Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Jepang Di Bawah Pemerintahan Shogun


Dan Kaisar Meiji

Oleh :

Kelompok Tiga :

Alimran Sitepu

Ezekiel Divo Hartanta Sitepu

Jelita Monika Silaban

Lita Anggreni Br Sembirin

Quia Natasya Br Sembiring

Sas Ananda Hizrya Tarigan


1.RUMUSAN MASALAH JEPANG DIBAWAH PEMERINTAHAN SHOGUN

• Bagaimana Latar Belakang Munculnya Pemerintahan


Shogun Di Jepang ?
• Bagaimana Sistem Pemerintahan Shogun Di Jepang ?
• Bagaimana Kebijakan – Kebijakan Pemerintahan
Shogun Di Jepang ?
• Bagaimana Berakhirnya Pemerintahan Shogun Di
Jepang ?

2.RUMUSAN MASALAH KAISAR MEIJI

• Bagaimana latar belakang kaisar meiji


• Bagaimana kondisi jepang menjelang restorasi meiji
1853-1868
• Bagaimana dampak restorasi meiji bagi pemerintahan
japang
• Tokoh tokoh yang berperan dalam restorasi meiji
• Bagaimana kebijakan restorasi meiji
• Apa peran penting kaisar meiji
LATAR BELAKANG PEMERINTAHAN SHOGUN DI JEPANG
Sebelum tahun 1868, Jepang merupakan negara yang penuh pergolakan dalam negeri, sering
terjadi perang saudara atau perang antar klan samurai untuk memperebutkan kekuasaan di
Jepang. Pada awalnya kaum samurai dimulai oleh keluarga Yamato, yang muncul sebagai
klan terkuat di Jepang pada abad ketujuh masehi.

Kata samurai berarti “orang yang melayani” dan diberikan kepada mereka yang lahir di
keluarga terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga Kekaisaran (Handayani,
2014:53). Jepang semula dipimpin oleh Kaisar, dalam perkembangannya diganti oleh
pemerintahan Shogun.

Akar terbentuknya kemaharajaan (kekaisaran) Jepang muncul pada masa wangsa Yamato,
yang mempersatukan bangsa Jepang menjadi satu bangsa yang lebih sadar akan kesatuannya
itu (Mattulada, 1979:43-44). Jimmu Tenno adalah Kaisar pertama Jepang. Keluarga Yamato
kesulitan dalam mempertahankan pemerintahan sentralisasi negara dan mulai
mendelegasikan tugas militer, administrasi, dan penarikan pajak kepada mantan-mantan
pesaing yang berfungsi sebagai gubernur.

Saat pemerintahan Yamato lemah, gubernur-gubernur lokal semakin kuat, mandiri dan secara
perlahan meningkatkan anggota pasukan samurainya. Di antara beberapa agama yang dianut
oleh orang Jepang, Shintoisme adalah agama yang tertua dan dapat dianggap sebagai agama
pribumi orang Jepang. Berbeda dengan agama Budha, Konfusianisme, Katholik, Protestan,
Islam, yang masuk pada jaman sejarah, agama Shinto tidak diketahui kapan mulai muncul.
Kata Shinto berasal dari bahasa China yang berarti jalan para dewa, pemujaan para dewa,
pengajaran para dewa, atau agama para dewa. Shin berarti kami, yaitu dewa, dan to berarti
jalan. Meskipun mempunyai satu nama, agama ini merupakan gabungan kepercayaan primitif
yang sukar untuk digolongkan menjadi satu agama, bahkan sebagai suatu sistem
kepercayaan.

Oleh karena agama ini lebih tepat dianggap sebagai suatu gabungan dari kepercayaan
primitif dan praktek-praktek yang berkaitan dengan jiwajiwa, roh-roh, hantu-hantu, dan
sebagainya. Dalam ajaran Shintoisme, Jepang harus dipimpin oleh seorang kaisar, sedangkan
pada masa keshogunan, Jepang secara militer dipimpin oleh seorang shogun. Kaisar hanya
memerintah secara sipil saja.

Pada masa zaman Heian yang menonjolkan peranan keluarga Fujiwara sebagai pemegang
kekuasaan di Jepang ternyata membawa Jepang berada jauh dari kemakmuran. Pemerintahan
Keluarga Fujiwara yang kurang memperhatikan nasib rakyat dan menggunakan system
pembagian tanah kepada biara, kuil, pegawai tinggi, dan bangsawan tanah-tanah yang luas
bebas dari pajak secara tidak langsung sangat berdampak pada perekonomian rakyat Jepang
yang diakibatkan sistem pungutan pajak yang sangat memberatkan rakyat kecil. Di sisi lain,
kaum bangsawan sangat menuai kemakmuran.
1. Bidang politik

Pada masa zaman Heian tersebut menonjolkan peranan keluarga Fujiwara. Keluarga Fujiwara
termasuk golongan aristokrat yang selanjutnya mempunyai pengaruh besar terhadap kaisar-
kaisar Jepang (Lan,1962:44). Keluarga Fujiwara memiliki pengaruh sangat besar dalam
sejarah Jepang, karena putri dari keluarga Fujiwara banyak yang menjadi istri Kaisar.
Keluarga Fujiwara akan menjadi wali apabila Tenno dalam keadaan sakit, apabila anak yang
dimiliki adalah perempuan atau putra mahkota masih kecil, maka keluarga Fujiwara akan
menjadi Mangkubumi (Sessho), selain itu keluarga Fujiwara pun biasa menjadi penasehat
Tenno (Kampaku) dalam menjalankan pemerintahan.

Bentuk pemerintahan ini kurang memperhatikan kemakmuran negara dan lebih


mengutamakan kemakmuran keluarga Fujiwara sendiri. Keluarga Fujiwara menjadi sangat
gila akan kekuasaan, hal ini membuat daimyo lain membenci keluarga Fujiwara.

Kedudukan keluarga Fujiwara makin lama semakin teguh. Pada tahun 857 seorang kepala
keluarga Fujiwara, Fujiwara Yoshifusa diangkat menjadi perdana menteri oleh Kaisar
Montoku (827-858). Jabatan perdana menteri dipangku Fujiwara Yoshifusa sampai tahun
872. Disamping jabatan tinggi ini, Fujiwara Yoshifusa diberi kedudukan wali pada tahun 866
dibawah Kaisar berikutnya Kaisar Seiwa (850-880). Fujiwara Yoshifusa adalah orang
pertama yang diangkat dalam kedudukan tinggi itu meskipun Fujiwara Yoshifusa bukan
seorang keluarga Kaisar. Sejak tahun diangkatnya Fujiwara Yoshifusa menjadi wali maka
kekuasaan keluarga Fujiwara menjadi sangat besar, sehingga ada yang menyebut bahwa pada
tahun 866-1160 sebagai Zaman Fujiwara.

Keadaan negara makin lama makin kacau, Kaisar menganggap bahwa semua kekacauan
dikarenakan keluarga Fujiwara mengambil alih kekuasaan Kaisar, akhirnya Kaisar berusaha
mengurangi pengaruh dari keluarga Fujiwara.

2. Bidang Sosial dan Ekonomi

Peraturan bahwa semua tanah dijadikan milik negara dan dibagikan sama rata kepada rakyat
untuk diusahakan sebagai salah satu tindakan dalam pembaharuan Taikwa hanya tinggal teori
belaka, dalam prakteknya hal itu tidak banyak terlihat. Kepada biara-biara dan kuil-kuil
dihadiahkan tanah yang luas-luas, yang dibebaskan dari pajak. Pegawai-pegawai tinggi dan
bangsawan juga ada kesempatan memiliki tanah-tanah yang luas bebas daripajak. Tanah-
tanah luas milik perseorangan yang bebas dari pajak itu disebut sho atau shoen. Dalam
perkembangannya shoen menjadi milik turun menurun.

Perluasan tekanan pajak di daerah-daerah diluar shoen makin besar dan yang harus memikul
beban adalah rakyat para petani kecil. Untuk menghindari beban yang terlalu berat, pemilik-
pemilik tanah kecil lebih suka melepaskan hak nominal atas tanahnya dan menyerahkannya
kepada seorang bangsawan terkemuka, kemudian menganggap bangsawan tersebut sebagai
majikannya, dan ia sendiri jadi penggarap tanahnya. Pajak yang seharusnya dibayarkan
kepada negara lebih ringan, tetapi masuk kedalam kantong penguasa shoen. Tanah-tanah
shoen makin luas dan tanah untuk umum makin berkurang,akibatnya penghasilan negara
makin sedikit, sedangkan kekayaan golongan bangsawan makin bertambah.

Konsekuensi lebih lanjut negara menambah beban pajak rakyat petani dan untuk
menghindarkan diri dari beban yang terus menerus makin berat, maka jumlah orangorang
yang lebih suka menyerahkan tanahnya kepada golongan bangsawan makin besar. Sistem
shoen itu diibaratkan seperti bola salju yang berguling melalui bereng bersalju, makin lama
makin besar, tumbuh menjadi raksasa. Tuan-tuan tanah (penguasa shoen) bukan hanya bebas
dari pajak saja tetapi juga mempunyai hak istimewa untuk memerintah sendiri daerah yang
meliputi tanahnya,sehingga shoen mempunyai kedudukan eksteritorialiteit,dalam realitasnya
daerah-daerah tersebut merdeka yang punya pemerintahan sendiri, semacam impria in
imperio.

Maka terbentuklah feodalisme yang jadi dasar pemerintahan orang-orang bangsawan. Akibat
dari system shoen para daimyo di daerah semakin kaya dan kuat,sedangkan penghasilan
negara semakin berkurang yang mengakibatkan melemahnya pemerintahan di

Sistem Pemerintahan Shogun Di Jepang


Dalam sejarah Jepang, shogun atau syogun adalah diktator militer yang memerintah negara
melalui sistem feodal.Meski kaisar tetap ada, tetapi antara 1158 hingga 1868 M, secara de
facto kekuasaan berada di tangan shogun.Selama tujuh abad memerintah, terdapat beberapa
klan berbeda yang memegang posisi shogun, meskipun jabatan ini secara teknis diwariskan
secara turun temurun.

Jepang pra-modernisasi, yaitu pada era feudal (1185-1603) pemerintahan Jepang


menerapkan system pemerintahan yang menempatkan Shogun sebagai pemimpin tertinggi
yang memiliki kekuasaan penuh, sedangkan kaisar hanya sebagai simbol pimpinan struktur
bernegara Periode ini diawali oleh Minamoto no Yoritomo yang membangun system
pemerintahan yang dikenal dengan sebutan Bakufu atau pemerintahan Shogun. Shogun yang
pertama dikenal dengan nama Kamakura bakufu di Kamakura pada tahun 1192. Model
pemerintahan shogun terdiri dari dua divisi utama yaitu divisi samurai dan divisi pengadilan
atau hukum.

Para Shogun diberikan kekuasaan militer oleh kaisar dan mereka juga dibantu oleh para
daimyo yang merupakan tuan tanah semenjak abad ke-10 hingga awal abad ke-19. Para
daimyo memiliki hak kepemilikan tanah secara turun-temurun dan bahkan tentara untuk
melindungi tanah dan pekerjanya. Daimyo pada masa Kamakura disebut Gokenin dan pada
periode Muromachi (1336-1573), kelas Gokenin dihapuskan dan diganti dengan kelas
daimyo.

Minamoto no Yoritomo, shogun pertama Awalnya, gelar shogun diberikan oleh kaisar Istilah
shogun adalah kependekan dari Sei-i Taishogun, yang artinya Panglima Tertinggi Pasukan
Ekspedisi Melawan Orang Barbar.
Meski jabatan shogun telah resmi dihapus sejak Restorasi Meiji (1868), istilah ini tetap
digunakan di Jepang hingga sekarang untuk menyebut jenderal dalam kemiliteran Minamoto
kepada komandan militer selama periode awal Heian pada abad ke-8.

Gelar ini pertama kali diberikan kepada Otomo no Otomaro. Sedangkan shogun paling
terkenal dari periode Heian adalah Sakanoue no Tamuramaro. Pada Perang Genpei yang
berlangsung antara 1180-1185 M, klan Minamoto berhasil mengalahkan Taira. Pasca
kemenangannya, Minamoto no Yoritomo menjadi pemimpin militer terkuat di Jepang.

Ia kemudian menobatkan diri sebagai shogun pertama dan mendirikan institusi keshogunan
pada 1192 M. Sebagai shogun pertama dari Keshogunan Kamakura, Minamoto no Yoritomo
berkuasa antara 1192-1199 M.

Oleh karena itu, para ahli terkadang memiliki perbedaan pendapat terkait siapa sebenarnya
shogun pertama di Jepang. Beberapa menyebut Otomo no Otomaro, sementara sebagian
lainnya menyebut Minamoto no Yoritomo, yang menjadikan keshogunan sebagai institusi
resmi.

Daftar keshogunan di Jepang Sejak Minamoto no Yoritomo mendirikan Keshogunan


Kamakura, posisi kaisar tetap berada di atas shogun. Akan tetapi dalam praktiknya,
kekuasaan shogun lebih tinggi daripada kaisar, karena siapapun yang mengendalikan
kekuatan militer juga mengendalikan negara. Para shogun memiliki tentara sendiri, yang
dikomando oleh para samurai.

Kaisar tetap dipertahankan dan didukung untuk menjalankan fungsi seremonial, serta
dibutuhkan oleh shogun untuk memberikan legitimasi pada pemerintahan mereka. Antara
abad ke-12 hingga abad ke-19, berikut ini tiga keshogunan yang memerintah Jepang.
Keshogunan Kamakura (1192-1333 M) Selama hampir 150 tahun berkuasa, terdapat
sembilan shogun yang memerintah Keshogunan Kamakura. Pada periode ini sering terjadi
peperangan dan pertumpahan darah karena perebutan kekuasaan.

Keshogunan ini berakhir saat Kamakura runtuh dan klan Hojo, keluarga istri Minamoto no
Yoritomo, dihancurkan. Segera setelah itu, Kaisar Go Daigo mencoba menggulingkan
shogun dan memulihkan kekuasaan kekaisaran, tetapi gagal.

Alhasil, Kaisar Daigo justru diasingkan sebanyak dua kali karena upayanya itu.

Keshogunan Ashikaga (1338-1573 M) Setelah Keshogunan Kamakura runtuh, putra Kaisar


Daigo, Pangeran Moriyoshi, dinobatkan sebagai shogun. Namun, Pangeran Moriyoshi hanya
menjadi tahanan rumah dan pada 1335 dibunuh oleh Ashikaga Tadayoshi. Pada 1338,
Ashikaga Takauji, yang merupakan keturunan Minamoto, dianugerahi gelar shogun dan
mendirikan Keshogunan Ashikaga.

Markas besar Ashikaga berada di distrik Muromachi di Kyoto. Pada lima dekade pertamanya,
keshogunan ini harus menghadapi keturunan Kaisar Daigo yang menentang otoritas mereka.
Setelah Perang Onin (1467-1477 M), kekuatan Keshogunan Ashikaga perlahan berkurang
dan akhirnya digulingkan pada 1573 M. Keshogunan Tokugawa (1603-1868 M) Dengan
berakhirnya Keshogunan Ashikaga, Oda Nobunaga dan penggantinya, Toyotomi Hideyoshi,
naik ke tampuk kekuasaan, memerintah menggunakan gelar Bupati Kekaisaran. Mereka
mendapatkan kekuasaan yang jauh lebih besar daripada seharusnya, tetapi tidak pernah secara
resmi diberikan gelar shogun. Hideyoshi dianggap oleh banyak sejarawan sebagai salah satu
penguasa terbesar Jepang, yang sempat mencoba menguasai China dengan melakukan dua
kali serangan ke Korea, tetapi gagal dan meninggal. Setelah itu, Tokugawa Ieyasu merebut
kekuasaan dan mendirikan keshogunan di Edo (sekarang Tokyo).

Pada 1603, Tokugawa Ieyasu akhirnya dinobatkan sebagai shogun setelah berhasil
menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan Minamoto. Masa kekuasaan Keshogunan
Tokugawa berlangsung hingga 1868, saat shogun terakhir yang bernama Tokugawa
Yoshinobu menyerahkan kekuasaannya kepada Kaisar Meiji dalam peristiwa Restorasi Meiji.

Kebijakan- Kebijakan Pemerintah Shogun Di Jepang

• Kebijakan pemerintahan keshogunan kamakura tahun 1192- 13333


a. mengadakan jabatan shogun dan jibito
b. membentuk pemerintahan bakufu
c. mengadakan jabatan shikken
• Kebijakan Pemerintahan keshoguban muromachi tahun 1333-1573
a. Membentuk jabatan kenrei (penasehat utama shogun)
b. Mengadakan hubungan perdagangan dengan cina dan korea
c. Mengatur kepemilikan tanah
• Kebijakan pemerintahan keshogunan azuchi mamoyama tahun 1573-
1603
a. Kebijakan peerintah sipil (menetukan pembagian anah pertanian serta jumlah
produksi pertanian,menetukan jumlah pajak yang harus di bayar)
b. Kebijakan militer (penguasan Negara dengan kekuatan militer)
c. Kegiatan beragama (membantu masuknya misionaris misionaris ordo Jesuit ke
jepang untuk menebarkan agama Kristen)
d. Kebijakan terhadap istina (ikut membantu dalam soal keuangan dan turut
campur dalam pengambilan keputusan istana)
e. Kebijakan perdagangan (menjalankan politik pasar besar (rakuichi rakuza))
f. Kebijakan Luar Negeri (memaksa Korea membayar upeti kepada Jepang)
g. Kebijakan kepegawaian (mengangkat pengikut berdasarkan prestasinya
• 4. Kebijakan Pemerintahan Keshohogunan Tokugawa Tahun 1603-1867
a. Mengawasi Para Daimyo
b. Mengawasi hubungan dengan Kaisar
c. Penerapan Politik Isolasi (Sakoku)
d. Membagi Status Sosial Dalam Masyarakat
Berakhirnya Pemerintahan Shogun Di Jepang
Bakumatsu adalah sebutan dari suatu periode dalam sejarah Jepang yang merujuk kepada
tahun-tahun terakhir zaman Edo (Era Tokugawa) menjelang runtuhnya Keshogunan
Tokugawa. Periode ini dimulai dari peristiwa kedatangan Kapal Hitam (1853) hingga Perang
Boshin(1869).

Dalam periode Bakumatsu terjadi peristiwa bersejarah yakni berakhirnya kebijakan isolasi
yang disebut sakoku dan masa transisi dari pemerintahan feodal Keshogunan ke
Pemerintahan Meiji. Shogun Tokugawa berpegang pada tradisi kuno yang menyatakan
bahwa mereka adalah keturunan Amaterasu Omokami dan memerintah dengan tangan
besi.Pemerintahan Shogun selalu menentang aktifitas dan inisiatif dari setiap individu. Semua
aktifitasdiawasi oleh

pemerintahan Bakufu. Pada pertengahan abad 19, pemerintah Shogun Tokugawa menghadapi
keruntuhannya. Ada dua aspek yang menyebabkan runtuhnya pemerintahan Tokugawa,
yakni.

1. Aspek luar Negeri

Pada tahun-tahun sebelum pembukaan Jepang oleh bangsa-bangsa Barat, perhatian Eropa dan
AmerikaSerikat telah mulai tertuju ke arah Timur Jauh guna mencari tempat perdagangan
yang lebih menguntungkan, terlebih setelah bangsa-bangsa Barat berhasil membagi-bagi
negara Cina dengan menanamkan pengaruh dan mengeksploitasi mereka. Di Cina hanya
sebuah pelabuhan yang dibuka untuk perdagangan dengan bangsa asing, yakni Canton.

Pada akhir abad 18 dan permulaan abad 19, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat menguasai
lautan Pasifik Utara, akibat berkembangnya perdagangan, setelah Revolusi Industri. Amerika
Serikat mengadakan ekspansi ke Amerika Utara. Oregon dan California dapat diduduki
Amerika Serikat pada tahun 1840-1854. Setelah keberhasilan itu maka konsentrasi mereka
ditujukan kepada Jepang. Letak geografis dan sumberdaya alam Jepang yang strategis
dianggap dapat memberikan keuntungan ekonomis bagi bangsa Barat, yaitu dengan cara
menjadikan Jepang sebagai tempat pengambilan bahan mentah dan tempat penanaman
modal. Faktor lain yang mendorong Amerika Serikat ingin membuka Jepang agar pemerintah
Jepang mau melindungi awak kapal Amerika Serikat yang terdampar di pantai Jepang.
Pemerintah Tokugawa hanya memberikan kayu dan air minum terhadap kapal-kapal asing
yang singgah.

Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Amerika Serikat menginginkan pembukaan
beberapa pelabuhan Jepang, disamping sebagai tempat persinggahan untuk mengisi
perbekalan dan bahan bakar juga untuk kepentingan perdagangan.

Pada tahun 1837, kapal Amerika Serikat “TheMorison” yang bertolak dari Makao menuju
Jepang, disambut dengan tembakan-tembakan pengusiran oleh pendukung Bakufu di teluk
Edo. Akibatnya kapal tersebutkembali ke Canton. Jepang juga tidak memberikan toleransi
kepada kapal-kapal yang terdampar atau kandas di perairan Jepang. Awak kapal tersebut
akan diperlakukan dengan kasar, kadang-kadang disiksa dan dibawa ke Nagasaki kemudian
dikembalikan ke negerinya.

Pada tahun 1846 Amerika Serikat mengutus

Komodor Biddle untuk mengadakan hubungan perdagangan dengan Jepang, namun


ditolak.Kegagalan

ini dikarenakan oleh sikap Komodor Biddle yang terlaluemah dan sopan sehingga
masyarakat Jepang menggangap orang Amerika lemah.

Pada tanggal 8 Juli 1853 Komodor Matthew

Calbraith Perry dari Amerika Serikat adalah orang yang pertama kali tiba di Jepang untuk
merintis hubungan dagang dengan Jepang. Komodor Matthew Calbraith Perry datang dengan
membawa empat kapal yaitu Missisipi, Plymouth, Saratoga, dan Susquehana. Para pengikut
Bakufu sangat heran melihat kedatangan kapal dengan senapan meriam-meriam tersebut,
maka mereka menyebutnya “Kapal Hitam” (Kuro Fune). Komodor

Matthew Calbraith Perry menyampaikan surat dari presiden Amerika Serikat Millard
Fillmore yang meminta Jepang untuk membuka diri terhadap perdagangan dengan negara-
negara Barat.

Meskipun Presiden Amerika Serikat telah memberikan surat kepada pemerintah Jepang untuk
membuka hubungan persahabatan, perdagangan, dan perlindungan bagi korban kapal laut
yang karam, pemerintah masih tetap pada pendiriannya. Sehingga surat tersebut ditolak dan
Jepang tidak membuka diri bagi bangsa asing terutama bangsa Barat. Komodor Matthew
Calbraith Perry datang untuk yang kedua kalinya pada tanggal 31 Maret 1854. Kali ini
Komodor Matthew Calbraith Perry membawa tujuh kapal perang. Hal ini membuat Shogun
Tokugawa Iesada setuju untuk membuat sebuah perjanjian dengan pihak Amerika Serikat.
Perjanjian tersebut adalah perjanjian Kanagawa. Kanagawa merupakan sebuah kampung
nelayan di Yokohama. Berikut ini adalah isi perjanjian Kanagawa terdiri dari 12 pasal.

2. Aspek dalam Negeri

Semenjak dibukanya Jepang untuk orang asing,maka timbullah gerakan penteroran yang
dipelopori oleh golongan konservatif untuk membunuh orang-orang Baratd an orang Jepang
yang mendukung orang Barat. Gerakan penteroran yang dilakukan oleh golongan konservatif
tersebut semakin meningkat setelah disetujuinya perjanjian perdagangan dan persahabatan
antara Jepang dan bangsa Barat. Perjanjian ini umumnya merugikanpihak Jepang, dimana
uang emas yang masukke pihakasing lebih besar dibandingkan yang masuk kedalam negeri.
Para Chonin (saudagar besar) di sinimendapatkeuntungan yang sangat besar.

Menurut Edwin O. Reischauer (dalam Subakti,2011), “masyarakat Jepang pada masa


pemerintahan
Shogun Tokugawa terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:(1) kelompok Shogun yang ingin
mempertahankan politik sakoku, namun tidak mampu mempertahankan Jepangdari serbuan
bangsa-bangsa Barat, khususnya Amerika

Serikat yang ingin membuka politik sakoku Jepang; (2) kelompok terpelajar yang justru ingin
menerimamasuknya bangsa-bangsa Barat dengansegala

perkembangan pengetahuan; dan (3) kelompokdaimyo yang menginginkan pengembalian


kekuasaan terhadap Kaisar dan pengusiran bangsa-bangsa Barat.” Shintoisme murni
memberikan dasar ideologi bagi gerakan konservatif yang menuntut pengembalian kekuasaan
kepada Kaisar, menghendaki penghapusan kekuasaan Shogun, dan pengusiran orang asing.
Dalamgerakan ini disiarkan teori tentang bendera “Matahari Terbit” (Hinomaru No Hata),
bendera merupakam lambang dari gerakan. Melihat situasi politik Jepang yang semakin

meruncing, maka pada tanggal 8 November 1867 Shogun Tokugawa Yoshinobu bersedia
menyerahkan kekuasaan politik kepada Kaisar. Yoshinobu menyadari bahwa tidak ada
gunanya mempertahankan kekuasaan keshogunan lagi. Pada bulan Januari 1868 diadakan
permusyawaratan di Kyoto antara Kaisar, Shogun, dan para Daimyo. Maka dikeluarkan
keputusan bahwa Keshogunan dihapus dan Shogun diperintahkan untuk menyerahkan semua
kekayaan dan tanah kepada Kaisar, dengan demikian berakhirlah kekuasaan shogun
yangmenguasai Jepang selama lebih dari enam setengah abad. Selama 250 tahun lebih
kepulauan Jepang di isolasikan dari hubungan dengan bangsa-bangsa lain oleh kekuasaan
Tokugawa. Tetapi, lambat laun politik isolasi tdak dapat di pertahankan. Ketika armada
Amerika Serikat yang dipimpin oleh Kommodor Perry membuat perjanjian persahabatan
dengan Jepang dan mengancam dengan meriamnya yang dapat menghancurkan Edo
danakhirnya pintu dibuka. Pada tahun 1858 konsul AS yaitu Townsend Harris berhasil
memaksa Jepang untuk menandatangani perjanjian dagang. Keadaan ini sangat tidak disukai
oleh rakyat Jepang karena pertama kalinya dalam sejarah Jepang bangsa asing dapat
menunjukan kekuasaannya di bumi Jepang. Rakyat Jepang menganggap hal ini Terjadi
karena Tokugawa tidak memenuhi fungsinya sebagai shogun, yaitu memberi perlindungan
kepada bangsa Jepang. Sebagai akibat dari ketidaksukaan rakyat terhadap kebijakan Shogun
Tokugawa tentang pembukaan Jepang terhadap bangsa asing di Jepang muncul 2 golongan
yang saling bertentangan. Kedua golongan tersebut adalah golongan pendukung shogun dan
golongan pendukung kaisar. Golongan pendukung shogun berpendapat bahwa Jepang harus
membuka pintunya terhadap orang asing,sedangkan golongan pendukung kaisarmenentang
bakufu untuk mengadakan hubungan dagang dengan orang asing dan menuntut pengembalian
kekuasaan kepada tenno.

Golongan ini di wakili oleh Daimyo Tazoma dari suku Satsuma, Chozu, Chothosha dan
Hizen dengan golongan yang berbunyi “sonno joi” yang artinya hormati tenno dan usir kaum
biadab ( barbarian, maksudnya orang orang asing). Gerakan anti asing tidak dapat dibendung
danmeluas ke seluruh negeri.
Latar Belakang Restorasi Meiji
Keshogunan Tokugawa didirikan pada permulaan zaman ke-17.Jepang diperintah oleh
shogun yang berasal dari klan Tokugawa. Anggar-anggar 180 tuan tanah yang disebut
daimyo mendiami domain feodal yang disebut han. Daimyo tunduk kepada shogun yang
kadang-kadang memanggil daimyo bagi memohon hadiah, tapi daimyo tidak terkena pajak.
Shogun mendiami para daimyo dengan jumlah prosedur, hanya shogun yang dapat
menyetujui perkawinan mereka, dan shogun dapat mencabut hak atas tanah feodal milik
daimyo. Pada tahun 1615, Tokugawa Ieyasu, shogun pertama Tokugawa yang secara resmi
sudah pensiun dari jabatannya, bersama putranya pejabat shogun tituler Tokugawa Hidetada
mengeluarkan kode etik bangsawan. Berdasarkan kode etik tersebut, kaisar diharuskan
mengabdikan waktunya bagi ilmu dan seni. Para kaisar di bawah keshogunan tampak sangat
patuh dengan kode etik ini, mereka mempelajari buku klasik Konfusianisme dan
mengabdikan waktu menulis puisi dan kaligrafi.Mereka hanya diajarkan dasar-dasar sejarah
dan geografi Jepang serta Tiongkok. Shogun tidak tidak memohon persetujuan atau nasihat
dari kaisar bagi keputusan yang diambilnya.

Kaisar-kaisar kurang sedikit tidak pernah meninggalkan kompleks istana Gosho di Kyoto,
kecuali bila sudah pensiun atau perlu berlindung di kuil ketika istana masih kebakaran.
Sebagian kaisar hidup panjang umur sampai pensiun. Dari lima pendahulu Kaisar Meiji,
hanya kakeknya yang hidup sampai usia empat puluhan, dan berpulang pada usia 46
tahun.Keluarga kekaisaran menderita tingkat mortalitas anak yang sangat tinggi. Semua
kakak perempuan atau saudara laki-laki lebih tua dari lima kaisar berpulang sewaktu masih
kecil, dan hanya lima dari lima belas anak-anaknya yang mencapai usia matang.

Tidak lama setelah berkuasa pada permulaan zaman ke-17, pejabat keshogunan (biasa disebut
bakufu) menyudahi semua perdagangan Jepang dengan dunia Barat, dan melarang misionaris
bagi datang ke Jepang. Hanya orang Belanda yang diperbolehkan bagi terus jualan dengan
Jepang. Mereka memiliki sebuah pos perdagangan di pulau Dejima, Nagasaki.Meskipun
demikian, kapal-kapal Amerika dan Eropa pada permulaan zaman ke-19 makin sering
muncul di perairan sekitar Jepang.

Bagaimana Kondisi Jepang Menjelang Restorasi Meiji 1853-1868


• Krisis Pemerintahan Shogun 1853-1868
Pemerintahan Shogun yang bercorak militer disebut dengan “Bakufu” sebagai pemimpinnya
adalah Minamoto No Yoritomo yang pada tahun 1192 M menggunakan gelar “Shogun”. Kata
Shogun ini memiliki arti yang mirip dengan kata generalisimo yaitu pemimpin tentara
tertinggi, namun kemudian arti kata tersebut berkembang jadi “diktator militer”. Shogun
memiliki kedudukan sebagai pemerintahan Militer yang berpusat di Kamamura. Shogun ini
menyebabkan Jepang masuk dalam dualism pemerintahan karena pemerintahan Jepang
sebelumnya yakni Kaisar yang jadi pemimpin Sipil tetap memiliki legitimasi hukum untuk
memerintah juga. Teori pemerintahan menyatakan bahwa Kaisar Jepang yang seharusnya
memiliki hak legitimasi resmi sebagai pemimpin tunggal Jepang. Kenyataannya Shogun ini
menguasai pemerintahan Kaisar. Pemerintahan Shogun berlangsung dari tahun 1600 sampai
pertengahan abad ke- 19 atau berlangsung selama 2,5 abad.1 Shogun memerintah dengan
suatu aturan atau kode etik yang mengatur tingkah laku, dan kehidupan kaum prajurit. Aturan
atau kode etik tersebut dikenal dengan istilah bushido untuk mengatur sikap-sikap anggota
kemiliteran jepang klasik seperti berani mati,berani menghadapi bahaya,menjunjung tinggi
tanah air serta setia pada pemimpin.

• Masuknya Pengaruh Asing Ke Jepang


Penjelajah Rusia mendatangi pantai timur jauh Jepang dari hutan Siberia tahun 1780.
Penjelajah ini tertarik untuk membuka politik isolasi Jepang. Mereka memetakan perairan
pesisir pantai Timur. Setelah kedatangan penjelajah, kemudian pedagang Rusia mulai
memasarkan dagangannya di pulau Sakhalin, Kuril, Nagasaki, dan Hokkaido. Pedagang
Russia meminta Bakufu Shogun Tokugawa untuk memberikan hak istimewa perdagangan
pada tahun 1792. Pemerintahan Tokugawa menolak dengan sopan. Kejadian itu menarik
perhatian pemerintah Inggris dan Belanda seperti yang diungkapkan oleh Gordon (2003).
Satu tahun kemudian Inggris bergabung untuk menjelajahi wilayah Jepang mencoba untuk
membuka perdagangan dengan Bakufu Shogun Tokugawa. Kapal perang Inggris jenis
Phaetron memasuki pelabuhan Nagasaki pada tahun 1808 dan mengancam akan menyerang
Belanda yang memiliki hubungan baik dengan Jepang. Pada waktu itu Belanda adalah
musuhnya Inggris karena Belanda dikendalikan oleh Napoleon Bonaparte. 10 tahun
kemudian tepatnya tahun 1818 kapal Inggris berlayar ke teluk Uraga dekat Edo. Shogun
Tokugawa menolak mentah-mentah utusan Inggris tersebut. Tahun 1825 Shogun Tokugawa
membuat kebijakan yang ekstrim yaitu mengusir paksa kapal-kapal asing yang memasuki
perairan Jepang. Tahun 1844 Belanda yang memiliki hubungan baik dengan Jepang
memberikan sara… Negara negara Barat mengambil keuntungan meletusnya perang Candu II
tahun 1856 di China. Tentara gabungan Inggris, Amerika, Prancis, dan Russia menguasai
Hongkong dan memaksa China menandatangani perjanjian Tientsin. Kemudian tahun

1860 setelah perang Candu II berakhir pasukan gabungan Inggris dan Prancis menduduki
Tientsin dan memaksa China untuk membuka pelabuhan Tientsin untuk negara Barat. Di
tempat lain, Russia mencaplok wilayah Ussuri dengan perjanjian Aigun tahun 1858. Di
Xinjiang, negara Barat memaksa dibuatkan kantor konsulat di daerah Lli. Pada pertengahan
abad 19, Amerika, Prancis, dan Russia mencoba menghancurkan China untuk tujuan imperils
mereka. Hal inilah yang menyebabkan pemerintahan Shogun Tokugawa khawatir Jepang
akan jad…

Perjanjian Kanagawa ditandatangani oleh Amerika Serikat, Inggris, Russia, dan Belanda.
Perjanjian ini menyebabkan politik isolasi yang dipertahankan Shogun Takugawa selama 3,5
abad berakhir akibat desakan dari pihak asing, bukan atas kehendak bangsa Jepang sendiri.
Pembukaan negara Jepang ini menyebabkan rakyat kecewa, marah dan menganggap
pemerintahan Shogun Takugawa lemah kemudian memaksa Shogun untuk meletakan

jabatannya.
Proses Terjadinya Restorasi Meiji Tahun 1868
Restorasi Meiji terjadi pada1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo
dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian
Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat.

PERJANJIAN SHIMODA

Adalah perjanjian Shimoda,iai perjanjian tersebut adalah pembukaan tiga pelabuhan jepang
(Shimoda,Nagasaki,dan Hakodate) untuk kapal kapal rusia.

PERJANJIAN TOWSEN HARRIS

ISI PERJANJIAN NYA ADALAH :

• Pertukaran perwakilan diplomat


• Kanagawa,kobe,Nagasaki,nigata,dan hokodate dibuka untuk pelabuhan perdagangan
bangsa asing
• Warga Negara serikat di perbolehkan untuk tinggal.

Dampak Restorasi Meiji Bagi Pemerintahan Jepang


Dampak Restorasi Meiji bagi pemerintahan Jepang adalah berakhirnya kekuasaan shogun
setelah tujuh abad dan dimulainya kekuasaan kaisar.

Dampak Positif Restorasi Meiji dalam berbagai bidang

1. Sistem feodalisme dihapuskan dan diganti dengan sistem daerah administrasi


(prefektur).
2. Jepang berhasil merumuskan undang-undang yang konsepnya menyerupai UU di
negara-negara Eropa.
3. Jepang yang awalnya negara agraris menjadi negara industri. Jepang yang awalnya
dikenal sebagai negara terbelakang, berubah menjadi salah satu negara maju di Asia
bahkan dunia.
4. Modernisasi fasilitas transportasi dan komunikasi untuk memperlancar aktivitas sosial
ekonomi dalam negeri.
5. Jepang tumbuh menjadi salah satu negara di Asia dengan militer terkuat dan
termodern pada awal abad ke-20.

DAMPAK NEGATIF
• Hilangnya hak-hak istimewa dari golongan-golongan tradisional di Jepang,
seperti daimyo (tuan tanah) dan samurai.
• Munculnya Jepang sebagai negara imperialis pada Perang Dunia II.
• Jepang mampu menduduki China pada 1931, Korea pada 1930, kemudian
Hong Kong dan Indonesia pada 1942.
Tokoh Tokoh Yang Berperan Dalam Restorasi Meiji
• Saigo Takamori (pemimpin Satsuma)
• Kido Takayoshi (pemimpin Choshu)
• Sakamoto Ryoma (pencetus aliansi Satsuma dan choshu)
• Fakuzawa Yukichi (moderniasasi pendidikan)

Kebijakan Restorasi Meiji


Salah satu kebijakan Restorasi Meiji adalah mengirimkan para pemuda untuk belajar ke luar
negeri. Mereka dikirim ke Amerika dan Eropa untuk mempelajari bidang teknologi yang
dapat diterapkan di negaranya. Di saat yang sama, Jepang juga mengundang para pakar dan
ahli dari luar negeri untuk mengajar di negaranya.

Hasilnya, dalam waktu relatif singkat, Jepang tumbuh menjadi sebuah negara industri yang
maju. Selain Kaisar Meiji, berikut ini beberapa tokoh penting selama Restorasi Meiji. Saigo
Takamori (pemimpin Satsuma) Kido Takayoshi (pemimpin Choshu) Sakamoto Ryoma
(pencetus aliansi Satsuma dan Choshu) Fukuzawa Yukichi (modernisasi pendidikan) Dampak
Restorasi Meiji Dampak Restorasi Meiji bagi pemerintahan Jepang adalah berakhirnya
kekuasaan shogun setelah tujuh abad dan dimulainya kekuasaan kaisar.

Selain itu, berikut ini beberapa dampak positif Restorasi Meiji dalam berbagai bidang.

1. Sistem feodalisme dihapuskan dan diganti dengan sistem daerah administrasi


(prefektur).

Jepang berhasil merumuskan undang-undang yang konsepnya menyerupai UU di negara-


negara Eropa. Jepang yang awalnya negara agraris menjadi negara industri. Jepang yang
awalnya dikenal sebagai negara terbelakang, berubah menjadi salah satu negara maju di Asia
bahkan dunia. Modernisasi fasilitas transportasi dan komunikasi untuk memperlancar
aktivitas sosial ekonomi dalam negeri. Jepang tumbuh menjadi salah satu negara di Asia
dengan militer terkuat dan termodern pada awal abad ke-20.

Terlepas dari dampak positif yang ditimbulkan, Restorasi Meiji juga memiliki pengaruh
negatif, sebagai berikut:

1. Hilangnya hak-hak istimewa dari golongan-golongan tradisional di Jepang, seperti


daimyo (tuan tanah) dan samurai
2. Munculnya Jepang sebagai negara imperialis pada Perang Dunia II. Jepang mampu
menduduki China pada 1931, Korea pada 1930, kemudian Hong Kong dan Indonesia
pada 1942.

Apa Perang Penting Meiji


Di sisi lain, Jepang melakukan langkah cukup unik. Kebijakan kesyogunan yang anti-asing dan
akhirnya menimbulkan ketertinggalan teknologi, disadari benar oleh para penguasa Choshu dan
Satsuma. Meskipun semangat mengusir pengaruh asing, mereka merasa perlu mengirim murid-murid
untuk belajar ke negeri asing. Kesyogunan di bawah Iemochi (menjabat 1858–1866) dan Yoshinobu
(menjabat 1866–1868) juga sebenarnya merasakan kebutuhan ini. Namun, seperti disebut oleh Alistair
Swale dalam The Meiji Restoration: Monarchism, Mass Communication and Conservative Revolution
(2009), Choshu dan Satsuma memiliki keunggulan karena posisinya menguasai Nagasaki—kota
pelabuhan penting pada masa itu, dan jalur laut menuju Kepulauan Ryukyu.

Dengan demikian, wilayah Choshu dan Satsuma dapat mengirim murid-murid terbaiknya ke Inggris
dan Amerika Serikat untuk mempersiapkan modernisasi. Langkah strategis ini tidak dapat dilakukan
oleh kesyogunan.

Ketika para pendukung kaisar dapat menekan kesyogunan pada tahun 1867, Kaisar Komei (ayah
Meiji) meninggal dunia pada usia muda. Pangeran remaja Mutsuhito yang hingga saat itu hanya
belajar pendidikan klasik Konfusianisme, naik ke takhta dengan gelar Kaisar Meiji. Tidak sampai satu
tahun setelah naik takhta, dan dalam penuturan Keene (2002), sama sekali belum mengenyam
pendidikan politik—para bangsawan penguasa daerah yang kini berada di dalam lingkungan
kekaisaran memaksa Syogun Tokugawa Yoshinobu mengembalikan mandat pemerintahan ke tangan
kaisar. Tahun 1868 inilah yang dijadikan tonggak peristiwa restorasi kekuasaan riil dan praktikal
pemerintahan ke tangan Kaisar Meiji. Melihat riwayat panjang menuju restorasi tersebut, pihak yang
berperan paling menentukan dalam restorasi justru bukan sang kaisar remaja, melainkan para
bangsawan dari Choshu dan Satsuma, terutama tiga bangsawan restorasi: Okubo Toshimichi dari
Satsuma, Saigo Takamori dari Satsuma, dan Kido Takayoshi dari Choshu, yang nantinya membentuk
Kabinet Meiji dan menjadi oligarki yang menggantikan kekuasaan Kesyogunan Tokugawa. Kabinet
kekaisaran inilah--yang sebelumnya telah mengirim murid-murid terbaik ke luar negeri--yang akan
memulai modernisasi Jepang dalam segala bidang. Namun, apakah Kaisar Meiji sekadar kaisar
boneka atau kaisar lemah yang digerakkan oleh oligarki di sekitarnya? Kaisar memang bukan aktor
intelektual dari Restorasi Meiji seperti yang tersurat dalam gambaran sejarah pada umumnya.
Sekalipun demikian, Kaisar Meiji juga bukan penguasa boneka. Keene (2002) melihat bahwa Kaisar
Meiji yang masih remaja (pada 1870-an) berperan penting dalam mencegah Saigo Takamori untuk
menyerang Korea. Selain itu, Perjalanan tur ekstensifnya ke seluruh penjuru Jepang, dengan efek
yang mirip seperti blusukan pada zaman sekarang, memicu loyalitas di kalangan rakyat jelata pada
kekaisaran yang baru mendapat kekuasaannya kembali. Posisi Kaisar Meiji dalam restorasi yang
menyandang namanya dan rangkaian upaya modernisasi setelahnya sangat vital. Bila pada saat itu
Kaisar Komei yang kebencian pada orang dan kebudayaan asingnya mendarah daging tidak mangkat
pada usia muda dan digantikan oleh putranya, pekerjaan para bangsawan Choshu dan Satsuma untuk
membarukan Jepang akan jadi sangat berat. Dengan demikian, meskipun bukan sebagai aktor
intelektual Restorasi Meiji, Kaisar Meiji tetap merupakan figur penting yang membuka jalan
modernisasi Jepang, sebuah proses pembaruan unik yang mempertahankan fitur konservatisme
budaya dan penguatan loyalitas yang ekstrem pada figur kaisar. Hingga sesudah kematiannya pada 30
Juli 1912, tepat hari ini 109 tahun lalu, kaisar penulis ribuan puisi itu dipandang rakyat Jepang sebagai
simbol awalan dan kebanggaan atas kemajuan yang telah dicapai Jepang hari ini.

Anda mungkin juga menyukai