyangkut anggota-anggota
LDP. Kemudian Shakai Minshuto ( Partai Sosialis )

h. Reformasi Pemilihan Umum

Reformasi pemilihan umum di Jepang banyak dinyatakan sebagai bentuk kejenuhan rakyat dan
partai politik di Jepang dengan dinamika politik yang sangat statis dengan hanya satu partai
dominan LDP.Kejenuhan ini apalagi disebabkan oleh banyaknya tindak korupsi yang dilakukan
oleh para elit pemerintahan yang dipimpin oleh LDP. Berubahnya peta kekuatan partai politik
di Jepang kemudian mulai memunculkan ide untuk mereformasi sistem partai politik di Jepang.
Meskipun LDP masih merupakan pemegang kursi mayoritas dan pemimpin koalisi
pemerintahan pasca-pemilhan umum tahun 1993, posisi LDP sudah semakin melemah dan
kemudian menjadi tidak berdaya dalam menolak tuntutan untuk mereformasi sistem partai
politik. Akhirnya, pada tahun itu pula shugi-in kokkaimeloloskan berbagai undang-undang
untuk mereformasi sistem pemilihan umum.

Sistem yang baru ini memiliki tiga tujuan utama yaitu, mengurangi biaya kampanye dan
kemungkinan terjadinya korupsi, menggantikan sistem pemilihan yang individu-sentris
menjadi partai-sentris, dan juga untuk menciptakan alternatif baru di dalam sistem
parlementarian Jepang.Jika melihat dari tujuan yang hendak dibawa, implikasi yang akan
terjadi tentu dapat ditebak akan mengubah metode pemilihan umum menjadi lebih terpusat
kepada posisi partai politik. Reformasi di dalam metode pencalonan di dalam pemilihan umum
memang terjadi, namun tidak sepenuhnya reformasi ini terjadi. Dengan berbagai macam
kompromi politik dengan banyak kekuatan-kekuatan partai politik, akhirnya sistem yang dipilih
ialah memperkecil wilayah kandidat meskipun tetap bersifat individual (Single-member
District atau SMD) dan menambahkan satu jenis pencalonan lagi yaitu perwakilan proporsional
yang ditujukan untuk terbentuknya kelompok oposisi yang baik. Sistem ini disebut mixed
member sistem yang meletakan kekuatan pencalonan untuk dipecah menjadi dua bentuk.

Dalam perjalanannya, sistem ini berhasil mengurangi dominasi LDP dan memperkuat posisi
oposisi di Jepang. Hasil pemilihan umum sejak pemilihan umum tahun 1993 hingga 2009juga
membawa LDP tidak pernah lagi mencapai hasil di atas empat puluh persen pada pemilu majelis
rendah hingga kini. Posisi oposisi yang kuat ini kemudian terbukti mampu membuat dinamika
politik di Jepang menjadi sangat dinamis dan seringkali berhasil menjatuhkan paraperdana

50
menteri dari LDP. Hingga pada akhirnya pada tahun 2009, DPJ partai politik oposisi paling
kuat mampu memenangkan pemilihan umum dan menjadi partai berkuasa.

Posisi ini memang membuat partai politik menjadi sangat rentan dengan posisinya, namun
kondisi ini justru juga membawa dampak positif dengan semakin memperkuat posisi
kepengurusan pusat partai dan melemahkan faksi-faksi yang ada. Melemahnya faksi-faksi
tersebut juga didorong oleh semakin bersatunya faksi-faksi yang ada di dalam setiap partai
politik. Apalagi kehadiran sistem SMD dan Proportional Representation (PR) di dalam sistem
pemilihan umum 1993, telah mempersulit munculnya pengaruh habatsu di dalam setiap
pemilihan umum.

Dampak reformasi sistem pemilihan umum ini juga mempengaruhi tingkatan anggota parlemen
yang terpilih kembali. Meskipun dengan sistem 1955, tingkatan anggota parlemen yang terpilih
kembali sudah tinggi dengan tingkatan 82%, setelah reformasi dilaksanakan tingkatan ini justru
lebih meningkat. Dapat dimengerti fenomena ini disebabkan oleh metode SMD dan PR yang
berusaha memperkuat posisi partai politik ketimbang individu yang pada gilirannya membawa
partai politik juga semakin mempertahankan elit-elitnya untuk tetap duduk di parlemen.
Dengan implikasi ini, pemerintahan koalisi pun semakin sering terjadi pasca-reformasi sistem
pemilu 1993 bila dibandingkan sebelum 1993.

Pemilihan Umum Nasional


The National Diet (Kokkai) memiliki dua Dewan. DPR (Shugi-in) memiliki 480 anggota,
dipilih untuk jangka waktu empat tahun, 300 anggota di kursi konstituensi dan 180 anggota
dengan perwakilan proporsional di 11 kabupaten. Dalam sistem ini, setiap pemilih memberikan
dua kali suara.

i. Pemilihan Perdana Menteri


Sejak tahun 1947, Perdana Menteri Jepang dipilih dalam “Pemilihan penunjukan Perdana
Menteri” (Naikaku souridaijin Simei Senkyo, 内阁 総 理 大臣 指名 选 挙) dalam National
Diet. Hal ini diadakan ketika kabinet mengundurkan diri atau jabatan perdana menteri telah
jatuh; kabinet harus mengundurkan diri secara massal di bawah konstitusi di sesi Diet pertama
setelah pemilihan umum DPR.

j. Malapportionment

51
Pada 1980-an, pembagian daerah pemilihan masih mencerminkan distribusi penduduk di tahun-
tahun setelah Perang Dunia II, ketika hanya sepertiga dari orang-orang tinggal di daerah
perkotaan dan dua pertiga tinggal di daerah pedesaan. Dalam empat puluh lima tahun ke depan,
populasi menjadi lebih dari tiga perempat perkotaan, karena orang-orang meninggalkan
pedesaan untuk mencari peluang ekonomi di Tokyo dan kota-kota besar lainnya. Kurangnya
pembagian ulang menyebabkan kurangnya perwakilan serius pemilih perkotaan. Kabupaten
kota di DPR telah meningkat lima pada tahun 1964, membawa sembilan belas perwakilan baru
untuk majelis rendah; pada tahun 1975 enam kabupaten kota yang didirikan, dengan total dua
puluh perwakilan baru dialokasikan kepada mereka dan kabupaten kota lainnya. Namun
ketidakadilan tetap besar antara pemilih perkotaan dan pedesaan.
Pemerintah tahun 1993 di bawah Hosokawa Morihiro memperkenalkan sistem pemilu yang
baru di mana 200 anggota (dikurangi menjadi 180 dimulai dengan pemilihan di tahun 2000 )
dipilih oleh perwakilan proporsional di distrik.
Namun, menurut surat kabar Jepang Daily Yomiuri 6 Oktober 2006, “Mahkamah Agung
mengikuti preseden hukum dalam memerintah bahwa Majelis pemilu tahun 2004
diselenggarakan dengan cara yang konstitusional.”

k. Surat suara, Mesin Suara dan Suara Awal


Suara dalam pemilihan nasional dan lokal dengan menulis kandidat atau nama partai pada
kertas suara kosong. Dalam pemilihan untuk DPR pemilih mengisi dua suara, satu dengan nama
calon bupati pilihan mereka dan satu dengan partai pilihan mereka di blok perwakilan
proporsional. Untuk majelis, suara kabupaten mirip (di SNTV multi – anggota SNTV, beberapa
kandidat bisa terpilih, tapi setiap pemilih hanya memiliki satu suara). Tapi dalam pemilihan
proporsional untuk Majelis suara diberikan untuk daftar partai (untuk menentukan berapa
banyak menerima kursi proporsional partai).

l. Tujuan Pemilu Jepang


Pemilu di Jepang ini dilakukan untuk memilih DPR, Majelis, dan Pemilihan Lokal

m. Cara Pemilu Jepang

52
Pertama saat datang ke tempat pemilu, di Jepang selalu menggunakan pensil, masyarakat
menuliskan nama calon yang dipilihnya. Kalau salah menulis ada penghapus disediakan. Hanya
nama calon yang kita dukung saja dituliskan pada kertas pilihan, lalu dimasukkan ke kotak
pemilu.

Di negara lain umumnya kertas pilih sudah menuliskan nama calon atau nama partai, tinggal
conteng atau memberikan tanda saja bagi yang kita pilih.

Mengapa Jepang melakukan demikian? Karena pemerintah Jepang mengetahui semua


rakyatnya sama rata mendapat pendidikan setingkat, tidak jauh perbedaan pendidikan, dan bisa
menulis serta membaca dengan baik, sehingga cukup memberikan kertas pemilu kosong lalu
menuliskan nama yang didukungnya.

Sedangkan di banyak negara dibuat model contreng tanda saja, karena dianggap tidak sedikit
yang tak bisa menulis, walaupun mungkin bisa membaca. Sehingga untuk memudahkan pakai
model contreng demikian.

Hal kedua yang lebih menarik adalah cara penulisan yang berbeda, tetapi bisa disahkan,
diperbolehkan oleh panitia pemilu.

Yang paling penting adalah, hanya menuliskan nama calon yang kita dukung saja, tak boleh
menambahkan hal lain.

Misalnya kita berikan gambar "Hati" pada nama tersebut. Kita berikan tulisan Gambare
(semangat!) pada kertas pemilu. Hal-hal tersebut membuat kertas pemilu kita hangus, tidak bisa
dihitung. Demikian pula ada coretan panjang, mungkin tak sengaja, akan membuat kertas
pemilu kita hangus.

Oleh karena itu kalau ada coretan panjang, misalnya, tak sengaja, bisa dihapus pakai penghapus
yang tersedia karena penulisan semua harus pakai pensil.

53
BAB IV

Ciri Khas

1. Sejarah Berdirinya Jepang

Menurut mitologi tradisional, Jepang didirikan oleh Kaisar Jimmu pada abad ke-7 SM. Kaisar
Jimmu memulai mata rantai monarki Jepang yang tidak terputus hingga kini. Meskipun begitu,
sepanjang sejarahnya, untuk kebanyakan masa kekuatan sebenarnya berada di tangan anggota-

54
anggota istana, shogun, pihak militer, dan memasuki zaman modern, di tangan perdana menteri.
Menurut Konstitusi Jepang tahun 1947, Jepang adalah negara monarki konstitusional di bawah
pimpinan Kaisar Jepang dan Parlemen Jepang.

2. Jepang Negrinya Pekerja Keras

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja
pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957
jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai
di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja
Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang.
Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan
menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.

3. Perkembangan Ekonomi Jepang yang Pesat

Jepang adalah perekonomian terbesar nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat, Jepang
bersama Jerman dan Korea Selatan adalah 3 negara yang pernah mencatatkan diri sebagai
negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah dunia, dengan PDB
nominal sekitar AS$4,5 triliun. dan perekonomian terbesar ke-3 di dunia setelah AS dan
Republik Rakyat Cina dalam keseimbangan kemampuan berbelanja. Industri utama Jepang
adalah sektor perbankan, asuransi, realestat, bisnis eceran, transportasi, telekomunikasi, dan
konstruksi. Jepang memiliki industri berteknologi tinggi di bidang otomotif, elektronik, mesin
perkakas, baja dan logam non-besi, perkapalan, industri kimia, tekstil, dan pengolahan
makanan. Sebesar tiga perempat dari produk domestik bruto Jepang berasal dari sektor jasa.

4. Kuenikan Bahasa Jepang

Lebih dari 99% penduduk Jepang berbicara bahasa Jepang sebagai bahasa ibu. Bahasa Jepang
adalah bahasa aglutinatif dengan tuturan hormat (kata honorifik) yang mencerminkan hirarki
dalam masyarakat Jepang. Pemilihan kata kerja dan kosa kata menunjukkan status pembicara
dan pendengar. Menurut kamus bahasa Jepang Shinsen-kokugojiten, kosa kata dari Cina

55
berjumlah sekitar 49,1% dari kosa kata keseluruhan, kata-kata asli Jepang hanya 33,8% dan
kata serapan sekitar 8,8%.Bahasa Jepang ditulis memakai aksara kanji, hiragana, dan katakana,
ditambah huruf Latin dan penulisan angka Arab. Bahasa Ryukyu yang juga termasuk salah satu
keluarga bahasa Japonik dipakai orang Okinawa, tapi hanya sedikit dipelajari anak-anak.
Bahasa Ainu adalah bahasa mati dengan hanya sedikit penutur asli yang sudah berusia lanjut di
Hokkaido. Murid sekolah negeri dan swasta di Jepang hanya diharuskan belajar bahasa Jepang
dan bahasa Inggris.

5. Orang Jepang Lebih Memilih Hewan Peliharaan?

Industri hewan peliharaan di Jepang diperkirakan bernilai lebih dari ¥1 triliun (atau sekitar Rp.
100 triliun) per tahun. Dari toko yang menjual hewan, toko makanan dan aksesoris, tempat
pemandian air panas bersama hewan, kelas yoga bersama hewan, studio foto khusus hewan,
sampai restoran dimana anjing dan kucing boleh makan bersama di meja makan, semuanya
tersedia disini. stagnasi ekonomi Jepang telah memukul banyak orang. Lebih dari 10 juta orang
berusia antara 20 dan 34 tahun masih tinggal dengan orangtua mereka. Mereka tidak mampu
untuk membeli atau mengontrak rumah sendiri, mereka tidak mampu untuk menikah dan
memulai sebuah keluarga. jadi memelihara hewan merupakan salah satu solusi paling masuk
akal disini. Bagi orang kaya, hewan peliharaan tidak cerewet, tidak merengek, dan tidak
menangis-nangis, cocok untuk menjadi teman bermain kapan saja. Bagi orang yang
berpenghasilan pas-pasan, hewan tidak terlalu mahal dan tidak ribet untuk dipelihara.

6. Keistimewaan Bunga Sakura Bagi Rakyat Jepang

Bunga sakura merupakan bunga nasional jepang, oleh sebab itu jepang di kenal sebagai negri
sakura. jepang dan bunga mungilnya ini menjadi dua hal yang sulit di lepaskan. Bunga mungil
ini telah mengisi semua aspek kehidupan dan mengalir dalam darah masyarakat jepang.
keberadaannya sangat penting karna telah merasuki kalbu semua orang jepang. Saking
pentingnya ada festival dan ada ke meriahan menyambut kehadiran sang bunga mungil, cantik,
dan bersahaja tersebut.

7. Keunikan Sumo Olahraga Nasional Jepang

56
Sumo adalah olahraga asli Jepang dan sudah dipertandingkan sejak berabad-abad yang lalu.
Sumo adalah olahraga saling dorong antara dua orang pesumo yang berbadan gemuk sampai
salah seorang didorong keluar dari lingkaran atau terjatuh dengan bagian badan selain telapak
kaki menyentuh tanah di bagian dalam lingkaran. Pesumo (rikishi) perlu berbadan besar dan
gemuk karena semakin tambun seorang pegulat sumo semakin besar pula kemungkinannya
untuk menang. Pertandingan sumo selalu didahului oleh ritual yang panjang, walaupun
pertandingannya sendiri sering hanya berlangsung beberapa detik. Pegulat yang kalah kuat bisa
cepat sekali terdorong keluar dari lingkaran atau terjatuh, sedangkan pertandingan yang
seimbang bisa berlangsung sampai beberapa menit. Pegulat sumo yang mempunyai lingkar
perut besar dan tubuh yang gemuk mempunyai kemungkinan besar untuk menang, walaupun
kadang-kadang pegulat yang lebih kecil tapi memiliki teknik luar biasa bisa mengalahkan
pegulat yang lebih gemuk.

8. Seperti Apa Sih Ninja Itu?

Jika kita membicarakan tentang jepang pasti tidak ketinggalan yang satu ini yaitu ninja. Ninja
atau Shinobi (dalam bahasa Jepang, secara harfiah berarti "Seseorang yang bergerak secara
rahasia") adalah seorang mata - mata zaman feodal di Jepang yang terlatih dalam seni ninjutsu
(secara kasarnya "seni pergerakan sunyi") Jepang. Ninja, seperti samurai, mematuhi peraturan
khas mereka sendiri, yang disebut ninpo. Menurut sebagian pengamat ninjutsu, keahlian
seorang ninja bukanlah pembunuhan tetapi penyusupan. Ninja berasal dari bahasa Jepang yang
berbunyi nin yang artinya menyusup. Jadi, keahlian khusus seorang ninja adalah menyusup
dengan atau tanpa suara. Filosofi ninja adalah meraih hasil maksimal dengan tenaga minimum.
Muslihat dan taktik lebih sering dilakukan daripada konfrontasi langsung. Ninja tidak memiliki
status mulia seperti samurai, sehingga ninja bebas melakukan apapun untuk mengatasi masalah
tanpa terikat oleh nama baik keluarga dan kehormatan.

9. Kepopuleran Anime Jepang

Salah satu yang ciri khas yang menonjol dari jepang ialah serial kartunya (anime) sangat
populer bukan hanya di jepang saja tapi sudah sangat terkenal di dunia. Anime adalah animasi
khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang
menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada

57
beragam jenis penonton. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang. Anime
pertama yang mencapai kepopuleran yang luas Astro Boy karya Ozamu Tezuka pada tahun
1963. Sekarang anime sudah sangat berkembang jika dibandingkan dengan anime zaman dulu.
Dengan grafik yang sudah berkembang sampai alur cerita yang lebih menarik dan seru.
Masyarakat Jepang sangat antusias menonton anime dan membaca manga. Dari anak-anak
sampai orang dewasa. Mereka menganggap, anime itu sebagai bagian dari kehidupan mereka.

10. Kepercayaan Masyarakat Jepang Terhadap Mithologi Sangat Tinggi

Sebagai masyarakat yang hidup negara maju hampir di segala bidang baik teknologi, ekonomi,
budaya dll. ternyata masyarakat jepang masih memiliki kepercayaan mengenai hal-hal yang
berbau mistik (Mithologi). ini terbukti begitu banyaknya mithologi dari jepang yang telah
tersebar luas di dunia maya. semisal mithologi terbentuknya jepang melalui izanami dan izanagi
yang menikah dan melahirkan pulau2 di jepang, mithologi hantu seperti oni, serta mahluk
mithologi paling terkenal dari jepang yaitu kappa.

Daftar Pustaka

https://muruniramuri11.wordpress.com/2011/09/20/sistem-pemerintahan-dan-politik-di-jepang/

https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Jepang

http://zonapemerintahanindonesia.blogspot.co.id/2013/09/macam-macam-sistem-pemerintahan-di-
dunia.html

https://www.scribd.com/doc/92209386/Bentuk-Negara-Dan-Sistem-Pemerintahan-Jepang

http://arishima-system.blogspot.co.id/2016/09/bentuk-bentuk-pemerintahan.html

58
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2017/07/pengertian-kekuasaan-legislatif-serta-
fungsinya.html

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-lembaga-eksekutif-secara-umum-dan-contohnya/

http://www.tribunnews.com/internasional/2016/07/03/pemilu-di-jepang-bukan-dicoblos-tapi-
ditulis-dengan-pensil

https://serendipinityofnightlocked.wordpress.com/2015/09/27/sistem-pemerintahan-jepang-
jepang-dalam-pemilu-dan-reformasi-pemilihan-umum/

https://www.scribd.com/doc/92209386/Bentuk-Negara-Dan-Sistem-Pemerintahan-Jepang

http://tentoinfo.blogspot.co.id/2012/09/10-hal-menarik-tentang-negri-sakura.html\

http://egaafitri.blogspot.co.id/2014/09/pengertian-lembaga-yudikatif.html

https://brainly.co.id/tugas/1563004

http://www.demonkila.tk/2015/10/bentuk-dan-sistem-pemerintahan-jepang.html

http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-lembaga-eksekutif-secara-umum-dan-contohnya/

http://www.tribunnews.com/internasional/2016/07/03/pemilu-di-jepang-bukan-dicoblos-tapi-
ditulis-dengan-pensil

https://serendipinityofnightlocked.wordpress.com/2015/09/27/sistem-pemerintahan-jepang-
jepang-dalam-pemilu-dan-reformasi-pemilihan-umum/

https://www.scribd.com/doc/92209386/Bentuk-Negara-Dan-Sistem-Pemerintahan-Jepang

http://tentoinfo.blogspot.co.id/2012/09/10-hal-menarik-tentang-negri-sakura.html\

59

Anda mungkin juga menyukai