Anda di halaman 1dari 6

LEGENDA CIUNG WANARA

KELOMPOK 1
Anggota kelompok:
ANISA DINI FEBRIYANTI
DEVITA HAPPIZAH
WANGSE FITRI
NOVAL PARHANUDIN
ANDRI AL ZIDANE
MUHAMAD GIO
Dahulu kala berdiri sebuah Kerajaan di Tatar pasundan Jawa barat yang bernama kerajaan
GaluhPada masa itu raja yang memegang tampuk kepemimpinan bernama Raden Barma
Wijaya KusumahSang raja memiliki dua orang permaisuri Yang pertama bernama Nyimas
Dewi Naganingrum dan yang kedua bernama Nyimas Dewi Pangrenyep. Dan pada waktu itu
kedua permaisuri tersebut sedang dalam keadaan mengandung.

Hingga tibalah saat melahirkan, Dewi pangrenyep melahirkan terlebih dahuluDari rahimnya
lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Hariangbanga. Tidak lama kemudian, Dewi
Naganingrum pun melahirkan, pada saat Dewi Naganingrum melahirkan yang bertindak
sebagai bidan (Parajisunda) adalah Dewi PangrenyepDari rahim Dewi Naganingrum pun
lahirlah seorang bayi laki-laki juga.

Selama ini Dewi Pangrenyep tidak menginginkan seorang istri pesaing bagi dirinya karena
jika ada permaisuri lain maka kelak takhta kerajaan pun akan terbagi menjadi dua dan itu
sangat tidak di inginkannya.

Tanpa sepengetahuan Dewi Naganingrum bayi laki-lakinya telah ditukarnya dengan seekor
anak anjing,sedangkan bayi yang sebenarnya telah dimasukannya ke dalam sebuah
keranjang dengan disertakan sebutir telur ayam lalu bayi dalam keranjang itu
dihanyutkannya kesungai Citanduy.

Pada saat murka Raja memanggil Ki Lengser (Penasehat raja)tetapi kali ini bukan untuk
meminta nasehatmelainkan memerintahkan kepada Lengser agar Dewi Naganingrum
segera dibunuh dan dibuang mayatnya ke tempat yang jauh. Tanpa pikir panjang Ki Lengser
pun segera pamitan dari hadapan rajanya untuk segera menjalankan tugasnya.

Sepanjang perjalanan Ki Lengser berpikir keras, untuk menyelamatkan nyawa Dewi


Naganingrum, karena dia yakin semua peristiwa yang terjadi adalah hasil rekayasa
Sesampainya di sebuah hutan belantara akhirnya ki Lengser berhenti dan meminta Dewi
Naganingrum untuk ikut turun.

Dibuatkannya sebuah gubug untuk tempat tinggal bagi Dewi Naganingrum, dengan segala
kelengkapannya meski sangat sederhana. Setelah dirasa cukup memberi nasehat kepada
Dewi Naganingrum, Ki Lengser berjanji akan menengoknya walaupun tidak bisa menjanjikan
seberapa sering dan seberapa lama. Dewi Naganingrum dalam hatinya berharap agar suatu
hari nanti ia akan bertemu dengan putranya yang sebenarnyadan bisa kembali hidup di
Istana Galuh bersama keluarganyaKi Lengser pun pulang kembali ke keraton Galuh untuk
melapor kepada raja bahwa tugasnya membunuh Dewi Naganingrum telah diselesaikannya
dengan baik. Dan untuk buktinya Ki Lengser telah membasahi senjatanya dengan darah
binatang buruan di hutan tadi. Sehingga nampak pada senjatanya garis-garis
darah kering.

Sementara di tempat lain, di sebuah kampung yang bernama kampung Gegersunten


hiduplah sepasang suami istri yang sudah cukup tua. Tetapi mereka tidak memiliki anak satu
orang pun. Merekalah yang bernama Aki dan Nini balangantrang.Suatu sore keduanya pergi
kepinggiran kali Citanduy untuk menengok Babadon (perangkap ikan) yang sudah mereka
pasang sejak pagi butaAlangkah terkejutnya mereka dan sekaligus bahagia ketika sampai
ditempat mereka memasang Babadonkarena disana mereka menjumpai sebuah keranjang
besar yang berisi seorang bayi laki-laki yang sangat lucu dan tampan, mungkin inilah
jawaban doa yang selama ini mereka panjatkan tanpa lelah. Sebutir telur ayam yang
disertakan dengan bayi tersebut, telah dikirimnya oleh Aki Balangantrang kepada se-ekor
naga yang bernama Nagawiru dan bersemayam di gunung PadangNaga ini bukanlah naga
sembarangan melainkan jelmaan seorang dewa, dan sudah menjadi tugasnya untuk
mengerami sebutir telur yang disertakan dengan bayi dari putra Barma Wijaya Kusumah.
Yang kelak di kemudian hari telur itu menetaskan seekor ayam jantan dan menjadi binatang
piaraan serta kesayangan dari si anak bayi yang dihanyutkan.

Waktu terus berlalu, tanpa terasa bayi itu sudah tumbuh remaja kini, tampan dan elok
rupanya Dengan penuh ketekunan dan ketelatenan Aki dan Nini Balangan trang mewariskan
semua ilmu kesaktian yang mereka miliki kepada anak angkatnya. Pada suatu hari Aki
Balangantrang kembali mengajak putranya untuk berburu ke hutan di sekitar tempat tinggal
mereka. Sesampainya di hutan anak angkat Aki Balangantrang ini melihat seekor monyet
yang dia anggap aneh karena baru melihatnya monyet itu bernama wanara Kemudian
diapun melihat seekor burung yang baru dijumpainya burung itu bernama ciung Keduanya
sepakatnama dari kedua satwa itu digunakan sebagai nama anaknya. Jadilah ia bernama
Ciung Wanara.

Kini Ciung Wanara sudah tumbuh menjadi seorang pemuda. la ingin pergi ke Galuh.
Berangkatlah Ciung Wanara ke kerajaan Galuh dengan membawa serta ayam jantan
kesayangannya. Sesampainya di Galuh, Ciung Wanara bertemu dengan dua orang patih
yang bernama Purawesi dan Puragading. Kedua orang patih keraton itu tertarik melihat
penampilan ciung Wanarayang membawa- bawa ayam jantan, akhirnya kedua patih itu
menghampiri dan mengajak adu tanding dengan ayam miliknya masing-masing Ciung
Wanarapun tidak menolak ajakan kedua orang patih tersebut, maka terjadilah pertandingan
sabung ayam di tengah alun-alun kota Galuh Nasib baik berpihak pada Ciung Wanara,
ayam jantan kesayangannya memenangkan pertandingan dan ayam kedua patih tersebut
kalah sampai mati.

Kemenangan Ciung Wanara atas ayam milik kedua patih tersebut segera tersiar ke seantero
kerajaan Galuh hingga terdengar sampai ke keraton. Bahwa di kota ada seorang pemuda
tampan bernama Ciung Wanara memiliki seekor ayam jantan yang tangguh. Takdir telah
mempertemukan antara ayah dan anak yang selama ini terpisah oleh fitnah jahat perbuatan
Dewi Pangrenyep.

Setelah mendapat cukup penjelasan dari pemuda tersebut, sang Prabu Barma Wijaya
Kusumah pun melanjutkan niatnya untuk mengajak pertandingan sabung ayam dengan
Ciung Wanara Dan ajakan itu pun disambut baik oleh Ciung Wanara Keduanya bersepakat
jika Ciung Wanara menjadi pemenang dalam sabung ayam itu maka setengah dari kerajaan
Galuh akan diberikan kepada Ciung Wanara dan Ciung Wanara akan di akui sebagai
anaknya Ciung Wanara akan diangkat sebagai raja yang sah Namun sebaliknya jika Ciung
Wanara kalah dalam pertandingan sabung ayam tersebut maka nyawa Ciung Wanara
menjadi taruhannya dia akan dihukum mati sebagai bukti kekalahannya.

Dan sabung ayam pun segera berlangsung dengan serupada awalnya ayam milik Ciung
Wanara nampak kalah dan terdesak.Disaat yang sedang kritis itu Nagawiru pun datang dan
masuk meraga sukma ketubuh ayam milik Ciung Wanara. Ayam itu pun dengan serta merta
menjadi segar dan kuat kembaliCiung Wanara segera kembali membawa ayamnya yang
sudah dimandikan dan pertandingan.

pun dilanjutkanKali ini berkat ada kekuatan Nagawiru di dalam tubuh ayam milik Ciung
Wanara maka dengan mudah dan cepat ayam milik Prabu Barma Wijaya Kusumahpun
mulai kalah dan terdesak. Bahkan ayam itu sering lari ketakutan keluar dari arena
pertandingan. Ciung Wanara kembali memenangkan pertandingan sabung ayam
tersebutSesuai dengan kesepakatan Prabu Barma Wijaya Kusumah pun memenuhi janjinya
dan mengakui Ciung Wanara sebagai putranya yang syahMaka kerajaan Galuh pun dibagi
dua oleh sang Prabu, setengahnya lagi diberikan ke pada Hariangbanga dan diangkat pula
menjadi raja menggantikan dirinyaSegala rahasia kehidupan Ciung Wanarapun terbuka
sudah dan segala kesalahan yang dilakukan Dewi Pangrenyep terbongkar dengan
sendirinyaSetelah Ki Lengser menceritakan bahwa ibunya Dewi Naganingrum masih ada
dan di asingkan di sebuah hutan. Ciung Wanara sangat berbahagia dan segera menjemput
ibundanya. Begitupun dengan kedua orang tua angkatnya Aki dan Niini Balangantrang
dibawa serta kekeraton. Kini Ciung Wanara telah menjadi seorang raja.

Sementara itu Dewi Pangrenyep mulai hatinya ketar ketir setelah tahu kalau Ciung Wanara
adalah anak bayi yang dibuangnya duluHingga akhirnya kegelisahan dan ke khawatirannya
itu pun segera terjawab dan terwujud. Prabu Ciung Wanara setelah tahu apa yang telah
dilakukan oleh Dewi Pangrenyep terhadap ibunda dan dirinya sendirimaka segera
membentuk pasukan khusus untuk menangkap Dewi Pangrenyep. Tanpa menemui kesulitan
yang berarti Dewi pangrenyep segera tertangkap dan di jebloskan kedalam penjara istana
untuk membayar segala kejahatan dan kekejiannya.

Sementara Raden Hariangbanga sangat kaget ketika mengetahui kalau ibundanya tercinta
telah ditangkap oleh tentara prabu Ciung Wanara dan dijebloskan ke dalam penjara.
Pertarungan antara dua orang adik kakak beda ibu itupun tak dapat terelakan lagi.
Pertarungan sengit terus terjadi dan raden Hariangbanga harus berlaku satria dia kalah
terdesak oleh adiknya Ciung Wanara.
Unsur Intrinsik

1.Tema: Kerajaan
Bukti: karena legenda Ciung Wanara menceritakan kejadian di kerajaan Galuh
Pakuan pada daerah jawa barat. Sungai tersebut adalah sungai yang sangat besar
dan juga sebagai perbatasan antara kerjaan bagian barat dan bagian timur.

2.Tokoh
a.Ciung Wanara.
b.Raden Barma Wijaya Kusumah.
c.Nyimas Dewi Naganingrum.
d.Nyimas Dewi Pangrenyep.
e.Ki Lengser.
f.Aki dan Nini Balangantrang.
h.Raden Hariangbanga.

3.Perwatakan
a.Ciung wanara => prantagonis
Bukti:Ciung di gambarkan sebagai anak yang berani, cerdas dan berbakti. Keberanian dan
kecerdasan inilah yang mengantarkan Ciung untuk bertemu dengan orang tua kandungnya.
Selain itu, Ciung adalah anak yang berbakti. Meskipun dia tahu aki dan nini bukan orang tua
kandungnya. Ciung tetap saja meminta izin mereka untuk mencari orang tua kandungnya.
Dia juga tidak lupa kepada aki dan nini ketika bertemu orang tua kandungnya dan
mengajaknya tinggal di istana.

4.alur: campuran
Bukti:Legenda Ciung Wanara menggunakan alur campuran. Pada awalnya menggunakan
alur maju yang di dahului pengenalan tokoh dan muncul konflik.
Selanjutnya menggunakan alur mundur ketika aki dan nini mulai menceritakan asal usul
Ciung Wanara.
Kemudian kembali ke alur maju ketika Ciung berusaha mencari keberadaan ayah
kandungnya hingga bertemu dengannya.
Hingga pada akhirnya ada penyelesaian dari konflik dalam cerita legenda ini.

5.Latar
a.Latar Tempat =>Kerajaan Galuh di Tatar Pasundan, Jawa Barat, Sungai Citanduy,
Keraton, Kampung Gegersunten, Sungai Cipamali, Gunung Padang, dan juga penjara
istana.
b.Latar waktu =>Suatu sore, sejak pagi buta, dahulu kala, dan saat melahirkan.
c.Latar suasana =>Mengharukan dan juga menegangkan.

6.Sudut pandang => “Orang ketiga”

7.Amanat =>Janganlah dengki terhadap kebahagiaan orang lain apalagi sampai berbuat
jahat, sabar dalam menghadapi cobaan, selalu membantu orang lain yang sedang berada
dalam kesulitan, ikhlas dalam menghadapi kenyataan, dan jangan mudah marah.
Unsur ekstrinsik

Nilai religius =>Raja Galuh dengan permaisurinya, Senopati Bima Reksa (Aki
Balangantrang), Ciungwanara, Patih Bondan Sarati, Dewi Pangrenyep, dan Hariang Banga.
Di samping itu, pengalaman religius yang dapat dipelajari dalam cerita rakyat ini berupa
hubungan harmonis antara Raja Galuh dengan permaisurinya, hubungan kasih sayang
antara Aki Balangantrang dengan bayi hasil temuannya, hubungan perdamaian antara
Hariang Banga dengan Ciungwanara, serta penghianatan Bondan Sarati dan Dewi
Pangrenyep terhadap Raja Galuh. Dapat disimpulkan bahwa dalam Cerita Rakyat
Ciungwanara terdapat beberapa pengalaman religius yang dapat dijadikan sebagai
pembelajaran dalam kehidupaan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai