Anda di halaman 1dari 3

ASSALAMUALAIKUM WR.

WB

Pada Kesempatan ini saya akan menyampaikan sebuah kisah dari tatar galuh yang berjudul
ciung wanara.

Dahalu kala didesa karangkamulyan berdiri sebuah kerajaan bernama kerajaan galuh,
kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut bernama
ADIMULYA dengan permaisurinya Dewi naganingrum dan Dewi pangrenyep.

Dewi pangrenyep melahirkan seorang putra yang diberi nya nama Haria Banga, ia sangat
senang engan kelahiran putranya, namun kesenangan dari dewi pangrenyep sedikit terusik,
karena permaisuri Dewi Naganingrum sedang mengandung. Ia bahkan sudah memikirkan
bagai mana cara untuk merebut tahta galuh.

Singkat cerita baginda raja pun berhasil disingkirkan dari kerajaan kesebuah tempat terpencil
yang bernama gunung padang. Beliaupun berganti nama menjadi Pandita anjar sukaresi.

Ketika baginda raja hendak meninggalkan istana kerajaan baginda sempat berpesan kepada
Walengser untuk menjaga Dewi naganingrum sampai melahirkan, karena baginda raja sudah
mengetahuinya bahwa sang jabangbayi akan lahir dan dibunuh. Walengser pun melaksanakan
perintah baginda.

Saat bayi Dewi Naganingrum lahir ia memasukan bayi tersebut kesebuah peti dengan disertai
sebutir telur ayam, lalu dihanyutkannya peti tersebut dialiran sungai citanduy.

Setelah ini Walengder mengumumkan bahwa si jabang bayi telah meninggal.

Sementara ini sebuah babakan bernama

Tinggal lah sepasang suami istri yang sudah lanjut usia bernama aki palamantrang. Pekerjaan
aki palamantrang mencari ikan besar dengan cara memasang bumbung yang besar, yang
disebut padodon.

Suatu malam ketika aki palamantrang hendak mencari ikan, ia mengangkat padodon nya,
“aduuuh berat sekali padodon ini, ada apa gerangan, ga biasanya seberat ini” betapa kagetnya
si aki saat dilihat ternyata bukan ikan besar, tetapi si bayi yang disertai dengan sebutir telur
ayam. Dibesarkannya bayi tersebut oleh aki dan nini palamantrang.

Singkat cerita akhirnya ciung wanara tumbuh menjadi dewasa, ia pergi ke gunung padang
berguru kepada pandita anjar sukaresi, yang sebenarnya adalah ayahnya sendiri. Telur ayam
yang dibawanya pun berubah menjadi seekor anak ayam yang di beri nama sijalak harupat.

Sementara itu di istana kerajaan raja bondan mengadakan sayembara sabung ayam dengan
taruhan tahta kerajaan baru. Sayembara itu terdengar oleh ciung wanara “ hmm jika benar
demikian, tidak ada salahnya aku mengikuti sayembara itu”

Singkat cerita, ciung wanara sudah sampai di istana kerajaan, ia bertemu dengan raja.

“apa maksud kedatanganmu kesini wahai anak muda!”


“ begini tuanku, hamba mendapat kabar bahwa di istana akan diadakan sayembara sabung
ayam, jadi izinkan hamba untuk bisa mengikuti sayembara ini tuanku baginda”.

“ jadi itu maksud kedatanganmu kemari”

“ benar baginda”

“ terus mana jago mu?”

“ ada baginda”

Ketika dilihat, ayam milik ciung wanara ternyata posturnya lebih kecil di bandingkan dengan
ayam di istana yang besar dan kokoh.

“ hahahaa.. jadi yang itu kau maksud sijagoan wahai anak muda”

“ benar tuaan ku”

“Mari kita lihat ayam kita siapa yang akan menang”

Selanjutnya ayam aduan sudah saling berhadapan, keduanya sudah saling tusuk dengan taji
dan sudah saling tembak dengan paru, keduanya hampir seimbang meskipun ayam milik
ciung wanara posturnya lebih kecil, hingga pada akhirnya terbanglah ayam milik ciung
wanara dengan cepat, menancap dan merobohkan ayam milik sang raja.

Tidak lama kemudian datanglah walengser

‘ hai anak muda, siapa dirimu, datang darimana? Kenapa wajahmu mirip dengan wajah raja
galuh cipta permana?

“hamba adalah ciung wanara”

“baiklah kalo begitu, saya ingin bertemu dengan kedua orang tua mu, panggillah mereka
kesini untuk menghadap”

Perintah walengser terhadap ciung wanara

Keesokan harinya aki palamntrang pun memenuhi semua panggilan walengser.

Ia menceritakan tentang siapakah ciung wanara, setelah mengetahui yang dikisahkan oleh si
aki, maka walengser yakin bahwa bayi yang ditemukan si aki adlah bayi yang dahulunya
diselamatkan.

Ciung wanara pun mendapatkan bagiannya, negara sebelah barat, sedangkan disebelah timur
diserahkan kepada haria banga.

Demikianlah cerita yang dapat saya sampaikan.

Semoga kita dapat berjumpa dilain waktu.

Anda mungkin juga menyukai