Anda di halaman 1dari 7

Hand Out

Mata Kuliah : Sejarah Asia Timur


Pertemuan ke : 6 (enam)
Bobot sks : 2 sks
Prodi : Pendidikan Sejarah
Dosen : Dr. Erniwati, S.S, M.Hum.
Hendra Naldi, S.S, M.Hum
Rahmuliani Fitriah, S.Pd, M.Hum

I. Pengantar
Pembahasan akan dimulai dari pemerintahan Jepang yang pada mulanya berdasarkan
kepada sistem Kekaisaran dimana Kaisar sebagai penguasa di bidang politik maupun keagamaan.
Akan tetapi, hal ini berubah disaat militer mulai berkuasa di bawah kepemimpinan Shogun. Hal
ini menyebabkan Jepang berada pada dua sistem pemerintahan dimana terdapat kaisar dan
shogun. Bagaimana dua sistem ini berjalan, berikut penjelasannya.

II. Pemerintahan Jepang pada masa kuno


- Kekaisaran di Kyoto
Jepang berdiri pada tahun 660 SM. Suku Yamato yang menyembah Amaterasu Omikami
merupakan orang yang paling berkuasa di Jepang. Salah seorang dari suku Yamato bernama
Jimmu adalah seorang Kaisar pertama di Jepang. Semua kaisar Jepang menganggap dirinya
adalah keturunan dari Amaterasu Omikami. Oleh karena itu, kekuasaan Kaisar adalah suci dan
tidak boleh diganggu gugat. (Leo Agung, hlm. 77)
Meskipun Kaisar berkuasa di Jepang, namun setelah kemenangan keluarga Minamoto
Yoritomo atas keluarga Taira, menyebabkan munculnya dualisme kepemimpinan di Jepang
dimana Kaisar tetap berada di Kyoto dan Shogun berada di Kamakura. Akibatnya, peranan
pemerintahan dan politik di Jepang lebih didominasi oleh Shogun dibandingkan Kaisar. Tugas
Kaisar hanya pelaksaan upacara tradisional dan menjaga stabilitas saja. (Bustamam, hlm.50-51)
- Pemerintahan Bakufu
a. Shogun
Pada tahun 1192 walaupun Jepang menganut sistem kekaisaran, namun pada
kenyataannya Shogunlah yang memegang sistem pemerintahan. Hal ini terjadi saat terjadi
Perang antar keluarga Taira dan Minamoto. Keluarga Minamoto dipimpin oleh Minamoto
Yoritomo berhasil mengahncurkan keluarga Taira. Kemenangan ini menjadikan keluarga
Minamoto sebagai pemimpin tertinggi di Jepang. Akibatnya Ibukota dari Kyoto dipindahkan ke
Kamakura. Untuk memperkuat kedudukannya, Yoritomo melakukan pembaharuan seperti:
- mengangkat Shugo, militer dan polisi
- jito, mengurus tanah dan memungut pajak
- membentuk sistem pemerintahan Bakufu/ Organisasi pemerintahan militer.
Pemimpinnya adalah Yoritomo dengan menggunakan gelar Shogun/ Pemimpin tentara
militer tertinggi. Hal ini kemudian di Jepang muncul dualism kepemimpinan yakni
pemerintahan sipil di Kyoto dengan Kaisar sebagai kepala pemerintahan dan
pemerintahan militer dengan Shogun sebagai pemimpin di Kamakura. ( WG. Beasley,
hlm, 94-99, Leo Agung, hlm. 78-79)

Pengganti keluarga Yoritomo adalah keluarga Hojo yang lemah, dan pada masa ini
datang serangan dari bangsa Mongol yang kemudian menyatukan seluruh keluarga-keluarga
yang ada di Jepang. Mongol pun berhasil di usir oleh Jepang dan keluarga Hojo semakin
melemah. Suasana ini kemudian menyebabkan Kaisar berusaha untuk mengembalikan kekuatan
ke tangan kaisar. Dengan bantuan dari kekuatan militer Ashikaga, Kaisar berhasil namun perang
saudara tidak dapat terelakkan. (Leo Agung, hlm. 79)

Situasi yang kacau memunculkan tokoh-tokoh militer yang kuat yakni Oda Nobunaga,
Hideyoshi Toyotomi, dan Iyeyashu Tokugawa. Diantara ketiga tokoh ini yang terkenal adalah
Iyeyashu Tokugawa. Ia melakukan usaha-usaha untuk mempertahankan diri yakni:
- Mengangkat diri sebagai Shogun tahun 1603
- Pusat kegiatan politik dari Kamakura ke Yedo
- Menguasai tanah di Yedo
- Kedudukan penting diberikan kepada keluarga Tokugawa
- Mengisolasi Kaisar dari dunia luar, dengan cara menjaga ketat jalan Kyoto-Yedo.
- Memperbolehkan bangsa Eropa datang dan menyebarkan ajaran Kristen, walaupun
pada akhirnya terjadi pelarangan ajaran Kristen dan pembunuhan missionaries.
Tindakan ini dilakukan karena ketakutan Shogun terhadap ajaran yang akan
melemahkan kekuatannya.
- Shogun melakukan politik isolasi diri ( Kozo Yamamura, hlm. 74-80, Leo Agung,
hlm.80-82, Urs Matthias Zachman, hlm. 18)

Shogun mengalami kehancuran karena pemerintahan Bakufu yang dipimpinnya tidak


mampu membawa kedamaian, malahan kehancuran, karena sistem di Jepang pada masa Shogun
adalah:
- Shogun: sebagai pemimpin pemerintahan
- daimyo: pemerintahan Gubernur/Profinsi
- Samurai-samurai : sebagai serdadu. (Leo Agung, hlm. 82-83)

Samurai Jepang
b. Damyo
Damyo merupakan bagian dari keshogunan yang bertugas atas hak tanah dan kekuasaan
dalam keprajuritan. Jika seorang Damyo menetapkan undang-undang yang bertujuan untuk
mengatur perilaku semua penduduk di dalam wilayahnya yang berisi mengenai seluruh aspek
masyarakatnya. Salah satu undang-undang Damyo yang sering diperbincangkan adalah Asakura
Toshikage. Undang-undang ini berisi tentang pasal-pasal dan aturan-aturan yang harus dipatuhi
oleh seorang pejabat dan penasehat provinsi untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
pemerintahan, melarang pembangunan benteng dan bangunan pertahanan. Surat-surat rahasia
tidak boleh dipercayakan kepada samurai dari wilayah lain. Wakil-wakil harus ditempatkan di
provinsi-provinsi lain untuk melaporkan keadaan di situ. (WG. Beasley, Pengalaman Jepang:
Sejarah Singkat Jepang, hlm. 154-155).
Untuk menjadi seorang Damyo, seorang tuan tanah harus memiliki tanah sebagai vassal-
kepala yang menghasilkan setidak-tidaknya 10.000 koku. Satu koku padi dapat menghidupi satu
orang pertahun, maka angka 10.000 koku ini membuat tuan tanah feudal menjadi penguasa atas
kelompok orang yang tidak kecil. Pada tahun 1850 terdapat 16 damyo yang memiliki tanah
dengan luas diperkirakan 300.000 koku. Lima adalah anak dari saudara Tokugawa, sepuluh
adalah tuan tanah luar. Damyo kelas menengah adalah damyo yang memiliki sekurang-
kurangnya 100.000 koku, sedang damyo yang memiliki tanah dengan luas di bawah standar
tersebut termasuk ke dalam damyo kelas rendahan. (WG. Beasley, hlm. 194-195)
Semua Damyo memiliki prajurit pribadi atau yang dikenal dengan Samurai. Samurai di
Edo, memiliki kewajiban untuk melayani para tuan tanah. Jika para samurai berkhianat atau
bertindak di luar ketentuan shogun maka harus membunuh diri mereka sendiri, apalagi jika para
samurai ini telah menjadi ronin (tanpa tuan) maka ia harus melakukan seppuku (bunuh diri
dengan kehormatan). (WG. Beasley, hlm. 196-198).
Meskipun Damyo mewujudkan persatuan di tingkat lokal dan bahkan di tingkat provinsi.
Para Damyo dari abad ke 16 bertindak seolah ia memiliki kawasan tersebut. (WG. Beasley,
Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang, hlm. 155-160)
Damyo

http://ancientfeudalism.weebly.com

https://upload.wikimedia.org.
Peta Jepang Periode Azuchi-Momoyama

III. Rangkuman
Jepang merupakan wilayah yang terisolasi dari wilayah Asia Timur lainnya. Jepang
merupakan wilayah kekaisaran yang diperintah oleh seorang Kaisar dari keluarga Yamato. Akan
tetapi, di saat para prajurit dari kalangan keluarga Minamoto berhasil mengalahkan keluarga
Taira, muncullah sistem pemerintahan yang baru dikenal dengan sistem Keshogunan. Sistem
shogun ini kemudian menimbulkan dualisme kepemimpinan, dimana Kaisar hanya terpusat di
Kyoto dan Shogun di Kamakura, dan pada kenyataannya Shogun lebih banyak berperan dalam
pemerintahan jika dibandingkan dengan Kaisar. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan
tugasnya, Shogun pun mengangkat para Damyo (tuan tanah) untuk berkuasa di daerah dan
memiliki para Samurai. Sistem Feodal ini tetap bertahan hingga kedatangan bangsa asing ke
Jepang.
IV. Bahan Bacaan
Bustamam. 2011. Sejarah Asia Timur. UNP Press: Jakarta
Kozo Yamamura. 1990. The Cambrige History of Japan Volume 3 Medieval Japan. Cambridge
University Press: New York.
Leo Agung. 2008. Sejarah Asia Timur 1. UNS Press: Surakarta.
Urs Matthias Zachman. 2009. China and Japan in the late Meiji Period : China Policy and the
Japanese Discourse on National Identity 1852-1904. Routledge: New York.
WG. Beasley. 2003. Pengalaman Jepang: Sejarah Singkat Jepang. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.
http://ancientfeudalism.weebly.com
https://upload.wikimedia.org.

Anda mungkin juga menyukai