Anda di halaman 1dari 7

Hand Out 9

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Sejarah


Pertemuan ke : 13 (Tiga Belas)
Bobot sks : 3 sks
Prodi : Pend. Sejarah
Dosen : Dr. Siti Fatimah,M.Pd,M.Hum
Dr. Erniwati, M. Hum
Najmi, S.S, M. Hum

POKOK BAHASAN

Isu Krusial dalam Ilmu Sejarah


 Kontroversi Sejarah (Contoh-contoh Kasus)
 Latar belakang terjadinya kontroversi dalam Ilmu Sejarah
 Pertanyaan dan Evaluasi

Uraian

 Kontroversi Sejarah
kontroversi sejarah yaitu adanya perbedaan pendapat; pertentangan karena
pendapat atau penilaian tentang karya-karya sejarah yang pernah ditulis oleh
ahli-ahli sejarah atau sejarawan. Kontroversi sejarah juga lahir karena dalam
penulisannya terdapat beberapa pendapat yang berbeda, yang pada akhirnya
memunculkan beberapa versi. Dikatakan kontrovesi karena antara pendapat
satu dengan pendapat lainnya masing-masing memiliki landasan yang
menurut penulisnya adalah kuat. Kontroversi atau disebut juga kontroversial
selalu ada dalam karya-karya sejarah. Hal ini karena sejarah selalu berproses
dan bukan sebagai suatu hal yang sudah selesai, sehingga ada kecenderungan
munculnya fakta-fakta dan interpretasi-interpretasi baru terhadap suatu
peristiwa sejarah. Dengan demikian, terdapat beberapa pendapat yang berbeda
tentang suatu peristiwa sejarah, yang pada akhirnya memunculkan beberapa
versi. Kontroversi sejarah senantiasa muncul akibat perbedaan pandangan
tentang suatu peristiwa di kalangan sejarawan atau masyarakat yang dilandasi
perbedaan perolehan sumber sampai dengan masalah interpretasi yang
berbeda.
Ada beberapa sejarah yang dapat dikategorikan sebagai sejarah kontroversial
yang bisa disampaikan dalam kelas sejarah. Jika ditinjau dari pengaruhnya
terhadap masyarakat pada masa sekarang, ada dua jenis sejarah kontroversial
(kontroversi sejarah). Kategori pertama adalah kontroversi terhadap sejarah
yang terjadinya pada kurun waktu yang lama dari sekarang atau disebut juga
sejarah non-kontemporer. Kategori kedua adalah sejarah kontroversial yang
terjadinya pada masa kontemporer (Tsabit Azinar, 2008. Dikutip dari
Prajnaparamita, cahaya pelita pengetahuan, http://mas-tsabit. blogspot. co. id
/ 2009 / 07 / kategorisasi-sejarah-kontroversial. html?m=1, diposting tanggal
10 Juli 2009).
Kontroversi sejarah kategori pertama menjadi kontroversial karena adanya
perbedaan pendapat, teori, atau pendekatan yang dilakukan sejarawan dalam
melakukan penulisan sejarah. Secara umum, adanya perbedaan pandangan itu
menurut tipologi Asvi Warman Adam (2007), hanya disebabkan adanya
ketidaktepatan dan ketidaklengkapan fakta dan interpretasi yang dilakukan,
dan biasanya ketidaktepatan itu muncul setelah ada beberapa sejarawan yang
mengungkapkan ketidaktepatan itu menurut versi sejarawan itu. Artinya sifat
kontroversial ini sangat tergantung dari sejarawan. Hal ini karena pada
kategori ini bisa jadi tidak terdapat sumber primer berupa pelaku atau saksi
sejarah, sehingga sejarawan memainkan peranan penuh dalam menuliskan
suatu peristiwa sejarah.
Beberapa sejarah kontroversial untuk kategori pertama antara lain perbedaan
pendapat tentang masuknya pengaruh Hindu Budha di Nusantara, perdebatan
antara Poerbatjaraka dan F.D.K. Bosch tentang dinasti yang terdapat di
kerajaan Mataram lama, pendapat tentang masuknya Islam di Nusantara,
sampai pada mitos tentang penjajahan Indonesia selama 350 tahun. Kategori
pertama ini tidak terlalu menyebabkan adanya perdebatan dalam masyarakat.
Sejarah kontroversial kategori kedua adalah sejarah yang biasanya dimasukkan
ke dalam kategori sejarah kontemporer. Sejarah kontemporer merupakan satu
istilah untuk menyebutkan satu pembabakan dalam sejarah yang rentang waktu
terjadinya tidak terlalu lama dengan masa sekarang, atau masa ketika sejarah
itu menjadi satu kajian dalam ilmu sejarah (Notosusanto, 1978). Batasan
kontemporer ini belum jelas, akan tetapi bila ditinjau dari saat ini peristiwa
sejarah kontemporer adalah mulai tahun 1940-an.
Sejarah kontemporer cenderung bersifat kontroversial karena kadar
subjektivitas yang terkandung dalam sejarah kontemporer lebih besar daripada
masa-masa sebelumnya. Hal ini karena pelaku atau saksi sejarahnya masih ada
dan masih memiliki satu implikasi yang dirasakan oleh sebagian masyarakat
pada masa ini (Tsabit Azinar, 2007: 3). Dikutip dari Prajnaparamita, cahaya
pelita pengetahuan, http://mas-tsabit.blogspot.co.id/2009/07/kategorisasi-
sejarah- kontroversial. html? m =1, diposting tanggal 10 Juli 2009). Selain itu
hal yang menyebabkan kontroversial adalah bahwa peristiwa sejarah
kontemporer masih belum selesai sepenuhnya, tetapi senantiasa berproses.
Lebih lanjut lagi dinyatakan bahwa masih banyak terjadi perbedaan
pandangan para pelaku sejarah berkaitan dengan satu peristiwa sejarah, dan
ada pula perbedaan pandangan antara temuan berupa fakta-fakta baru dengan
pemahaman masyarakat yang berkembang selama ini. Sejarah kontroversial
yang termasuk ke dalam sejarah kontemporer disebabkan oleh tiga faktor,
yakni adanya ketidaktepatan, ketidaklengkapan, dan ketidakjelasan dari fakta
dan interpretasi yang dilakukan dalam penyusunan suatu tulisan sejarah.
Ditinjau dari aspek pengaruhnya terhadap masyarakat, sejarah kontroversial
kategori kedua memberikan dampak yang lebih dirasakan oleh masyarakat. Hal
ini karena peristiwa yang terjadi pada kurun sejarah yang kontemporer secara
teoretis menjadi kajian yang lebih membuka peluang bagi masyarakat luas
untuk mengulas dan memperoleh sumber-sumber berkaitan dengan masalah
tersebut secara lebih mudah. Ketersediaan sumber primer berupa pelaku atau
saksi sejarah juga masih ada. Selain itu memori kolektif masyarakat tentang
satu peristiwa tersebut juga masih sangat kuat.
Permasalahan lainnya adalah adanya kemungkinan terbentuknya satu konstruk
pemikiran yang kuat dalam masyarakat tentang satu pemahaman sejarah,
walaupun belum tentu pemahaman yang selama ini diyakini adalah benar
adanya. Adanya hal ini telah menyebabkan adanya satu hal yang memacu
terjadinya pertentangan terhadap satu peristiwa sejarah ketika pada satu saat
ditemukan fakta baru yang bertolak belakang dari pemahaman masyarakat
selama ini diyakini.
Selain permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan metodologis, satu hal
yang menyebabkan sejarah kontemporer itu cenderung bersifat kontroversial
adalah adanya unsur kepentingan lain yang bermain di dalam sejarah.
Kepentingan itu bisa datang dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkan satu
peristiwa sejarah atau dari pihak-pihak yang ingin memanfaatkan satu peristiwa
sejarah untuk tujuan-tujuan tertentu. Kepentingan yang datang dari pihak
pelaku sejarah ataupun keturunannya karena pelaku sejarah merasa dirugikan
dengan adanya penulisan sejarah dari pihak tertentu.
Beberapa peristiwa sejarah kontemporer yang termasuk sejarah kontroversial
yang dapat dijadikan materi pembelajaran di kelas sejarah antara lain
kontroversi tentang penetapan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan
Nasional, peristiwa Madiun 1948, peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di
Yogyakarta, peristiwa 17 Oktober 1952, Gerakan 30 September, perdebatan
seputar Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), peristiwa Malari 1974,
permasalahn Timor-Timur, sampai dengan peristiwa seputar reformasi dan
jatuhnya Soeharto 1998. Akan tetapi yang paling banyak diperdebatkan di
masyarakat adalah Gerakan 30 September, Supersemar, dan Serangan Umum 1
Maret 1949 (Asvi Warman Adam, 2007: 14).
Kategorisasi sejarah kontroversial seperti yang dijelaskan, tidaklah bersifat
tertutup. Artinya ada kecenderungan munculnya peristiwa-peristiwa sejarah
non-kontemporer yang memiliki sifat seperti sejarah kontemporer, seperti
adanya peristiwa yang terjadi jauh dari masa sekarang yang memberi pengaruh
terhadap masyarakat pada masa kini. Sejarah kontroversial non-kontemporer
juga masih dapat memunculkan perdebatan dalam masyarakat ketika ada versi
sejarah yang bertentangan dengan pemahaman sejarah masyarakat selama ini.
Hal ini disebabkan proses sejarah telah menjadi konsensus di kalangan
masyarakat. Contoh kasus seperti ini adalah tentang peristiwa pembantaian
yang dilakukan oleh raja Mataram yang membunuh tokoh agama pada abad
XVII.
Selain kategorisasi yang dilakukan oleh Tsabit Azinar Ahmad (2008), ada pula
kategorisasi sejarah kontroversial seperti yang diungkapkan oleh S. K. Kochhar
(2008) dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Sejah. S. K. Kochhar
(2008: 453) menjelaskan bahwa ada dua jenis isu kontroversial dalam sejarah,
yakni (1) kontroversial mengenai fakta-fakta dan (2) kontroversial mengenai
signifikansi, relevansi, dan interpretasi sekumpulan fakta. Isu kontroversial
jenis pertama, yakni kontroversi mengenai fakta-fakta terjadi karena kurangnya
data atau tidak masuk akalnya suatu penemuan. Di dalam isu kontroversial jenis
ini pertanyaan berkaitan dengan “apa”, “siapa”, “kapan”, dan “di mana”. Di
dalam sejarah Indonesia, permasalahan kontroversial yang termasuk dalam
kategori ini adalah tentang siapa yang pertama kali membawa pengaruh India
ke Nusantara, kapan Islam pertama masuk di Nusantara.
Jenis isu kedua menurut Kochhar adalah kontroversi yang disebabkan oleh
interpretasi. Hal ini karena pendekatan yang dilakukan oleh sejarawan tidak
ilmiah, bias, dan dipengaruhi oleh prasangka. Kontroversi yang disebabkan
oleh interpretasi berada pada pertanyaan tentang “mengapa” dan “bagaimana”
peristiwa tersebut terjadi. Terkadang peristiwa atau fenomena dipelajari secara
tertutup, sehingga interpretasi sejarawan terhadap suatu peristiwa bisa salah
dan mengakibatkan kontroversi. (Kochhar, 2008: 453-454. Dikutip dari
Prajnaparamita, cahaya pelita pengetahuan,http://mas-tsabit. blogspot. co. id /
2009 / 07 / kategorisasi-sejarah-kontroversial. html?m=1, diposting tanggal 10
Juli 2009).
Permasalahan kontroversi karena perbedaan interpretasi sejarawan terjadi
seperti ketika sejarawan-sejarawan mengeluarkan versi yang berbeda tentang
peristiwa Gerakan 30 September. Ada sebagian sejarawan yang menyatakan
bahwa permasalahan tersebut terjadi karena konflik internal di tubuh
Angkatan Darat, ada pula yang menyatakan bahwa Suharto yang menjadi
dalang. Sementara itu muncul pula teori tentang keterlibatan Sukarno atau
CIA sebagai aktor yang utama. Kemudian yang tidak kalah penting adalah
tentang berkembangnya “versi resmi” bahwa yang menjadi penggerak adalah
Partai Komunis Indonesia.
 Materi Buku Sejarah
Tanggal 2-4 September 2004 berlangsung Lokakarya Penulisan Sejarah Nasional di
Yogyakarta membahas draf SNI (Sejarah Nasional Indonesia) yang dibuat selama
dua tahun ini. Terdapat perbedaan paham antara editor umum, Taufik Abdullah
dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (dalam hal ini Anhar Gonggong
dan Susanto Zuhdi) yang menyediakan swanggaran proyek tersebut. Menurut Taufik
Abdullah yang sedang ditulis adalah SI (Sejarah Indonesia) yang komprehensif dan
ensiklopedis, bukan revisi SNI lama. Sedangkan pihak pemerintah menganggap
bahwa itu dalah pengganti SNI yang ditarik semasa Juwono Sudarsono menjadi
menteri Pendidikan (kompas, 6 September 2004. Dikutip dari Purwanto, Bambang,
Menggugat Historiografi Indonesia, Yogyakarta : Ombak, 2005, hlm. 101-102).
Perbedaan ini membawa konsekuensi besar karena SNI merupakan buku teks di
perguruan tinggi sekaligus bahan acuan penulisan buku sejarah tingkat sekolah dasar
sampai tingkat lanjutan atas. Kalau tulisan yang dibuat itu tidak dapat dijadikan
pegangan bagi guru dan penyusun buku teks sekolah, lantas apa yang dapat dijadikan
pedoman?
SNI sebagai hasil panitia keputusan kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau
sebagai buku hasil panitia Penulisan Buku Standar, rasanya masih jauh dari kata
“standar”, yang masih harus dibuktikan hasil akhirnya. Yang menentukan standar atau
tidak adalah para pemakai/pembaca/penelaah buku, yang tidak ikut menulis buku
tersebut. Hasil penulisan buku tersebut dapat dianggap sebagai pangkal tolak
penulisan sejarah kontemporer, tidak berarti keharusan untuk menelan begitu saja
bentuk dan isi SNI. Dari keenam jilid, jilid pertamalah yang dapat dinilai mendekati
hasil penelitian/penulisan, yang baik dari metode dan penyajiannya sempurna.
Kelemahan SNI karena teknisnya penguraian ilmiah, sehingga gaya penyajian dalam
bentuk penulisannya kurang dapat diserap oleh pembaca rata-rata. Seperti diketahui
jilid pertama meliputi zaman prasejarah Indonesia, yang masalah dan pendekatannya
mengikuti perkembangan historiografi modern. Keharusan untuk tidak menelan
begitu saja bentuk dan isi SNI perlu disadari oleh para pemakai yang akan datang,
karena akhir-akhir SNI yang pernah dijilid oleh sejarawan senior sebagai “kelahiran
bayi yang cacad”! dengan kata lain dapat juga dikatakan adanya usaha-usaha
melahirkan bayi SNI itu dengan tidak wajar, dengan publisitas di sekitar kelahirannya
untuk mendapatkan “pengaruh secara nasional” (Abdurrachman Surjomihardjo,
Pembinaan Bangsa dan Masalah Historiografi, Jakarta: Yayasan Idayu, 1979, hlm.
128-130).
Sejak era reformasi tahun 1998 misalnya, muncul gugatan terhadap teks sejarah era
Orde Baru. Banyak buku terbit yang isinya berbeda bahkan bertentangan dengan versi
pemerintah. Masyarakat bingung dan guru kelabakan menjawab pertanyaan para
siswa yang kritis. Oleh sebab itu perlu disusun buku SNI yang baru sebagai pedoman.
Maka Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang membawahi bidang sejarah,
mangalokasikan dana untuk proyek penulisan sejarah sebagai solusi dari persoalan
tersebut.
Pertanyaan dan Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan kontroversi dalam ilmu sejarah!
2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya kontroversi dalam ilmu sejarah !
3. Bagaimana cara saudara mengataasi jika terjadi kontroversi dalam penulisan
sejarah !

Anda mungkin juga menyukai