Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBUDAYAAN JEPANG

OLEH
NICHOLAS KRESNA W
KELAS XI NKN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SMKN 13 KOTA MALANG


2023

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah ini dengan

baik.

Makalah ini berjudul KEBUDAYAAN JEPANG

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing


yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun karya tulis ilmiah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya adalah sesuatu yang sangat menarik jika dicermati lebih dekat yang
setiap belahan dunia memiliki ragam budaya yang menarik dan bernilai tinggi.
Budaya juga merupakan salah satu hal yang dapat dipelajari dan diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karenanya, kami menyusun makalah ini dengan dasar ingin mengenal
lebih dalam kebudayaan Negara lain. Seperti hanya kebudayaan Negara Jepang
yang menjadi topic makalah kami. Sebetulnya, banyak manfaat yang dapat
diambil dari mempelajari adanya budaya. Diantaranya kita dapat menerapkan
bagaimana masyarakat jepang mempertahankan dan melestarikan kebudyaannya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud and tujuan dari penysusunan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memepelajarai ragam kebudayaan Jepang.
2. Mengetahui klasifikasi dan esensi kebudayaan Jepang.
3. Mengaplikasikan program masyarakat dalam mempertahankan
kebudyaannya.
4. Menambah wawasan mengenai keanekaragaman budaya didunia.
BAB II
PEMBAHASAN

Jepang adalah salah satu Negara yang berada di kawasan asia. Negara ini
juga dijuluki Negara matahari karena sebagian masyrakatnya mempunyai
kepercayaan kepada matahari. Namun Negara ini tidak hanya dikenal dengan itu
juga dikenal dengan budaya-budayanya. berikut beberapa contoh kebudayaan
jepang: Shodo- Samurai- Shogun-Baju tradisional jepang-Upacara minum teh -
Origami -Ekskul Olahraga Jepang yang banyak digemari,dll.

A. Samurai

Istilah samurai ( 侍 ), pada awalnya mengacu kepada “seseorang yang


mengabdi kepada bangsawan”. Pada zaman Nara, (710 – 784), istilah ini
diucapkan saburau dan kemudian menjadi saburai. Selain itu terdapat pula
istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi. Istilah bushi ( 武
士 ) yang berarti “orang yang dipersenjatai/kaum militer”, pertama kali
muncul di dalam Shoku Nihongi ( 続 日 本 紀 ), pada bagian catatan itu
tertulis “secara umum, rakyat dan pejuang (bushi) adalah harta negara”.
Kemudian berikutnya istilah samurai dan bushi menjadi sinonim pada
akhir abad ke-12 (zaman Kamakura).
Pada zaman Azuchi-Momoyama (1573 – 1600) dan awal zaman Edo
(1603), istilah saburai berubah menjadi samurai yang kemudian berubah
pengertian menjadi “orang yang mengabdi”.Namun selain itu dalam sejarah
militer Jepang, terdapat kelompok samurai yang tidak terikat/mengabdi kepada
seorang pemimpin/atasan yang dikenal dengan rōnin (浪人). Rōnin ini sudah ada
sejak zaman Muromachi (1392). istilah rōnin digunakan bagi samurai tak bertuan
pada zaman Edo (1603 – 1867). Dikarenakan adanya pertempuran yang
berkepanjangan sehingga banyak samurai yang kehilangan tuannya. kehidupan
seorang rōnin bagaikan ombak dilaut tanpa arah tujuan yang jelas. Ada beberapa
alasan seorang samurai menjadi rōnin. Seorang samurai dapat mengundurkan diri
dari tugasnya untuk menjalani hidup sebagai rōnin. Adapula rōnin yang berasal
dari garis keturunan, anak seorang rōnin secara otomatis akan menjadi rōnin.
Eksistensi rōnin makin bertambah jumlahnya diawali berakhirnya perang
Sekigahara (1600), yang mengakibatkan jatuhnya kaum samurai/daimyo yang
mengakibatkan para samurai kehilangan majikannya. Dalam catatan sejarah
militer di Jepang, terdapat data-data yang menjelaskan bahwa pada zaman Nara
(710 – 784), pasukan militer Jepang mengikuti model yang ada di Cina dengan
memberlakukan wajib militer dan dibawah komando langsung Kaisar. Dalam
peraturan yang diberlakukan tersebut setiap laki-laki dewasa baik dari kalangan
petani maupun bangsawan, kecuali budak, diwajibkan untuk mengikuti dinas
militer. Secara materi peraturan ini amat berat, karena para wakil tersebut atau
kaum milter harus membekali diri secara materi sehingga banyak yang menyerah
dan tidak mematuhi peraturan tersebut. Selain itu pula pada waktu itu kaum petani
juga dibebani wajib pajak yang cukup berat sehingga mereka melarikan diri dari
kewajiban ini.
Pasukan yang kemudian terbentuk dari wajib militer tersebut dikenal
dengan sakimori ( 防人) yang secara harfiah berarti “pembela”, namun pasukan
ini tidak ada hubungannya dengan samurai yang ada pada zaman
berikutnya.Setelah tahun 794, ketika ibu kota dipindahkan dari Nara ke Heian
(Kyoto), kaum bangsawan menikmati masa kemakmurannya selama 150 tahun
dibawah pemerintahan kaisar. Tetapi, pemerintahan daerah yang dibentuk oleh
pemerintah pusat justru menekan para penduduk yang mayoritas adalah petani.
Pajak yang sangat berat menimbulkan pemberontakan di daerah-daerah, dan
mengharuskan petani kecil untuk bergabung dengan tuan tanah yang memiliki
pengaruh agar mendapatkan pemasukan yang lebih besar.
Dikarenakan keadaan negara yang tidak aman, penjarahan terhadap tuan
tanah pun terjadi baik di daerah dan di ibu kota yang memaksa para pemilik shoen
(tanah milik pribadi) mempersenjatai keluarga dan para petaninya. Kondisi ini
yang kemudian melahirkan kelas militer yang dikenal dengan samurai.Kelompok
toryo (panglima perang) dibawah pimpinan keluarga Taira dan Minamoto muncul
sebagai pemenang di Jepang bagian Barat dan Timur, tetapi mereka saling
memperebutkan kekuasaan. Pemerintah pusat, dalam hal ini keluarga Fujiwara,
tidak mampu mengatasi polarisasi ini, yang mengakibatkan berakhirnya
kekuasaan kaum bangsawan. Kaisar Gonjo yang dikenal anti-Fujiwara,
mengadakan perebutan kekuasaan dan memusatkan kekuasaan politiknya dari
dalam o-tera yang dikenal dengan insei seiji. Kaisar Shirakawa,menggantikan
kaisar Gonjo akhirnya menjadikan o-tera sebagai markas politiknya. Secara lihai,
ia memanfaatkan o-tera sebagai fungsi keagamaan dan fungsi politik.Tentara
pengawal o-tera, souhei ( 僧 兵 ) pun ia bentuk, termasuk memberi sumbangan
tanah (shoen) pada o-tera. Lengkaplah sudah o-tera memenuhi syarat sebagai
“negara” di dalam negara. Akibatnya, kelompok kaisar yang anti pemerintahan o-
tera mengadakan perlawanan dengan memanfaatkan kelompok Taira dan
Minamoto yang sedang bertikai.Keterlibatan Taira dan Minamoto dalam
pertikaian ini berlatar belakang pada kericuhan yang terjadi di istana menyangkut
perebutan tahta, antara Fujiwara dan kaisar yang pro maupun kotra terhadap o-
tera. Perang antara Minamoto, yang memihak o-tera melawan Taira, yang
memihak istana, muncul dalam dua pertempuran besar yakni Perang Hogen
(1156) dan Perang Heiji (1159). Peperangan akhirnya dimenangkan oleh Taira
yang menandai perubahan besar dalam struktur kekuasaan politik. Untuk pertama
kalinya, kaum samurai muncul sebagai kekuatan politik di istana.Taira pun
mengangkat dirinya sebagai kuge ( 公 家 - bangsawan kerajaan), sekaligus
memperkokoh posisi samurai-nya. Sebagian besar keluarganya diberi jabatan
penting dan dinobatkan sebagai bangsawan Keangkuhan keluarga Taira akhirnya
melahirkan konspirasi politik tingkat tinggi antara keluarga Minamoto (yang
mendapat dukungan dari kaum bangsawan) dengan kaisar Shirakawa, yang pada
akhirnya mengantarkan keluarga Minamoto mendirikan pemerintahan militer
pertama di Kamakura (Kamakura Bakufu; 1192 – 1333).
Ketika Minamoto Yoritomo wafat pada tahun 1199, kekuasaan diambil
alih oleh keluarga Hojo yang merupakan pengikut Taira. Pada masa
kepemimpinan keluarga Hojo (1199 -1336), ajaran Zen masuk dan berkembang di
kalangan samurai. Para samurai mengekspresikan Zen sebagai falsafah dan
tuntunan hidup mereka.Pada tahun 1274, bangsa Mongol datang menyerang
Jepang. Para samurai yang tidak terbiasa berperang secara berkelompok dengan
susah payah dapat mengantisipasi serangan bangsa Mongol tersebut. Untuk
mengantisipasi serangan bangsa Mongol yang kedua (tahun 1281), para samurai
mendirikan tembok pertahanan di teluk Hakata (pantai pendaratan bangsa
mongol) dan mengadopsi taktik serangan malam. Secara menyeluruh, taktik
berperang para samurai tidak mampu memberikan kehancuran yang berarti bagi
tentara Mongol, yang menggunakan taktik pengepungan besar-besaran, gerak
cepat, dan penggunaan senjata baru (dengan menggunakan mesiu). Pada akhirnya,
angin topanlah yang menghancurkan armada Mongol, dan mencegah bangsa
Mongol untuk menduduki Jepang. Orang Jepang menyebut angin ini kamikaze
(dewa angin).Dua hal yang diperoleh dari penyerbuan bangsa Mongol adalah
pentingnya mobilisasi pasukan infantri secara besar-besaran, dan kelemahan dari
kavaleri busur panah dalam menghadapi penyerang. Sebagai akibatnya, lambat
laun samurai menggantikan busur-panah dengan “pedang” sebagai senjata utama
samurai. Pada awal abad ke-14, pedang dan tombak menjadi senjata utama di
kalangan panglima perang. Pada zaman Muromachi (1392 – 1573), diwarnai
dengan terpecahnya istana Kyoto menjadi dua, yakni Istana Utara di Kyoto dan
Istana Selatan di Nara.
Selama 60 tahun terjadi perselisihan sengit antara Istana Utara melawan
Istana Selatan (nambokuchō tairitsu).Pertentangan ini memberikan dampak
terhadap semakin kuatnya posisi kaum petani dan tuan tanah daerah (shugo
daimyō) dan semakin lemahnya shogun Ashikaga di pemerintahan pusat. Pada
masa ini, Ashikaga tidak dapat mengontrol para daimyō daerah. Mereka saling
memperkuat posisi dan kekuasaannya di wilayah masing-masing. Setiap Han13
seolah terikat dalam sebuah negara-negara kecil yang saling mengancam. Kondisi
ini melahirkan krisis panjang dalam bentuk perang antar tuan tanah daerah atau
sengoku jidai (1568 – 1600). Tetapi krisis panjang ini sesungguhnya merupakan
penyaringan atau kristalisasi tokoh pemersatu nasional, yakni tokoh yang mampu
menundukkan tuan-tuan tanah daerah, sekaligus menyatukan Jepang sebagai
“negara nasional” di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Tokoh tersebut
adalah Jenderal Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi.Oda Nobunaga, seorang
keturunan daimyo dari wilayah Owari dan seorang ahli strategi militer, mulai
menghancurkan musuh-musuhnya dengan cara menguasai wilayah Kinai, yaitu
Osaka sebagai pusat perniagaan, Kobe sebagai pintu gerbang perdagangan dengan
negara luar, Nara yang merupakan “lumbung padi”, dan Kyoto yang merupakan
pusat pemerintahan Bakufu Muromachi dan istana kaisar.Strategi terpenting yang
dijalankannya adalah Oda Nobunaga dengan melibatkan agama untuk mencapai
ambisinya. Pedagang portugis yang membawa agama Kristen, diberi keleluasaan
untuk menyebarkan agama itu di seluruh Jepang. Tujuan strategis Oda dalam hal
ini adalah agar ia secara leluasa dapat memperoleh senjata api yang
diperjualbelikan dalam kapal-kapal dagang Portugis, sekaligus memonopoli
perdagangan dengan pihak asing.
Dengan memiliki senjata api (yang paling canggih pada masa itu), Oda
akan dapat menundukkan musuh-musuhnya lebih cepat dan mempertahankan
wilayah yang telah dikuasainya serta membentuk pemerintahan pusat yang kokoh.
Oda Nobubunaga membangun benteng Azuchi Momoyama pada tahun 1573
setelah berhasil menjatuhkan Bakufu Muromachi. Strategi Oda dengan
melindungi agama Kristen mendatangkan sakit hati bagi pemeluk agama Budha.
Pada akhirnya, ia dibunuh oleh pengikutnya sendiri, Akechi Mitsuhide, seorang
penganut agama Budha yang fanatik, pada tahun 1582 di Honnoji, sebelum ia
berhasil menyatukan seluruh Jepang.Toyotomi Hideyoshi, yang merupakan
pengikut setia Oda, melanjutkan penyatuan Jepang, dan tugasnya ini dituntaskan
pada tahun 1590 dengan menaklukkan keluarga Hojo di Odawara dan keluarga
Shimaru di Kyushu tiga tahun sebelumnya. Terdapat dua peraturan penting yang
dikeluarkan Toyotomi : taiko kenchi (peraturan kepemilikan tanah) dan katana
garirei (peraturan perlucutan pedang) bagi para petani. Kedua peraturan ini secara
strategis bermaksud “mengontrol” kekayaan para tuan tanah dan mengontrol para
petani agar tidak melakukan perlawanan atau pemberontakan bersenjata.
Keberhasilan Toyotomi menaklukkan seluruh tuan tanah mendatangkan masalah
tersendiri. Semangat menang perang dengan energi pasukan yang tidak
tersalurkan mendatangkan ancaman internal yang menjurus kepada disintegrasi
bagi keluarga militer yang tidak puas atas kemenangan Toyotomi. Dalam hal
inilah Toyotomi menyalurkan kekuatan dahsyat tersebut untuk menyerang Korea
pada tahun 1592 dan 1597. Sayang serangan ini gagal dan Toyotomi wafat pada
tahun 1598, menandakan awal kehancuran bakufu Muromachi.Kecenderungan
terdapat perilaku bawahan terhadap atasan yang dikenal dengan istilah gekokujō
ini telah muncul tatkala Toyotomi menyerang Korea. Ketika itu, Tokugawa Ieyasu
mulai memperkuat posisinya di Jepang bagian timur, khususnya di Edo (Tokyo).
Kemelut ini menyulut perang besar antara kelompok-kelompok daimyo yang
memihak Toyotomi melawan daimyo yang memihak Tokugawa di medan perang
Sekigahara pada tahun 1600. Kemenangan berada di pihak Tokugawa di susul
dengan didirikannya bakufu Edo pada tahun 1603.

BAB III
PENUTUP

3.1 Solusi
Demikian makalah ini kami sususun, mohon maaf bila banyak kekurangan.
Namun ada beberapa point yang dapat kami simpulkan yang berupa penilaian atau
argumentasi terhadap budaya jepang.
1. Keanekaragaman buadaya jepang memiliki nilai esensi yang tinggi
dengan karakteristik yang berbeda-beda.
2. Indonesia perlu memaplikasikan program-program masyarakat jepang
dalam mempertahankan budyanya.
3. Kebudayaan jepang memiliki nilai budaya yang tinggi, yang sampai
sekarang masih mengkombinasikan budaya tradisionalnya ditengah
zaman modern saat ini.
4. Kebudayaan Jepang sangat tertata, rapih dan lebih tradisionalis
Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk selalau
menjaga dan melestarikan budaya agar dapat menjadi buah tangan bagi cucu kita
nanti. Terimakasih atas semua pihak yang telah mendukung tersusunya makalah
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Tomio Takahashi. Sei-i Taishōgun mō hitotsu no kokkashuken. Chūkōshinso,


1987.
www.wikipedia.com
www.google.com
Dalby, Liza (2001). Kimono: Fashioning Culture. Washington, USA: University

Anda mungkin juga menyukai